Demi menyelamatkan kebangkrutan keluarganya, Elena memilih untuk menyerahkan kesuciannya yang sudah dia jaga selama ini pada pria asing. Namun siapa sangka, Elena justru berakhir dengan Damin Falcone--salah satu cucu dari orang terkaya di negeri--yang tengah mabuk berat setelah dikhianati kekasih. Lantas, bagaimana nasib Elene? Belum lagi, keduanya terpergok oleh sang kakek yang memaksa keduanya menikah!
Lihat lebih banyakCahaya lembut menembus tirai apartemen saat kelopak mata Elena perlahan terbuka. Kepalanya terasa berat, tenggorokannya kering, dan tubuhnya terasa sangat lemas.Begitu pandangannya mulai jelas, ia melihat langit-langit serba putih. Elena belum bisa mengingat apapun kecuali fakta bahwa dia hampir diperkosa oleh Evan.Tapi dimana dia sedang berada sekarang?Matanya sayunya perlahan turun untuk melihat sekelilingnya dimana ada infus yang terpasang dari telapak tangannya. Ketika Elena melihat ke arah lain, dia melihat seseorang. Damian duduk di sofa panjang dengan kaki bersilang, kacamata tipis bertengger di batang hidungnya, dan sebuah tablet menyala di tangannya. Tatapannya fokus, tapi bahunya sedikit tegang, seolah dia sudah duduk di sana sejak semalam.Elena mengerjapkan mata, mencoba duduk tapi meringis karena perih di pinggangnya. Ia menahan napas, menatap Damian dari tempat tidur, lalu memberanikan diri bersuara. “Tuan…”Damian menoleh perlahan, tatapannya tajam namun tetap tenan
Kesadaran Elena perlahan kembali, tubuhnya terasa remuk dan nyeri ketika digerakkan. Kelopak matanya berat, dan begitu terbuka, ia melihat langit-langit kusam dengan bau lembap menusuk hidung.Matanya mulai menyesuaikan, dan saat itu, matanya membelalak sempurna saking terekejutnya melihat keadaan sekitarnya, tempat dimana dia berada.Bagaimana tidak?Dinding ruangan itu penuh dengan foto dirinya. Ada yang saat remaja, saat sekolah, bahkan ada yang diambil diam-diam saat ia berada di mansion—di dapur, taman, bahkan di kamarnya. Lebih mengerikan lagi, beberapa foto menunjukkan dirinya saat tidur dengan baju tidur yang terangkat, atau saat mandi dengan pantulan samar di cermin.Tubuhnya gemetar. Elena sadar kedua tangan dan kakinya terikat erat pada kursi dengan tali kasar, dan mulutnya dibekap kain kotor yang membuatnya nyaris muntah. Ia mengerang, mencoba berteriak, tapi hanya suara kecil yang keluar dari tenggorokannya.Matanya mulai berkaca-kaca saat rasa takut menggerogoti kewarasa
Taksi melaju di jalanan kota yang perlahan mulai lengang, membawa Elena dan Evan menuju tempat yang belum pernah ia datangi sebelumnya. Di dalam sebuab taksi, Elena menggenggam tas besar berisi uang tunai lima puluh juta yang baru saja ia tarik dari bank terdekat. Detak jantungnya berdebar tak karuan, lebih karena rasa takut daripada perjalanan itu sendiri. Evan duduk di sampingnya dalam diam, sesekali meringis seperti menahan sakit pada tubuhnya yang lebam-lebam. Elena terus meliriknya dengan khawatir, merasa bersalah karena telah menyebabkan pria itu kehilangan pekerjaan. Andai saja ia tak membela Evan tidak berbaik hati membawakan makan malam padanya waktu itu semua ini tidak akan terjadi. Oh! Tidak pernah Elena bayangkan semuanya akan menjadi runyam seperti ini. Hingga nyawa seseroang menjadi taruhannya. “Berapa lama lagi kita akan sampai?” tanya Elena, suaranya parau karena cemas. Evan melirik menimang-nimang sebentar menjawab, “Sekitar satu jam dari pusat kota, tempatnya agak
