Beranda / Pernikahan / RINDU SETELAH BERCERAI / 1. pertemuan di rumah sakit

Share

RINDU SETELAH BERCERAI
RINDU SETELAH BERCERAI
Penulis: Ria Abdullah

1. pertemuan di rumah sakit

Penulis: Ria Abdullah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-27 10:13:16

Hanya beberapa meter jarak kami, tidak ada tabir pembatas atau dinding penyekat yang bisa menghalangi pandangan agar kami tak perlu bersitatap. Tapi, entah kenapa aku terjebak dalam situasi ini, apakah ini sudah rencana Tuhan?

Aku terbaring di brankar karena penyakit maag kronis yang selalu kambuh, sebab terlalu lelah bekerja dan fokus memikirkan hidup.

Sementara di sisi bersebrangan, dia bersama istrinya yang baru, istri yang dia nikahi setelah menceraikan aku, terlihat mendampingi sang istri yang juga nampak sakit dan membantunya berbaring di ranjang IGD puskemas ini.

Mungkin ini kebetulan, di hari yang sama aku dan istrinya menderita sakit dan harus berjumpa. Sebenarnya kami sudah tidak satu kampung, tapi karena posisi rumah sakit yang ada di ibukota kecamatan mengharuskan tiap pasien dari dusun dusun kecil berobat kemari.

"Ya Tuhan, tolong pindahkan aku dari tempat ini, sebab jika kami bertemu, akan canggung rasanya," gumamku sambil melirik infus yang baru setengah botol masuk ke aliran darahku.

"Mas ... sakit Mas, perutku sakit," rintih wanita itu yang terdengar olehku. Mantan suamiku tidak menyadari kalau yang berbaring di seberang ranjang sang istri adalah aku, mantan istrinya.

"Iya, sebentar Sayang, dokter akan datang dan memeriksa," jawab Mas Fendi.

Astaga, hatiku mendesis seperti tetesan air di kuali panas. Rasanya tak nyaman mendengar sebuah ucapan yang pernah dikatakan padaku harus terucapkan pada wanita lain, terlebih si pembicara adalah orang yang sama. Bukan cemburu, hanya, bagaimana ya ... aku tak nyaman mendengarmya.

Kini, dari selimut yang sengaja kutarik untuk menutupi sebagian wajah agar dia tidak mengenaliku, aku bisa melihat apa saja yang mereka lakukan selagi menunggu dokter datang. Mas Fendi sesekali memijiti, mengusap kening dan rambut lalu menggenggam tangan. Semua perlakuan itu pernah ia lakukan padaku, semasa kami masih bersama. Bahkan aku kembali teringat pada masa masa ketika pertama kali memiliki anak. Sungguh besar perhatian dan kasih sayang Mas Fendi padaku, sampai sampai aku merasa tersanjung bagai seorang ratu.

"Mas, ambilkan air," ucapnya manja.

"Bentar ya, sayang, aku belikan ke depan," jawab Mas Fendi sambil memakai kembali topi yang sempat ia lepas, lalu kemudian membalikkan badan. Di momen itu mata kami saling berpandangan, mungkin karena wajahku tertutup hingga hidung, dia tidak mengenalku. Seulas senyum tipis tergambar di bibirnya, senyum yang dulu selalu menghibur di kala susah dan sedih mendera. Ah, entah kenapa ada bulir bulir rindu yang melecut di hatiku, padahal aku tahu itu tak pantas.

Astagfirullah.

Kontan, menatap matanya, aku merasa haus dan ingin minum. Parahnya, aku lupa bawa air. Tadi pagi ke pasar, tidak membawa bekal, langsung membuka lapak lalu berjualan seperti biasa, tak sengaja atau mungkin lupa, tiba tiba perutku sakit hingga secepat mungkin kutinggalkan peti lapak dan melarikan diri ke rumah sakit. Kutitipkan barang pada tetangga lapak yang cukup baik padaku dan bisa percaya padanya, lalu dengan menahan sakit di atas becak aku ke rumah sakit.

