" Diam kamu!" bentak seorang laki-laki yang duduk di samping kiri sopir, sedangkan di kanan dan kiri wanita itu ada dua orang laki-laki, wajah yang kelihatan sangar. kedua tangan Zahra diikat ke belakang, begitu pula dengan kedua kakinya. air mata Zahra langsung meleleh, dirinya tidak bisa berbuat apa-apa. Zahra langsung sadar bahwa dirinya sudah diculik oleh keempat pria ini. Zahra teringat kejadian beberapa jam ke belakang. "aduh, kenapa ya Tidak ada taksi yang lewat?" tanya Zahra dalam hati, Zahra yang tidak jadi ikut dengan Sinta rupanya memesan taksi untuk mengantar pulang. Zahra berdiri di depan pintu gerbang kantor, Tapi anehnya tidak ada satupun saksi yang lewat. Zahra sudah memesan lewat aplikasi, tapi tidak ada satu orang pun yang mengambil orderan Zahra. setelah 5 menit menunggu, muncul sebuah taksi. dan langsung berhenti di depan Zahra. "Ibu perlu taksi ya?" punya sopir itu sambil membuka jendela kaca mobil. "iya pak, tolong antar saya," jawab Zahra sa
"kamu Jangan berpikiran yang tidak-tidak, Naima!" suara Nazar terdengar keras. "maksudku bukan begitu mas," Naima sedikit ketakutan mendengar suara Nazar. Nazar terlihat gelisah, waktu terus berjalan, Nazar mondar-mandir, sambil menunggu kabar dari orang suruhannya."Mbok? sebenarnya apa yang terjadi dengan majikan kita?" tanya Sari."entahlah, Mbok juga tidak tahu. Tuan Nazar dari tadi tidak menyentuh makanan. tapi mbok yakin, ini ada hubungannya dengan Nyonya Zahra yang belum pulang," jawab mbok Minah.setelah menyiapkan makanan di atas meja makan. Mbok Minah dan kedua asistennya langsung ngobrol di dalam kamar. mereka sampai saat ini belum makan malam, karena tuan mereka belum menyentuh sama sekali makanan yang sudah tersedia. "Naima, suruh Mbok Minah dan penghuni lainnya makan duluan, mas sedang menunggu kabar," perintah Nazar sama adiknya. Naima langsung berjalan, menuju kamar belakang. lalu mengetuk pintu dengan sopan."ada apa Non?" tanya Mbok Minah. "Mbok, makan duluan s
Hanum terbangun dari tidurnya, rupanya bermimpi buruk tentang Zahra. terlihat dari keningnya keluar butiran keringat. mendengar jeritan istrinya, sontak Ahmad langsung terbangun, lalu menatap heran ke arah istrinya. " Ibu bermimpi, Zahra mengalami hal buruk," ucap Hanum, dengan wajah terlihat pucat. "berdoalah Bu, semoga tidak terjadi apa-apa dengan Zahra," ucap Ahmad sambil menyeka keringat yang mengalir di kening Hanum. "ada apa dengan Zahra ya? hati ibu benar-benar khawatir dan cemas," Hanum menyeka air matanya."tenang dulu Bu, Ayah coba menelpon Zahra," ucap Ahmad.Ahmad langsung meraih ponselnya yang berada di atas nakas. terlihat jarinya sedang mencari kontak Zahra. setelah ketemu, Ahmad langsung menghubungi Zahra, Hanum terus memperhatikan suaminya. tapi sayang, wajah Ahmad terlihat kecewa, karena berkali-kali ditelepon Zahra ponselnya tetap tidak aktif. "tidak aktif Bu," kata Ahmad sambil meletakkan kembali ponselnya. "ya Tuhanku, tolong lindungi anakku, jangan sampai
Fatih langsung menoleh ke arah sumber suara. ternyata pengawalnya yang datang "Ada apa?" tanya Fatih sama pengawal itu. pengawal itu terlihat yang membisikan sesuatu. "jaga ketat semua gedung ini! jangan ada yang sampai masuk dalam gedung ini!" perintah Fatih dengan tegas.pengawal itu buru-buru keluar dari dalam gedung, dan langsung memerintahkan sama anak buahnya untuk menjaga ketat gedung, agar belajar beserta anak buahnya tidak bisa masuk. "sialan! si Nazar tidak kalah cerdik, ternyata dia cepat bergerak!" geram Fatih.Nazar terus berjalan mengendap-ngendap, semua para pengawalnya sudah menyebar dan mengepung gedung itu. "Aku harus bisa menyelamatkan istriku," Nazar sudah bertekad walau apapun yang terjadi. dirinya harus bisa menyelamatkan Zahra. waktu menunjukkan pukul 12.00 malam, mungkin semua orang sedang enak tidur terbuat dari mimpi. sedangkan Nazar sedang berusaha menyelamatkan istrinya. Nazar bergerak terus maju ke depan gedung tua itu, sampai akhirnya terdengar s
