แชร์

Penderitaan Elena

ผู้เขียน: minaya
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-02-10 14:13:43

“Kami ingin memulai ronde kedua apa kakek tetap akan berdiri dan menganggu kami?” Ucapan pria yang ternyata namanya Damian ini sukses membuat Elena melotot tajam.

Sudah ketahuan tapi pria ini malah menantang lagi?

“KAU! Mau sampai kapan kau akan terus bermain main seperti ini Damian?” Pria dengan pakaian rapi dan beberapa pengawal di belakangnya itu terlihat sangat marah. “Kau benar benar mencoreng nama baik keluarga kita!”

Dia sudah lama tahu kalau Damian memang suka mengunjungi tempat ini dan sudah selama itu pula dia menahan amarahnya karena awalnya dia mengira Damian hanya sakit hati sementara. Saat dia sudah bisa melupakan mantan tunangannya itu maka dia akan kembali normal namun semuanya salah besar.

“Sebelum mencoreng, aku sudah memberikan banyak untuk keluarga jadi impas.” Damian menjawab tanpa ragu. Sementara Elena yang masih diangkat oleh pria itu hanya bisa menyembunyikan seluruh wajahnya di ceruk leher Damian. Dia sungguh sangat malu saat ini.

Melihat keadaan yang memang tidak kondusif. Kakek Damian langsung berbalik. “Kakek harap ini yang terakhir kalinya kau melakukan tindakan tidak terpuji seperti ini. Jika sekali lagi terjadi, jangan harap kau bisa menjadi pewaris.”

Setelah mengucapkan itu kakek Damian langsung melenggang pergi dengan pengawalnya. Pintunya ditutup dengan kasar.

“Tuan Damian!” Rico, asisten pribadi sekaligus sekretaris damian yang memang menunggu diluar sejak tadi masuk dengan wajah horor. “Tuan Falcone tidak bercanda, dia benar benar mar—

Ucapan Rico terhenti saat dia melihat wanita disamping Damian. Ketika Elena menunjukkan wajahnya Rico langsung berhenti berbicara. “B-bagaimana bisa?” lirihnya dengan wajah yang syok.

Damian menyadari dan tahu betul keterkejutan Rico karena apa. Elena, sangat mirip denga Thalia, mantan tunangan Damian yang pergi. Bahkan dari bentuk tubuh hingga kecantikannya.

“Panggil Lily ke sini, aku akan membeli wanita ini.” Ucapan Damian sontak membuat Elena terkejut. Dia ke sini hanya untuk melakukannya sekali saja karena bayarannya cukup mahal, Elena bisa membayar semua bunga dari hutang papanya sementara dia akan berusaha mencari pekerjaan yang baik.

Elena benar benar tidak punya rencana untuk terus menjual tubuhnya seperti pelacur.

“T-tunggu Tuan, aku tidak bisa,” lirih Elena memberanikan dirinya. Walau dia ketakutan, tapi dia tetap tidak bisa diam saja saat hidupnya menjadi taruhan.

Bagi orang berkuasa seperti Damian ini, membeli seseorang pasti sangat mudah baginya apalagi hanya wanita tidak berharga seperti Elena. Akan tetapi Elena tidak punya siapapun selain dirinya sediri untuk menyelamatkan hidupnya.

“Apa aku sedang meminta pendapatmu?” Suara dingin Damian membuat Elena mematung sepenuhnya. Pria ini benar benar dingin, arogan, dan kejam.

“T-tapi Tuan, aku hanya pekerja sementara Mami Lily, aku bukan bagian dari wanita yang bisa dijual,” jawab Elena lagi lagi menyulut emosi Damian.

Pria itu berbalik menatap Elena sembari memberikan titah dengan kepalanya kepada Rico untuk pergi mencari Mami Lily untuk bertanya berapa harga Elena. “Katakan saja berapa, kau baru punya harga diri sekarang? Tadi kemana saja haraga dirimu hm?” sinis Damian membuat Elena tertohok.

Apa yang haus dia lakukan sekarang?