“Nona, apa ada yang perlu dibeli lagi? Mumpung kita masih di area kota?” suara berat Pak Karno—supir setia keluarga Falcone—mengisi kabin sunyi mobil hitam itu.Lelaki paruh baya itu melirik Elena lewat cermin spion, menyadari nona muda yang duduk di belakang sejak tadi hanya diam membisu sambil memandangi ponselnya. Suaranya membuyarkan lamunan panjang Elena yang tak henti berputar soal seseorang yang tak kunjung pulang.“Tidak, Pak Karno. Semua sudah lengkap, tinggal dicek kepala maid saja nanti di mansion,” sahut Elena pelan, suaranya nyaris tak terdengar, seperti sedang berbicara pada dirinya sendiri.Mobil meluncur perlahan melewati jalanan kota yang mulai redup, menyisakan bayang-bayang lampu pertokoan yang memantul samar di jendela. Sinar oranye senja menggurat langit, memberi warna hangat yang kontras dengan dinginnya hati Elena.AC yang terus mengalir pelan, suara mesin yang stabil, dan suasana hening membuat pikirannya melayang jauh… menuju tempat yang bahkan tak bisa ia dat
“Ahhh Tuan!” Elena meringis dengan sangat keras ketika Damian melepas asal ikat pinggang yang mengikat tangannya dan langsung membalik tubuhnya cepat.Di depan meja kerja Damian yang bagian ujungnya ada kaca besar menjadi saksi perbuatan Damian. Pria itu langsung menyingkap rok Elena dan menggeser celana dalamnya dengan gerakan cepat dan langsung memasukkan pusakanya yang sudah mengeras sepenuhnya.Elena bahkan tidak mendapatkan kesempatan untuk menolak tetapi Damian, pria itu langsung melakukan permainannya dengan sangat kasar dan menuntut seakan semua kemarahannya tersalur disana.“T-tuan…aku…ahh…aku tidak kuat berdiri lagi,” lirih Elena dengan tangan yang sekuat tenaga memegang ujung meja kerja Damian karena pria itu memompa dari belakang dengan sangat perkasa.Plak!Elena menutup matanya rapat-rapat ketika Damian menampar pantat bulat sempurna yang selalu menguji gairah Damian itu. Pria itu sangat marah, kesal dan semuanya bercampur menjadi satu dan melihat seberapa seksi Elena di
Rico menatap Damian yang berdiri di ambang pintu dengan tatapan dingin. Tanpa menunggu perintah kedua, dia menunduk sedikit sebelum berbalik dan meninggalkan ruangan. Pintu tertutup dengan suara berat, menyisakan hanya Damian dan Elena di dalam sana.Elena menelan ludah, jantungnya berdebar kencang saat tatapan tajam pria itu mengunci dirinya di tempat. Ada sesuatu dalam sorot matanya yang gelap—sesuatu yang berbahaya."Ada masalah apa, hm?" Damian membuka suara, suaranya rendah dan penuh ketenangan yang justru semakin mengintimidasi.Elena menggigit bibir bawahnya, tangannya mengepal di sisi tubuhnya. Ada banyak sekali yang ingin dia katakana sebelumnya di depan wajah Damian tetapi saat pria ini muncul nyalinya seketika menciut. "Aku... Aku hanya ingin tahu kenapa Tuan bertindak sejauh ini..."Elena memberanikan dirinya mengucapkan itu walau suaranya sepenuhnya bergetar, membuat Damian semakin gencar mengintimidasi Elena.Pria dengan tinggi hampir 190 cm itu menyipitkan matanya saat
