Share

40. Perjuangan

"Ayo, masak gendong istri sendiri masih mikir? Atau mau saya panggilkan tukang kebun pesantren? Mang Dadang." Kyai kembali berseru.

"Eh, jangan dong, Kyai," ucapku kemudian bergegas keluar. Harga diri seorang lelaki terletak pada wanitanya, bagaimana pun juga harga diriku masih cukup tinggi. Mana mungkin aku membiarkan dia disentuh lelaki lain, di depan mataku pula.

"Ayo, Nak Lana."

"Iya, Kyai." Kutepis segala pemikiran akan kemarahan Gendis jika tiba-tiba dia terbangun saat masih dalam gendongan, lalu segera kubawa dia masuk ke dalam mengikuti langkah Kyai Abdurrahim.

Beliau membawaku ke kamar paling depan, membukakan pintu, dan menyuruhku membaringkan Gendis di atas ranjang berukuran sedang.

"Mau ke mana, Nak?" tanyanya setelah aku beranjak meninggalkan Gendis.

"Ada yang ingin saya bicarakan."

"Sama, kan, tadi saya bilang juga mau mengatakan sesuatu. Tapi besok saja, kamu pasti juga cape, istirahat saja dulu," ujarnya seraya memegang handle pintu dan bersiap menutupnya.

"Tapi ..
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
carsun18106
monggo bang lana, kipasin terus ya, serasa jd kang te sate ini taiyeu wkwkwk
goodnovel comment avatar
Riana Tepuna
lanjutan yg lagi seru
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status