Share

Bab 6 Ulah Kepala Keluarga Ye

last update Last Updated: 2024-11-26 11:48:23

Mata Xuanqing mengedip sebentar, seiring dengan senyuman penuh arti yang muncul di wajahnya.

"Kalau begitu tunjukkan, tapi jika kau gagal memenuhi apa yang aku inginkan. Kau harus tetap menikahi Tuan Putri Daiyan!" Ibu Suri Zhao Weini berkata tegas. Wanita dengan sanggul rambut yang tinggi berhiaskan berbagai perhiasan dan giok mahal itu menatap remeh ke arah sang Adipati Muda.

Fen Rou dan Ming Tian sudah keringat dingin, mereka yang berdiri dibelakang Xuanqing pun saling tatap. Seolah-olah tengah berdiskusi tentang nasib Tuan mereka saat ini. Sebab keduanya tahu, apa yang diinginkan Ibu Suri Zhao Weini tidak dapat dipenuhi oleh Ye Xuanqing.

"Baiklah, tapi jika aku bisa menunjukkan hasil pekerjaan ku. Kau harus membiarkan ku hidup tenang," balas Xuanqing penuh teka-teki.

Ibu Suri Zhao Weini diam sebagai bentuk persetujuan. Kemudian Xuanqing mengeluarkan Pagoda Penahan Sembilan Siluman dari balik hanfu hitam yang kini tengah dia kenakan. Pria itu menunjukkan benda pusaka milik Keluarga Ye dengan seringainya.

"Di sini, ada siluman tingkat empat yang berhasil aku kurung berkat perburuan siluman di Gunung Jiaguan kemarin."

Kening Ibu Suri berkerut sebentar, bingung. "Apa buktinya jika itu benar-benar ada? Lagi pula tidak akan sulit bagimu untuk berbohong padaku Ye Xuanqing."

"Memang sangat mudah untuk berbohong Ibu Suri, tapi sebagai kepala Keluarga Ye aku menjamin kebenaran ucapan ku tadi." Xuanqing mendekat pada Ibu Suri, dia berjalan dengan tenang.

Tepat ketika dia berada dihadapan sang Ibu Suri, Xuanqing melempar pagoda tersebut ke atas. Membuat Ibu Suri dan juga dua rekannya sama-sama menoleh ke arah yang sama disaat bersamaan.

Ketika pagoda itu berada di udara untuk beberapa detik, pantulan cahaya dari dalam pagoda menunjukkan situasi para siluman yang terperangkap didalamnya. Meski  hanya sepersekian detik, tapi itu sudah sangat cukup untuk menjadi bukti.

Tak!

Pagoda itu kembali terjatuh di telapak tangan Xuanqing. Saat itulah dia tersenyum penuh kemenangan, apalagi saat dia melihat wajah tegang Ibu Suri.

"Anda sudah melihatnya bukan? Ada banyak sekali siluman didalam sana. Jadi sudah seharusnya itu cukup menjadi bukti pekerjaan ku di Gunung Jiaguan," ucapnya tenang.

Xuanqing lalu menoleh kebelakang, menunjuk Fen Rou dan Ming Tian secara bergantian.

"Ah ya, dua rekan kultivasi ku juga berhasil menangkap siluman kelas tinggi. Jika anda masih tidak percaya," imbuhnya lagi.

"Benar Ibu Suri, kami benar-benar melakukan apa yang anda perintahkan." Fen Rou dengan cepat meyakinkan sang Ibu Suri.

"Apa yang Adipati katakan memang benar, kami telah memburu para siluman yang tinggal di Gunung Jiaguan tanpa terkecuali." Ming Tian juga ikut berkomentar.

Ibu Suri Zhao Weini menghela nafas berat, dia kemudian berbalik badan dan kembali duduk di kursi kebanggaannya.

"Baiklah, untuk saat ini kalian boleh pergi!"

Setelahnya mereka bertiga pergi dari hadapan Ibu Suri Zhao Weini. Ye Xuanqing hanya menyunggingkan senyum miring. Dia merasa apa yang telah ia lakukan hari ini sudah cukup untuk membuat sang Ibu Suri diam beberapa saat.

