Share

48. Standar

Dengan cepat kuambil tissue dari kotak tissue, lalu ia pun meletakkan tissuenya kembali di meja. Kesal, marah, kecewa kini bercampur menjadi satu. Dia benar-benar membuatku semakin malu dengan ucapannya yang terlalu jujur bahkan terkesan menghina. Demi Tuhan aku tak akan mengulangi hal konyol ini, berdandan berharap mendapatkan pujian dan membuatnya terkesima, tapi justru hinaan yang aku terima.

"Ini merona tau, bukan make up. Nggak sadar kalau dari dulu pipiku merona indah?" sanggahku menutupi rasa malu.

Ia kembali menatapku dengan dahi berkerut. "Masak iya? Tapi kayaknya nggak gitu, deh. Kemarin dan tadi belum kayak gitu."

Aku hanya diam dengan bibir mengerucut kesal. Rasa kesalku semakin memuncak kala mendengar ucapan yang terkesan lugu namun menjengkelkan. Entah lugu atau ingin mempermalukan, yang pasti rasanya aku ingin menenggelamkan wajahku di kasur saja saat ini.

Dasar lelaki. Seharusnya cukup diam dan jangan dibahas lagi. Apakah dia benar-benar tidak mengerti bahwa wanita se
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Sukaesih
critanya jalan di tempat , ga pada ngaku saling mencintai
goodnovel comment avatar
Riana Tepuna
ceritanya terbaiklah menarik perhatian suka ditunggu lanjutanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status