Penyesalan Mantan Suami dan Mertuaku

Penyesalan Mantan Suami dan Mertuaku

last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-18
Oleh:  Heaven NurTamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
10 Peringkat. 10 Ulasan-ulasan
51Bab
9.9KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

"Dasar wanita mandul! Aku sangat menyesal telah menyetujui pernikahan kalian!" Kalimat pedas itu meluncur dari bibir wanita yang telah melahirkan suamiku. Ya, dia adalah ibu mertuaku. Ibu mertua yang selalu menyulitkanku dengan banyaknya pekerjaan rumah. Ibu mertua yang selalu memojokkanku karena aku masih belum bisa memberikannya cucu. Dan lain sebagainya. Masih banyak tuntutan demi tuntutan yang selalu ibu mertua harapkan dariku. Apakah aku harus tetap bertahan? Atau sebaiknya aku menyerah dan memilih mundur?

Lihat lebih banyak

Bab 1

01 - Mertua Garang

"Naima!" teriak ibu mertua dengan sangat lantang membangunkan tidurku pagi hari ini.

Aku yang agak kurang enak badan terpaksa harus cepat bangun dan menghampirinya. "Ada apa Bu?"

"Kamu, ya! Jam berapa ini? Kenapa masih belum masak juga?? Hah!" sentak ibu mertua yang sepertinya sudah berpatroli dari dapur.

Ya, sehari-hari tugasku di rumah ini sudah seperti seorang babu. Ibu mertuaku tak pernah menganggapku sebagai anak menantunya. Aku hanya dijadikan pekerja rodi yang tak pernah mendapatkan imbalan.

Sebenarnya aku sangat tersiksa, namun aku juga tak tega jika harus bercerita tentang hal ini kepada mas Ilham, suamiku. Aku takut jika nanti mas Ilham malah merasa keberatan dan tak nyaman dengan ibu kandungnya sendiri.

"Hei! Diajak ngomong koq malah bengong??" Lagi, dan lagi, mukaku disemprot dengan omelannya.

Andai aku bisa mengeluh satu kata saja, aku akan berteriak kepada semua orang bahwa aku LE-LAH! Aku sungguh lelah!

"Maaf Bu, hari ini agak kurang enak badan," jawabku ragu. Aku takut jika ibu mertuaku akan semakin garang jika aku sampai salah bicara.

"Ck! Palingan cuma pusing! Manja banget sih? Dulu kamu waktu di panti asuhan pasti sudah biasa kan, kerja berat?" sahut ibu mertua seolah tidak perduli.

"Tap ...."

'Prang!'

Belum saja aku selesai mengucapkan kalimatku, ibu mertua sudah beraksi menjatuhkan wajan penggorengan tepat di bawah kakiku.

Nyaris saja menimpa kakiku, untungnya meleset ke samping. Memang, ibu mertuaku ini benar-benar ganas!

"Halah! Manja banget! Cepat masak!" protesnya tak ingin lagi mendengar alasanku.

Mendengar kalimat itu membuat hatiku semakin perih. Bagaimana bisa ibu mertuaku itu berubah drastis dengan saat pertama kali bertemu.

Jika mengingat hari itu, hari di mana Mas Ilham membawaku ke rumah ini untuk memperkenalkanku dengan keluarganya. Bu Ratih yang dulu masih calon bumer, bersikap sangat baik padaku. Sambil tersenyum dia memuji-muji parasku yang ayu. Tapi, saat ini, di saat aku sudah menjadi istri anaknya, kenapa perubahan sikapnya begitu kentara?

Ya Allah, dosa apa waktu kecilku hingga saat ini aku mendapatkan perlakuan seperti ini?

"Cepetan masak! Semua orang sudah lapar!" bentaknya lagi. Bagaimanapun hatiku ingin berontak, begitu juga akhirnya aku pasrah dan menurut. Demi keutuhan rumah tanggaku dengan putranya.

Aku langsung melangkahkan kaki menuju lemari pendingin untuk mencari bahan yang bisa kugunakan.

"Masak nya yang enak! Jangan keasinan kayak kemarin!" celetuk wanita setengah tua itu mengingatkan.

Aku mengangguk cepat. "Iya Bu." Aku mulai berjibaku dengan semua bahan yang ada.

Jika mengingat hari kemarin, padahal ibu mertuaku sendiri yang membuat masakanku keasinan, tapi tetap saja aku yang disalahkan.

Kejadiannya adalah, saat aku sudah menyetel semua rasa, kutinggal sayur santan yang masih belum mendidih di atas kompor. Karena aku sedang ingin ke kamar mandi untuk membuang hajat, maka aku tinggal sebentar.

