Home / Rumah Tangga / RANJANG PANAS KAKAK IPAR / Bab 05. Jejak Di Tubuh

Share

Bab 05. Jejak Di Tubuh

Author: weni3
last update Last Updated: 2024-09-19 12:20:09

Zoya terdiam di undakan tangga saat mendengar panggilan dari Gama. Zoya menarik nafas dalam dan menghembuskannya dengan perlahan.

Dia paham siapa yang memanggilnya hingga ia tak ingin menoleh dan lebih memilih untuk menunduk. Egois sedang mendominasi diri Zoya sampai dimana dia mengabaikan sopan santun.

"Jangan katakan apapun, Kak! Zoya tau apa yang akan kakak pertanyakan."

"Bagaimana dengan jejak di tubuh…."

"Kak aku mohon! Jangan ungkit itu lagi!" pinta Zoya lalu melangkah panjang meninggalkan Gama yang diam dengan helaan nafas berat. Namun setelahnya pria itu mengedikkan pundak dan masuk kamar tanpa beban.

Zoya tak terima apapun sikap Gama padanya. Bagi Zoya itu hanya akan memperkeruh suasana.

Mereka harus memiliki batasan jika perlu menjadi asing agar lebih nyaman melanjutkan hidup masing-masing. Walaupun Zoya tau perangai Gama yang sebenarnya baik tetapi setelah malam itu, semua tak lagi sama.

Zoya nampak ragu untuk masuk kamar. Rasa takut membuat nyalinya menciut. Bayangan akan kemarahan Zein semakin terlihat nyata di depan mata. Bagaimana jika Zein kembali murka?

"Ya Tuhan aku harus beralasan apa agar Mas Zein tidak meminta malam ini? Tidak mungkin aku melayani. Aku tidak sanggup untuk meladeni kemarahannya malam ini."

Kedua mata Zoya terpejam kuat. Rasanya ingin lenyap sejenak hingga Zein terlelap. Namun menghindar bukanlah pilihan baik untuk menyelesaikan masalah. Zoya menarik nafas dalam sebelum dia masuk dan menghadapi Zein.

Perlahan Zoya membuka pintu kamar. Terlihat Zein sudah membuka pakaian dan hanya menyisakan celana pendeknya saja. Semakin ragu Zoya untuk masuk tetapi pergerakannya justru memberikan kesempatan pada Zein saat tangan begitu lancar mengunci pintu kamar.

"Mas..."

Zein melangkah mendekat dan menarik pinggul Zoya hingga masuk ke dalam pelukannya. Mengecup bibir ranum milik Zoya tanpa memberi kesempatan untuk Zoya menolak dan menghindar. Tangannya pun mulai bergerilya sesuka hati membuat Zoya semakin panik.

"Mas maaf, malam ini aku sedang tidak bisa," lirih Zoya setelah Zein melepaskan pagutan dan mulai turun mencumbu leher jenjangnya.

Zein terdiam mendengar penolakan dari Zoya. Rahangnya mengeras mendengar Zoya yang mengatakan jika dirinya sedang tak bisa disentuh. Rasa ingin sekejap berubah menjadi kekecewaan yang mendalam.

Tatapan keduanya kembali beradu dengan kedua mata Zein yang tajam siap untuk mengamuk. Tak lama Zoya tersentak saat Zein melepaskan tubuhnya dengan kasar.

"Bukannya baru seminggu yang lalu, Zoya? Kamu berbohong kepadaku? Apa yang kamu sembunyikan dariku?"

Zoya menelan kasar salivanya. Begitu sulit menghindari. Tatapan suaminya begitu mengintimidasi dan pertanyaan itu seakan menjawab arti kata penolakannya.

Namun Zoya harus bisa membuat Zein percaya. Sekuat hati dia bertahan menatap kedua mata Zain yang semakin membuat nyalinya habis.