Sebelum semuanya menjadi runyam, dengan keberanian yang Elena kumpulkan wanita itu berlari sekuat tenaganya keluar ruangan dan kabur dari radar Damian secepat kilat.

Melihat itu Damian tidak panik, juga tidak mengejar. Dia malah terkekeh melihat Elena yang memilih kabur karena sampai di ujung duniapun Damian pasti akan bisa menemukannya.

Rico dan Mami Lily datang sekejap kemudian hanya untuk melihat Elena sudah menghilang. “Siapkan mobil dan lacak keberadaan wanita kecil itu,” titah Damian sembari berjalan melewati Rico dan menghidupkan rokoknya dengan santai.

**

Elena berlari menerobos hujan, napasnya tersengal. Kakinya beradu dengan aspal basah, tetapi dia tak peduli. Yang penting adalah menjauh dari pria itu—pria dengan mata gelap yang penuh obsesi.

Begitu sampai di depan rumah, dia merogoh tasnya dengan tangan gemetar. Kosong. Saat itu juga, jantungnya seakan berhenti—dia lupa mengambil uangnya dari Mami Lily.

Apa yang telah dia lakukan? Keapa Elena bisa seceroboh ini? Papanya pasti sudah menunggu-nunggu uang yang akan dia bawa tetapi Elena melupakannya. Tidak mungkin dia kembali ke sana dan mempertaruhkan hidupnya.

Tiba-tiba, pintu rumah terbuka dengan keras, menampakkan sosok Pram, papa Elena yang berdiri dengan botol minuman di tangan. "Mana uangnya?" suaranya berat, penuh ancaman. Elena menelan ludah, mencoba mencari kata-kata, tetapi semua lenyap saat tangan Pram melayang ke wajahnya.

Tamparan keras itu membuatnya terhuyung, pipinya terasa panas dan perih. "Papa… aku—aku akan memberikan uangnya besok" ucapnya lirih, berharap pria itu mau mendengar.

"BESOK?! Apa kau pikir rentenir itu mau menunggu?!" Pram mencengkeram rambut Elena dan menariknya mendekat. "Karena kelalaianmu, aku bisa mati malam ini!"

Sebelum Elena sempat menjawab, suara gedoran pintu membuatnya membeku. Seorang pria berbadan besar dengan setelan serba hitam masuk tanpa permisi, diikuti beberapa anak buahnya. "Pram, waktunya untuk membayar bunga hutangmu atau nyawamu yang kami ambil."

"Aku... aku butuh waktu!" Pram jatuh bersimpuh, tangannya gemetar. Tetapi preman itu tidak peduli, sebuah pukulan mendarat di perutnya, membuatnya tersungkur.

"Papa!" Elena menjerit, berusaha melindunginya, tetapi seseorang mendorongnya hingga jatuh ke lantai. Elena menyaksikan sendiri bagaiaman papanya dikroyok oleh preman itu.

Dengan tangisan di wajahnya, Elena berteriak meminta tolong namun tidak ada yang berani menolongnya karena preman ini sangat ditakuti di lingkungan ini.

Tetangga hanya mengintip dari balik jendela tanpa ada yang berani menolong. Elena menoleh ke sekitar, putus asa, lalu suara deru mobil terdengar di luar. Sebuah mobil hitam berhenti, lampunya menyinari tubuhnya yang tergeletak.

Dengan panik, dia bangkit dan berlari ke tengah jalan, menyetop kendaraan itu. Jendela turun perlahan, memperlihatkan wajah Damian yang begitu tenang, seolah menikmati pemandangan ini.

Mata kelamnya menatap Elena yang basah kuyup, napasnya yang tersengal, dan air mata yang mengalir di pipinya.

"Tuan tolong... Aku mohon..." suaranya bergetar, hampir tak terdengar. “Papaku dikroyok oleh orang-orang itu dia bisa celaka,” lirih Elena.

Damian menyandarkan tubuhnya ke kursi, tatapannya dingin dan penuh perhitungan. "Ck! Disaat genting baru mau meminta tolong, hm?” sindir Damian.