Zahra sampai tidak menyadari, cepat keluar dari mobil berteriak memanggil suaminya. orang-orang yang ada di rumah sakit itu menatap heran ke arah Zahra. "Tuan Nazar sedang ditangani nyonya," ucap Budi, ketika Zahra baru sampai di depan IGD. anak buah Nazar mulai berdatangan, mereka selalu waspada menjaga sang Bos. "duduk dulu nyonya," salah seorang anak buah Nazar membawakan kursi untuk Zahra. "terima kasih," jawab Zahra. mereka terus menunggu dengan perasaan was-was, sedangkan Pak Karmin disuruh pulang sama Budi. untuk memberikan kabar sama penghuni rumah, bahwa Nazar sekarang berada di rumah sakit. penampilan Zahra acak-acakan, bajunya terlihat kotor begitu pula dengan rambutnya. semua yang ada di depan ruangan itu terdiam, mungkin mereka sedang berdoa untuk keselamatan Nazar. tak lama kemudian, pintu ruangan terbuka. Zahra langsung bangkit dari tempat duduknya, dan bergegas mendekati dokter. "bagaimana keadaan suami saya dokter?" tanya Zahra dengan suara gemetar. "
"Iya Bu, saat ini suami Zahra sedang dirawat intensif di rumah sakit," jawab seseorang di seberang sana. Hanum yang menerima telepon Ahmad. wajahnya langsung terlihat kaget, sedangkan Ahmad sedang berada di kamar mandi. "tolong kirimkan lokasi rumah sakit itu, kami akan segera datang," pinta Hanum sama Orang yang memberikan kabar itu, yang tak lain adalah Budi. "baik Bu," Jawa Budi seberang sana."Ayah!" teriak Hanum memanggil suaminya.Ahmad yang baru keluar dari kamar mandi langsung bergegas mendekati Hanum. "Ibu mendapatkan telepon dari asisten Nazar, katanya sekarang Nazar dirawat di rumah sakit, ayo cepat kita ke sana," jawab Hanum dengan wajah panik. "cepat Ayah jangan lama-lama!" Hanum bergegas mengganti pakaiannya, Ahmad juga melakukan hal yang sama. "Ayah, mau ke mana!" tanya Zia dengan suara keras. Zia melihat kedua orang tuanya terburu-buru pergi, tanpa bicara sedikitpun sama Zia."benar dugaanku ayah, semalam Ibu mimpi buruk tentang mereka. dan mungkin inilah jaw
"kok bisa Bu?" tanya Zahra dengan wajah terkejut. "yang namanya ikatan batin ibu dan anak pasti ada Ra," ucap Ahmad. Zahra kembali memeluk ibunya, Naima terus menatap ke arah Zahra. "kalau Mamah masih ada, Mungkin aku akan mendapatkan pelukan sehangat itu," gumam Naima dalam hati."Zahra tidak percaya, kata Mas Nazar benar-benar mencintai Zahra Bu. Mas Nazar sampai rela mengorbankan dirinya demi menyelamatkan Zahra," ucap Zahra lagi.Hanum dan Ahmad terenyuh hatinya, ternyata cinta Nazar begitu besar terhadap anaknya. "bolehkah ibu bertanya nak?" tanya Hanum.terlihat Zahra menganggukan kepalanya. "siapakah suami kamu sebenarnya? Apakah memang Nazar itu seorang pemulung?" tanya Hanum sambil menatap ke arah Zahra. "biar Naima yang menjelaskan," jawab Zahra.Naima langsung tersenyum ke arah orang tuanya Zahra, lalu Naima berbicara. "Maafkan kalau selama ini Mas Nazar menyembunyikan identitas sebenarnya. sebenarnya Mas Nazar sedang menyelidiki Siapa yang telah membunuh orang tua k