Suasana ruang makan para pelayan siang itu terasa lebih ramai dari biasanya. Aroma sup lobster kental, steak wagyu panggang, serta truffle pasta memenuhi udara, menciptakan kontras mencolok dengan makanan sederhana yang biasanya tersaji di meja mereka.Semua mata langsung tertuju pada satu orang—Elena, yang menatap hidangan mahal di hadapannya dengan ekspresi bingung."Silakan dinikmati," ucap Chef Matteo dengan senyum tipis sambil membawa menu makanan yang jauh lebih mahak dari sebelumnya.Elena benar-benar kebingungan, tidak tahu apa yang sedang terjadi saat ini. Kemarin dia seharian tidak makan tapi hari ini malah dapat makanan sebanyak ini?Apalagi keberadaan Chef Matteo di ruang makan maid adalah sebuah keajaiban. Chef Matteo adalah koki khusus untuk anggota keluarga inti Falcone tidak untuk memasak makanan pelayan tetapi dia ada disini sekarang hingga menimbulkan pertanyaan besar.Chef Matteo tersenyum manis menatap Elena sebelum akhirnya berucap, "Selamat menikmati Nona Elena,
Prang!“TUAN!” Elena terkejut bukan main saat Damian melempar kasar nampan makanan yang diberikan Evan tadi hingga seluruh isinya berserakan di lantai.Elena menatap makanannya dengan wajah nanar. Tidak menyangka itu akan terbuang sia-sia hanya karena kemarahan tak berdasar pria ini.Dengan gerakan cepat, Elena berjongkok untuk mengambil makanan itu yang belum sepenuhnya kotor semuanya. Damian yang melihat itu semakin membuatnya tersulut emosi.Bayangkan saja siapa yang tidak akan marah jika wanita yang sudah dia claim kepemilikannya malah berhubungan dengan pria lain bahkan sampai membawakan makanan semalam ini.Bukankah Damian berhak marah?“Ahhh….” Elena memekik ketika Damian menarik tangannya, mecegahnya untuk mengambil makanan itu. Wajah Damian benar-benar memerah. “Apa makanan dari pria sialan itu begitu penting bagimu hah? Kau tidak pernah makan?” bentak Damian tanpa tahu kalau Elena samasekali tidak makan seharian ini karena dia dimusuhi seniornya.Elena terdiam menatap Damian
“Tuan bagaimana ini?” pekik Elena dengan wajah yang panik. Itu suara Evan, kenapa pria itu datang secara tibaa-tiba malam-malam seperti ini?Sungguh sangat tidak biasa.Damian terlihat sangat kesal karena ada yang menganggu aktivitasnya. Pria itu duduk di sisi ranjang sambil mengusap kasar rambutnya ke belakang.“Siapa itu?” tanya Damian dengan nada yang sarat akan kekesalan. Dia menatap Elena yang sudah panik bukan main dengan wajah datarnya.“Tuan! Bersembunyilah! Sembunyi di lemari atau di kamar mandi dimana saja!” pekik Elena sambil megambil jaket untuk menutupi pakaiannya yang sangat terbuka itu.Damian meraih tangan Elena dengan cepat hingga mmebuat Elena menatap Damian secara tiba tiba. Tangan Damian mencengkeram tangan kiri Elena. “Kenapa aku harus sembunyi?”Elena melotot tak percaya. Keadaan sangat genting seperti ini tapi Damian masih punya waktu untuk bertanya? “Ada orang yang
“Tunggu kau masih perawan?” Suara berat seorang pria yang tengah telanjang itu membuat wanita yang ada dibawahnya menegang.Elena, wanita itu menutup matanya sembari mengangguk ragu. Dia memang masih perawan dan terpaksa menjual dirinya untuk menyelamatkan papanya dari rentenir.“T-tunggu…t-tuan akan pergi?” Elena terkejut ketika pria itu bangkit dan malah memungut pakaiannya. Apa dia melakukan kesalahan?Elena mendadak menjadi ketakutan. Jika dia gagal memuaskan pelanggan utama sekaligus pertamanya ini maka Mami Lily, ketua mucikari di club ini tidak akan mau membayar Elena.Pria itu membelakangi Elena. Otot otot punggungnya terpampang di dalam cahaya remang remang ruangan itu. “Aku tidak bermain dengan seorang perawan.” Kata kata itu keluar dari bibir pria itu.Elena terdiam, bagaimana bisa pria ini langsung tahu?Dengan tangan bergetar Elena bangkit dan berlutut di hadapan pria itu. Memohon dengan nada yang sangat lirih. “T-tuan aku mohon jangan pergi. Jika tuan pergi aku tidak aka...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen