Share

Bab 7 ~ Keputusan yang Menyakitkan

“Um …. “ Ivana membuka matanya perlahan, tubuhnya terasa sangat sakit. Dia melihat borgol di tangannya sudah di lepas entah sejak kapan.

          Dia bergerak perlahan sambil memegang pergelangan tangannya yang memar dan terluka karena gesekan yang dilakukannya tadi untuk melepaskan borgol itu.

          Tatapan Ivana tertuju pada sosok pria yang terlelap dengan nyenyak di hadapannya. Dia menatap sosok suaminya dengan tatapan nanar dan juga amarah yang seakan ingin meledak di dadanya.

          Ivana bergerak perlahan menurunkan kedua kakinya ke lantai. “Isshh …. “ Ivana meringis merasa ngilu di area intimnya.

          Dia menatap pakaiannya yang berserakan di lantai dan sudah koyak semua karena ulah Arsenio. Ivana pun bangkit perlahan dari posisinya dan masuk ke dalam kamar mandi.

          Ivana keluar dari kamar mandi dengan pakaian milik Arsenio, memberikan sedikit rasa hangat di tengah dinginnya suasana pagi itu. Dia melangkah pelan sambil menatap sosok Arsenio yang terlelap di ranjang, tampak begitu damai, seolah tidak ada yang salah dengan dunia ini.

          Namun, di dalam hati Ivana, keributan sedang terjadi, mengingat semua kenangan manis yang kini terasa pahit. Dengan tatapan nanar, Ivana merasakan perasaannya hancur lebur, seolah setiap detik yang mereka habiskan bersama kini menjadi beban yang terlalu berat untuk ditanggung. Keputusan untuk pergi sudah mengendap dalam pikirannya, bulat dan tegas, mengalahkan segala keraguan yang sempat muncul.

          Dia mencintai Arsenio sepenuh hati, tapi kini hatinya terluka sedalam yang tak pernah dia bayangkan. Dalam sekejap, rasa cinta itu bertransformasi menjadi keinginan untuk membenci, dan dia tahu harus pergi dari ruang yang penuh dengan kenangan menyakitkan itu.

          Ivana menghela napas dalam-dalam, merasa ada beban yang sedikit terangkat, dan dengan langkah mantap, dia beranjak meninggalkan pria yang pernah menjadi segalanya, berisi tekad untuk menemukan kembali dirinya sendiri dalam perjalanan yang belum pasti di depan.

***

          “Bu Ivana?” Reno yang merupakan pengacara pribadi Ivana terkejut karena Ivana dating begitu saja tanpa membuat janji.

          “Apa kamu bisa membantuku mengurus perceraian walau tanpa tanda tangan Arsenio?” tanya Ivana tanpa basa-basi.

          “Ini-?”

          “Tolong, percepat proses perceraiannya. Aku akan menghadiri sidangnya nanti,” ucap Ivana dengan tegas.

          “Baik, Bu. Akan saya lakukan,” jawab Reno tidak bisa berkata apa-apa lagi. Apalagi melihat sorot mata Ivana yang seakan sudah sangat bulat dengan keputusannya tanpa merasa gentar sedikitpun.

          Setelah mengatakan keputusannya, Ivana keluar dari ruangan Reno dengan perasaan yang sangat berat dan hancur. Wanita itu masuk ke dalam mobilnya dan termenung dengan memegang setir mobilnya. Air mata yang sejak tadi pagi dia tahan, akhirnya luruh membasahi pipinya. Wanita itu menangis, hatinya sakit bukan main. Selain karena perlakuan kasar Arsenio kemarin malam, Ivana juga mengingat apa yang terjadi di kehidupan sebelumnya. Masih ada rasa tidak percaya dan berharap semua ini hanya mimpi dan kebohongan. Kenyataanya, di lubuk hati paling dalam, dia masih percaya dan berharap Arsenio bukanlah orang jahat. Bahkan dia berharap kalau Arsenio juga mencintainya dengan tulus.

          “Kamu sudah mengambil keputusan yang tepat, Ivana,” gumam Ivana. “Perceraian ini adalah jalan terbaik untuk bisa lepas dari pria jahat itu.”

          Ivana hanya bisa menangis di sana dan meluapkan rasa sesak di dadanya yang tidak bisa ditahan lagi.

          Setelah merasa lega, Ivana lalu menghubungi sekretarisnya.

          “Iya, Bu?” tanya Anna dari Seberang sana.

