Share

Bab 3 : Gugatan Cerai

          Ivana baru saja sampai di ruangannya. “Anna,” panggil Ivana pada sekretarisnya yang mengikuti Ivana masuk ke dalam ruangan.         

          “Carikan detektif terbaik dan bisa dipercaya. Aku membutuhkannya, dan jangan sampai siapapun tahu,” ucap Ivana.

          “Detektif?” Anna cukup terkejut dengan permintaan atasannya yang sangat mendadak.

          “Iya, kamu bisa melakukannya, kan?” tanya Ivana menatap ke arah Anna.

          “Baik, Bu.”

          “Dan atur pertemuanku dengan pengacara pribadiku,” ucap Ivana.

          “Baik, Bu.”

          Anna pun keluar dari ruangan Ivana, sedangkan wanita itu sudah duduk di kursi kebesarannya. “Sekarang aku harus mencari tahu siapa Arsen dan mengamankan seluruh aset perusahaan. Aku harus menghindari masalah perusahaan yang akan terjadi ke depannya sampai membuat saham anjlok dan perusahaan diakusisi. Aku yakin, semua ini ulah Arsen, aku harus mengawasi pergerakan Arsen dan membatalkan investasi yang di rekomendasikan olehnya. Aku harap, langkah ini bisa menghentikan rencana jahat Arsen untuk menghancurkan perusahaan,’ batin Ivana penuh tekad.

***

          “Kamu dari mana, Ivana?” tanya Arsen saat Ivana baru saja sampai di kamarnya. Ia terlonjak kaget karena pria itu duduk di sofa dalam keadaan ruangan gelap gulita.

          “Astaga, kamu mengejutkanku,” keluh Ivana sambil menekan saklar lampu dan melihat Arsen duduk di sana dengan sorot mata tajam melihat ke arah Ivana.

          “Aku tanya sekali lagi, kamu pergi ke mana seharian ini, Ivana?” tanya Arsen.

          “Aku? aku di kantor,” jawab Ivana berusaha menyembunyikan rasa gugupnya.

          Arsen bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati Ivana yang masih berdiri. “Benarkah? Aku tadi ke ruanganmu, tapi aku tidak melihatmu di sana. Jadi ke mana kamu sebenarnya?” tanya Arsen menatap Ivana dengan intens.

          “Aku hanya pergi jalan-jalan dengan Ana,” jawab Ivana beranjak dari tempatnya karena tidak nyaman dengan tatapan Arsen. Tetapi Arsen menghalau langkah wanita itu, pria itu tiba-tiba saja memegang kedua pundak Ivana membuat tubuh wanita itu menegang dengan sorot mata ketakutan.

          “Kamu tidak membohongiku, kan?” tanya Arsen menatap Ivana dengan intens. Jujur saja jantung Ivana berdetak sangat cepat karena tatapan Arsen yang mengintimidasinya. Seluruh tubuhnya terasa merinding kala dia mengingat tatapan Arsen di kehidupan sebelumnya yang menakutkan.

          “Tentu saja tidak, kenapa aku harus berbohong,” jawab Ivana memalingkan wajahnya.

          “Baiklah. Ngomong-ngomong sudah lama kita tidak menghabiskan malam bersama. Beberapa hari ini kita sibuk dengan pekerjaan dan kelelahan saat di rumah,” ucap Arsen membelai lengan Ivana dengan gerakan sensual. “Bukankah kita ingin segera mendapat momongan?”

          Degh!

          Ivana mengepalkan kedua tangannya, kedua matanya memanas saat mendengar perkataan Arsen.

          ‘Sampai kapan kamu akan menipuku, Arsen! Momongan? Apa benar kamu begitu menginginkan anak dariku?’ batin Ivana.

          Ivana terkejut saat menyadari wajah Arsen sudah semakin dekat dengannya. Ia pun segera mendorong dada pria itu.

          Arsen tampak terkejut dengan penolakan Ivana itu. “Kenapa? apa aku melakukan kesalahan?” tanya Arsen kali ini sorot matanya terlihat bingung.

          “Aku masih belum sehat. Aku ingin mandi dan bergegas tidur,” ucap Ivana berlalu pergi meninggalkan Arsen di sana dalam kebingungan.

          “Ada apa dengannya,” gumam Arsen memperhatikan Ivana yang masuk ke kamar mandi.