Namun, saat aku kembali kulihat ibu mertuaku itu mengicip kembali dan memasukkan sesuatu lagi ke dalam panci masakku. Aku paham betul toples yang dipegangnya saat itu adalah toples yang berisi garam. Otomatis! Rasa sayur dan kuah, terasa sangat asin.

Tapi, ibu mertuaku yang sangat pintar di atas rata-rata mengumumkan kepada seluruh anggota keluarga bahwa akulah yang sengaja membuat asin masakanku.

Hingga akhirnya, sayur sepanci besar itu harus terpaksa dibuang karena tidak ada yang mau memakan.

Kembali ke masa sekarang. Jam dinding sudah menunjukkan hampir pukul 08.00 pagi. Sesuai jadwal rutin, seharusnya kami sudah selesai sarapan dari beberapa puluh menit yang lalu.

Karena kondisi tubuhku yang kurang fit, aktifitas memasakku menjadi terganggu dan sangat lama.

"Naima!!!" teriak ibu mertua lagi memanggil namaku.

Aku yang tengah membalik tahu dan tempe memilih tetap di posisi dan tidak langsung mendatanginya.

"Naimaaaa!!!"

Astaghfirullah ... Itu mulut atau toa?? Nyaring sekali.

"Iya, Bu." Setengah berlari aku menghampiri ibu mertua yang sedang berdiri di depan pintu.

'Bruk!'

Setumpuk pakaian berbau menusuk hidung dilemparkan ke arahku. "Habis masak, cuci semua ini!"

Ya Allah, tugas satu saja belum kelar, sudah ditambah lagi? Mana badan lagi meriang begini?

Aku memungut semua pakaian kotor ibu mertua dan langsung membawanya ke kamar mandi. Mulai memasukkan barang itu ke mesin cuci dan mengisinya lagi dengan air.

"Ya Allah, Naima!!! Tempemu gosong ini, lho!"

Mendengar teriakan ibu, aku buru-buru lari ke dapur.

Ya Allah, ngebul! Asap di mana-mana. Dan tempe yang tadi berwarna kuning sekarang sudah menjadi hitam legam.

"Ck! Jadi menantu koq nggak becus banget sih!" Ibu mertua berkacak pinggang. Sudah macam mandor sedang mengomeli bawahan.

"Maaf, Bu." Aku langsung mengangkat wajan penggorengan dan mencucinya.

Untung saja ini gorengan terakhir, jadi tidak terlalu menyesal karena minyaknya tidak bisa dipakai lagi. Maklumlah, jadi wanita itu harus perhitungan. Kan lumayan, harga minyak lagi mahal!

Ups! Koq malah jadi curhat?

Sang Ratu kembali menghampiriku. "Ini sudah mateng semua kan? Sana siapin di meja!" bentaknya lagi memerintahku.

Ya, ibu mertuaku itu sudah seperti ratu bagiku. Karena setiap perintahnya tidak boleh kutolak, Apapun itu.

"Iya, Bu." Aku berjalan ke arah meja makan dan mempersiapkan semua menu yang sudah kumasak.

"Ish! Ini bau apa, Sayang?" tanya mas Ilham sambil menutup hidung.

"Bau tempe gosong istrimu!" seloroh ibu mertuaku seenaknya.

"Masa sih? Nggak biasanya Naima masak, gosong?"

"Dibilangin juga! Tanya aja istrimu!"

Mas Ilham ikut kena sembur, kan?

"Iya Mas, memang tadi aku yang gosongin tempe. Soalnya tadi pas lagi masak, aku dipanggil sama ibu."

"Eh, eh! Koq malah nyalain ibu!" sewot ibu mertuaku dengan mata melotot seperti mau copot.

"Sudah, sudah." Mas Ilham menengahi kami dan langsung menarik kursi untuk duduk. " Sudah, Ibu, Naima, Mari sarapan."