Kata dokter aku terlalu lelah dan banyak pikiran, tensiku menurun dan keadaanku lemah, aku harus diinfus dan berbaring di IGD. Katanya, mereka akan memindahkanku, tapi sampai sekarang belum pindah juga. Ah, aku mulai gelisah, ditambah rasa haus yang mendera bagai duri menyobek tenggorokan, aku tersiksa sekali rasanya.

Dua menit kemudian, Mas Fendi kembali. Perkiraanku meleset, kupikir tadinya perawat akan datang dan aku akan minta bantuan segelas air tapi ternyata tidak ada perawat yang masuk dan Mas Fendi kini kembali mendekati istrinya.

"Ya Tuhan aku harus bagaimana." Ingin menghubungi anak-anak tapi mereka sekolah di luar kota. Katanya Mereka ingin sekolah di SMA yang lebih baik agar mudah diterima di universitas nanti, jadi aku dengan segala usaha berusaha untuk mengikuti kemauan anakku, selama masih positif.

Tidak lama kemudian dokter datang dan memeriksa keadaan istrinya mantan suamiku. Wanita itu terlihat ditensi dan diraba di bagian perutnya, sewaktu dokter memeriksa, wanita itu meraung dan Mas Fendi sontak memeluk istrinya.

"Auh ... sakit!"

"Tenang Ma," balas Mas Fendi Dengan mesra, bahkan panggilan yang dia ucapkan kepada istri barunya sama seperti panggilannya kepadaku dulu.

Hatiku kembali tak nyaman menyaksikan pemandangan itu. Sudah kucoba untuk bersikap biasa saja tapi tetap saja tanganku mulai berkeringat dingin dan perasaanku gugup. Entah rasa cemburu, salah tingkah atau apa namanya, aku tidak mengerti,

Karena sudah merasa sangat haus aku terpaksa memanggil seorang perawat yang kebetulan berdiri di dekat dokter untuk mendekat. Dia membawa sebuah baki yang terbuat dari aluminium lalu meletakkannya di dekat dokter.

"Permisi Mas," ucapku.

"Iya, Bu? Ada apa?"

"Boleh saya minta air?"

Perawat itu terlihat bingung dan mengedarkan pandangannya, lalu dia menggeleng padaku sambil berkata,

"Maaf Ibu, maaf sekali, stok air di galon hari ini habis, jadi kalau ibu ada anggota keluarga boleh dihubungi agar bisa membawakan air."

"Astaga, saya haus sekali," balasku.

"Kalau begitu minum saja air ini, saya punya dua botol," ujar Mas Fendi yang tiba-tiba mendekat dan membawakan sebotol air mineral.

Saat dia memandangku dan sadar mengenaliku, di momen itulah pandangan mata kami bertemu dan kami sama-sama terhenyak dengan keterkejutan masing-masing.

Aku sendiri berdebar dengan degupan jantung yang sangat kencang, bahkan hendak menarik nafas atau menelan ludah saja tidak sanggup lagi.

Bagaimana tidak, orang yang dulu begitu aku cintai kini berdiri dekat padaku, dia memandangku dengan tatapan mata penuh makna, seolah aku menangkap sebuah kerinduan yang ditujukan untukku. Tapi, tentu saja aku hanya berhalusinasi.

Tidak mungkin dia masih merindukanku, dia sudah bahagia dengan istrinya yang baru, yang konon katanya adalah janda kaya yang punya banyak warisan. Sayangnya mereka tidak punya anak. Lepas 2 tahun bercerai denganku pria itu menikah dengan Santi yulisa, mantan istri juragan tanah yang punya banyak sawah dan kebun. Sementara aku sendiri hidup bertiga dengan anakku hanya fokus berdagang dan menabung untuk masa depan mereka.

Jika bertanya tentang sebab perceraian itu panjang ceritanya, namun yang jelas itu bukan karena orang ketiga. Hanya takdir dan keadaan terpaksa yang membuat kami berpisah.

"Ini airnya ...."aku masih tertegun ketika Mas Fendi mengatakan kalimat itu. Dia mengibaskan tangannya ke mataku sementara aku langsung tersadar dan malu.

