Nazar langsung menoleh ke arah Zahra yang memanggil dirinya. "Iya, kenapa Yang," jawab belajar dengan lemah lembut. "Maafkan Aku," ucap Zahra sambil menundukkan kepalanya. cup...... sebuah ciuman mesra mendarat di kening Zahra, pas kebetulan Budi melihat ke arah mereka. "ternyata si Bos bisa juga romantis ya, bikin iri gue saja," celoteh Budi sang asisten. Budi yang sudah tidak tahan melihat pemandangan di depannya, berniat ingin meninggalkan ruangan itu. " aku sudah bilang, kamu tetap di sini dan jangan kemana-mana," ucap Nazar dengan suara tegas. "aduh, Bos ini tidak mengerti rupanya. dia bisa berbuat romantis sama istrinya, sedangkan aku? hanya jadi penonton drama Korea. ah, si Bos ini ada-ada saja," gerutu Budi.Budi langsung duduk berseberangan dengan Nazar dan Zahra."Budi sengaja saya menyuruh kamu untuk diam di sini dulu, Saya ingin menjelaskan semuanya sama Zahra istri saya. siapa saya sebenarnya," ucap Nazar mulai membuka pembicaraannya. "Yang, bagaimana rasanya diti
"lho, Kamu kenapa Budi?" tanya Nazar, ternyata Budi mengaduh kesakitan. "tidak apa-apa Bos," Jawab Budi, padahal dengan sengaja, Budi mengaduh Karena tidak tahan dengan pemandangan yang di belakang, yang bisa dilihat dari kaca spion. "salah Tuan sendiri, kenapa bermesraan. tahu Aku ini masih menjomblo," celoteh Budi dalam hati. Zahra juga tadi sempat kaget, saat mendengar kalau pemilik rumah yang ditempatinya sekarang adalah milik Nazar. "makanya cepat cari istri, jangan menjomblo terus. disambar orang baru tahu rasa," ucap Nazar seakan tahu isi hati Budi. "mas, berapa bulan Mas menyamar menjadi seorang pemulung?" tanya Zahra. "kejadiannya 3 bulan ke belakang, sebelum bertemu dengan kamu. Karena Mas merasa ada yang janggal dengan kecelakaan tragis yang menimpa orang tuanya Mas," jawab Zahra. "terus waktu bertemu dengan aku, mas sebenarnya lagi ngapain?" tanya Zahra. "sedang menikmati, seorang wanita yang mendorong mobil, karena mesin mobil itu tiba-tiba mogok," jawab Nazar
"Kenapa Zia? bukannya itu sudah perjanjian dari awal?" tanya Ahmad dengan tegas. "kamu jangan mencla-mencle Zia, ayah pegang omongan kamu!" sentak Ahmad mulai terlihat besar. "Kok sama anak sendiri perhitungan sih?" tanya Zia yang terlihat tidak terima dengan ucapan ayahnya,. "perjanjian dari awal, kamu akan menyicil hutang kamu setelah Ayah melunasi hutang Dilan di kantor, saya sudah mentransfer ke pihak perusahaan Dilan," Ahmad masih mencoba bersabar. "iya, nanti Zia bayar," suara Zia terdengar ketus. Hanum tidak ikut berbicara sedikitpun. dirinya tidak mau terlibat masalah hutang menantunya itu. "awas, kalau kamu ingkar dengan janjimu, tidak segan-segan ayah akan menindak tegas kalian berdua," ucap Ahmad sambil bangkit dari tempat duduk, kemudian meninggalkan meja makan. "Bu," panggil Zia. "ibu, tidak mau berusaha dengan hutang, itu adalah tanggung jawabmu dan suami kamu. bukankah ayahmu sudah memberikan bantuan sesuai keinginan kamu," Hanum sudah tahu ke mana arah
"kamu di sini hanya seorang asisten, tidak usah banyak bicara!" sentak ibu Dilan. "betul, Dilan! Dilan! Dilan!" teriak ayah Dilan malah berteriak memanggil anaknya. "ish, ini orang benar-benar menjengkelkan," gerutu asisten rumah Ahmad. "Dilan!" Ibu Dilan ikut berteriak memanggil Dilan. Dilan pagi ini sudah berangkat ke kantor diantar sama Zia, sedangkan Ahmad dan Hanum sudah berangkat keluar, Karena ada urusan bisnis. "maaf, penghuni rumah ini semuanya tidak ada," ketus asisten rumah. "jangan bohong kamu!" bentak Ibu Dilan. "kalau ibu dan bapak tidak percaya, ya sudah. saya masih banyak pekerjaan di belakang," si asisten itu buru-buru pergi meninggalkan ayah dan ibu Dilan. "aduh, ini bagaimana Pak, kita sudah tidak mempunyai tempat tinggal lagi," ucap Ibu Dilan dengan gusar. "kita cari dulu kontrakan sekitar sini, kan dekat dengan Dilan. ayah merasa kalau tinggal di sini tidak mungkin, Dilan kan satu rumah sama mertuanya," ajak Ayah Dilan."baiklah," jawab ibu Dilan l