"Tadi sore keluar flek, Mas. Mungkin karena aku kecapekan karena kegiatan semalam. Besok malam aku usahakan bisa," jawab Zoya dengan lirih. Sekuat hati meraih tangan Zein tetapi dengan cepat pria itu menepisnya.

Zein tak menjawab apapun. Pria itu mendengus kesal kemudian melangkah menuju kamar mandi. Membanting pintu kamar mandi demi melampiaskan amarah yang sudah memuncak karena malam ini pun tak lagi bisa menuntaskan rasa inginnya.

Zoya menghela nafas lega. Setidaknya malam ini dia bisa mangkir demi menyelamatkan diri dari amukan Zein. Namun hati semakin bersalah pada suaminya. Tidak pernah sekalipun Zoya menolak. Malam ini perdana dia lakukan dan rasanya sungguh sangat menyesal.

"Maafkan aku, Mas. Aku yang salah."

Pagi ini Zoya kembali sibuk dengan segala aktivitasnya sebagai istri. Sebelum ke kantor, Zoya lebih dulu menyiapkan semua kebutuhan suaminya.

Zoya bergegas turun ke dapur untuk membuatkan sarapan. Kebetulan Bibi sedang pulang kampung jadi semua harus Zoya yang mengerjakannya sendiri.

"Kopinya, Mas!" ucap Zoya saat melihat Zein turun dengan pakaian kantornya. Zoya sudah membuatkan dua cangkir kopi untuk suami dan juga kakak iparnya. Meletakkan di meja masing-masing hingga keduanya turun siap untuk sarapan.

Zein hanya berdehem lalu menyeruput kopi buatannya. Zoya tersenyum melihat itu tetapi dia sama sekali tidak menawarkan Gama minum.

Zoya enggan bersinggungan. Menganggap tak ada meskipun tak lupa juga membuatkan untuk kakak iparnya.

Namun agaknya Gama tidak mempermasalahkan akan sikapnya yang tak seperti biasa. Dengan santai pria itu menyeruput kopi dan bersikap seakan tak terjadi apa-apa. Bagi Zoya ini tidak terlalu buruk dan berharap Gama tak menyinggung hal itu.

"Mas, boleh aku menumpang mobilmu? Ikut sekalian ya. Pagi ini aku agak kurang enak badan. Boleh ya?" tanya Zoya dengan penuh harap, karena dia sedang malas sekali naik taksi.

Sebenarnya bisa saja ikut dengan Gama. Namun pria dingin itu tak mungkin sudi jika dia ikut. Hubungan keduanya pun tak seakrab itu, seperti memiliki batasan karena paham hanya ipar.

Zoya pun sudah terbiasa menjaga jarak dengan kakak iparnya. Tak menjadikan satu tujuan sebagai alasan untuk pulang pergi bersama.

"Aku harus langsung ke lokasi. Ada meeting pagi ini dengan klien penting," tolak Zein dengan sikap datar.

Pria itu segera minum air putih lalu beranjak dari sana. Sementara Zoya yang melihat suaminya sudah ingin berangkat, buru-buru meninggalkan makannya dan ikut beranjak dari sana.

Zoya buru-buru mengejar Zein yang sudah lebih dulu melangkah keluar rumah. Terlihat suaminya begitu tergesa masuk mobil dan meninggalkannya begitu saja.

Malang betul nasibnya, mendapatkan penolakan di saat hati sedang gundah. Kenapa tidak bisa sedikit saja bersikap manis agar tak menimbulkan pemikiran buruk orang lain?

"Mas kamu tuh..." Zoya mengangkat kepalanya agar air mata tak lagi membasahi pipinya pagi ini. Sudah biasa ditolak tetapi entah mengapa pagi ini rasanya sungguh sangat menyakitkan. Sampai dimana orang yang sangat ia hindari kembali menghampiri.

"Mau bicara apa lagi, Kak? Kamu sudah tau semuanya!" ujar Zoya pada Gama yang hanya mengangkat kedua alis mendengar ocehanhya.