Ye Xuanqing terus berjalan keluar dari istana giok, milik Ibu Suri. Dia juga tidak berniat memberi salam terlebih dahulu pada Tuan Putri Daiyan yang digadang-gadang bakal menjadi istrinya dulu.

"Adipati, saat ini kita sudah berada di istana. Akan lebih baik jika anda memberi salam kepada Tuan Putri Daiyan," saran Fen Rou ketika mereka terus berjalan menuju jalan utama keluar istana.

Ye Xuanqing langsung menghentikan langkah. Pria itu berbalik badan dan menatap lurus ke arah sang penasehat.

"Apa kau pikir saran mu tadi berguna Fen Rou? Aku sudah mati-matian menolak anugerah pernikahan dengannya. Tapi kau malah menyuruhku untuk memberi salam pada Zhao Yun Mei?" Ye Xuanqing geram, bahkan dia sengaja menyebut sang Tuan Putri Daiyan dengan nama aslinya.

Sungguh tindakan yang tidak bermoral dan akan menjadi cap kurang etis baginya. Tapi sekali lagi Ye Xuanqing tampak tak perduli. Berbanding terbalik dengan Ming Tian yang tampak frustasi. Dia lelah menghadapi sang Adipati yang suka sekali mempertaruhkan reputasi.

"Adipati, menyebut anggota kekaisaran dengan nama aslinya tanpa embel-embel posisi mereka akan dianggap tindakan tidak bermoral. Mohon agar anda lebih berhati-hati," ucap Ming Tian dengan tenang.

Ye Xuanqing hendak membuka mulut untuk membela diri. Akan tetapi Ming Tian jauh lebih cepat berkata lagi.

"Anda juga jangan lupa bahwa di dalam istana, tembok pun memiliki mata dan telinga. Saya khawatir apa yang anda lakukan akan menyulitkan bagi anda di masa depan," imbuhnya dengan bijak.

"Aku lelah, lebih baik kita kembali ke kediaman Keluarga Ye. Urusan kita sudah selesai jadi tidak perlu berlama-lama didalam istana," balas Ye Xuanqing yang tidak mau memperpanjang pembicaraan mengenai keluarga kekaisaran.

Fen Rou dan Ming Tian pun mengangguk setuju. Mereka akhirnya kembali ke kediaman Keluarga Ye yang berada di pusat kota. Dengan menaiki kuda masing-masing, ketiganya sampai setelah setengah jam kemudian.

Kediaman Keluarga Ye merupakan salah satu kediaman paling mencolok di Ibu Kota Kekaisaran Sheng. Kediaman yang sangat luas, bangunan kokoh dengan berbagai perabotan berkualitas terbaik, serta para pelayan yang tak terhitung jumlahnya.

"Berhenti di sana Ye Xuanqing!"

Langkah Ye Xuanqing langsung terhenti di tengah pintu masuk kediaman. Satu teriakan dari pria paruh baya membuat Ye Xuanqing diam ditempatnya.

"Ayah aku baru saja kembali dari tugas, jadi jangan halangi aku untuk masuk." Xuanqing berkata datar tapi tetap menunjukkan rasa hormat pada pria yang tidak lain adalah ayah kandungnya, Ye Qingyu.

Qingyu malah tersenyum sinis mendengar jawaban sang putra. Dia maju beberapa langkah sambil mengeluarkan sepucuk surat dari lengan hanfu yang dia kenakan begitu berhadapan dengan Xuanqing.

"Tugas kau bilang? Lalu apa yang kau tulis di surat ini adalah kebohongan?" cecar Qingyu menahan amarah.

Xuanqing melirik kertas yang ada di genggaman tangan sang ayah. Kemudian dia mengangguk mengiyakan tanpa merasa gentar sedikitpun. Padahal semua orang tahu, bagaimana tabiat Tuan Besar Ye ketika marah.