 Elena menegang, tubuhnya bergetar. "Aku... aku akan melakukan apa pun..." ucapnya pasrah. Elena sudah buntu, salah langkah papanya bisa dihabisi detik ini juga dan Elena rasanya tidak mampu kehilangan papanya setelah mamanya pergi, hanya dia satu satunya yang Elena miliki.

Senyum tipis terukir di bibir Damian, tetapi matanya tetap tajam, menelanjangi Elena dengan tatapannya. "Satu tahun. Kau jadi milikku. Tanpa syarat, tanpa pengecualian."

Elena membeku. Walau itu harga yang sangat mahal tetapi tidak ada yang lebih penting dari nyawa papanya saat ini. “M-maksud tuan….

“Jadi wanita simpananku selama 1 tahun, aku akan membayarmu dengan harga yang fantastis tergantung kinerjamu,” tawar Damian sepertinya dia sudah melupakan untuk membeli Elena seperti yang dia katakan sebelumnya karena memang benar Elena tidak ada kontrak apapun dengan Mami Lily jadi dia tidak berhak menjual Elena seenaknya.

Di belakangnya, Pram memekik kesakitan saat pukulan lain mendarat di tubuhnya. Itu seakan dorongan bagi Elena untuk menyetujui permintaan pria angkuh ini tanpa berpikir panjang.

Elena menatap ayahnya yang babak belur. Tidak ada pilihan lain. Dengan bibir bergetar, dia mengangguk. "Baik... Aku setuju."

Damian tidak berkata apa-apa lagi. Dia hanya menjentikkan jarinya.

Secepat kilat, anak buahnya keluar dari mobil, bergerak dengan keahlian mematikan. Dalam hitungan detik, preman-preman yang tadi menindas Pram kini terkapar di tanah, tak berdaya.

Damian turun dari mobil, melangkah mendekati Elena yang masih berdiri kaku. Dengan tenang, dia mengangkat dagunya, memaksa matanya bertemu dengan miliknya. "Mulai sekarang, kau milikku, Elena. Jangan pernah mencoba lari."

Dan tanpa menunggu jawaban, dia menariknya masuk ke dalam mobil, mengunci gadis itu dalam genggamannya.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Ranjang Panas Presdir Posesif   Bukan Pria Biasa

    Elena, Damian dan Rico sampai di apartement sementara Damian, tempatnya biasanya tidur sementara karena dekat dengan perusahaannya.Elena berjalan mengikuti kedua pria itu dengan wajah pucat. Saat sampai di ruangan, Elena memberanikan dirinya membuka suara. “T-tuan, bagaimana dengan papaku apa dia akan dilindungi?” tanya Elena.Damian bersandar sambil menyilangkan kakinya. Tatapan matanya sangat intens mentap Elena dari ujung kepala sampai ujung kaki seakan dia bisa menelanjangi Elena hanya dari tatapannya itu.Elena menelan ludahnya, merasa gugup karena dia tahu betul makna dari tatapan pria itu. “Anak buahku sudah mengurus itu semua, yang perlu kau pikirkan sekarang hanya aku, Elena,” ujar Damian dengan santainya.Elena bahkan tidak tahu sejak kapan pria ini tahu namanya tapi mengingat semua hal ini mulai dari pengawal, asistem pribadi, pelanggang utama di club dan semuanya sepertinya Damian ini memang bukan orang sembarangan.Elena tak membalas setelah itu, dia hanya duduk kaku men

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-10
  • Ranjang Panas Presdir Posesif   Mansion Falcone