"Miris! Kamu terlalu naif, Zoya!"

"Kak!"

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
Sampaj kapan Zoya sama suami toxid
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 06. Nekat

    “Masuk ke mobil!” perintah Gama terdengar lugas. "Terima kasih. Namun, maaf, sepertinya aku akan naik taksi saja," tolak Zoya dan bergegas kembali masuk ke dalam rumah untuk Bersiap-siap. Tak ingin dia dikasihani oleh Kakak iparnya yang pagi ini pun membuat geregetan. Sesampainya di kantor, Zoya bergegas untuk turun dari taksi online dan berlari masuk ke dalam kantor menuju lift agar cepat sampai ke ruangannya. Beruntung belum telat meskipun dia sudah di penghujung waktu. Namun sialnya masih harus melewati lift khusus karyawan yang terkenal penuh sesak. Pagi-pagi lift karyawan selalu ramai. Dia yang baru datang sudah pasti terjebak antrian. Tak seperti lift khusus CEO yang lancar jaya. Belum lagi saat penuh begini tercium bermacam-macam aroma yang membuatnya mual. Sungguh ujian setiap pagi di waktu yang mepet. Zoya berdiri agak belakang sembari menunggu gilirannya untuk masuk. Ekspresinya gelisah dan terus menerus melirik ke arah jam tangan, karena tinggal tersisa lima m

    Last Updated : 2024-09-19
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 07. Kabar Buruk Itu.

    Zoya terdiam masih berdiri menunggu Gama yang terus sibuk tanpa memperdulikan dirinya. Sudah hampir satu jam berlalu setelah pria itu menahannya untuk tetap di sana. Terus menunggu tetapi Gama nampak santai saja tanpa menyentuh berkas yang ia berikan. Zoya frustasi sendiri, kakinya pegal sekali tetapi Gama tetap cuek seakan tak minat. Sengaja menahannya tanpa kejelasan. Rasanya Zoya ingin mengumpat pria itu tapi semua hanya di angan karena dia tak seberani yang dibayangkan. Zoya mendengus kesal, terdengar helaan nafas kasar darinya yang ternyata bisa menarik hati pria itu. Gama melirik ke arahnya dan menyandarkan tubuh di kursi kebanggaannya. "Bosan?" "Anda masih sibuk, Pak." "Tidak sabaran." celetuk Gama yang kemudian berdecak dan mengambil berkas yang Zoya berikan tadi. Meneliti beberapa saat dan kembali menatapnya dengan lekat. Zoya menegakkan tubuhnya saat sadar Gama memperhatikan. Berharap tak ada yang harus kembali direvisi agar dia bisa mengerjakan pekerjaan

    Last Updated : 2024-09-25
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 08. Istri Nggak Berguna!

    Zoya menarik nafas dalam dan beranjak dari duduknya. Sekuat hati dia berusaha untuk tetap tenang. Ingat, harus banyak bukti untuk bisa memberontak dari pria seperti Zein jika tidak ingin hanya dijadikan angin lalu oleh pria itu. Zoya tersenyum menyambut langkah suaminya yang mendekati dan segera mengambil alih tas dan juga jas Zein. Sebenarnya ada rasa takut untuknya kelak memberontak. Zoya tak memiliki siapa-siapa lagi selain Zein. Jika dia dicampakkan oleh Zein lalu bagaimana dengan nasibnya kelak. Zoya melangkah mendekati Zein yang mulai membuka kancing lengan kemejanya. Dengan sigap pun Zoya mulai membantu membukakan kancing kemeja yang Zein kenakan. Aroma parfum yang sudah bercampur dengan parfum wanita membuat dada Zoya semakin sesak bahkan tangannya sedikit gemetar karena dia harus menahan rasa sakit yang semakin dalam. "Mas, tau kamu pulang lebih cepat. Aku tadi minta jemput sekalian. Aku lelah banget, Mas. Mana harus menunggu taksinya lama." "Jangan manja!" k

