Share

Bab 4 : Penolakan Arsen

“Apa maksudmu?” tanya Arsen sangat terkejut dengan apa yang baru saja Ivana katakan padanya.

          Ivana berjalan mengambil amplop coklat di dalam tasnya dan menyerahkannya pada Arsen. Dan tanpa menunggu lama lagi, Arsen membuka amplop tersebut dan isinya adalah surat gugatan cerai yang dilayangkan Ivana.                 

          “Aku menolaknya, Ivana.” Arsen menyatakan penolakannya dengan tegas. “Ada apa ini sebenarnya? Kenapa kamu ingin bercerai denganku?”

          Arsen terlihat bingung, kesal juga kecewa menatap Ivana di depannya. “Kalau aku berbuat salah padamu, katakan. Jangan ambil keputusan sepihak seperti ini,” ucap Arsen.

          Ivana menatap Arsen di depannya dengan tatapan nanar, kenyataannya hati Ivana jauh lebih sakit saat mengajukan perceraian ini.

          “Aku sudah tidak mau denganmu. Aku merasa bosan dan jenuh dengan pernikahan kita. Semakin lama, perasaan cintaku padamu semakin hilang,” jawab Ivana sekuat tenaga menahan dirinya untuk tidak terlihat lemah dan terluka di depan Arsen.

          Ivana melepaskan cincin di jari manisnya dan meletakkannya di telapak tangan Arsen. “Jangan tanya lagi. Aku sudah tidak mau denganmu, jadi ayo kita bercerai!”

          Ivana melihat Arsen tertegun menatap cincin pernikahan di telapak tangannya. Terlihat jelas ekspresi terluka yang ditunjukkan Arsen saat ini.

          ‘Pintar sekali kamu bersandiwara, Arsen. Kalau aku tidak mengetahui rencana busukmu, mungkin aku akan langsung luluh hanya dengan melihat ekspresimu sekarang,’ batin Ivana sangat kesal. Ia membalikkan tubuhnya dan berjalan menuju pintu keluar.

          Gerakan tangannya terhenti saat memegang pegangan pintu. “Semuanya biar aku yang urus, kamu cukup datang saja ke persidangan,” ucap Ivana tanpa membalikkan badannya. “Ah, mungkin sebaiknya kamu tidak perlu datang ke persidangan. Cukup tanda tangan saja surat gugatan cerainya, biar sisanya aku yang urus. Bukankah lebih cepat akan lebih baik.”

          Setelah mengatakan itu, Ivana keluar dari kamar tanpa menoleh lagi ke arah Arsen yang menatap kepergian Ivana dengan tatapan terluka juga bingung.

          Malam itu hujan deras mengguyur kota, Ivana berdiri di depan jendela kamar tamu, tatapannya kosong menembus air yang terus mengalir. Tangannya mencengkeram erat pinggiran jendela, menggigil seiring perasaannya yang tercabik-cabik. Hatinya seakan ikut teriris oleh tetesan air hujan yang beradu dengan jendela. Ia merasa kesepian, takut, dan sedih sekaligus.

          Ivana tak bisa membendung air matanya yang mengalir deras, seiring dengan hujan di luar sana. Ia masih sangat mencintai Arseno, suaminya yang tak lama lagi akan menjadi mantan. Namun, dia sadar bahwa pernikahan mereka bukanlah berdasarkan cinta, melainkan balas dendam yang telah direncanakan oleh Arsenio sejak lama.

          Seiring tetesan air mata yang tak terbendung, Ivana menggigit bibir bawahnya menahan rasa sakit yang meluap. Bayangan Arsenio terus meneror pikirannya, membangkitkan rasa takut yang mencekam. Bagaimana mungkin suami yang seharusnya melindungi dan mencintainya, malah menjadi racun yang merenggut kebahagiaan hidupnya?

          Namun di balik semua itu, ada secercah rasa harap yang masih tersimpan di lubuk hatinya. Ivana berusaha menenangkan dirinya, menguatkan hati dan menjaga kepercayaan bahwa suatu hari nanti, dia akan menemukan kebahagiaan yang sejati.

          “Apa aku boleh berharap kamu akan menghentikan aksi balas dendammu itu, Arsen? Tapi kurasa itu tidak akan mungkin terjadi,” batin Ivana menangis dalam diam.

           Dalam diam, Ivana berbisik pada dirinya sendiri, "Aku harus tegar dan berani menghadapi ini. Aku harus bisa melepaskan Arsenio, demi keselamatan keluargaku dan Ayah." Ia pun menarik napas dalam-dalam, mengusap air mata yang masih menggenang di wajahnya, dan melangkah perlahan menjauh dari jendela, meninggalkan hujan dan kenangan pahit di baliknya.

***

          Seharian ini, Ivana sama sekali tidak bisa fokus bekerja.

Sampai lamunannya buyar karena suara dering ponsel. Ia pun berjalan ke arah mejanya, mengambil ponsel yang ternyata ada panggilan masuk dari Joseph. Ivana sudah menebak apa yang akan dibahas Ayahnya, dan itu membuat hatinya cukup berdebar.

          Ia menarik napas dalam-dalam sebelum mengangkat telepon itu.

          "Halo, Ayah," sapa Ivana dengan suara yang berusaha tenang.

          "Ivana, apa benar kamu menggugat cerai Arsen?" tanya Joseph langsung pada intinya, suaranya terdengar serius dan penasaran.

          Ivana menelan ludah, merasa terpojok oleh pertanyaan ayahnya. "Iya, Ayah. Maaf, aku belum sempat bilang pada Ayah," jawab Ivana dengan suara lirih.