"Ti-tidak usah," jawabku gugup.

"Minumlah tidak apa apa."

"Tidak usah," balasku lirih.

"Ambil saja Ibu mumpung ada yang mau membantu," ucap perawat yang akhirnya memperkeruh suasana karena tiba-tiba istri dari Mas Fendi langsung mendongak dan melihat ke arah kami.

Menyadari bahwa aku dan suaminya saling berpandangan wanita itu langsung memanggil dengan lengkingan yang keras.

"Mas, dampingi aku Mas, jangan kemana mana!"

Astaga, tingkahnya seperti wanita yang mau melahirkan saja. Entah dia sangat cemburu atau sengaja pamer akan hubungan mesranya, Aku tidak mengerti.

"Kak perawat, bisa bantu saya untuk pindah ke ruangan lain?"

"Untuk sementara karena keterbatasan kamar ibu kami observasi dulu di ruang ini, ketika keadaan ibu sudah membaik maka kami akan pindahkan ke ruang rawat inap."

Ya Allah aku putus asa, aku terbaring di sini dalam keadaan masih lemah dan kini harus menyaksikan pemandangan yang benar-benar membuatku tak nyaman.

Kini Mas Pendi juga bersikap aneh, dia memeluk istrinya tapi tatapan matanya padaku. Mungkin karena kami sudah lama berhubungan seperti ada ikatan batin atau sesuatu yang bisa ditebak dari pemikiran masing-masing. Arti dari tatapan Mas Pendi adalah sebuah pertanyaan dan kepedulian mengapa aku sampai sakit seperti ini, kira kira begitu, namun istrinya yang kemudian menyadari bahwa suaminya terus menatap pada mantan istrinya mulai marah dan mencubit lengan Mas Fendi.

"Mas, peluk aku, jangan lihat ke sana," ujarnya sambil menarik dagu suaminya agar memandang ke wajahnya saja.

Astaga, Aku makin tidak nyaman saja.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Ruu Miit
kok diawal cerita kyk g masuk akal ya,pertama bilang puskesmas abis itu rumah sakit, trus dirumah sakit kan alat bantu panggil suster kan ada meskipun di IGD, knp PP tattao tatapan SM mantan, cuek bebek bisa g sih. terlalu gmna yaa ceritanya .. intinya di awal udah g asik jd malas baca nextnya.
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
mampuslah kau dan semoga mati segera. terlalu menye2 dan drama. dikasih air minum g mau dan sok2an menolak. klu sdh cerai ya cerai aja anjing. tih kau cerai juga bukan krn orang ketiga. semoga mati kehausan. hidup itu jalani aja yg bener. dan g usah menye2 banyak drama. dasar ssmpah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • RINDU SETELAH BERCERAI    canggung

    Kuputuskan untuk tidak memandang pada Mas Fendi daripada membuat kesalahpahaman pada istrinya, kupilih memiringkan badan selalu menutup wajah dengan selimut. Masih bisa kudengar wanita itu terus menggumam manja, minta dibelai, dipijiti, diambilkan minum dan dipeluk.Masya Allah, sungguh manja wanita itu."Apapun yang terjadi, aku tidak perlu merasa kecil hati atau iri," gumamku dalam hati, "hubungan kami sudah berakhir, jadi akan kuanggap Mas Fendi sebagai batu dan batang kayu saja."Pertolongan itu akhirnya datang, seorang perawat dan rekannya menyapaku dan mengajakku pindah kamar. Sungguh lega perasaan ini bisa meninggalkan UGD dan pemandangan menyakitkan mata itu."Ayo, Bu, kita pindah.""Iya, terima kasih," jawabku.Kurapikan posisi, juga rambutku yang terurai panjang, brankar didorong, ketika melewati Mas Fendi pria itu nampak melihatku lagi, menatapku dengan pandangan sedih, aku tertegun namun aku hanya bisa diam saja."Ibu, kalau butuh sesuatu, panggil saja ya," ucap Perawat ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-27
  • RINDU SETELAH BERCERAI    3. menusuk hati