"Zia!" Dilan terus berteriak memanggil istrinya, tapi tidak sedikitpun Zia menghiraukan teriakan Dilan. "lihat bagaimana tingkah istri kamu itu! kamu sudah dibutakan sama cinta! sampai lupa sama kedua orang tuamu!" sentak ibu Dilan."kamu jangan sampai lupa kebaikan jasa orang tua! ingat kamu itu dilahirkan dan dibesarkan sama siapa!" tambah Ayah Dilan. Dilan cuma bisa diam, lalu berjalan menuju kamar untuk mengambil dompetnya."uang buat siapa Mas?" katanya Zia dengan tatapan tajam.Dilan tidak menjawab sedikitpun. "Mas!" bentak Zia."kedua orang tuaku membutuhkan! kamu diam Zia!" balas Dilan sengit.sontak Zia langsung melebarkan matanya. "kamu berani membentak ku! cuma gara-gara orang tuamu!""Zia! Dia itu orang tuaku! aku berkewajiban menolong mereka! kamu diam!" suara Dilan menggelegar di kamar ini. Dilan buru-buru keluar dari kamar, wajahnya terlihat emosi."ini uang yang Ibu perlukan, Maaf baru segini," ucap Dilan sambil mengulurkan uang. uang itu langsung disambar sama i
setelah kejadian itu, Nazar kondisinya semakin membaik. Zia tidak berani lagi menampakan wajahnya di rumah Zahra, barang-barang Zia diantar ke rumah Ahmad sama Pak Karni. "besok ikut sama mas," ucap Nazar setelah makan malam. Zahra mengganggukan kepalanya, karena mulutnya sedang penuh dengan makanan. keesokan harinya Zahra terlihat sangat cantik sekali, Dia memakai gaun dengan perhiasan yang sederhana tapi terlihat Elegan. Nazar berkali-kali mencium pipi istrinya. "ayah sama ibu langsung datang ya mas," ucap Zahra saat mereka sedang dalam perjalanan menuju perusahaan. Ahmad dan Hanum diundang ke acara ulang tahun perusahaan di mana tempat Zahra dulu bekerja. ternyata perusahaan itu milik Nazar. Nazar sengaja mengundang kedua orang tua Zahra ke acara ulang tahun perusahaan itu. "ayah, bukannya perusahaan ini tempat dulu Zahra bekerja ya?" tanya Hanum sedikit heran. "iya, kenapa Kita diundang ke perusahaan ini ya?" Ahmad malah balik bertanya. "aduh Ibu juga kurang paha
Zia benar-benar kesal sekali, karena selalu gagal menjebak Nazar kakak iparnya. Zia ingin memiliki Nazar dan menyingkirkan kakak sendiri. dirinya sudah bercerai dengan Dilan, karena Dilan saat ini benar-benar bangkrut, dan hidup bersama kedua orang tuanya. malah Nazar semakin terlihat lengket sama Zahra. Nazar sering memamerkan kemesraan dengan Zahra, di depan semua penghuni rumah termasuk Zia.bibir Zia selalu tersenyum sinis, melihat kemesraan antara Nazar dan Zahra. Zia semakin iri hati sama kakaknya sendiri. "mas, bolehkan aku bertemu dengan teman-teman?" tanya Zahra meminta izin sama suaminya untuk bertemu dengan Sinta dan Nita. Nazar mengganggukan kepalanya, jari-jari tangannya masih terlihat lincah dia mengetik huruf yang ada di laptop. cup.... Zahra mengecup pipi Nazar dengan mesra.jam 04.00 sore, Zahra sudah nangkring di depan kantor tempat Shinta dan Nita bekerja. rupanya Zahra sengaja menjemput temannya itu ke kantor. rencananya mereka akan pergi ke sebuah restoran sa
Zia langsung berlari naik ke lantai atas, dia masih terisak menangis, Zia benar-benar seorang artis drama Korea. Zahra menghembuskan nafasnya secara kasar, adiknya sudah keterlaluan. sampai-sampai masuk ke dalam kamar pribadinya. "Maafkan Aku," ucap Zahra lalu berjalan dan masuk ke dalam kamar, diikuti Nazar dari belakang. Zahra duduk di atas tempat tidur, air matanya mengalir di pipi, matanya terpejam. hati dia sebenarnya tidak tega memarahi adiknya. tapi harus bagaimana lagi Zia benar-benar keterlaluan. mata Zahra menangkap laci meja riasnya terbuka. Nazar yang baru masuk ke dalam kamar menautkan kedua alisnya melihat Zahra berjalan ke arah meja rias. "yang, ada apa?" tanya Nazar. Zahra tidak menjawab, lalu memeriksa lagi yang sudah terbuka. mata Zahra langsung memeriksa isi laci meja rias itu. tangannya sedang memeriksa barang yang ada di laci meja itu. terdengar suara ketukan pintu kamar. "siapa?" tanya Nazar. "saya tuan," rupanya Mbok Minah yang ada di luar kamar.
