Dengan rasa penasaran pada amplop yang dipegangnya, tanpa meminta ijin dari Sean, Anna pun membukanya. Seketika wanita paruh baya itu, menghela nafasnya membaca lembaran kertas yang diambilnya dari dalam amplop tersebut. "Aku memang sudah menduga jika surat dari pengadilan agama adalah surat panggilan untuk persidangan perceraian mereka, tapi aku tidak mengira jika Sean melewatkan pertemuan pertama mereka," gumamnya sembari menatap nanar pada lembar kertas tersebut."Ada apa, Ma? Kenapa Mama sampai berdiri di depan pintu seperti ini?"Suara tegas seorang pria yang familiar di telinganya, mampu mengalihkan perhatian sang nyonya besar dari lembaran kertas yang sedang dibacanya."Eh, Papa. Bikin kaget Mama saja," ucap wanita paruh baya tersebut sambil menghela nafasnya.Antonio terkekeh melihat ekspresi sang istri. Pria paruh baya itu pun mendaratkan bibirnya pada kedua pipi wanita pujaan hatinya. Kemudian dia berkata,"Apa yang sedang Mama bawa?"Anna memberikan lembaran kertas tersebu
"Ajukan banding, dan siapkan tim kuasa hukum terbaik untuk menanganinya!" perintah Sean pada seorang pria yang berdiri di sebelahnya."Baik. Akan kami siapkan tim terbaik untuk menangani kasus anda," ucap sang pengacara dengan sangat yakin.Sean menatap penuh amarah pada wanita yang kita telah berstatus menjadi mantan istrinya. Dia merasa dirugikan dengan hasil putusan sidang hari ini. Beberapa kali dia mengelak datang dengan alasan kesibukannya. Begitu pula pada saat mediasi. Dia melewatkannya begitu saja.Namun, pada saat mediasi, Celine sengaja mempersulit Sean dengan urusan kantornya, sehingga dia tidak bisa datang menghadiri mediasi bersamanya.Celine tersenyum melihat kemarahan dari mantan suaminya. Semua persyaratan yang diajukan olehnya disetujui oleh pengadilan. Tiba-tiba dia teringat akan janjinya. Dilihatnya jam yang melilit di tangan kanan. Seketika dia terhenyak melihat waktu yang sudah berlalu dari jam pertemuannya dengan Antonio.Dengan cepatnya dia bergegas keluar dari
Celine tertegun mendengar perkataan dari sang mantan mertua. Pasalnya, pria paruh baya tersebut masih saja menyuruhnya untuk menikah dengan putra pertamanya. Alasannya hanya satu, mereka tidak ingin kehilangan cucu laki-laki yang menjadi kebanggaan dari keluarga Mayer. Kini, dia merasa seperti terperangkap oleh jebakannya sendiri. Bukan karena tidak menyukai Dave atau tidak mau menikah dengannya, hanya saja dia tidak ingin perceraian dan pernikahannya menjadi buah bibir orang banyak, sehingga nantinya membuat Hero mendapatkan cibiran di kalangan masyarakat luas.Kebimbangannya dapat terlihat jelas oleh Antonio. Mantan mertua laki-lakinya itu sangat mengerti alasan penolakan dari mantan menantunya. "Kamu kira kami tidak memikirkan tentang kalian? Kami sudah memikirkan semuanya," ujar sang Presdir dari perusahaan Mayer, sembari menyeringai."Apa maksudnya, Pa?" tanya Celine yang kembali memanggil Antonio dengan panggilan seperti biasanya.Antonio tersenyum melihat mantan menantunya se