    Last Updated : 2024-09-27
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 09. Layani aku, Zoya! (21+)

    Zoya tersentak saat mendengar suara pintu kamar terbuka sangat kencang. Kedatangan Zein membuatnya yang baru saja terlelap seketika beranjak dari tidurnya. Zoya menatap heran saat Zein pulang sempoyongan tak seperti saat berangkat tadi. Zoya hendak turun dari ranjang untuk menyambut dan membantu tetapi dengan cepat Zein menghampiri. Zein menyibak selimut yang menutupi bagian tubuh bawahnya, hingga kedua mata Zoya terbelalak melihat itu. Terekspos lah kedua kaki jenjangnya yang putih mulus membuat kedua mata Zein berbinar melihatnya. Pria itu pun merangkak naik dan menyerang tanpa aba-aba. "Mas Zein!" "Layani aku, Zoya!" bisik Zein yang kemudian mendongak dan mencium ceruk leher Zoya yang terpampang indah, putih menggoda. Layaknya aliran sungai yang jernih begitu lancar mengalir lidah Zein menyusuri leher itu. Memberikan percikan gairah dan membangkitkan nafsu yang bercampur dengan rasa yang menggebu. Kedua tangan Zoya mencengkeram kuat sprei menahan gelora nikmat yang Z

    Last Updated : 2024-09-30
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 10. Pernikahan Toxic

    Zoya terperangah mendengar tuduhan itu. Belum tenang hatinya karena Gama melihat kejadian semalam, Zein tiba-tiba menuduhnya berbohong hingga membuatnya ketakutan. Tatapan mata Zein begitu tajam padanya sampai Zoya sulit menelan kasar salivanya. Zein berdiri di hadapannya dan menekan tubuhnya hingga membuat Zoya sesak karena terhimpit oleh pintu dan tubuh pria itu. "A... Ada apa, Mas?" "Kamu pembohong, Zoya! Kamu mengatakan padaku jika masih belum bisa, tapi semalam apa? Satu tetes darah pun tidak terlihat. Sprei bersih sampai pagi. Sudah berani kamu membohongiku, hah?" "Mas!" pekik Zoya saat kedua pipinya ditekan kuat hingga kedua mata pun basah. Zein juga semakin menghimpit tubuhnya hingga ia sulit bergerak dan melepaskan diri dari pria itu. "Mas sakit, aku... " PLAK Kedua mata Zoya terpejam kuat merasakan panas menjalar ke seluruh pipi kanannya. Air mata itu pun tak lagi bisa dibendung. Bahkan dadanya begitu sesak hingga dia hanya bisa tertunduk terisak. Semalam

    Last Updated : 2024-10-01
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 11. Aku Istrimu, Mas!

    "Kopinya, Mas." Zoya meletakkan secangkir kopi di atas nakas tepat Zein sedang sibuk dengan ponselnya. Tanpa menjawab, pria itu pun terlihat sibuk sekali. Zoya duduk di hadapan Zein membuat pria itu melirik tajam ke arahnya. Tatapan penuh keraguan pun terlihat jelas dari kedua mata Zoya. Antara takut tetapi dia ingin apa yang Gama katakan tadi masih bisa diperbaiki. "Mau apa kamu?" tanya Zein seakan mengerti apa yang ingin dia lakukan setelah ini. "Hanya ingin berbicara sama kamu, Mas." Zoya meraih tangan Zein yang kosong. Menggenggam tangan itu kemudian menatap wajah Zein yang terlihat tak suka melihatnya. "Mas aku tidak bermaksud membohongimu. Aku minta maaf jika sikapku membuatmu marah tapi apa tidak bisa jika kamu sedikit saja lembut padaku, Mas? Aku ingin kita seperti dulu. Sebelum kamu kasar padaku, kamu pernah sangat lembut memperhatikanku, Mas." "Jangan banyak meminta, Zoya! Wajar di awal menikah pasti manis. Semua juga begitu. Kamunya aja yang berlebihan! Aku ng