          Di dalam kamar mandi, Ivana berdiri di depan wastafel, menatap pantulan dirinya di cermin. “Aku tidak tahan lagi. Hatiku bisa lemah kalau terus bersamanya seperti ini,” batin Ivana.

          Setelah membersihkan dirinya, Ivana pun berjalan keluar dari kamar mandi. Dia terkejut karena ternyata Arsen masih duduk di sisi ranjang dan seakan menunggunya.

          Ivana pun berusaha tenang dan berjalan ke sisi lain ranjang dan merebahkan tubuhnya.

          “Ivana, kamu sedang mencoba menghindariku, kan?” tanya Arsen membuat Ivana tertegun.

          “Gerak-gerikmu sejak kemarin aneh. Dan jelas sekali kalau kamu sedang mencoba menghindariku. Sebenarnya ada apa?” tanya Arsen melihat ke arah Ivana yang sudah merebahkan tubuhnya dengan posisi memunggungi Arsen.

          Tidak ingin diabaikan, Arsen menarik Ivana hingga posisi wanita itu terlentang dan Arsen mengungkungnya dengan tubuh besarnya.

          “Apa yang kamu lakukan, Arsen? Sudah aku katakan, aku lelah dan ingin tidur!” ucap Ivana merasa sangat kesal.

          “Benarkah begitu? Aku ingin tahu alasan kenapa kamu menghindariku, Ivana.” Arsen menatap Ivana dengan intens, seakan sedang mencoba membaca apa yang tengah dipikirkan oleh wanita itu.

          “Aku menghindarimu? Itu hanya perasaanmu saja,” jawab Ivana memalingkan wajahnya.

          Arsen bangkit dari posisinya dan duduk di atas ranjang, sorot matanya tidak lepas dari Ivana yang terus menghindari tatapannya.

          “Kamu terus mengganggu tidurku, aku akan tidur di kamar lain,” ucap Ivana bangkit dari posisinya dan berjalan ke arah pintu.

          “Biasanya kamu akan cerita padaku kalau ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu. Sekarang, katakanlah, apa yang membuatmu tertekan akhir-akhir ini?” tanya Arsen dengan lembut dan kembali menunjukkan tatapan hangat yang seakan ingin merangkul Ivana yang terluka. “Jangan menyembunyikan apa pun, karena aku sudah sangat mengenalmu. Aku tahu, ada hal yang sedang kamu sembunyikan, Ivana.”

          “Ini semua karena kamu, Arsen.” Ivana hanya bisa membatin di sana tanpa bisa mengatakan apa yang dia rasakan. Kedua matanya memerah dan bias kaca terlihat jelas di sorot mata wanita itu.

          Arsen sudah berdiri di depan Ivana. “Sayang, ada apa? sebaiknya kamu katakan semuanya padaku sekarang, jangan memendamnya sendiri,” ucap Arsen membelai kepala Ivana dengan lembut. “Kemarilah. Kita bicara sambil duduk, kamu pasti kelelahan.”

          Arsen menarik pelan tangan Ivana untuk duduk di sofa, tetapi pegangan Arsen dilepaskan oleh Ivana membuat pria yang sudah memunggungi Ivana itu kembali membalikkan badannya ke arah Ivana dengan kernyitan di dahinya.

          “Kenapa?” batin Arsen benar-benar kebingungan.

          Arsen menatap Ivana dengan tatapan bingung di sana dan Ivana pun membalas tatapannya.

          “Arsen, ayo kita bercerai!”

          Degh!

***

Komen (6)
goodnovel comment avatar
Buna Faeyza
Masih bingung mau berpihak ke mana, tapi aku enggak mau tertipu sama Arsen ...
goodnovel comment avatar
anadesiana
jadi penasaran apa isi hati arsen... ... apakah benar dia orang jahat.. ivana ga mau terlena lagi dengan rayuan arsen, jd memilih bercerai dr arsen. tp arsen pasti bertanya tanya, apa alasan ivana ingin bercerai..
goodnovel comment avatar
Nana Kecil01
Ivana, khawatirnya ada yg mncoba menghancurkan rumah tangga kalian. pokoknya klau km nekat cerai trus trbukti Arsen gk bersalah, aku gk setuju km balikan sama Arse lg
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status