Andra segera memerintahkan pada kuasa hukum mereka untuk membuat ulang surat perjanjian seperti yang diinginkan oleh Antonio Mayer. Sesuai dengan perintah Celine, surat perjanjian tersebut harus diterimanya sore hari, paling lambat sebelum jam makan malam diadakan.Di dalam kamarnya, janda dari Sean Mayer itu terlihat kebingungan. Beruntungnya sang buah hatinya tidak pernah rewel ketika ditinggalkannya bersama dengan sang nenek. Hanya sebentar saja Hero bermain dengan Anna. Setelah itu, bayi mungil tersebut ditidurkan oleh neneknya di dalam kamarnya. Tentunya dengan pengawasan darinya.Namun, ketika wanita paruh baya itu mengambil sebotol susu untuk sang cucu, dia melihat putra keduanya pulang dalam keadaan kusut dan acak-acakan. Merasa harus mengurus sang putra, Anna memerintahkan pada baby sitter untuk menjaga cucunya. Beruntungnya ketika Celine pulang ke rumah tersebut, sang mertua perempuannya dan Sean telah kembali ke kamar masing-masing, sehingga dia tidak perlu bertemu dengan
Suasana di meja makan malam ini terasa canggung. Sean dan Celine yang siang harinya telah resmi berpisah, kini mereka berdua bertemu di meja makan dengan status janda dan duda. Antonio, Anna dan Dave pun merasakan kecanggungan mereka. Hanya saja mereka tidak bisa mengubah kecanggungan tersebut menjadi lebih santai, seperti biasanya. "Maaf. Permisi, Tuan, Nyonya. Ada sebuah kiriman untuk Nyonya Celine," ucap seorang pelayan wanita, sembari memperlihatkan sebuah amplop besar berwarna putih.Seketika Celine terhenyak dari kesibukannya mengaduk-aduk makanan di piringnya. Bibirnya melengkung ke atas tatkala melihat amplop yang ditunjukkan pelayan tersebut padanya. "Berikan padaku," ucapnya sembari mengulurkan tangan kanannya pada sang pelayan.Tanpa menunggu lama, pelayan itu pun segera menghampiri Celine, dan memberikan amplop tersebut padanya. Semua pasang mata beralih menatap sang mantan menantu yang masih daja tersenyum melihat amplop di tangannya. Tidak ada yang menyahuti sang pela
Celine tidak bisa dengan segera melakukan pergerakan untuk menguasai perusahaan mantan suaminya. Dia dan sang mantan mertua laki-lakinya telah mempunyai kesepakatan untuk proses mengambil alih perusahaan tersebut. Semuanya telah diatur oleh Antonio Mayer. Dan Celine sebagai CEO dari perusahaan CF, hanya menuruti perintah darinya.Setelah resmi bercerai dengan Sean, Celine merasa aneh dan tidak nyaman tinggal di rumah tersebut. Hari-harinya terasa sesak ketika bertemu dengan mantan suaminya.'Sepertinya hanya aku di dunia ini yang sudah bercerai, tapi masih tinggal satu atap dengan mantan suami,' batin Celine disertai helaan nafasnya.Sean pun merasa kesal melihat sang mantan istri tidak mau menyapa atau pun berbicara padanya. Setiap mereka bertemu, Celine hanya diam, seolah enggan bertemu dengannya. Melihat putra kedua mereka yang masih saja memperhatikan mantan istrinya, Anna kembali mendesak suaminya agar segera mencari cara untuk menolong Sean. Saat ini Antonio dipusingkan oleh p
Pandangan mata Sheila tiba-tiba berputar-putar. Badannya terasa lemas, sehingga tidak bisa menopang badannya. Seketika tubuhnya terkulai lemas di lantai, sehingga membuat semua orang terkejut melihatnya."Sheila!" seru sang papa seraya mencoba menyadarkan putrinya."Sayang, bangunlah!" seru sang mama dengan paniknya.Berbeda dengan keluarga Mayer. Mereka semua hanya melihat dari tempatnya berada, meskipun ada rasa khawatir pada Sheila.Alberto menoleh ke arah anggota keluarga Mayer, dan berseru,"Dave! Tolong angkat Sheila. Bawa dia ke rumah sakit!" "Kenapa harus Dave? Bukankah anda bisa membawanya ke rumah sakit sendiri?" tanya Dave dengan refleknya.Seketika Alberto meradang. Dengan amarahnya yang menggebu-gebu, dia pun berkata,"Brengsek kamu, Dave! Harusnya kamu bertanggung jawab ketika ada tamu yang pingsan di rumahmu!""Tolong angkat tubuh Sheila ke dalam mobil, Dave. Saya mohon. Suami saya tidak akan kuat mengangkat tubuh Sheila sendirian," tutur Dania dengan mengiba pada Dave