"Aku memang pergi untuk menjalankan tugasku sebagai Adipati Kekaisaran Sheng sekaligus pemburu siluman. Lalu apa yang aku tulis di surat itu juga benar, aku memiliki seorang istri di Kota Shinjing."

Rahang Ye Qingyu mengeras seiring dengan sorot matanya yang tajam dan tangan yang mengepal kuat menahan tinju.

"Ye Xuanqing, apa kau sadar dengan kata-kata mu barusan? Siapa yang mengijinkan mu menikah hah!"

"Aku tidak perlu izin untuk menikah, ayah. Lagi pula tidak ada yang meminta pendapatku ketika anugrah pernikahan dengan Tuan Putri Daiyan muncul." Ye Xuanqing masih tetap tenang. Padahal dia sadar tengah berada dalam bahaya.

Xuanqing juga membuat sandiwara pernikahannya dengan Jinsi benar-benar tampak nyata. Padahal awalnya itu hanya dia lakukan agar bisa menyingkir dari pengawasan Ibu Suri. Tidak disangka sang ayah justru menganggapnya serius, tanpa menelaah lebih lanjut apa yang dia tulis didalam surat.

"Melihat ayah yang marah-marah seperti ini, aku yakin kalau ayah sama sekali tidak teliti dalam membaca surat ku."

Kening Ye Qingyu berkerut dalam, emosinya turun meski tidak sepenuhnya menghilang. Perkataan putranya memang selalu memiliki maksud tersendiri dan tak pernah asal bicara.

"Apa maksud mu?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 7 Perlu Alasan Untuk Kebohongan

    "Ada baiknya ayah tetap tenang sampai tujuan ku tercapai. Ini semua demi kepentingan ku dan juga rakyat Kekaisaran Sheng," ucap Ye Xuanqing dengan tenang. Saat ini sang Adipati Muda dan Tuan Besar Ye tengah berbincang di salah satu paviliun kediaman besar keluarga Ye. "Xuanqing, seharusnya kau ingat pesan mendiang ibu mu. Jangan pernah mengorbankan orang lain demi kepentingan pribadi." Ye Qingyu bicara dengan nada yang lebih tenang meski masih tetap saja tegas. Ye Xuanqing memalingkan wajahnya ke arah taman bunga, wajah mendiang ibunya kembali terlintas diingatan berkat ayahnya yang menyebut kembali perihal sang ibu. "Aku tidak pernah lupa nasihat Ibu, tapi untuk kali ini aku terpaksa melanggarnya.""Termasuk dengan mengorbankan hidup seseorang?" tanya Ye Qingyu dengan wajah yang serius. Hal itu tentu membuat Xuanqing terdiam, dia segera menyangkal hal tersebut. "Tentu saja tidak ayah!" Xuanqing dengan tegas mengelak. Ye Qingyu lalu tersenyum tipis, dia sempat minum teh yang ter

    Last Updated : 2025-01-03
  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 8 Kecurigaan Ye Xuanqing

    "Fen Rou, siapkan kereta kuda. Kita akan kembali ke Kota Shinjing besok pagi!" Perintah Ye Xuanqing ketika hampir tengah malam. Fen Rou mengerjapkan matanya, berusaha tetap tenang meski terkejut dengan perintah Ye Xuanqing yang terkesan terburu-buru. "Besok pagi? Bukankah kita baru saja tiba di Kota Fanlan hari ini Adipati. Apa tidak terburu-buru?" Ye Xuanqing yang tengah berjalan langsung berhenti, dia menoleh ke arah Fen Rou yang berdiri dibelakangnya. "Oh rupanya kau masih ingin berada di Ibu Kota rupanya. Tidak masalah, aku akan pergi sendiri.""Bu-bukan begitu Adipati! Saya hanya merasa anda terlalu memaksakan diri, anda baru saja melakukan perburuan siluman besar-besaran. Jadi saya pikir anda perlu beristirahat lebih dulu di sini," jelas Fen Rou yang tidak mau Xuanqing salah paham. "Aku tidak perlu berlama-lama berada di Kota Fanlan. Lagi pula, di sini masih ada ayahku yang bisa mengurus tugas seorang Adipati. Aku akan pergi ke Kota Shinjing untuk melakukan penyelidikan," u