    Last Updated : 2024-10-03
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 12. Semakin Menjadi

    "Dan apa jika aku mengatakannya sejak awal, kamu akan percaya? Ketika seseorang jatuh cinta dia seperti orang yang sedang mati rasa, Zoya! Kamu tidak akan perduli dan tetap fokus pada cintamu," kata Gama santai kemudian beranjak dari sana. "Keputusan ada di kamu. Tetap bertahan hingga sekarat atau berusaha lepas dari kesakitan. Aku hanya iba, karena kamu korban." Gama melangkah santai pergi dari hadapan Zoya. Semua yang pria itu katakan mengandung makna yang mendalam sedangkan Zoya saat ini begitu sakit mengetahui apa yang suaminya lakukan di luar sana. "Mas kamu sama siapa? Siapa wanita itu sebenarnya? Kenapa Kak Gama begitu mengenal? Sedang aku tidak bisa mengira-ngira." Pulang telat seperti sudah menjadi makanan sehari-hari bagi Zein. Sudah beberapa hari ini Zein pulang semakin malam bahkan pagi. Tak ada lagi kehangatan yang Zoya rasakan. Zein begitu sibuk hingga membuatnya kesepian. Beralasan tak jelas dan tak mau banyak ditanya. Itulah sikap Zein setiap kali ingin

    Last Updated : 2024-10-05
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 13. Nikmati, Sayang! (21+)

    "Saya ijin pulang lebih cepat, Pak. Pekerjaan saya sudah selesai dan ini berkasnya. Maaf jika saya ijin lagi hari ini karena ada kepentingan mendesak yang tidak bisa saya tunda," ujar Zoya yang kini sedang meminta ijin pada manajer divisinya. "Mau kemana? Jika masih ada yang harus direvisi lagi bagaimana? Kamu sejak kemarin ijin terus. Jangan mentang-mentang memiliki hubungan dengan Pak Gama, Zoya! Kamu harus profesional dalam bekerja." "Baik, Pak. Maaf sebelumnya tapi kali ini benar-benar penting, Pak." Zoya harus mendapatkan ijin itu. Dia tidak bisa menunda lagi. Penasaran juga dengan siapa wanita yang bersama suaminya hingga membuat Zein berubah sikap bahkan sekarang semakin jauh saja. "Satu kali ini saja, setelah itu saya tidak akan menerima lagi apapun alasannya. Tidak ada pengecualian dalam bekerja, Zoya! Jika kamu begini terus, maka bisa menimbulkan kecemburuan sosial antar karyawan. Kami pun tidak akan membeda-bedakan kalian." "Baik, Pak. Maaf dan terimakasih atas i

    Last Updated : 2024-10-08

Latest chapter

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 76. Mas Suami Meresahkan

    Pagi ini di rumah baru, Zoya tidak terlalu sibuk karena memang tidak ada yang harus diurus selain Gama. Belum ada bahan masakan yang harus dimasak dan kebetulan akan dipersiapkan nanti. Zoya yang terjaga lebih dulu pun segera beranjak dari saat. Namun bangun tidur badan agak ngilu, mungkin karena saking semangatnya main terus sama Mas suami. Begitu nikmat sampai nagih dan tidak memikirkan bagaimana tubuhnya setelah itu. Hawa rindu menggebu, jadi inginnya sayang-sayangan terus. Padahal tubuh juga butuh istirahat. Namun pagi ini harus berkegiatan seperti biasanya. Zoya memutuskan untuk lebih dulu mandi sebelum Gama bangun. Niatnya mau cari sarapan tapi masih asing di sini. Mana ada yang jualan pinggir jalan di dalam kompleks yang mewah seperti ini? Alhasil Zoya order saja yang penting suami bangun sarapan sudah ada. "Sayang... " Zoya terkejut saat tiba-tiba merasakan pelukan dari seseorang yang tentunya itu adalah Mas suami. Ya, siapa lagi jika bukan Gama. Mereka hanya be