    Ah, ada ada saja, bisa bisanya ... Sempatnya dia datang untuk mengucapkan itu. Meski tidak terlihat bercanda, tetap saja, aku kurang suka. Hatiku memang sepi, tidak munafik, semenjak dia meninggalkanku, aku menutup hati untuk cinta yang lain. Aku trauma dengan luka dan tak bisa memberikan cinta atau kepercayaan yang sama untuk pria lain.Hatiku terkunci untuk satu nama dan itu sudah tidak bisa diganggu lagi. Sayangnya, nama yang terpatri di hati sudah pergi dan jadi milik orang lain."Kurasa ini hanya perasaan sesaat, perceraian sudah tujuh tahun berlalu, dan rasa itu tak mungkin tumbuh subur lagi," gumamku sambil mengatur napas dan memutuskan untuk tidur lagi.Namun, baru ingin tidur lagi, tiba tiba terdengar suara ranjang dorong rumah sakit mendekat ke ruangan tempatku. Aku mulai merasa feelingku tak nyaman, jangan jangan ... ah, jangan sampai kami sekamar lagi dengan wanita rese' yang hobi pamer itu. Aku tidak mau pikiranku tak nyaman lagi.Tapi, berdoa seperti itu nampaknya tidak

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-27
  • RINDU SETELAH BERCERAI    4. permisi

    "Permisi, apa kau bicara itu tentang aku, Yuna dan Yudi?" tanyaku pada Ibu mertua."Eh, Fa-fatimah, kau di sini?" "Iya, aku di sini, aku mendengar semua ucapan ibu!" Jawabku sambil menahan rahangku yang bergeletuk. "Oh ya, ibu bilang apa tentang anakku, anak wanita haram jadah?!""Eh, kau hanya salah dengar saja, Dik," ujar Kak Iksan, kakak iparku yang kebetulan datang dengan istrinya."Apa ... Kau sengaja sakit untuk bertemu dengan Fendi?""Apa? Seniat itu untuk bertemu anakmu? Maaf, dia tidak sepenting itu!" jawabku sengit. " Dan ya, kamu bilang apa Bu, kamu bilang anakku tak balas Budi dan tidak pernah berterima kasih atas pemberianmu setiap bulannya. Kalau boleh tahu sejak kapan Ibu memberikan kami uang, berapa uangnya dan mana bukti pemberiannya? Setahuku kami tidak pernah mendapatkan sepeserpun darimu Ibu!" Aku menjawab sembari mempermalukan dia di depan menantunya. Beraninya dia mengucapkan kalimat itu seperti itu padahal dulunya Aku adalah menantu yang digadang-gadang palin

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-27
  • RINDU SETELAH BERCERAI    5. butuh bantuan

    Tiba-tiba kantung kemihku terasa pening karena ingin segera dikosongkan sementara kepala juga pusing dan pandanganku rasanya berputar-putar ketika aku hendak bangun dan duduk beberapa saat."Ya Tuhan, kalau begini aku tidak akan bisa ke kamar mandi." Aku menggumam dengan air mata yang ingin menetes dari pelupuknya.Ah, waktu telah menunjukkan pukul setengah tujuh malam, nyamuk nyamuk beterbangan dan mengganggu sekali. Pintu terbuka hingga kabut dan cuaca dingin yang meluncur turun dari pegunungan terasa menusuk tulang. Aku Ingin menutup pintu tapi tidak berdaya sekali.Sepertinya aku harus ke kamar mandi karena kalau aku menahannya sebentar lagi maka aku akan mengompol di tempat tidur. Namun baru saja berusaha untuk bangun tiba-tiba ponselku berdering dan itu adalah nama anakku yang tertera di sana."Halo assalamualaikum, Yuna.""Walaikum salam Ibu.""Apa kabar sayang, bagaimana sekolahnya?""Lancar, tadi baru saja ujian tengah semester," jawabnya."Ah, bagus, ibu senang sekali," jawa

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-27
  • RINDU SETELAH BERCERAI    6. ada anak anak