"saudara Fatih, Anda dinyatakan bersalah, Anda dihukum seumur hidup," hakim langsung mengetuk palu, setelah memberikan keputusan buat Fatih. Fatih terdiam saja sambil menundukkan kepalanya, dia tidak mau naik banding atau apapun. dia akan menjalani hukuman ini dengan ikhlas. percuma saja ada pengacara juga, kalau toh akhirnya dia masih tetap dihukum. Nazar dan Zahra bernapas dengan lega, karena Fatih dihukum sesuai keinginan Nazar. Fatih langsung digiring ke mobil tahanan, tidak berniat sedikitpun untuk mendekati Nazar atau Mirna yang datang bersama Pakde Seno. Lukman datang seorang seorang diri, duduk di samping Nazar, matanya terpejam saat mendengar keputusan dari hakim tadi. rasa perih dan lupa di bisa digambarkan dari ekspresi wajahnya. "ya Allah, tolong kuatkan Fatih jaga selalu anakku ya Allah, hanya itulah yang hamba bisa doakan," gumam Lukman dalam hati. Mirna langsung memeluk k Pakde Seno, hatinya merasa sakit, anak kesayangannya divonis seumur hidup di balik jeruji
"dasar pelayan tidak tahu diri! kenapa harus ikut makan bersama di meja makan ini" Zia terus saja ngomel-ngomel di dalam hatinya. Nazar serta yang lainnya terlihat santai menikmati makan malam. bahkan Zahra sesekali bercanda dengan adik iparnya. selesai makan, Naima langsung masuk ke kamarnya. begitu pula dengan Nazar dan Zahra.sedangkan Zia sejak tadi sudah terlebih dahulu naik ke lantai atas, mungkin karena hatinya kesal."besok Mas mau ke kantor polisi, Mas mau lihat keadaan Fatih. katanya persidangan Fatih baru minggu depan digelar," ucap Nazar."baiklah Mas," tapi jawaban Zahra terlihat dingin. Nazar merasa ada yang sedang dipikirkan sama Zahra."Kamu kenapa sih sayang?" tanya Nazar. "mas, aku kan keluar kerja, terus bagaimana dengan hidupku?" tanya Zahra seperti orang kebingungan. Nazar kaget mendengar jawaban istrinya, karena merasa aneh di telinga Nazar. "maksud kamu apa sih sayang? ya tidak apa-apa keluar kerja juga, toh, aku masih bisa menafkahi kamu.""tapi....." waj
"kenapa kak? kok malah membentak aku. Aku kan tanya dia itu siapa," tanya Zia sama Zahra. Zahra rasanya tidak punya muka lagi di depan keluarga suaminya, itu semua karena tingkah Zia yang sangat memalukan itu. "Siapa kamu sebenarnya?" tanya Zia sama Naima dengan tatapan mata menyelidiki.Sari datang sambil membawakan pesanan Naima, siomay yang sudah dikasih bumbu. "non Naima, ini siomaynya," ucap Sari sambil meletakkan piring siomay di depan Naima."terima kasih Bik Sari," ucap Naima."Kak Zahra mau?" tanya Naima, yang tidak menghiraukan pertanyaan Zia."terima kasih," jawab Zahra singkat, Karena hati Zahra masih kesal dengan tingkah Zia.Naima langsung memasukkan potongan siomay ikut dalam mulutnya. Zia menatap Naima dengan tatapan tak suka. "hei! kenapa kamu tidak menjawab pertanyaanku!" Zia membentak Naima, karena merasa jengkel, Naima tidak menjawab pertanyaannya. "Zia! jaga sikap kamu! kamu ingin tahu siapa dia!" malah Zahra yang terlihat emosi. "dia adik mas Nazar, pa
