Share

Bab 2 : Satu Tahun Sebelum Kejadian

          “Syukurlah  kamu sudah siuman, aku sangat khawatir saat mendengarmu pingsan di kantor tadi,” ucap Arsen yang duduk di kursi yang sengaja dipindahkan ke samping ranjang.

          Ivana langsung menundukkan kepalanya dan meraba tubuhnya di bagian dada dengan kebingungan.

          “Kenapa? apa dadamu terasa sakit? Apa sebaiknya kita pergi ke rumah sakit?” tanya Arsen terlihat begitu khawatir.

          Ivana lantas tidak langsung menjawab pertanyaan dari Arsen, dia melihat sekeliling ruangan. “Ini kamarku?” gumamnya.

          “Iya, ini kamar kita. Apa ada yang salah?” tanya Arsen kebingungan melihat sikap Ivana yang terlihat kebingungan.

          “Ayah? A-aku harus menemui Ayah,” ucap Ivana bergegas menuruni ranjang dan bergegas keluar kamar.

          “Ivana tunggu, kamu baru saja siuman,” panggil Arsen mengejar Ivana yang berlari, bahkan tanpa mengenakan alas kakinya.

          Tubuh Ivana hampir saja tergulir di undakan tangga karena kurang berhati-hati, untung saja Arsen dengan sigap menahan pergelangan tangan Ivana dan menarik tubuh wanita itu hingga jatuh ke dalam pelukannya.

          “Berhati-hatilah, kamu bisa jatuh,” ucap Arsen.

          Ivana melepaskan pelukannya dan menatap Arsen di depannya. Tatapan itu, masih terlihat hangat sangat berbeda dengan tatapan yang dilihatnya saat terakhir kali.

          “Ayahku dimana?” tanya Ivana.

          “Ayah sedang dalam perjalanan ke sini. Beliau sedang ada pertemuan di luar dengan tuan Andrew,” jawab Arsen.

          Dan di saat bersamaan, terdengar dentingan lift bersamaan pintu lift yang terbuka.

          “Ivana?” panggil Joseph berjalan cepat ke arah putrinya saat pintu lift terbuka.

          “Ayah?” Ivana melepaskan pegangan Arsen dan langsung menghampiri Joseph. Ia memeluk Ayahnya di sana dengan penuh kelegaan.

          “Bagaimana keadaanmu? Ayah dengar kamu pingsan di kantor,” tanya Joseph saat melepaskan pelukannya.

          “Aku baik-baik saja,” jawab Ivana.

          “Arsen, apa kamu sudah memanggil dokter Rio kemari?” tanya Joseph.

          “Sudah, Ayah. Ivana hanya kelelahan,” jawab Arsen.

          “Kamu pasti terlalu keras dalam bekerja hingga lupa memikirkan kondisi tubuhmu. Sekarang pergilah ke kamar, kamu harus istirahat total. Arsen, bawa istrimu untuk istirahat di kamar,” perintah Joseph.

          “Iya.” Arsen merengkuh pinggang Ivana. “Kita ke kamar, Sayang.”

          Arsen terkejut saat Ivana bergerak menjauh darinya. “Aku bisa sendiri,” jawab Ivana berlalu pergi meninggalkan dua pria yang menatapnya dengan penuh keheranan.

          “Sepertinya dia sedang merajuk,” kekeh Joseph.

          “Kalau begitu saya permisi,” pamit Arsen dan mengejar Ivana.

          Saat Arsen masuk ke dalam kamar, Ivana sudah merebahkan tubuhnya dengan posisi memunggungi pintu di mana Arsen berada.

          Arsen berjalan mendekati Ivana di sana, wanita itu memejamkan matanya berpura-pura tidur.

          “Aku tahu kamu sedang berpura-pura,” ucap Arsen menahan senyumnya sambil duduk berjongkok di depan Ivana. Pria itu membelai kepala Ivana dengan lembut dan berkata, “kalau begitu istirahatlah. Aku akan ada di ruang kerjaku. Kalau butuh sesuatu, panggil aku segera,” ucap Arsen begitu lembut sambil bangkit dari posisinya.

          “Aku mencintaimu, Ivana.” Arsen mengusap kepala Ivana dan beranjak pergi dari sana.

          Setelah mendengar suara pintu ditutup, Ivana membuka kedua matanya dan air mata luruh membasahi pipi.

          “Dia begitu handal bersandiwara,” gumam Ivana hanya bisa menangis mengingat apa yang terjadi di kehidupan sebelumnya.

          Setelah puas menangis, Ivana bangkit dari posisinya dan mengambil ponselnya. Ia melihat tanggal dan tahun yang tertera di  layar ponsel.

          “Tahun 2023?” gumamnya. “Satu tahun sebelum terjadinya kejadian itu.”