    Last Updated : 2025-01-03
  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 9 Identitas Jung Jinsi

    "Tapi Tuan Adipati, semua ini tidak penting. Kita hanya perlu membuat Nyonya Muda sadar terlebih dahulu. Baru setelah itu anda bisa menghukum saya atas kelalaian ini." Tuan Hao memohon. Ye Xuanqing hanya bisa mengangguk, dia kemudian memberi waktu pada Tuan Hao untuk memberikan pengobatan. Adipati Muda itu juga secara khusus meminta para anak buahnya membantu Tuan Hao mencari penawar untuk obat tersebut. "Jadi Nona Jinsi mengalami efek samping dari Mochus?" Fen Rou yang memang tengah menemani Ye Xuanqing pun terheran-heran. Saat ini keduanya memang tengah menunggu kabar keselamatan Jung Jinsi. Mereka berdua ada di depan kamar utama kediaman. Ye Xuanqing mengangguk singkat, sebab memang begitulah adanya. Beberapa pemeriksaan sudah dilakukan, dan hasilnya tetap sama. Jung Jinsi tidak sadarkan diri karena penggunaan kantung sekresi kijang atau mochus. "Ya, aku juga heran kenapa ada manusia yang bisa mengalami efek samping dari mochus." "Biasanya mochus digunakan untuk bahan baku pe

    Last Updated : 2025-01-04
  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 10 Siapa Jung Jinsi

    "Adipati!" Satu panggilan membuat Ye Xuanqing yang baru saja keluar dari kamar utama kediaman menoleh ke sumber suara. Rupanya Ming Tian lah yang datang padanya malam ini. "Ada apa Ming Tian?" tanya Ye Xuanqing dengan nada yang tenang. "Maaf Adipati, tapi saya hendak menemui Fen Rou. Hanya saja sejak tadi saya tidak menemukannya di mana pun," jelas Ming Tian dengan sopan. "Coba kau cari dia di kamarnya, jika tidak ada tandanya kau harus pergi ke rumah Tuan Hao. Ku rasa Fen Rou ada di sana malam ini," jelas Ye Xuanqing. "Baik Adipati, kalau begitu saya pamit." Setelah mengatakan itu Ming Tian undur diri dan benar-benar pergi menuju rumah Tuan Hao. Perlu berjalan kaki cukup jauh dari kediaman Ye Xuanqing ke rumah Tuan Hao, karena itu Mung Tian berjalan dengan langkah yang lebar-lebar. Disepanjang jalan, Ming Tian menyadari ada kejanggalan di Kota Shinjing. Pria itu berjalan kaki belum pada jam malam, tetapi suasana kota sudah sangat sepi. Hanya ada beberapa penduduk yang masih te

    Last Updated : 2025-01-04
  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 11 Kasus Pembunuhan Kota Shinjing

    "Lancang sekali bicara mu Fen Rou!" tegas Ming Tian yang sudah benar-benar tidak tahan. Dia juga sudah menarik pedang dari sarungnya, bersiap untuk menyerang rekannya sendiri malam ini. Fen Rou yang melihat itu pun tersentak, sejak dulu Ming Tian tidak pernah mengarahkan pedang ke arahnya. "Ming Tian apa kau akan menyerang ku karena masalah ini?" tanya Fen Rou hati-hati. "Jika kau membuat masalah untuk Adipati, tentu aku akan menyerang mu tanpa ragu!" Ming Tian bertekad, dia sudah mengeluarkan pedangnya dan melakukan kuda-kuda. Dia sudah siap menyerang Fen Rou yang ada dihadapannya. "Ming Tian, kita sama-sama memiliki kesetiaan kepada Adipati Muda. Apa yang aku lakukan juga bagian dari kesetiaan ku," ucap Fen Rou dengan tenang. Pria dengan janggut tipis itu tetap tenang dan tidak terprovokasi meski Ming Tian sudah mengeluarkan pedang dari tempatnya. "Kesetiaan apa yang kau bicarakan Fen Rou? Perbuatan mu tadi bisa saja membawa masalah bagi Adipati Muda. Jika terjadi hal buruk pa