Mbok Minah langsung menoleh ke arah sumber suara, ternyata Naima sudah berdiri di Mbok Minah. Naima langsung memeluk Mbok Minah, sepertinya anak itu setiap ketemu selalu memeluk asisten rumah yang sudah lama mengabdi di keluarganya. "nduk, sepertinya sedang mendapat kebahagiaannya?" tebak Mbok Minah, karena melihat wajah Naima berbinar. "ah si mbok bisa saja bicara," jawab Naima lalu melepaskan pelukannya, lalu menyalami Sari dan Nani. "Mbok bikin apa sih? harum banget?" tanya Naima sambil menatap penggorengan. "ini, Sari dan Ani pingin makan camilan yang manis-manis," jawab Mbok Minah "semanis diriku ya?" seloroh Naima. "tentu," sahut mbok Minah. Naima dan Nazar selalu bersikap sopan terhadap orang yang lebih tua. meskipun mereka hanya seorang pelayan di rumahnya. tapi kedua orang tua Naima selalu mendidik adab dan sopan. begitu pula dengan Nazar, selalu menghormati orang-orang yang lebih tua usianya. walaupun kadang beda pendapat dan beda pemahaman. "Mas Nazar
Mata Nazar langsung melebar saat melihat penampilan adik iparnya. Nazar buru-buru membuang mukanya ke samping. bagi Nazar itu pemandangan sangat memuakan sekali. Zia terlihat berjalan lenggak-lenggok mendekati mereka berdua. Zahra menata penampilan adiknya sampai tidak berkedip. "hai kak Zahra," sapa Zia sambil melambaikan tangannya. Nazar dan Zahra malah saling melempar pandangan, mereka benar-benar heran melihat penampilan Zia seperti itu. "kok bengong sih kak Zahra? bagaimana penampilanku Kak?" tanya Zia sambil memutar badan. "ba__bagus," jawab Zahra terbata-bata."tentu dong, Aku sengaja datang ke sini tanpa memberitahu kak Zahra sama Mas Nazar," ucap Zia yang langsung berdiri di samping Nazar.tangan Zia langsung melingkar di lengan Nazar tanpa rasa malu sedikitpun. Zahra risih melihat pemandangan seperti itu." apa yang sebenarnya Zia inginkan?" tanya Zahra dalam hati."kak, bagaimana kalau aku tinggal di sini. aku bantu kakak merawat Mas Nazar, aku merasa kasihan sekali
"Maafkan aku Naima, bilang aku lancang mengeluarkan isi hatiku. jujur saja, Aku sudah lama menyimpan rasa ini. tapi aku takut mengungkapkan semuanya."wajah Budi terlihat serius, sedangkan Naima menundukkan kepalanya, hatinya berdebar kencang. entah perasaan apa yang sedang dirasakan Naima saat ini. "Apakah kamu menerima cintaku?" tanya Budi. Naima mengangkat kepalanya, manik bola matanya terlihat menatap ke arah Budi. Naima tersenyum manis."aku tidak mau berangan-angan tapi terlalu jauh. Mas Budi sudah memberikan perhatian yang lebih terhadapku, aku sudah merasakan apa yang buat Budi rasakan," ucap Naima.hati Budi langsung berbunga-bunga, yang tadinya masih kuncup, sekarang bunga-bunga Cinta sudah mulai bermekaran di dalam hatinya. saat Budi meraih jemari tangan lentik Naima. tiba-tiba Naima menjauhkan jari tangannya. "belum halal Mas, kalau sudah halal mau dipegang apapun bebas," ucap Naima sambil terkikik.Budi buru-buru menarik tangannya, merasa malu dengan ucapan Naima."ka