          Ayahnya menghela napas, seolah mencari kata-kata yang tepat. "Sebenarnya kenapa? apa kalian ada masalah? Apa Arsen berselingkuh?” tanya Joseph memborong dan menebak semua hal yang mungkin terjadi.

          “Tidak, Arsen tidak berselingkuh,” jawab Ivana.

          “Lalu kenapa? bukankah kalian sedang program supaya bisa segera hamil?” tanya Joseph.

          “Aku tidak bisa menjelaskan alasannya. Yang pasti, aku sudah tidak ingin bersama Arsen lagi,” jawab Ivana yang juga bingung bagaimana memberi alasan yang tepat pada Ayahnya. Dia belum mengumpulkan semua hal tentang identitas Arsen yang sebenarnya.

          “Kamu ini, dulu sangat ngotot menikah dengan Arsen. Padahal Ayah sudah menjodohkan kamu dengan Alex yang lebih baik. Sekarang, apa yang terjadi hingga kamu memutuskan untuk bercerai? Kamu pikir hidup dengan status janda itu mudah?" tanya Joseph menghela napas, begitu penasaran akan alasan di balik keputusan Ivana.

          Mendengar ayahnya mengungkit soal perjodohan dengan Alex, Ivana merasa sesak. Ia tak ingin mengungkapkan bahwa suaminya itu ternyata memiliki sisi gelap yang tak bisa dia terima.

          "Ayah, maafkan Ivana. Ada beberapa masalah yang tak bisa Ivana selesaikan dengan Arsen. Ivana sudah berusaha," ucap Ivana dengan suara bergetar, menahan air mata yang hendak jatuh.

          Ayahnya terdiam sejenak, sebelum akhirnya berkata, "Baiklah, jika itu keputusanmu. Tapi ingat, Ivana, hidup ini penuh dengan pilihan. Kadang kita harus menanggung konsekuensi dari pilihan kita sendiri."

          Ivana hanya bisa mengangguk, meski tahu ayahnya tak bisa melihatnya. "Terima kasih, Ayah. Aku mengerti," ucapnya pelan, berjanji pada diri sendiri bahwa dia akan belajar dari kesalahan ini dan menjadi lebih kuat.

          Sambungan telepon pun terputus dan Aludra hanya bisa menghela napasnya, berharap proses perceraiannya dengan Arsen berjalan lancar.

          Brak!

          Ivana terkejut saat pintu dibuka dan muncul sosok Arsen di sana dengan kemeja yang sedikit basah. Ekspresi wajahnya terlihat tegang, dia berjalan mendekati Ivana yang berdiri di tempatnya.

          Situasi menjadi sangat menegangkan, Ivana teringat akan kejadian di masa lalu, dia kini takut dan gelisah dengan sorot mata Arsen yang begitu tajam. Tanpa sadar, Ivana bergerak mundur mencoba menghindari Arsen.

          “Sampai kapan kamu akan menghindariku, Ivana? Apa kita tidak bisa membicarakan hal ini dengan baik?” tanya Arsen terlihat kesal di sana.

          “Su-sudah aku katakan, tidak ada yang ingin dibicarakan. Kamu cukup menandatangani surat gugatannya saja,” ucap Ivana.

          “Aku masih tidak mengerti dengan keputusan yang kamu ambil ini, Ivana. Satu minggu yang lalu, kamu begitu bersemangat untuk melakukan program hamil, supaya kita bisa cepat punya anak. Kenapa sekarang kamu melakukan hal ini?” tanya Arsen sangat tidak memahami pola pikir istrinya.

          “Ya, dan anak itu harus keguguran karena kesalahnmu, Arsen,” batin Ivana mengingat kejadian di kehidupan sebelumnya sambil menatap Arsen dengan tatapan yang memanas, antara sakit dan juga menyesalkan.

          “Ivana, kalau ada keluhan atau hal yang membuatmu kesal padaku, katakan, Ivana. Jangan seperti ini,” pinta Arsen.

          Entah hanya perasaan Ivana atau bukan, tetapi pria di depannya ini menunjukkan tatapan sendu, seakan semua ini sangat menyakitinya.

          “Keputusanku sudah bulat,” jawab Ivana memalingkan wajahnya ke arah lain.

          Arsen berjalan mendekati Ivana. “Stop! Berhenti di sana, jangan mendekatiku lagi!”

          Mendengar hal itu, Arsen menghentikan langkahnya.

          “Aku mohon, jangan seperti ini. Tolong turuti keinginanku untuk bercerai, aku tidak bisa melanjutkan pernikahan ini lagi,” ucap Ivana.

          “Tapi kenapa? Aku perlu alasan yang tepat,” ucap Arsen.

          “Apa yang kamu sembunyikan dariku, Arsen?” pertanyaan Ivana membuat Arsen bungkam.

          “Cepat jawab, apa yang kamu sembunyikan dariku selama ini. Dan, apa niatmu sebenarnya menikahiku?” tanya Ivana melihat Arsen di mana sorot matanya melebar seakan terkejut kalau Ivana mengetahui rahasianya. Tetapi dengan cepat, pria itu mengubah ekspresinya kembali.

          “Kenapa tidak bisa menjawabku?” tanya Ivana.

          “Apa yang kamu tau, Ivana?” tanya Arsen kini suaranya tidak selembut sebelumnya.

***

Komen (6)
goodnovel comment avatar
Buna Faeyza
penuh teka-teki
goodnovel comment avatar
anadesiana
masih menjadi misteri, apa sebenarnya motif arsen menikahi ivana,harusnya ivana jangan gegabah ,cari tahu dulu tentang arsen.
goodnovel comment avatar
Nana Kecil01
mungkin Arsen sdh mencintai Ivana tp ttp menjlankan misi. jgn berontak Ivana kalau tdk mau celaka
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status