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
itme Aing
ceritanya membuat jantung dugem.. wkwkwkkk
2023-08-16 08:17:32
2
user avatar
Naviah
suka ceritanya... bagus
2023-08-16 07:22:45
3
user avatar
Surayya Alam
bagus ceritanya
2023-08-16 01:22:01
3
user avatar
Heaven Nur
Terima kasih yang sudah mampir... Mohon dukungannya, ya...
2023-08-05 06:57:33
3
user avatar
Mahmudah
suka bangettt
2023-06-03 07:09:35
1
user avatar
Mahmudah
sucks banget
2023-06-03 07:09:06
1
user avatar
Mahmudah
sucks ceritanya... Semangat tor
2023-06-03 07:07:48
1
user avatar
Naura
semangat up bab nya tor
2023-05-24 14:30:44
3
user avatar
Naura
bagus cerita tanya seru... sering terjadi d kehidupan nyata.. semangat Naima..
2023-05-24 11:44:46
4
default avatar
Bunga Merah
bagus ceritanya.. .........
2023-05-24 11:32:45
3
51 Bab
01 - Mertua Garang
"Naima!" teriak ibu mertua dengan sangat lantang membangunkan tidurku pagi hari ini. Aku yang agak kurang enak badan terpaksa harus cepat bangun dan menghampirinya. "Ada apa Bu?""Kamu, ya! Jam berapa ini? Kenapa masih belum masak juga?? Hah!" sentak ibu mertua yang sepertinya sudah berpatroli dari dapur.Ya, sehari-hari tugasku di rumah ini sudah seperti seorang babu. Ibu mertuaku tak pernah menganggapku sebagai anak menantunya. Aku hanya dijadikan pekerja rodi yang tak pernah mendapatkan imbalan.Sebenarnya aku sangat tersiksa, namun aku juga tak tega jika harus bercerita tentang hal ini kepada mas Ilham, suamiku. Aku takut jika nanti mas Ilham malah merasa keberatan dan tak nyaman dengan ibu kandungnya sendiri. "Hei! Diajak ngomong koq malah bengong??" Lagi, dan lagi, mukaku disemprot dengan omelannya.Andai aku bisa mengeluh satu kata saja, aku akan berteriak kepada semua orang bahwa aku LE-LAH! Aku sungguh lelah! "Maaf Bu, hari ini agak kurang enak badan," jawabku ragu. Aku ta
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-18
Baca selengkapnya
02 - Ikhlas dan Sabar
Siang ini aku berniat untuk belanja di pasar. Membeli kebutuhan semua bahan dapur adalah tugas bulananku. Sudah menjadi jadwal rutinku setiap Mas Ilham gajihan, sebagian besar uangnya kugunakan untuk menyetok bahan dan keperluan. Sebagian besar? Iya. Semua pengeluaran keluarga kami yang tanggung. Hingga aku tidak bisa menyisihkan sebagian uang untuk kutabung.Kalau kalian tanya untuk belanja apa saja? Kujawab semuanya. Mulai dari keperluan depan rumah, dalam rumah, dapur, hingga kamar mandi. Semua aku yang urus. Koq bisa, gitu? Bagaimana dengan mertuamu?Mertuaku tidak mau tau, euy! Sedih memang. Pernah aku coba-coba saat belanja bulanan meninggalkan beberapa keperluan yang kurasa mertuaku sanggup membantu, tapi apa?? Nihil! Bukannya membantu, ibu mertuaku malah menceramahiku dari alif sampai ya' yang membuat hati dan jantungku berdegup lebih kencang.Dilema hidup serumah dengan mertua ya, begini. Aku sudah pernah mengajak Mas Ilham untuk pindah rumah walaupun di kontrakan sepetak
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-18
Baca selengkapnya
03 - Mencari Perlindungan
Ya Allah ... kenapa aku harus mengalami hal ini? Nindi, adik iparku itu semakin bersemangat mengerjaiku. Aku sudah menuruti keinginannya untuk meminta maaf, tapi dia seolah masih kurang puas. Nindi beranjak dari posisinya. "Mbak Naima. Aku tidak akan memaafkanmu sebelum kamu berlutut di kakiku!" ucap Nindi lagi yang membuatku semakin geram. Sungguh! Sikap gadis remaja ini padaku sama persis seperti ibunya.Mendengar permintaannya kali ini membuatku tak habis pikir. Aku yang semakin emosi memilih diam. Sudah berkali kuladeni sikap kasarnya, namun dia sama sekali tidak menghargaiku. "Naima! Cepat lakukan perintah Nindi!" Ibu mertua kembali ikut campur. Tangan kananya menarik kasar lenganku dan memaksaku untuk berlutut di hadapan putrinya. "Ibu!" Aku memekik. Ini sungguh di luar dugaanku. Bisa-bisanya kedua wanita ini semakin bersikap semau mereka padaku. Ibu mertua berhasil mendudukkan tubuhku di bawah kaki anaknya. "Cepat, minta maaflah sekarang!" titahnya lagi dengan sorot mata t