    Aneh! Tapi nyata itulah yang terjadi saat ini.Elena menerima sebuah surat panggilan karena dia sudah lolos tahap administrasi untuk menjadi maid di mansion Keluarga Falcone. Jatungnya berdebar dengan kencang. Walau memang tujuannya kesana adalah untuk memuaskan hasrat tuan muda keluarga itu tetapi ini sungguh pengalaman yang sangat berkesan di hidupnya.Pagi ini Elena sudah bisa ke mansion utama untuk menjalani tes keterampilan dan menunggu pengumuman penerimaan disana.Beberapa orang terlihat sudah berkumpul di bagian belakang mansion karena bagian utama hanya boleh dilalui oleh penghuni mansion sementara maid dan pengawal harus masuk lewat belakang atau samping.Elena tak henti hentinya berdecak kagum ketika melihat betapa besarnya mansion ini. Dengan taman yang sangat luas dan rumah utama bak istana terlihat sangat megah dan berkilau dari kejauhan.Elena sekarang paham kenapa Damian bisa mengatakan ingin membeli seseorang dengan mudahnya. Dia terlahir sebagai pangeran disini mungk

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-10
  • Ranjang Panas Presdir Posesif   Memuaskan Tuan Muda

    “Aku tidak memakan makanan pembuka, apa kau maid baru?” Seorang pria yang wajahnya persis seperti Damian namun versi lebih tuanya itu berbicara kepada Elena dengan wajah datar.Elion Alexander Falcone, cucu pertama dari Tuan Falcone dan kakak dari Damian sendiri. Elena tahu semua itu karena orientasi yang diberikan tadi namun karena gugup dengan perilaku Damian tadi dia melupakan ini.Elena mengambil makannnya sembari membungkuk, “Iya, Tuan saya maid baru mohon maafkan saya,” ucap Elena.Elion tidak membalas tetapi dia menatap Elena dengan tatapan yang cukup dalam, entah kenapa suara dan caranya berbicara mengingatkannya pada seseorang namun Elion tidak yakin siapa.“Aku tidak perlu maafmu jika kau melakukan ini lagi keluar dari mansion ini,” ucap Elion tegas membuat Elena merutuki dirinya sendiri.Mila tidak berani ikut campur karena temperamen Elion yang paling buruk disini. Dia hanya bisa menasehati Elena ketika ada di dapur nanti tidak didepan majikan.“Elion, sudahlah jangan mena

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-10
  • Ranjang Panas Presdir Posesif   Hanya Aku Yang Berhak

    Terhitung sudah 1 minggu lebih Damian pergi entah kemana semenjak kejadian itu. Elena tahu betul pria itu kesal namun apa boleh buat? Elena benar benar datang bulan saat itu.“Lena, gelas dan sendok di meja utama kurang tolong hitung dengan benar!” Suara Mila membuyarkan lamunan Elena yang tengah mencari gelas dan piring kecil.“Iya, akan aku bawa segera,” jawab Elena. Buru-buru dia berjalan ke arah luar namun seseorang sengaja menabraknya dengan cukup keras hingga piring kecil itu hampir jatuh.“Tuan muda tiba hari ini, awas jika kau berani menggodanya kau pikir kau penguasa disini hanya karena kau adik dari Rico?” sinis Miranda sembari mencengkeram pundak Elena dengan sangat keras.Semenjak kejadian minggu lalu saat Elena membawakan Damian makan ke ruangan kerjanya, Miranda mulai menunjukkan sifat aslinya.Karena Elena cukup lama ada disana untuk berbicara dengan Damian karena pria itu terus menggodanya, Mira menuduh Elena berusaha mencari perhatian Damian, apalagi saat itu Damian s

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-06
  • Ranjang Panas Presdir Posesif   One Night Stand

    “Tunggu kau masih perawan?” Suara berat seorang pria yang tengah telanjang itu membuat wanita yang ada dibawahnya menegang.Elena, wanita itu menutup matanya sembari mengangguk ragu. Dia memang masih perawan dan terpaksa menjual dirinya untuk menyelamatkan papanya dari rentenir.“T-tunggu…t-tuan akan pergi?” Elena terkejut ketika pria itu bangkit dan malah memungut pakaiannya. Apa dia melakukan kesalahan?Elena mendadak menjadi ketakutan. Jika dia gagal memuaskan pelanggan utama sekaligus pertamanya ini maka Mami Lily, ketua mucikari di club ini tidak akan mau membayar Elena.Pria itu membelakangi Elena. Otot otot punggungnya terpampang di dalam cahaya remang remang ruangan itu. “Aku tidak bermain dengan seorang perawan.” Kata kata itu keluar dari bibir pria itu.Elena terdiam, bagaimana bisa pria ini langsung tahu?Dengan tangan bergetar Elena bangkit dan berlutut di hadapan pria itu. Memohon dengan nada yang sangat lirih. “T-tuan aku mohon jangan pergi. Jika tuan pergi aku tidak aka