    Last Updated : 2025-01-05
  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 12 Dendam Hewan Dewa Legendaris

    Hujan deras dan angin kencang terjadi selama semalam suntuk. Ye Xuanqing yang memang menunggu kedatangan mayat pun sudah memiliki firasat yang buruk. "Adipati, mayat tadi sudah dipindahkan ke ruang pemeriksaan. Beberapa koroner juga sudah siap membantu anda melakukan penyelidikan." Salah satu anggota Departemen Kehakiman setempat memberitahu Ye Xuanqing. Sang Adipati pun mengangguk tanda mengerti, dia menghela nafas panjang terlebih dahulu sebelum melanjutkan kegiatannya. "Kalau begitu, tolong tunjukkan jalannya." Ye Xuanqing bersiap berjalan. "Baik."Ye Xuanqing kemudian diarahkan ke ruang 'Yinwu Shi' yaitu ruangan yang digunakan khusus untuk menyelidiki kematian, melakukan otopsi dan pemeriksaan forensik. Disampingnya ada ruangan untuk menyimpan mayat yang sudah selesai diidentifikasi. "Silahkan, Adipati."Sang Adipati masuk, di sana rupanya sudah ada seorang koroner yang cukup akrab dengannya. Ye Xuanqing tersenyum menyapa pria tersebut. "Anda benar-benar langsung datang ma

    Last Updated : 2025-01-05
  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 13 Malapetaka Kedatangan Kui

    Jung Jinsi pagi ini masih harus mendapatkan perawatan dari Tabib Hao. Perempuan dengan warna mata coklat terang itu tengah duduk menunggu Tuan Hao menyelesaikan pekerjaan untuk menumbuk beberapa obat. “Silahkan Nyonya Muda.”Tuan Hao memberikan obat herbal untuk Jung Jinsi minum. Lalu dia berdiri didekat perempuan itu. Sementara di sisi kanan ranjang, tempat Jinsi duduk masih ada Zenni yang setia menemaninya. “Terimakasih Tuan Hao,” jawab Jinsi sembari tersenyum ramah. “Nyonya Muda, saya mohon izin untuk memberi saran pada anda.” Tuan Hao tampak hati-hati dalam berbicara. Jung Jinsi sadar akan hal itu, dia menoleh pada Zenni. “Zenni, aku ingin bicara empat mata saja dengan Tuan Hao. Bisakah kau menunggu didepan pintu saja?”Zenni sempat bersitatap dengan Tuan Hao, dia menelisik sekilas. Lalu pandangannya segera beralih pada Jung Jinsi yang masih duduk diatas ranjang. “Baik Nyonya Muda, panggil saya jika anda memerlukan sesuatu.”“Tentu saja,” balas Jinsi. Setelah itu Ze

    Last Updated : 2025-01-06
  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 14 Amukan Kui

    Jung Jinsi terkejut, ini adalah pertama kalinya dia mendengar soal Kui sejak pertama kali dia bisa mengingat semuanya. Perempuan itu hanya tahu kalau Kui merupakan sebuah ancaman jika melihat ekspresi dari penjaga kediaman. “Kui, makhluk apa itu?” tanya Jung Jinsi pada Zenni yang memang berdiri disampingnya. “Izin menjawab Nyonya Muda, menurut legenda Kui adalah adalah makhluk kuat sebagai simbol kekuatan dan kekuasaan. Saat Kui muncul memang ada tanda alam berupa angin kencang, serta hujan deras yang mengarah pada datangnya badai.” Zenni menjawab dengan hati-hati. “Maaf menyela Nyonya Muda, tapi biasanya Kui tidak muncul tanpa ada alasan. Kui datang karena beberapa alasan seperti sebagai sebuah pertanda, penghukuman langit, atau bahkan peringatan.” Penjaga tadi ikut memberikan informasi. “Kalau begitu kita harus mencari tahu alasannya, jangan sampai ada penduduk kota yang terluka atas kejadian ini,” ucap Jung Jinsi dengan tegas dan tenang. “Sebaiknya anda tidak melakukan ap