    "Mas!" kudengar Santi yulisa terbangun. Dia duduk dan melotot melihat posisi suaminya yang berdiri sambil buru buru menyeka air mata di depanku."Mas, kamu ngapain, kenapa ada di sini!" wanita itu masih berteriak meski dalam keadaan lemah."Aku membawanya masuk karena di luar dingin, juga kasihan, yulisa.""Heh, kamu ga sadar sudah masuk dalam perangkapnya Mas? Wanita itu sengaja keluar dan mengorbankan diri agar kau jatuh Iba dan kembali menyayanginya. Dia wanita yang licik!""Sudahlah Santi istriku, kalau kau di posisi dia, sanggupkah kau bertahan di cuaca 18 derajat dan angin yang kencang, ditambah kau sedang sakit? Tolonglah, Kau boleh jadi tidak menyukainya tapi janganlah bersikap kejam. Toh, sekarang, aku suamimu, dan pikiranku tak akan tertuju kepada selain kamu dan keluarga kecil kita.""Lalu apa yang kau lakukan di depannya?""Hanya memberinya air.""Apa dia tak bisa minum sendiri?""Dia hanya sulit menjangkau. Aku hanya melihat bantuan padanya sebagai sisi kemanusiaanku, buk

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-28
  • RINDU SETELAH BERCERAI    7. ayah

    "Yuna, Yudi?""Iya, ini kami apakah ayah tidak mengenal kami?" Tanya Yudi dengan wajah heran."Ah, sudah lama kita tidak berjumpa..." Mas Fendi tertawa canggung sekaligus salah tingkah di depan anaknya."Sekampung, hanya beda dusun satu kilometer, tapi tidak berjumpa sama sekali, itu lucu ya Ayah," ucap Yudi."Bukannya ayah tidak mau ketemu kalian, hanya saja....""Ayah tak sempat, Ayah ragu kami akan menolak, Ayah takut pada Ibu, ataukah istri ayah melarang?""Tidak begitu Nak...""Jangan coba membela diri ayah, kami tahu apa yang sebenarnya ayah pikirkan. Sekarang kita berjumpa ... Apakah ayah merasa canggung?""Tidak juga.""Iya, jangan menyangkal. Lucu ya, ada manusia yang canggung pada anaknya...." Sindir anakku pada ayahnya. Kugenggam tangan Yudi untuk mencegah anakku bersikap di luar kendali. Sementara itu, aku dan istri Mas Fendi saling bersitatap dengan pandangan permusuhan yang pekat."Lihat kurang ajar sekali anak anak itu di bawah asuhan istrimu," ucap Wanita itu sambil t

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-29
  • RINDU SETELAH BERCERAI    8. keesokan

    Keesokan hari, kondisiku membaik, ajaibnya sejak kedatangan anak anak, aku jadi membaik dan bersemangat. Sakit yang kemarin melilit lilit perut seakan lenyap begitu saja tanpa sisa. Dokter saja sampai tidak percaya mendapati kondisiku yang kini baik baik saja. "Kalau begitu ibu pulang saja," ucap dokter."Benarkah dok, wah terima kasih," ucapku berbinar."Syukurlah, jadi, ibu kami tak akan makan hati," ujar Yuna sambil melirik ayah mereka yang sibuk menyisir rambut sang istri. Ah, semanja itu wanita berambut panjang dan cerewet itu pada suaminya yang sekarang."Baiklah, sebentar lagi petugas akan datang mencabut selang infus, adik adik tolong tanda tangani surat kepulangan pasien ya, ikut saya.""Iya, dok, siap."Kedua anakku mengikuti dokter sementara tinggallah aku sendiri di sini, memandang mantan suami dari balik tirai yang tersibak. Dulu, dia juga menyisir rambutku, dia membelai dan memeluk sebelum kami berangkat tidur, dia menyisir rambut dengan hati hati sambil menciumi aro

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-05
  • RINDU SETELAH BERCERAI    9