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-10

บทล่าสุด

  • Ranjang Panas Presdir Posesif   Hanya Aku Yang Berhak

    Terhitung sudah 1 minggu lebih Damian pergi entah kemana semenjak kejadian itu. Elena tahu betul pria itu kesal namun apa boleh buat? Elena benar benar datang bulan saat itu.“Lena, gelas dan sendok di meja utama kurang tolong hitung dengan benar!” Suara Mila membuyarkan lamunan Elena yang tengah mencari gelas dan piring kecil.“Iya, akan aku bawa segera,” jawab Elena. Buru-buru dia berjalan ke arah luar namun seseorang sengaja menabraknya dengan cukup keras hingga piring kecil itu hampir jatuh.“Tuan muda tiba hari ini, awas jika kau berani menggodanya kau pikir kau penguasa disini hanya karena kau adik dari Rico?” sinis Miranda sembari mencengkeram pundak Elena dengan sangat keras.Semenjak kejadian minggu lalu saat Elena membawakan Damian makan ke ruangan kerjanya, Miranda mulai menunjukkan sifat aslinya.Karena Elena cukup lama ada disana untuk berbicara dengan Damian karena pria itu terus menggodanya, Mira menuduh Elena berusaha mencari perhatian Damian, apalagi saat itu Damian s

  • Ranjang Panas Presdir Posesif   Memuaskan Tuan Muda

    “Aku tidak memakan makanan pembuka, apa kau maid baru?” Seorang pria yang wajahnya persis seperti Damian namun versi lebih tuanya itu berbicara kepada Elena dengan wajah datar.Elion Alexander Falcone, cucu pertama dari Tuan Falcone dan kakak dari Damian sendiri. Elena tahu semua itu karena orientasi yang diberikan tadi namun karena gugup dengan perilaku Damian tadi dia melupakan ini.Elena mengambil makannnya sembari membungkuk, “Iya, Tuan saya maid baru mohon maafkan saya,” ucap Elena.Elion tidak membalas tetapi dia menatap Elena dengan tatapan yang cukup dalam, entah kenapa suara dan caranya berbicara mengingatkannya pada seseorang namun Elion tidak yakin siapa.“Aku tidak perlu maafmu jika kau melakukan ini lagi keluar dari mansion ini,” ucap Elion tegas membuat Elena merutuki dirinya sendiri.Mila tidak berani ikut campur karena temperamen Elion yang paling buruk disini. Dia hanya bisa menasehati Elena ketika ada di dapur nanti tidak didepan majikan.“Elion, sudahlah jangan mena

  • Ranjang Panas Presdir Posesif   Mansion Falcone

    Aneh! Tapi nyata itulah yang terjadi saat ini.Elena menerima sebuah surat panggilan karena dia sudah lolos tahap administrasi untuk menjadi maid di mansion Keluarga Falcone. Jatungnya berdebar dengan kencang. Walau memang tujuannya kesana adalah untuk memuaskan hasrat tuan muda keluarga itu tetapi ini sungguh pengalaman yang sangat berkesan di hidupnya.Pagi ini Elena sudah bisa ke mansion utama untuk menjalani tes keterampilan dan menunggu pengumuman penerimaan disana.Beberapa orang terlihat sudah berkumpul di bagian belakang mansion karena bagian utama hanya boleh dilalui oleh penghuni mansion sementara maid dan pengawal harus masuk lewat belakang atau samping.Elena tak henti hentinya berdecak kagum ketika melihat betapa besarnya mansion ini. Dengan taman yang sangat luas dan rumah utama bak istana terlihat sangat megah dan berkilau dari kejauhan.Elena sekarang paham kenapa Damian bisa mengatakan ingin membeli seseorang dengan mudahnya. Dia terlahir sebagai pangeran disini mungk