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-18
Baca selengkapnya
04 - Kapan Hamil?
"Mas tahu kamu mendapatkan perlakuan yang tidak nyaman selama ini. Tapi, Mas minta kamu bisa bersabar, ya." Mas Ilham mengatakan itu dengan penuh hati-hati. Sepertinya dia sudah membaca semua isi hatiku hingga apa yang diucapkannya berhasil membuatku diam.Baiklah. Demi Mas Ilham, aku akan berusaha sabar dan mengalah.Mas Ilham mengurai pelukan. Pandangannya tak lepas dari wajahku yang membuatku seketika tersipu. "Ada apa, Mas? Kenapa memandangku seperti itu?""Dek," bisiknya seraya tersenyum."Hmm.""Mas pengen punya anak."Deg! Kenapa tiba-tiba Mas Ilham mengatakan ini? Bukankah beberapa hari lalu dia baik-baik saja karena kondisiku yang tidak kunjung hamil ini?Aku tertegun sesaat tanpa membalasnya."Dek, koq diam?" Pria itu semakin menatap lekat wajahku, yang membuatku sedikit melengos ke samping kanan."Dek, besok ikut Mas, ya!""Ke mana, Mas?" tanyaku tanpa menoleh ke arahnya."Kita periksa ke dokter.""Ke dokter? Periksa apa??" Aku ingin memastikan bahwa apa yang kupikirkan saa
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-18
Baca selengkapnya
05 - Kamu, Mandul?
Tanganku gemetar saat mendapati hasil yang begitu mengejutkan bagiku, karena kupikir akulah yang mandul. Namun, ternyata aku salah. Di lembar hasil pemeriksaan ini dengan jelas diterangkan bahwa Mas Ilham-lah yang tidak subur, bukan aku. Aku harus senang atau bagaimana? Jika boleh diminta, aku dan Mas Ilham seharusnya mendapatkan hasil yang sama, tidak ada kemandulan di antara kami. Lama aku tertegun dan berpikir, hingga dokter Yuni kembali bersuara, "Bagaimana, Bu? Apakah Anda puas dengan hasilnya?"Hatiku luruh, walaupun keadaanku baik-baik saja, tapi aku takut kenyataan ini akan membuat Mas Ilham putus asa. Mengingat suamiku itu sudah sangat menginginkan keturunan. Ya Allah, aku harus bagaimana? "Bu ...." Dokter Yuni kembali memanggilku, yang membuatku langsung tersadar dari lamunan. "Oh, maaf, Bu," sahutku seraya memutar otak. Aku tidak ingin melihat kekecewaan di wajah Mas Ilham. "Bu, apakah saya bisa meminta tolong sama Ibu?" tanyaku pada Dokter Yuni. "Minta tolong apa? Bu
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-18
Baca selengkapnya
06 - Antara Aku dan Ibumu
"Jangan bicara seperti itu, Bu. Kasihan Naima," Mas Ilham membantah ucapan ibunya, dan malah membelaku, yang membuat hatiku semakin terharu. 'Terima kasih, Mas.' Baru kali ini Mas Ilham bersikap tegas pada ibunya. Tapi, bukan Bu Ratih namanya kalau bisa ditentang oleh anak. Wanita yang telah melahirkan Mas Ilham itu tampak sangat marah. "Oh, jadi kamu lebih memilih istri mandulmu ini," ucapnya dengan tatapan sinis ke arahku, kemudian berpindah pada Mas Ilham lagi. "Mulai hari ini juga, kamu bawa istrimu keluar dari rumah ini! Aku tak sudi melihatnya!" bentak Ibu mertua lagi dengan menunjuk ke arahku. Ya Allah, sakit sekali melihat pemandangan ini. Tapi, aku tidak bisa berbuat apa-apa selain menuruti Mas Ilham."Kalau memang Ibu pengennya begitu, kami akan terima, karena aku tidak bisa meninggalkan Naima dan malah menikah dengan wanita lain," ucap Mas Ilham lagi semakin menegaskan pilihannya. Mendengar perkataan itu membuatku dilema. Aku sangat senang, tetapi aku juga sedih karena menj
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-18
Baca selengkapnya
07 - Sikap Aneh Ibu