Di sebuah rumah sakit ternama, Sheila mendapatkan pertolongan di ruang IGD. Beberapa saat kemudian, dia tersadar ketika seorang dokter telah memeriksanya. "Euuuggghhh!""Kepalaku," ucapnya lirih, sembari memegang kepalanya.Dahi dan alisnya mengernyit, merasakan betapa sakit bagian kepalanya saat ini. Bahkan dia mendesis kesakitan, tanpa membuka matanya."Apa anda sudah sadar?" Terdengar suara seorang wanita di telinganya, sehingga membuatnya perlahan membuka kedua matanya."Bagaimana perasaan anda saat ini? Apa anda merasakan sakit di bagian tubuh anda?" Suara seorang wanita kembali terdengar di telinganya. Dia mencoba mengerjap-ngerjap, berusaha menyesuaikan binar cahaya yang masuk ke dalam retina matanya. "Mmm .... di mana aku?" ucapnya lirih, sembari meringis kesakitan."Sekarang anda sedang berada di rumah sakit. Bagaimana perasaan anda? Apa ada yang terasa sakit?"Mendengar suara yang sama kembali bertanya padanya, membuat Sheila menoleh ke arah sumber suara. Dia menghela na
Suara detak jantung dari seorang pasien pria yang terbaring di atas tempat tidur pasien, terdengar menggema dalam ruang ICU setelah mendapatkan operasi selama beberapa jam. Deraian air mata dari beberapa orang yang berada di luar ruang tesebut, tidak dapat didengarnya, seolah dunia mereka kini berbeda. Wanita tua yang berpenampilan modis dan terlihat lebih muda dari usianya, sedang berdiri di depan jendela kaca ruang ICU. Pandangan matanya tidak lepas dari pasien yang ada di dalam ruangan tersebut. Mata sembabnya masih saja mengeluarkan air mata, seolah tidak bisa merelakan apa yang dilihatnya saat ini. "Kenapa nasib Sean bisa begini, Pa?!" tanyanya dengan suara serak pada sang suami yang ada di sebelahnya. "Sabar, Ma. Papa yakin, Sean akan baik-baik saja. Sean adalah seorang Mayer. Dia pasti kuat dan berusaha untuk bertahan, agar bisa kembali pulang bersama dengan kita," tutur Antonio yang berusaha menenangkan hati istrinya. Deraian air mata yang membasahi pipi Anna, membuat
"Mama?!" ujar Sera dengan suara yang bergetar.Perempuan muda itu berlari menghampiri seorang wanita paruh baya yang berpenampilan seksi, dan memakai makeup, lengkap dengan lipstik berwarna merah menyala. Dipeluknya wanita yang dipanggilnya dengan sebutan mama tersebut, dan berkata,"Sera takut, Ma."Air matanya menetes di pipi, dan mengenai baju wanita paruh baya yang dipeluknya. Hal yang paling dibenci oleh Raisa, kini dilakukan oleh putrinya. Raisa sangat marah jika bajunya terkena makeup orang lain pada saat berpelukan dengannya. Terlebih lagi jika air mata orang tersebut menempel di bajunya.Sang mama menjauhkan tubuh putrinya, dan memperhatikan penampilan perempuan muda tersebut yang masih sesenggukan mengeluarkan air mata. "Ada apa denganmu, Sera? Kenapa kamu seperti ini? Dan juga kenapa kamu berada di tempat ini?" tanya Raisa sembari menatap putrinya dengan heran.Sera menundukkan kepalanya, sembari mengusap kasar air mata yang menetes di kedua pipinya. Akan tetapi, dia tidak