  • Ranjang Panas Presdir Posesif   Bukan Pria Biasa

    Elena, Damian dan Rico sampai di apartement sementara Damian, tempatnya biasanya tidur sementara karena dekat dengan perusahaannya.Elena berjalan mengikuti kedua pria itu dengan wajah pucat. Saat sampai di ruangan, Elena memberanikan dirinya membuka suara. “T-tuan, bagaimana dengan papaku apa dia akan dilindungi?” tanya Elena.Damian bersandar sambil menyilangkan kakinya. Tatapan matanya sangat intens mentap Elena dari ujung kepala sampai ujung kaki seakan dia bisa menelanjangi Elena hanya dari tatapannya itu.Elena menelan ludahnya, merasa gugup karena dia tahu betul makna dari tatapan pria itu. “Anak buahku sudah mengurus itu semua, yang perlu kau pikirkan sekarang hanya aku, Elena,” ujar Damian dengan santainya.Elena bahkan tidak tahu sejak kapan pria ini tahu namanya tapi mengingat semua hal ini mulai dari pengawal, asistem pribadi, pelanggang utama di club dan semuanya sepertinya Damian ini memang bukan orang sembarangan.Elena tak membalas setelah itu, dia hanya duduk kaku men

  • Ranjang Panas Presdir Posesif   Penderitaan Elena

    “Kami ingin memulai ronde kedua apa kakek tetap akan berdiri dan menganggu kami?” Ucapan pria yang ternyata namanya Damian ini sukses membuat Elena melotot tajam.Sudah ketahuan tapi pria ini malah menantang lagi?“KAU! Mau sampai kapan kau akan terus bermain main seperti ini Damian?” Pria dengan pakaian rapi dan beberapa pengawal di belakangnya itu terlihat sangat marah. “Kau benar benar mencoreng nama baik keluarga kita!”Dia sudah lama tahu kalau Damian memang suka mengunjungi tempat ini dan sudah selama itu pula dia menahan amarahnya karena awalnya dia mengira Damian hanya sakit hati sementara. Saat dia sudah bisa melupakan mantan tunangannya itu maka dia akan kembali normal namun semuanya salah besar.“Sebelum mencoreng, aku sudah memberikan banyak untuk keluarga jadi impas.” Damian menjawab tanpa ragu. Sementara Elena yang masih diangkat oleh pria itu hanya bisa menyembunyikan seluruh wajahnya di ceruk leher Damian. Dia sungguh sangat malu saat ini.Melihat keadaan yang memang t

  • Ranjang Panas Presdir Posesif   One Night Stand

    “Tunggu kau masih perawan?” Suara berat seorang pria yang tengah telanjang itu membuat wanita yang ada dibawahnya menegang.Elena, wanita itu menutup matanya sembari mengangguk ragu. Dia memang masih perawan dan terpaksa menjual dirinya untuk menyelamatkan papanya dari rentenir.“T-tunggu…t-tuan akan pergi?” Elena terkejut ketika pria itu bangkit dan malah memungut pakaiannya. Apa dia melakukan kesalahan?Elena mendadak menjadi ketakutan. Jika dia gagal memuaskan pelanggan utama sekaligus pertamanya ini maka Mami Lily, ketua mucikari di club ini tidak akan mau membayar Elena.Pria itu membelakangi Elena. Otot otot punggungnya terpampang di dalam cahaya remang remang ruangan itu. “Aku tidak bermain dengan seorang perawan.” Kata kata itu keluar dari bibir pria itu.Elena terdiam, bagaimana bisa pria ini langsung tahu?Dengan tangan bergetar Elena bangkit dan berlutut di hadapan pria itu. Memohon dengan nada yang sangat lirih. “T-tuan aku mohon jangan pergi. Jika tuan pergi aku tidak aka

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status