"Naima, ibu seneng banget kamu ke sini," ucap Ibu mertua dengan senyum penuh arti. Sangat-sangat tidak wajar, karena yang selama ini terjadi adalah sebaliknya. Tidak perlu kujelaskan lagi, kan? Karena kalian semua pasti juga sudah pada paham. Ibu tersenyum ke arahku sambil berkata dengan sangat lembut. "Kenapa baru ke sini sekarang? Padahal ibu sudah kangen banget sama kalian," ucapnya lagi, yang seharusnya aku sangat bahagia ketika mendengarnya,tapi entah mengapa hatiku terasa sangat janggal. Hati nurani yang terdalamku tidak membenarkan perubahan sikap ibu ini. Setelah menyapaku, ibu berjalan menghampiri putranya. "Ilham, maafkan ibu ya, Nak. Karena ibu sudah egois sama kalian, khususnya sama Naima." Ibu mengatakan itu dengan raut wajah sedih penuh penyesalan. Aku sih, masih berfirasat ini hanya drama saja. Pasti ada satu hal yang akan dimintanya dari Mas Ilham lagi, karena aku sudah paham betul bagaimana sikap dan watak ibu mertuaku ini. Ya Allah ... padahal niat awal ke sini ada
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-22
Baca selengkapnya
08 - Teman Lama
[Naima, bisakah kita bertemu?]Begitulah isi pesan singkat terakhir dari Malik yang tak kubalas lagi. Entah mengapa mengingat masa-masaku dengannya dulu membuatku jengkel. Aku yang saat itu merupakan anak baru di panti, selalu dikerjainya. Sebenarnya bukan pembullyan, hanya selalu menyuruhku mengambil alih jadwal tugas kesehariannya. Mulai dari nyapu halaman, hingga menyikat wc. Itu kulakukan karena dia memiliki buku diary rahasiaku, yang entah bagaimana caranya buku itu bisa jatuh di tangannya. Dan dia menggunakan beberapa lembar curhatan isi hatiku itu untuk mengancamku.Pasti kalian bertanya kenapa aku bisa patuh pada semua perintahnya hanya karena sebuah diary. Ya, aku memang lebay pada masa itu, menuliskan semua kejadian yang kualami secara detail di sana. Mulai dari hal yang kusuka, bagaimana aku menjalani hari, hingga satu jerawat yang tumbuh di wajah pun tak luput dari coretan tanganku. Karena memang aku sudah hobi menulis sejak SD, jadi kegemaranku itu yang membuatku menulisk
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-23
Baca selengkapnya
09 - Kesalahpahaman
Ma-Malik?Kucoba menelisik wajah pria bertubuh dempal ini dengan seksama. Malik yang kukenal dulu kurus ceking, tapi kenapa tubuh pria ini, gemuk?Namun, semakin dilihat dari raut wajah memang sedikit ada kemiripan. Sepertinya memang benar dia adalah Malik. "Malik? Dari mana kamu tahu aku tinggal di sini?" Mendengar pertanyaanku ia malah tersenyum, dan tanpa permisi ia melangkah masuk ke rumahku. Aku bingung. Mau kuusir, tidak nyaman. Tapi jika kubiarkan Malik masuk, pasti Mas Ilham akan semakin marah padaku. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana kemurkaan suamiku lagi. Masalah yang kemarin saja belum selesai, jika ditambah lagi maka akan semakin memanas. "Malik, tolong keluar dari rumahku." Aku tidak akan membiarkan hubunganku dengan Mas Ilham akan semakin kacau karena kedatangan Malik. "Lho? Kenapa?" tanya Malik dengan sangat santai. Ya, memang begitulah sikapnya sejak kecil. Tidak pernah memperdulikan perasaan dan keadaan orang lain. "Maaf, suamiku tidak ada di rumah. Tolong k
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-24
Baca selengkapnya
10 - POV Ilham
"Astaghfirullah! Ini beneran Naima??" Aku memekik dengan rasa penasaran. Aku masih tidak percaya jika foto mesra yang kupegang ini adalah foto istriku bersama pria lain. Walaupun postur pria ini tampak sangat jauh dibandingkan, tapi kenapa Naima bisa berselingkuh dengannya? Apa mungkin dia kaya raya? Ya Allah ... Naima. "Benar, Mas. Itu Mbak Naima dan kekasihnya. Kalau tidak salah namanya Malik. Mereka sudah berpacaran sejak kecil, dan katanya mau balikan," jelas Nindi, adik perempuanku dengan penuh keyakinan. "Kamu tahu ini dari mana, Nin? Bukannya kamu tidak begitu menyukai Mbakmu? Jangan-jangan, kamu cuma mengada-ngada?" cecarku. Aku tidak ingin hanya mendengar omongan dari Nindi, membuat hatiku curiga pada Naima. Aku perlu bukti lain, karena Naima yang kukenal sepertinya tidak akan membohongiku. Mendengar penuturanku Nindi malah berdecih. "Ck! Dibilangin kok nggak percayaan sih, Mas. Aku tu dapat info ini dari pria itu langsung. Kemarin tidak sengaja ketemu saat pulang sekolah,
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-26
Baca selengkapnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status