    Last Updated : 2025-01-06

Latest chapter

  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Kembali Ke Ibu Kota

    "Tunggu! kau pikir aku mau menggandeng tangan Ming Tian hanya untuk berpindah tempat? itu tidak mungkin," ketus Jing Qian. Namun Jung Jinsi tidak menyerah, dia tetap membujuk sang kakak. Sebab hanya dengan cara ini saja mereka berempat bisa tiba di Kota Fanlan dengan cepat. "Ayo lah, kau hanya perlu memegang tangannya dan semua akan selesai." Jing Qian hendak menolak, tapi Ming Tian sudah mengambil alih percakapan lebih dulu. "Nyonya Muda, biar saya kembali ke Ibu Kota dengan berkuda. meski terlambat, tapi itu lebih baik." Jung Jinsi melongo mendengarnya, dia kemudian mendecik pelan. "Ya kau bisa berkuda ke Fanlan, tapi saat kau kembali kekaisaran sudah sangat kacau!" Ming Tian dan Jing Qian langsung diam, kata-kata Jung Jinsi memang benar. Ye Xuanqing yang melihat perdebatan itu pun tersenyum samar sebelum menengahi. "Kita gunakan cara lain saja, mungkin aku dan Ming Tian akan berkuda. kalian berdua bisa—" Sebelum ucapan Ye Xuanqing selesai, Jing Qian sudah lebih dul

  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 88 Segel dan Mantra Ditengah Perjalanan

    Perjalanan menuju Kota Fanlan sedikit lebih lambat dari yang Ye Xuanqing duga. Tepat di hulu Sungai Qilin, beberapa siluman mulai berjalan dengan langkah cepat untuk naik ke Gunung Jiaguan. “Ada apa ini?” tanya Jung Jinsi yang melihat dari kejauhan. Jing Qian yang ada dibelakang Jung Jinsi dan Ye Xuanqing langsung maju ke depan. Perempuan siluman itu menghadang para siluman yang hendak naik gunung. “Apa yang terjadi, kenapa kalian buru-buru untuk naik?” tanya Jing Qian begitu dia berhadapan dengan rombongan siluman lain. Salah satu siluman dengan telinga kelinci maju untuk menjawab. “Nona Jing! Ada segel aneh di hilir Sungai Qilin. Kami awalnya hendak ke Kota Shinjing namun ketika melewati hilir Sungai aura siluman dan wujud siluman kami langsung muncul.” Kening Jing Qian berkerut sebentar, kemudian menoleh ke arah Jung Jinsi untuk memberikan jawaban. “Bukankah ayah sudah memberikan mantra pemurnian bagi para siluman yang hendak turun gunung. Bukan begitu Jinsi?” “Benar kak, ayah

  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 87 Perjalanan Menuju Fanlan

    Matahari pagi mulai merangkak naik, sinarnya menyinari kediaman Keluarga Jing dengan kehangatan lembut. Di halaman utama, Ye Xuanqing dan Ming Tian sudah berdiri tegap di hadapan Jing Fan, bersiap untuk berpamitan. Di sisi mereka, Jung Jinsi danJing Qian juga bersiap untuk berangkat. Jing Fan menatap mereka dengan ekspresi tenang, meskipun sorot matanya menyimpan banyak pemikiran. Sejak semalam, ia sudah tahu bahwa saat ini akan tiba—saat di mana putri-putrinya harus kembali melanjutkan perjalanan mereka. Ye Xuanqing melangkah maju, membungkuk hormat. “Tuan Jing Fan, kami berterima kasih atas keramahan dan kebaikan Anda selama kami di sini. Tapi hari ini kami harus segera kembali Kota Fanlan,” ucapnya. Ming Tian, yang berdiri di sampingnya, juga ikut memberi hormat. “Kami mohon izin untuk kembali ke Kota Fanlan. Kami akan memastikan keselamatan Nona Jung Jinsi dan Jing Qian selama perjalanan.” Jing Fan mengangguk pelan, menatap keempat orang di hadapannya dengan penuh per