          “Ana, aku akan mengambil cuti cukup lama. Kamu tolong handle pekerjaanku dan batalkan semua janji buat ulang janji bertemu dengan beberapa klien penting,” ucap Ivana. “Dan bisakah kamu hubungi pihak Perusahaan keamanan. Aku membutuhkan bodyguard, sekitar lima orang, kalau sudah mendapatkan orangnya, aku akan menemui mereka nanti,” ucap Ivana ingin berjaga-jaga kalau Arsenio mulai bertindak.

          “Oh dan satu lagi, Anna. Kalau Arsenio mencariku, katakan saja, aku ada pekerjaan di luar kota,” ucap Ivana.

          “Baik, Bu.” Sebenarnya ada banyak hal yang membuat Anna bingung dengan perubahan sikap atasannya itu. Menurut Anna, Ivana berubah jadi aneh dan banyak hal yang dia lakukan secara mendadak. Tetapi, Anna tidak bisa bertanya apa-apa selain menuruti semua yang diminta atasannya itu.

          Ivana menyudahi panggilannya dan meletakkan ponselnya begitu saja. Dia mengambil tissue dan menyeka wajahnya yang basah karena air mata.

          Dia sudah memutuskan akan pergi menjauh dan menenangkan dirinya sendiri. Tetapi sebelum pergi, dia harus memastikan Ayahnya baik-baik saja dengan mengirimkan beberapa bodyguard untuk melindungi Ayahnya.

***

          “Ivana … Ivana …. “ Arsenio berteriak memanggil nama istrinya di rumah besar keluarga Ivana tetapi tidak menemukan keberadaan istrinya.

          Arsenio masuk ke dalam kamar mereka dan berjalan mencari keberadaan Ivana di kamar mandi juga tidak dia temukan.

          “Kemana dia pergi,” gumam Arsenio menghela napasnya. Saat dia terbangun tadi, Ivana sudah tidak ada di sampingnya.

          “Apa dia pergi ke kantor?” gumam Arsen hendak pergi. Tetapi, sebelum dia melangkah keluar dari sana, Arsenio melihat ke arah ruang pakaian yang di mana lemarinya terbuka sedikit. Dia langsung masuk ke ruangan itu dan membuka lemari, Sebagian pakaian Ivana tidak ada. Bahkan koper milik Ivana tidak ada di sana.

          “Dia pergi?” gumam Arsenio merasa sangat kesal.

          “Sialan! Sebenarnya apa yang terjadi dan dia pikirkan? Kenapa sikapnya berubah?” gumam Arsenio benar-benar kebingungan di sana.

          Lalu pria itu menghubungi seseorang di sana.

          “Anna, apa Ivana datang ke kantor?” tanya Arsenio.

          “Tidak, Pak. Tetapi tadi dia menghubungiku dan memintaku untuk membatalkan semua janji pertemuan dan memintaku menghandle semua pekerjaan. Katanya dia ingin mengambil cuti,” jelas Anna di seberang sana.

          “Cuti? Kenapa mendadak sekali?” tanya Arsenio.

          “Aku juga tidak tau. Oh iya, dia juga memintaku menghubungi pihak keamanan untuk menyiapkan lima orang bodyguard, entah untuk melindungi siapa,” jelas Anna.

          “Bodyguard? Dia sampai melakukan hal itu, setelah mencari detektif,” ucap Arsenio termenung menerka-nerka semua kemungkinan yang terjadi pada Ivana.

          “Pak Ar, apa kemungkinan Ivana sudah mengetahui rencana kita?” tanya Anna dari seberang sana membuat Arsenio terdiam cukup lama.

          “Dia tidak mungkin mengetahuinya,” gumam Arsen mengingat semua rencananya sudah dia susun dengan sangat rapi. “Anna, kamu awasi gerak-geriknya. Kalau kamu sudah mengetahui keberadaannya, segera kabari aku.”

          “Baik, Pak Ar.”

          Sambungan telepon terputus di sana. Arsenio mencengkeram kuat ponselnya. “Kamu tidak akan bisa lepas dariku, Ivana. Sampai kapanpun!”

***

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Buna Faeyza
masih banyak yang ivana enggak tahu
goodnovel comment avatar
anadesiana
ternyata Anna sekongkol sm arsen. makin seru nh.ivana harus lebih berhati hati lg
goodnovel comment avatar
Jeon Shanty
jadi anna kerja sama dgn arsen pantas saja arsen tau apa yg ivana lakukan selama ini ivana kamu jga jgn terlalu percaya sama siapapun kecuali diri kamu sendiri semakin ke sini semakin tegang alurnya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status