"Semuanya sudah lengkap. Sepertinya masalah ini sudah bisa kita proses sekarang," ucap polisi yang sebelumnya telah bersitegang dengan Sean."Silahkan, Pak. Kami menyerahkan mereka pada pihak kepolisian," ujar seorang pria yang berasal dari arah belakangnya.Seketika putra kedua dari keluarga Mayer tersebut, menoleh ke arah sumber suara. Sontak saja matanya terbelalak melihat sosok yang sangat familiar sedang berdiri bersama dengan dua orang pria yang diapit oleh beberapa polisi dan beberapa pria berpakaian serba hitam. "Om Sean," lirih perempuan yang saat ini sedang membuat Sean tercengang dengan penampilannya.Betapa tidak tercengang ketika Sean melihat keadaan putri dari wanita yang menjadi partner ranjangnya. Rambutnya berantakan dan terkesan acak-acakan. Wajahnya terlihat begitu lelah, dengan makeup yang luntur karena peluhnya. Dan satu hal membuat Sean tidak bisa berkata-kata yaitu penampilan Sera saat ini yang persis seperti ibunya.Ingatan Sean tertuju pada saat dirinya menja
Seketika dua orang pria dan seorang wanita terhenyak kaget, tatkala pintu kamar yang mereka tempati dibuka dengan kerasnya dari luar. Beberapa pria berpakaian serba hitam masuk ke dalam kamar tersebut, dan menangkap basah mereka bertiga dalam keadaan polos sedang bersenang-senang bersama. Kedua pria tersebut merupakan karyawan hotel yang bekerja pada bagian parkir, sehingga mereka berdua terlihat ketakutan saat ini.Berbeda dengan kedua pria itu. Sera yang usianya jauh lebih muda dari mereka berdua, terlihat sangat menikmati permainannya. Dia berada di atas tubuh seorang pria, dan pria yang satunya lagi memanjakannya dari belakang tubuhnya. Bahkan dia tidak mau menghentikan gerakannya. "Cepat lakukan! Aku sudah tidak tahan lagi! Jangan berhenti! Aku mohon!" ujar Sera dengan suara yang tertahan, diiringi dengan lenguhannya dan lebih mempercepat gerakannya.Hal itu membuat pria yang berada di bawah tubuhnya merasa tersiksa. Dia ingin menghentikannya, tapi hasratnya mengatakan tidak mau
Dave mengepalkan kedua tangannya ketika mendengar cerita dari sang putra tentang apa yang dilakukan oleh Sean padanya. Kilatan amarah terlihat dari mata pria paruh baya yang selalu membuat sang adik iri padanya. "Tidak pernah ku sangka dia akan berbuat senekat itu padamu," ujar Dave dengan penuh amarah. Hatinya kini dikuasai oleh amarahnya pada sang adik. Bahkan Dave telah berjanji dalam hatinya, dia akan memberi Sean pelajaran yang setimpal, jika berani menyentuh istri dan putranya, meskipun nyawanya menjadi taruhan. "Apa mungkin dia ingin menghancurkan kita, Dad?" tanya sang putra dengan ragu-ragu. Dave menoleh ke arah putranya. Dia memaksakan senyumnya, berusaha agar putra kesayangannya tidak mengkhawatirkan hal itu. "Jangan pikirkan hal itu, Hero. Daddy akan mengatasi semuanya. Kamu hanya perlu fokus pada kehidupan dan masa depanmu. Tetaplah waspada dan hati-hati pada siapa pun, meski orang tersebut kenal dan sangat dekat denganmu," tutur Dave, sembari menepuk-nepuk lirih
Hero menyeringai melihat si pengintai telah mendapatkan pelajaran dari sang asisten. Bahkan saat ini, gadis itu telah dibawa oleh dua orang pria yang sama sekali tidak dikenalnya. Mereka berdua diperintahkan oleh asisten Hero untuk memuaskan hasrat sang gadis di dalam kamar salah satu hotel tersebut.Sera pun tidak menolaknya. Dia sangat membutuhkan sentuhan dari pria untuk memuaskan hasratnya. Apalagi saat ini dia dalam pengaruh obat, sehingga bertindak aktif dan agresif ketika bersenang-senang dengan dua pria dewasa yang sangat berpengalaman.Pikirannya kosong. Hanya hasrat yang memburu sedang menguasai hati serta pikirannya. Senyuman dan lenguhannya menandakan kepuasan Sera akan perlakuan dan sentuhan dari kedua pria yang bermain dengannya. "Siapa sebenarnya dia?" tanya Hero pada sang asisten ketika si pengintai sudah keluar dari ruangan tersebut bersama dengan kedua pria suruhan mereka. "Dia suruhan dari pria yang menemui anda di ruang pesta," jawab sang asisten seraya memberika