  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 86 Dibawah Sinar Fajar

    Fajar baru saja menyingsing, mengusir sisa kegelapan yang masih menggantung di langit. Cahaya keemasan mulai merayap di cakrawala, perlahan membasuh embun yang menempel di dedaunan. Kediaman Keluarga Jing masih terlelap dalam keheningan.Namun Jung Jinsi berdiri dengan kepala sedikit menengadah, matanya menatap langit yang berangsur berubah warna. Angin pagi yang sejuk membelai rambutnya yang tergerai, membuat helaian peraknya berkilauan dalam cahaya samar.Ia seharusnya masih beristirahat, tapi pikirannya terlalu gelisah. Ibu Suri, ayahnya, rencana yang sudah ia buat—semuanya berputar di dalam kepalanya tanpa henti.Namun, kehadiran seseorang membuatnya tersadar dari lamunannya.Langkah-langkah ringan terdengar di belakangnya, lalu suara yang begitu familiar menghangatkan udara dingin pagi itu.“Kau tidak bisa tidur?”Jung Jinsi tidak menoleh. Ia tersenyum kecil. “Sepertinya kau juga tidak.”Ye Xuanqing melangkah mendekat, lalu berdiri di sampingnya, hanya beberapa jengkal saja memis

  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 86 Restu dari Ayah

    Ming Tian tergagap mendengar pertanyaan dari Ye Xuanqing. Dia menggaruk tengkuknya yang tidak hatal, menutupi bahwa dia tengah gugup. “A-apa maksud anda, Adipati.” Ye Xuanqing terkekeh geli, lalu menepuk pundak Ming Tian perlahan. “Aku tahu kau tertarik pada Jing Qian, ketertarikan seorang pria dengan wanita. Benar kan?”Ming Tian tidak segar menjawab, dia malah tersenyum getir. “Menurut anda, apa gunanya ketertarikan ku pada Jing Qian? Perempuan siluman itu tidak akan pernah memandang ku sebagai pria. Jing Qian akan melihat ku sebagai manusia lemah yang menyedihkan,” ungkapnya.“Mendengar jawaban mu ini, aku sudah bisa mendapatkan kesimpulannya. Ming Tian, jika kau memang tertarik padanya kenapa tidak kau coba dekati Jing Qian perlahan. Kau tidak akan tahu bagaimana tanggapan perempuan itu sebenarnya jika kau tidak mencobanya langsung!” Ye Xuanqing berujar tenang.Meski dia tahu kalau saja Ming Tian dan Jing Qian benar-benar bisa bersatu akan ada hati yang terluka—Zhao Yun Mei

  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 85 Memberi Kepercayaan

    Jung Fan tersenyum samar, meski begitu dia tidak menyepelekan perkataan Jung Jinsi mengenai perasaannya pada Ye Xuanqing. "Kau tahu Jinsi, kadang kita perlu berhati-hati dalam memberikan kepercayaan.""Aku tahu itu ayah, Xuanqing sudah menunjukkan ketulusannya pada ku. Jadi menurut ku sangat pantas jika memberinya kepercayaan." Jung Jinsi menjawab dengan tenang. Meski tidak menoleh ke arah Ye Xuanqing, tapi pria itu bisa merasakan ketulusan yang mendalam dari jawaban Jung Jinsi. Diam-diam dia mengucap syukur. "Kalau begitu, apa kau siap jika nanti akan terluka?" tanya Jing Fan. Itu membuat Jung Jinsi mengerutkan keningnya cukup dalam. "Apa maksud ayah?" Dia justru balik bertanya. Jing Fan menghela nafas panjang, kemudian sedikit mencondongkan tubuhnya dan menatap Jung Jinsi serta Ye Xuanqing secara bergantian. "Dalam cinta, kepercayaan memang hal yang utama. Tapi cinta juga menuntut pengorbanan, tak jarang cinta akan memberi kalian luka. Jadi, ku tanya pada kalian apa sudah siap