Sinta langsung menoleh ke arah Zahra. " ada apa?""aku ikut sama kamu ya," jawab Zahra. "lah, bukannya suami kamu mau jemput?" Sinta malah balik nanya."tidak jadi, Mas Nazar masih banyak pekerjaan," jawab Zahra. "oke, asal siap saja kena debu, aku memakai kuda besi," tukas Sinta sambil terkekeh."tidak masalah, yang penting kepala memakai pengaman," jawab Zahra.untungnya hari ini Zahra memakai setelan kulot dengan atasan blazer, jadi duduk di atas motor Shinta tidak ada masalah. "oke,"Zahra langsung membulatkan kedua jarinya.Zahra kembali fokus mengerjakan pekerjaan yang tinggal sedikit lagi, har ini hari ini hatinya sedang bahagia. "aku benar-benar tidak menyangka, ternyata saudara Tuan sendiri yang telah mencelakai kedua orang tua tuan," ucap salah seorang kepercayaan Nazar. "Fatih benar-benar kurang ajar, padahal selama ini aku yang membiayai keluarganya. kalian tahu sendiri kan, Fatih bekerja di perusahaan dan aku memberikan jabatan yang cukup lumayan. tapi ternyata aku di
"Mbok istri saya belum pulang?" tanya Nazar begitu sampai di rumah. "belum tuan, biasanya jam 04.00 sore lebih, Nyonya datang dari kantor," jawab Mbok Minah. Nazar melihat ke arah jam yang menempel di pergelangan tangannya, itu menunjukkan pukul 16.20 menit. "tumben Zahra belum pulang ya?" tanya Nazar dalam hati. "aku ke atas dulu mbok," Nazar langsung pergi meninggalkan Bu Minah yang terlihat sibuk di dapur. Nazar masuk ke dalam kamar, lalu membersihkan diri. Nazar kelihatannya sedang bahagia, karena masalah yang selama ini dihadapinya mulai sedikit demi sedikit terselesaikan. Nazar bersiul di dalam kamar mandi, terdengar suara gemericik air. hari ini Nazar yang terlebih datang terlebih dahulu. karena biasanya Zahra yang terlebih dahulu datang dan menyambut kedatangannya dengan senyum manis. "Mas!!!" terdengar suara teriakan seorang gadis dari luar rumah. rupanya Naima datang hari ini ke rumah Nazar. "eh, ada non Naima," Mbok Minah langsung menyambut hangat anak bungsu
" Diam kamu!" bentak seorang laki-laki yang duduk di samping kiri sopir, sedangkan di kanan dan kiri wanita itu ada dua orang laki-laki, wajah yang kelihatan sangar. kedua tangan Zahra diikat ke belakang, begitu pula dengan kedua kakinya. air mata Zahra langsung meleleh, dirinya tidak bisa berbuat apa-apa. Zahra langsung sadar bahwa dirinya sudah diculik oleh keempat pria ini. Zahra teringat kejadian beberapa jam ke belakang. "aduh, kenapa ya Tidak ada taksi yang lewat?" tanya Zahra dalam hati, Zahra yang tidak jadi ikut dengan Sinta rupanya memesan taksi untuk mengantar pulang. Zahra berdiri di depan pintu gerbang kantor, Tapi anehnya tidak ada satupun saksi yang lewat. Zahra sudah memesan lewat aplikasi, tapi tidak ada satu orang pun yang mengambil orderan Zahra. setelah 5 menit menunggu, muncul sebuah taksi. dan langsung berhenti di depan Zahra. "Ibu perlu taksi ya?" punya sopir itu sambil membuka jendela kaca mobil. "iya pak, tolong antar saya," jawab Zahra sa
"kamu Jangan berpikiran yang tidak-tidak, Naima!" suara Nazar terdengar keras. "maksudku bukan begitu mas," Naima sedikit ketakutan mendengar suara Nazar. Nazar terlihat gelisah, waktu terus berjalan, Nazar mondar-mandir, sambil menunggu kabar dari orang suruhannya."Mbok? sebenarnya apa yang terjadi dengan majikan kita?" tanya Sari."entahlah, Mbok juga tidak tahu. Tuan Nazar dari tadi tidak menyentuh makanan. tapi mbok yakin, ini ada hubungannya dengan Nyonya Zahra yang belum pulang," jawab mbok Minah.setelah menyiapkan makanan di atas meja makan. Mbok Minah dan kedua asistennya langsung ngobrol di dalam kamar. mereka sampai saat ini belum makan malam, karena tuan mereka belum menyentuh sama sekali makanan yang sudah tersedia. "Naima, suruh Mbok Minah dan penghuni lainnya makan duluan, mas sedang menunggu kabar," perintah Nazar sama adiknya. Naima langsung berjalan, menuju kamar belakang. lalu mengetuk pintu dengan sopan."ada apa Non?" tanya Mbok Minah. "Mbok, makan duluan s