    Sudah seminggu yang lalu, sejak keluar dari rumah sakit, kini aku merasa sudah sehat dan siap untuk bekerja lagi. Anak-anak juga sudah kembali ke kota untuk melanjutkan pendidikan mereka. Tak lupa aku berikan sedikit uang untuk bekal mereka dan menitipkan pesan agar mereka tetap hidup dengan prihatin dan rajin ibadah.Pagi ini, setelah selesai sarapan dan membersihkan rumah, menyirami tumbuhan dan tanaman mawar milikku, kubersihkan diri lalu mengenakan pakaian yang pantas kemudian bersiap-siap untuk berangkat ke pasar. Sudah seminggu lapak sembako tidak dibuka jadi aku rindu suasana pasar dan rindu pembeli yang suka menawar sampai ke titik akhir. Heheheh.Ketika kukunci rumah, tetanggaku Mbak Elsa menyapa."Sudah sehat dan siap ke pasar Mbak?""Sudah. Alhamdulillah.""Wah, mbak cerah sekali.""Harus semangat untuk anak," jawabku dengan lantang dan tawa renyah."Alhamdulillah.""Yuk semangat lagi kita," ucapku pada wanita yang berprofesi sebagai guru itu.Ku keluarkan motor dari garas

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-06

Bab terbaru

  • RINDU SETELAH BERCERAI    62

    "Jadi kalau sudah begitu mau bagaimana lagi," ujarku pada Mas Fendi."Jangan terlalu dipikirkan, dia sudah punya banyak keluarga, luka hatinya akan membaik seiring berjalannya waktu, jangan khawatir, Fat.""Kok bisa segitunya ya, Mas?""Ya, mungkin karena dia sudah terlalu sayang dan cinta.""Kalau terlalu sayang jangan terlalu mengekang, kalau memang dia percaya padaku, mengapa dia sampai terus menyakiti orang lain dan mencurigainya, aku tak nyaman.""Tidak ingatkah kamu bahwa kamu juga berpartisipasi untuk menyakiti hatiku saat itu.""Konteks perbuatan yang kulakukan hanya karena cemburu dengan dokter Rudi, bukan karena aku ingin mencelakakanmu. Jadi tolong pahamilah keadaan itu dan maafkan aku.""Ya tentu saja aku memaafkan maksudnya kalau aku tidak memaafkanmu maka kita tidak akan bersama sampai sekarang." Aku tersenyum tipis dan mengajaknya masuk untuk ganti baju dan membongkar perhiasan yang menutupi kepala dan badan.Ada kejadian lucu ketika aku baru saja keluar dari kamar man

  • RINDU SETELAH BERCERAI    61

    Perlahan langkah kakiku beranjak menyusuri jalan setapak ditaburi bunga menuju pelaminan, dengan diapit kedua iparku yang ada di kanan dan kiri aku melangkah anggun menebar senyum dan pandanganku ke tamu undangan. Mereka terlihat berdecak kagum dan tatapan mata mereka lekat padaku, ada ibuku, adikkuu dan Mba arimbi yang tak kuasa menahan air mata menyaksikan pada akhirnya aku jadi pengantin dan diperlakukan dengan layak.Ijab kabul sudah usai diikrarkan, kini aku dan suami duduk berdampingan di pelaminan diapit oleh anak dan orang tua kami. Ada senyum bahagia dan raut kegembiraan yang tidak bisa disembunyikan oleh Mas Fendi dari hadapanku dan tamu kepada tamu undangan yang memberi selamat."Bagaimana perasaanmu sekarang?" tanya Mas Pendi sambil menggenggam tanganku yang sudah dihias dengan Inai Henna berwarna putih. Pada akhirnya ada cincin emas yang melingkar di jari manisku, cincin yang mengikat hubungan dengan sah, aku bahagia menatapnya sambil terus menyentuhnya."Alhamdulillah,