  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 84 Mengurai Kebohongan

    Jung Jinsi menundukkan kepalanya, bahunya mulai bergetar sebab tangis yang pecah. “Ayah,” lirihnya lagi.Jung Jinsi mengangguk, matanya basah. “Aku kembali,” ucapnya dengan suara yang bergetar.Seketika, Jing Fan menariknya ke dalam pelukan. Pelukan yang hangat, penuh emosi yang tertahan.Jung Jinsi tak lagi bisa menahan air matanya. Ia membenamkan wajahnya di dada pria yang dulu selalu melindunginya, merasakan detak jantung yang dulu ia pikir tak akan pernah bisa ia dengar lagi.Jing Fan mengusap punggungnya, suaranya bergetar saat berkata, “Maaf… maafkan aku nak. Aku benar-benar melupakanmu.”Jung Jinsi menggeleng di dalam pelukannya. “Tidak apa-apa ayah… aku di sini sekarang, bersama ayah lagi.”Di samping mereka, Jing Qian menyaksikan pemandangan itu dalam diam. Ekspresinya sulit ditebak, tetapi matanya sedikit melembut.Ming Tian meliriknya sekilas, memperhatikan ekspresi Jing Qian yang tak banyak diketahui orang. Dalam hati, ia berpikir bahwa gadis ini jauh lebih kompleks dari y

  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 83 Rumah Keluarga Jing

    Angin malam bertiup lembut, membawa aroma embun dan dedaunan basah saat Jung Jinsi melangkah di samping Ye Xuanqing, mengikuti jalan setapak berbatu yang samar diterangi cahaya bulan. Di belakang mereka, Ming Tian berjalan dalam diam, sesekali menatap sekeliling dengan kewaspadaan alaminya.Mereka telah menempuh perjalanan cukup jauh setelah berhasil selamat dari jebakan mematikan. Awalnya, Ye Xuanqing hanya berniat mengantarkan Jung Jinsi ke tempat aman untuk bermalam. Namun, ada satu hal yang masih mengganjal di benak Jung Jinsi—ke mana mereka sebenarnya akan pergi?Sejak perjalanan dimulai, Jing Qian memimpin langkah mereka tanpa memberi penjelasan. Sosoknya yang dingin dan tenang tidak banyak bicara, tetapi caranya berjalan begitu mantap, seolah sudah memikirkan keputusan besar.Jung Jinsi melirik Ye Xuanqing, lalu berbisik pelan, “Xuanqing, kau tahu kita sedang menuju ke mana?”Ye Xuanqing menggeleng kecil, matanya tetap waspada. “Aku hanya mengikuti langkahnya. Tapi aku percaya,

  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 82 Tekad yang Baru

    Udara terasa lebih berat, dipenuhi aura sihir yang mencekik. Lingkaran cahaya merah menyala di tanah, menciptakan formasi perangkap yang menjebak Jung Jinsi, Jing Qian, dan para siluman lainnya. Energi mereka terserap perlahan, membuat tubuh mereka melemah seiring waktu.Jung Jinsi berlutut, tubuhnya gemetar ketika kekuatan silumannya terus mengalir keluar. Napasnya memburu, tangannya mencengkeram tanah basah untuk tetap sadar. Di sampingnya, Jing Qian bersandar pada pedangnya, wajahnya pucat tetapi tetap dengan ekspresi yang datar, berusaha tetap kuat.Di sisi lain, Ye Xuanqing dan Ming Tian berdiri tegap, tidak terpengaruh oleh formasi itu. Sebagai manusia, energi mereka tidak bisa diserap, tetapi mereka juga tidak bisa sekadar menghancurkan formasi ini tanpa cara yang tepat.Ye Xuanqing menghunus pedangnya, mengamati simbol-simbol kuno yang bersinar di bawah kakinya. "Formasi ini dirancang untuk menguras energi siluman sampai mereka tidak berdaya," gumamnya. "Jika kita tidak segera

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status