Tepuk tangan meriah mengiringi pemasangan cincin di kedua jari pasangan yang sedang bertunangan. Hero dan Serena merupakan pasangan yang berbahagia pada hari ini. Semua keluarga besar, kolega, dan rekan kerja telah datang untuk menjadi saksi peristiwa penting tersebut, dan tentu saja mereka berbondong-bondong memberikan ucapan selamat pada pasangan yang sedang berbahagia.Setelah semua rangkaian acara selesai dilakukan, dan mengantarkan sang kekasih hati pulang bersama keluarganya, Hero meminta ijin pada kedua orang tuanya untuk beristirahat sejenak, meninggalkan pesta tersebut yang masih dipenuhi oleh tamu undangan."Tolong bawakan saya obat sakit kepala," perintah Hero pada asistennya, sembari berjalan keluar dari area pesta.Tanpa menunggu lama, sang asisten pun bergegas mengambilkan obat untuk sang bos, dan membawakan sebotol air mineral untuk dibawa ke ruang peristirahatan yang hanya digunakan pada saat pesta berlangsung.Di dalam ruangan itu, seorang pemuda berpenampilan rapi de
Perkataan Sean terngiang-ngiang di telinga Hero, hingga menyita pikirannya. Pemuda tersebut memikirkan panggilan Sean padanya. 'Putra? Kenapa pria tadi memanggilku sebagai putranya? Apa aku mirip dengan putranya?' batin Hero sembari membayangkan percakapannya bersama dengan Sean.Dirinya mengatakan bahwa tidak akan terpengaruh dengan perkataan pria asing tersebut. Akan tetapi, hatinya menolak untuk melupakannya. Kata "putra" masih saja membekas pada ingatannya. "Ada apa, Hero? Apa kamu gugup?" tanya seorang pria baya sembari terkekeh duduk di sampingnya.Sontak saja pemuda tampan yang menjadi sorotan dalam acara tersebut, menoleh ke arah sumber suara. Seketika dia terkejut tatkala melihat sosok pria yang menjadi panutannya selama ini."Papa?! Sejak kapan Papa berada di sini?"Dave tersenyum, dan menepuk-nepuk lirih pundak putranya, seraya berkata,"Apa yang sedang kamu khawatirkan? Bukankah seorang Hero tidak pernah sekali pun merasa khawatir?" Hero menghela nafasnya. Dia tersenyum
"Sean?!" celetuk Celine yang terkejut melihat sang mantan suami berdiri di hadapannya sambil tersenyum."Kamu bertambah cantik. Aku senang bisa melihatmu lagi, Sayang," tutur Sean sembari tersenyum, dan tatapan matanya seolah sedang menginginkan sang wanita.Celine menguatkan dirinya, agar terlihat tidak terpengaruh oleh kehadiran sang mantan. Sayangnya, ekspresi tubuhnya tidak mengatakan demikian. Dadanya bergerak naik turun seiring dengan nafasnya yang memburu menahan ketakutannya. 'Mimpi itu menjadi kenyataan. Tidak. Aku tidak boleh terlihat lemah dan takut padanya. Aku harus bersikap berani dan tidak terpengaruh dengan kehadirannya,' batin sang wanita dengan mencengkeram erat dress yang dipakainya."Kenapa kamu berada di sini?" tanya Celine yang berusaha terlihat berani di hadapan mantan suaminya.Sean menyeringai. Dia menatap lapar pada wanita cantik yang ada di hadapannya. Memang benar jika Sean semakin tertarik ketika melihat mantan istrinya. Dia tidak menampiknya, dan rasa in