  • RINDU SETELAH BERCERAI    60

    Mendengar kalimat yang sudah terlontar dari mulut semua orang, Yulisa tentu saja merasa sangat kecewa. Dengan kekesalan dan wajah penuh emosi wanita itu segera beranjak mengajak keluarganya untuk pulang. Jenis-jenis suasana di rumahku kembali seperti semula anak-anak sibuk bercanda dengan nenek dan bibinya sementara aku dan Mas Fendi pergi ke belakang untuk menyiapkan makan malam.Hari ini keluarga mas Fendi membawa banyak makanan yang rencananya akan kami nikmati bersama jadi aku bertugas untuk menyiapkannya di meja makan. Sambil menuangkan makanan ke dalam mangkuk, menghampiri dan menyonggengkan senyum kepadaku senyum godaan sekaligus ekspresi wajah penuh arti bahagia bahwa pada akhirnya aku mau kembali padanya."Terima kasih ya atas keputusan bijakmu karena pada akhirnya semua harapanku terkabul juga. Akhirnya kita bisa bersama lagi."Aku lakukan demi kebahagiaan anak-anak dan ibu mertua," jawabku lirih."Dan kebahagiaanmu sendiri bagaimana?""Iya ... Aku bahagia," jawabku pe

  • RINDU SETELAH BERCERAI    59

    "Ya tentu saja boleh, kalau memang Bunda setuju dan ayah juga bersedia untuk kembali kepada kami ... asal beliau tetap setia dan bersikap baik, why not, kenapa tidak?" Jawab Yudi."Kalau begitu mari persiapkan acara lamaran, dan kita nikahkan orang tuamu dengan layak, nenek akan adakan hajatan untuk menyambut menantu baru karena dulu nenek tidak melakukan kenduri dengan layak untuk ibumu.""Ah, tidak usah begitu, Bu. Malu saya sudah tua...." Aku yang merasa tidak enak langsung saja menatap kedua anakku dan iparku."Jangan sungkan, kami akan lakukan yang terbaik untuk membahagiakanmu dan mulai sekarang Aku ingin melakukan segala sesuatu dengan layak untukmu," jawab Ibu mertua.Senyum di bibir ibu mertua dan kedua iparku juga anakku terkembang bahagia mereka saling merangkul dan bersorak gembira bahwa aku dan ayah mereka akan kembali bersama lagi. Tak lama dari situ motor Mas fendi da tiba di depan rumah. Tentu saja dia kagetan merasa heran karena tiba-tiba rumah kami ramai dengan ora

  • RINDU SETELAH BERCERAI    58

    Mendengar jawaban anak-anak yang tegas, kedua bibinya saling memandang dengan tatapan yang mungkin pusing dan putus asa."Gimana Tante Apakah nenek akan mau datang ke sini?""Kami tidak tahu ya tapi kami akan mencoba bicara dengannya.""Saya pun juga berharap nenek bisa datang.""Nak, kita mengalah aja," bisikku, "kita kan yang muda ya.""Tidak Bu, Jika nenek punya niat baik, biarkan beliau menunjukkannya.""Tapi itu akan memberatkan untuk beliau.""Tidak akan berat jika nenek punya niat baik jika beliau sudah mengirimkan kedua tante untuk datang ke sini itu artinya beliau sudah setuju atas segala kemungkinan.""Baiklah," jawabku lirih.Usai berbincang panjang lebar akhirnya Dewi dan Yanti memutuskan untuk pamit pulang karena hari sudah menjelang petang. Cepat ku tawarkan agar mereka makan malam bersama kami tapi kedua wanita yang statusnya belum menikah itu menolaknya dengan halus."Justru kami berharap Mbak Fatimah dan anak-anak yang bisa datang ke rumah besok malam untuk menikmati

  • RINDU SETELAH BERCERAI    57

    Selama seminggu tinggal di sukamaju anak anak sangat menikmati waktu dan kegiatan mereka, pun Mas Fendi yang kini bekerja sebagai supir pengantar barang di sebuah perusahaan distibusi makanan ringan dan sembako sering mampir untuk sekedar membawakan anaknya makanan. Belakangan kami sering makan malam bersama, bertukar pikiran dan cerita keseharian, sering bercanda dan tertawa, seakan lepassejenak dari semua beban pikiran yang menghimpit. Bila tiba pukul sembilan malam Mas Fendi akan izin pulang dan kami pun melanjutkan istirahat.*Suatu sore, saat aku sedang menyaou halaman datanglah kedua adik Mas Fendi, Yanti dan dewi, mereka menyapa dari balik pagar besi lalu aku bergegas membuka pintu kemudian mempersilakan mereka masuk.“Mbak kami ke sini cuma mau tanya, apakah belakangan ini Mas Fendi merasa nyaman datang ke sini?”“Kalau masalah merasa nyaman aku gak tahu ya … tapi dia nampak sekalli merindukan anaknya dan mencari momen yang tepat untuk bersama mereka. Aku sih, tidak berhak me

