"Mbok istri saya belum pulang?" tanya Nazar begitu sampai di rumah. "belum tuan, biasanya jam 04.00 sore lebih, Nyonya datang dari kantor," jawab Mbok Minah. Nazar melihat ke arah jam yang menempel di pergelangan tangannya, itu menunjukkan pukul 16.20 menit. "tumben Zahra belum pulang ya?" tanya Nazar dalam hati. "aku ke atas dulu mbok," Nazar langsung pergi meninggalkan Bu Minah yang terlihat sibuk di dapur. Nazar masuk ke dalam kamar, lalu membersihkan diri. Nazar kelihatannya sedang bahagia, karena masalah yang selama ini dihadapinya mulai sedikit demi sedikit terselesaikan. Nazar bersiul di dalam kamar mandi, terdengar suara gemericik air. hari ini Nazar yang terlebih datang terlebih dahulu. karena biasanya Zahra yang terlebih dahulu datang dan menyambut kedatangannya dengan senyum manis. "Mas!!!" terdengar suara teriakan seorang gadis dari luar rumah. rupanya Naima datang hari ini ke rumah Nazar. "eh, ada non Naima," Mbok Minah langsung menyambut hangat anak bungsu
" Diam kamu!" bentak seorang laki-laki yang duduk di samping kiri sopir, sedangkan di kanan dan kiri wanita itu ada dua orang laki-laki, wajah yang kelihatan sangar. kedua tangan Zahra diikat ke belakang, begitu pula dengan kedua kakinya. air mata Zahra langsung meleleh, dirinya tidak bisa berbuat apa-apa. Zahra langsung sadar bahwa dirinya sudah diculik oleh keempat pria ini. Zahra teringat kejadian beberapa jam ke belakang. "aduh, kenapa ya Tidak ada taksi yang lewat?" tanya Zahra dalam hati, Zahra yang tidak jadi ikut dengan Sinta rupanya memesan taksi untuk mengantar pulang. Zahra berdiri di depan pintu gerbang kantor, Tapi anehnya tidak ada satupun saksi yang lewat. Zahra sudah memesan lewat aplikasi, tapi tidak ada satu orang pun yang mengambil orderan Zahra. setelah 5 menit menunggu, muncul sebuah taksi. dan langsung berhenti di depan Zahra. "Ibu perlu taksi ya?" punya sopir itu sambil membuka jendela kaca mobil. "iya pak, tolong antar saya," jawab Zahra sa
"kamu Jangan berpikiran yang tidak-tidak, Naima!" suara Nazar terdengar keras. "maksudku bukan begitu mas," Naima sedikit ketakutan mendengar suara Nazar. Nazar terlihat gelisah, waktu terus berjalan, Nazar mondar-mandir, sambil menunggu kabar dari orang suruhannya."Mbok? sebenarnya apa yang terjadi dengan majikan kita?" tanya Sari."entahlah, Mbok juga tidak tahu. Tuan Nazar dari tadi tidak menyentuh makanan. tapi mbok yakin, ini ada hubungannya dengan Nyonya Zahra yang belum pulang," jawab mbok Minah.setelah menyiapkan makanan di atas meja makan. Mbok Minah dan kedua asistennya langsung ngobrol di dalam kamar. mereka sampai saat ini belum makan malam, karena tuan mereka belum menyentuh sama sekali makanan yang sudah tersedia. "Naima, suruh Mbok Minah dan penghuni lainnya makan duluan, mas sedang menunggu kabar," perintah Nazar sama adiknya. Naima langsung berjalan, menuju kamar belakang. lalu mengetuk pintu dengan sopan."ada apa Non?" tanya Mbok Minah. "Mbok, makan duluan s
Hanum terbangun dari tidurnya, rupanya bermimpi buruk tentang Zahra. terlihat dari keningnya keluar butiran keringat. mendengar jeritan istrinya, sontak Ahmad langsung terbangun, lalu menatap heran ke arah istrinya. " Ibu bermimpi, Zahra mengalami hal buruk," ucap Hanum, dengan wajah terlihat pucat. "berdoalah Bu, semoga tidak terjadi apa-apa dengan Zahra," ucap Ahmad sambil menyeka keringat yang mengalir di kening Hanum. "ada apa dengan Zahra ya? hati ibu benar-benar khawatir dan cemas," Hanum menyeka air matanya."tenang dulu Bu, Ayah coba menelpon Zahra," ucap Ahmad.Ahmad langsung meraih ponselnya yang berada di atas nakas. terlihat jarinya sedang mencari kontak Zahra. setelah ketemu, Ahmad langsung menghubungi Zahra, Hanum terus memperhatikan suaminya. tapi sayang, wajah Ahmad terlihat kecewa, karena berkali-kali ditelepon Zahra ponselnya tetap tidak aktif. "tidak aktif Bu," kata Ahmad sambil meletakkan kembali ponselnya. "ya Tuhanku, tolong lindungi anakku, jangan sampai