          Ivana termenung di sana. “Aku ingat jelas kalau aku ditusuk dan rasa sesak sekaligus rasa yang begitu menyakitkan masih terasa sangat jelas. Bagaimana bisa aku kembali ke masa lalu?” gumamnya.

          “Apa ini kesempatan dari Tuhan? Agar aku bisa menyelamatkan perusahaan, Paman dan Ayah dari pria pembohong itu?” gumam Ivana.

          “Aku-“ Ivana termenung menatap foto profil dilayar ponselnya. Foto pernikahannya dengan Arsen, mengingat hal yang begitu membahagiakan, kini seperti duri yang menancap semakin dalam di hatinya. “Kenapa? kenapa kamu harus melakukan itu, Arsen?” Ivana kembali menangis mengingat betapa kejamnya Arsen saat membunuh Pamannya dan menusuk jantungnya. Betapa menakutkannya tatapan dingin yang begitu menusuk itu, tatapan yang tidak pernah ditunjukkan Arsen sebelumnya, tapi kini sangat membekas diingatan Ivana.

          “Aku harus apa sekarang? Bagaimana cara aku menghentikan apa yang akan Arsen lakukan? Bagaimana aku bisa menyelamatkan keluargaku dari pria kejam itu?”

***

          Ivana menatap pantulan dirinya sambil merapikan rambutnya yang terurai di sana.

          “Sekarang yang harus aku lakukan adalah terlepas dari sosok pria itu. Aku harus segera menggugat cerainya, dan menyelesaikan hubungan yang penuh kebohongan dan penipuan ini," batin Ivana dengan tatapan berkaca-kaca.

          Mengambil keputusan untuk berpisah dari pria yang telah mengisi hidupnya dengan cinta dan kenangan indah itu jelas bukan hal yang gampang. Setiap malam, Ivana selalu meluangkan waktu untuk mengingat momen-momen terbaik bersama Arsen dan tampaknya semua itu terasa seperti mimpi yang indah. Tapi sekarang dia menyadari bahwa semua kebahagiaan itu hanyalah sebuah kepura-puraan penuh sandiwara.

          Kenyataannya, Arsen menikahi Ivana hanya untuk membalas dendam terhadap sesuatu yang bahkan Ivana sendiri tidak mengerti, rasanya seperti dunia ini tiba-tiba runtuh di depan mata.

          "Apa aku begitu buta hingga tidak bisa melihat tanda-tanda kebohongan Arsen, atau dia terlalu handal dalam bersandiwara?" batin Ivana yang kembali membayangkan betapa sempurnanya perlakuan Arsen selama ini. Bahkan Ivana sempat berpikir kalau Arsen adalah suami yang sangat sempurna dan dia beruntung memiliki pria yang sangat perhatian, peka dan penyabar itu. Tetapi semua itu hanya keahliannya dalam menyembunyikan motif sebenarnya.

          Ivana menyeka air matanya dan dia sudah membulatkan keputusannya untuk menggugat cerai Arsenio.

          “Kamu mau pergi ke kantor?” tanya Arsen saat melihat Ivana sudah berpakaian rapi di sana.

          “Iya, aku akan ke kantor,” jawab Ivana menjawab dengan ekspresi dingin.

          Arsen berjalan mendekati Ivana yang bergerak mundur secara spontan. “Kenapa?” Arsen mengernyitkan dahinya saat melihat Ivana bergerak mundur.

          “Ah, itu, aku akan berangkat sekarang,” jawab Ivana bergegas pergi tetapi Arsen menahan pergelangan tangan wanita itu. “Ke-kenapa?”

          Ivana memejamkan matanya penuh rasa takut saat Arsen mengangkat tangannya ke udara. “Aku hanya mau periksa suhu tubuhmu, apa benar kamu sudah sehat,” ucap Arsen menempelkan punggung tangannya di pelipis Ivana.

          “Aku sudah lebih enakkan,” jawab Ivana segera melepaskan pegangan Arsen. “Aku pergi dulu sekarang.”

          Ivana bergegas pergi dari hadapan Arsen membuat Arsen memperhatikan gerak-gerik Ivana.

          “Ada apa dengannya?” gumam Arsen yang sadar kalau Ivana berusaha menghindarinya sejak kemarin. “Apa aku melakukan kesalahan? Kenapa dia terkesan menghindariku sejak kemarin?” gumam Arsen.

***

Comments (6)
goodnovel comment avatar
anadesiana
kenapa ngga berpura-pura tdk terjadi ap2 aja dulu ivana, biar bisa membongkar semua niat jahat arsen.
goodnovel comment avatar
Nana Kecil01
knp Ivana tdk berpikir itu cm mimpi sih. kalau prasangkanya slh gmn? lagian kan Arsen blm trbukti apa².
goodnovel comment avatar
Buna Faeyza
Ivana tertipu benar ... sikap Arsen beda banget
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status