  • RINDU SETELAH BERCERAI    56

    Sungguh sedih dan teriris hati ini mendengar percakapan antara ayah dan anaknya. Mendengar bagaimana anak memprotes dengan cara menyentil perasaan ayahnya dan membuat Mas Fendi terpaksa menyadari segala sesuatu yang selama ini sudah keliru ia lakukan.Kalau memang dia tahu betapa berat hari-hari yang kujalani tanpa kehadirannya bagaimana aku membesarkan anak-anak tanpa bantuannya sepeserpun, harusnya dia merasa malu dan berusaha untuk mengganti semua itu. Bukan tentang uang yang aku inginkan tapi bagaimana yang mencuci semua itu dengan pertobatan dan sikap baik. Jujur saja aku belum terbuka untuk rujuk dengannya tapi aku bisa mempertimbangkan itu ke depannya jika anggota keluarganya menyetujui hubungan kami serta Mas Pendi mulai merubah perilaku dan arah hidupnya.Aku ingin dia kembali ke berjuang membangun harga dirinya dengan bekerja secara mandiri. Tidak ikut lagi bertanggung jawab atas kebun sang istri, atau bergantung hidup pada orang lain. Aku ingin dia benar-benar menata keman

  • RINDU SETELAH BERCERAI    55

    Seusai makan kubiarkan anak-anak dan ayahnya duduk di ruang tv sambil menikmati tayangan. Aku sendiri duduk ke teras sambil menikmati udara malam karena selepas makan dan cuci piring tadi aku merasa sedikit berkeringat dan gerah.Sebenarnya tadi tetanggaku melihat kehadiran Mas Fendi dan mereka tahu betul bahwa mantan suamiku masih ada dalam rumah karena suara gelak tawa dan candaannya bersama anak-anak juga terdengar sampai keluar. Tapi entah kenapa keadaan terasa begitu adem dan tenang, seolah tidak ada mata yang melihat dengan sinis atau seseorang yang akan melaporkan kejadian itu pada RT dan menimbulkan kekacauan."Ah lagi pula Mas Fendi hanya datang mengunjungi anak-anak, kami tidak melakukan dosa atau berzina, jadi apa salahnya?"ku tetap teh hangat yang kubawa dari dapur sambil menghela nafas dan menatap langit.Di langit malam yang tertutupi awan kelabu cahaya bulan terlihat malu-malu, sinarnya yang lembut seolah memberi suasana tersendiri yang membawa pada kenangan dan hal

  • RINDU SETELAH BERCERAI    54

    Dengan cara apa aku harus melawan reaksi masyarakat akan tudingan mereka tentang diriku yang katanya mempermainkan rumah tangga Mas Fendi dan Yulisa. Dengan cara apa aku menjelaskan kalau aku tidak terlibat, tidak sama sekali terlibat hubungan dengan suami orang. Sebagian yang tahu keseharianku memaklumi dan membelaku, tapi bagaimana yang tidak. Terlebih jika mereka mendengar agitasi yang diembuskan keluarga Yulisa, orang orang bisa dengan cepat membenciku hanya dari kabar yang mereka dengar saja. Mereka akan memusuhi hanya karena tuduhan yang tidak terbukti, begitulah pola fitnah merusak penilaian seseorang terhadap orang lain.*Sabtu sore, kedua putraku pulang dari kota, alangkah senang hati ini ketika pulang dari pasar dan melihat mereka sudah duduk di teras dan langsung menghambur menyambut kedatanganku. Kupeluk kedua anakku aroma tubuh mereka yang baru usai mandi seketika melenyapkan semua rasa lelah dan penat selama di pasar tadi. Maklumlah selama berjualan di pasar para penj

DMCA.com Protection Status