Fatih langsung menoleh ke arah sumber suara. ternyata pengawalnya yang datang "Ada apa?" tanya Fatih sama pengawal itu. pengawal itu terlihat yang membisikan sesuatu. "jaga ketat semua gedung ini! jangan ada yang sampai masuk dalam gedung ini!" perintah Fatih dengan tegas.pengawal itu buru-buru keluar dari dalam gedung, dan langsung memerintahkan sama anak buahnya untuk menjaga ketat gedung, agar belajar beserta anak buahnya tidak bisa masuk. "sialan! si Nazar tidak kalah cerdik, ternyata dia cepat bergerak!" geram Fatih.Nazar terus berjalan mengendap-ngendap, semua para pengawalnya sudah menyebar dan mengepung gedung itu. "Aku harus bisa menyelamatkan istriku," Nazar sudah bertekad walau apapun yang terjadi. dirinya harus bisa menyelamatkan Zahra. waktu menunjukkan pukul 12.00 malam, mungkin semua orang sedang enak tidur terbuat dari mimpi. sedangkan Nazar sedang berusaha menyelamatkan istrinya. Nazar bergerak terus maju ke depan gedung tua itu, sampai akhirnya terdengar s
Zahra sampai tidak menyadari, cepat keluar dari mobil berteriak memanggil suaminya. orang-orang yang ada di rumah sakit itu menatap heran ke arah Zahra. "Tuan Nazar sedang ditangani nyonya," ucap Budi, ketika Zahra baru sampai di depan IGD. anak buah Nazar mulai berdatangan, mereka selalu waspada menjaga sang Bos. "duduk dulu nyonya," salah seorang anak buah Nazar membawakan kursi untuk Zahra. "terima kasih," jawab Zahra. mereka terus menunggu dengan perasaan was-was, sedangkan Pak Karmin disuruh pulang sama Budi. untuk memberikan kabar sama penghuni rumah, bahwa Nazar sekarang berada di rumah sakit. penampilan Zahra acak-acakan, bajunya terlihat kotor begitu pula dengan rambutnya. semua yang ada di depan ruangan itu terdiam, mungkin mereka sedang berdoa untuk keselamatan Nazar. tak lama kemudian, pintu ruangan terbuka. Zahra langsung bangkit dari tempat duduknya, dan bergegas mendekati dokter. "bagaimana keadaan suami saya dokter?" tanya Zahra dengan suara gemetar. "
"Iya Bu, saat ini suami Zahra sedang dirawat intensif di rumah sakit," jawab seseorang di seberang sana. Hanum yang menerima telepon Ahmad. wajahnya langsung terlihat kaget, sedangkan Ahmad sedang berada di kamar mandi. "tolong kirimkan lokasi rumah sakit itu, kami akan segera datang," pinta Hanum sama Orang yang memberikan kabar itu, yang tak lain adalah Budi. "baik Bu," Jawa Budi seberang sana."Ayah!" teriak Hanum memanggil suaminya.Ahmad yang baru keluar dari kamar mandi langsung bergegas mendekati Hanum. "Ibu mendapatkan telepon dari asisten Nazar, katanya sekarang Nazar dirawat di rumah sakit, ayo cepat kita ke sana," jawab Hanum dengan wajah panik. "cepat Ayah jangan lama-lama!" Hanum bergegas mengganti pakaiannya, Ahmad juga melakukan hal yang sama. "Ayah, mau ke mana!" tanya Zia dengan suara keras. Zia melihat kedua orang tuanya terburu-buru pergi, tanpa bicara sedikitpun sama Zia."benar dugaanku ayah, semalam Ibu mimpi buruk tentang mereka. dan mungkin inilah jaw
"kok bisa Bu?" tanya Zahra dengan wajah terkejut. "yang namanya ikatan batin ibu dan anak pasti ada Ra," ucap Ahmad. Zahra kembali memeluk ibunya, Naima terus menatap ke arah Zahra. "kalau Mamah masih ada, Mungkin aku akan mendapatkan pelukan sehangat itu," gumam Naima dalam hati."Zahra tidak percaya, kata Mas Nazar benar-benar mencintai Zahra Bu. Mas Nazar sampai rela mengorbankan dirinya demi menyelamatkan Zahra," ucap Zahra lagi.Hanum dan Ahmad terenyuh hatinya, ternyata cinta Nazar begitu besar terhadap anaknya. "bolehkah ibu bertanya nak?" tanya Hanum.terlihat Zahra menganggukan kepalanya. "siapakah suami kamu sebenarnya? Apakah memang Nazar itu seorang pemulung?" tanya Hanum sambil menatap ke arah Zahra. "biar Naima yang menjelaskan," jawab Zahra.Naima langsung tersenyum ke arah orang tuanya Zahra, lalu Naima berbicara. "Maafkan kalau selama ini Mas Nazar menyembunyikan identitas sebenarnya. sebenarnya Mas Nazar sedang menyelidiki Siapa yang telah membunuh orang tua k