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 75. Nakal

    Gimana konsepnya, sudah mandi malah diajak mandi lagi. Apa tidak nakal itu namanya. Begitulah Zoya mengajak Gama mandi lagi. Mereka pun menikmati moment itu sampai sayang sekali ingin mengakhiri tapi jemari mereka sudah terlihat mengkerut karena dingin. Gama pun tak ingin Zoya sakit lagi. Usai mandi lanjut makan. Keduanya begitu menikmati hingga makanan mereka pun habis tak tersisa. Zoya menyandarkan tubuhnya di kursi setelah semua masuk ke dalam perut. "Habis sakit kok banyak makan ya, Mas? Ini aku doyan atau memang kelaparan? Sampai habis begini. Perut aku penuh banget rasanya." Laper ngeluh, kenyang juga tambah berisik. Namun memang benar, perut Zoya penuh sekali. Tak biasanya dia menghabiskan makan dengan porsi banyak. "Bagus dong Sayang. Memang kamu harus banyak makan karena kita akan segera melangsungkan acara pernikahan. Kamu harus sehat terus karena aku akan mengadakan acara yang mewah, Sayang." "Mas ini pernikahan kedua loh. Nggak perlu megah-megah juga nggak m

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 74. Mas Jangan dilepas!

    Suara desahan saling bersahutan begitu menghiasi kamar mewah yang belum ada 24 jam mereka huni. Di sini, di kamar ini, kedua insan saling melebur menjadi satu menggumamkan kalimat cinta yang membuat permainan semakin panas. Gama tentu tidak bisa menolak ajakan Zoya terlebih sudah melihat tubuh sang istri tanpa busana seperti ini. Niat hati nanti dulu tapi istri malah merayu. Hajar tipis-tipis dengan ritme yang lembut mengimbangi Zoya yang baru pulih. Gama begitu menikmati sesapan, lumatan dan goyangan yang Zoya berikan. Rasanya sungguh luar biasa dan dari moment bercinta yang pernah mereka lakukan, hari inilah yang sangat panas hingga membuat Gama geleng-geleng kepala melihat lincahnya Zoya. "Pelan-pelan saja, Sayang! Kamu baru sembuh," ucap Gama mengingatkan tapi Zoya justru menyerang bibirnya, membungkamnya dan tak membiarkannya melarang apa yang menjadi kesenangan sang istri. Rupanya bahagia membuat Zoya agresif sekali. Tentu saja Gama sangat senang hati mendapatkan itu.

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 73. Menegang di Balik Kain Segitiga

    Zoya kagum melihat kamarnya yang sangat luas dengan desain modern dan benar-benar nyaman sekali. Dia dibuat terperangah sampai tidak sadar jika masih berada dalam gendongan Gama. "Ya Tuhan... Rasanya aku seperti mimpi." Zoya sampai tak berkedip melihat kamar utama yang akan menjadi tempat ternyamannya. Dia yang lupa jika masih berada di dalam gendongan Gama pun hendak melangkah menuju kamar mandi untuk melihat keadaan di dalam sana tapi baru saja bergerak, dia tersadar jika masih berada dalam gendongan Gama. "Astaga Mas! Aku mau lihat-lihat. Ini gimana caranya? Sampai lupa aku kalau masih kamu gendong begini," ujar Zoya yang membuat Gama terkekeh mendengar itu. "Kamu terlalu serius Sayang, atau malah kamu menikmati gendonganku?" tanya Gama dengan kedua alis terangkat. "Mas kamu jangan ngarang! Aku mau turun. Penasaran banget sama kamar mandinya. Boleh aku lihat, Mas?" "Boleh, Sayang." Zoya yang masih mengalungkan kedua tangannya di leher Gama pun perlahan mengendurk

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 72. Kejutan Untuk Zoya

    Permintaan Zoya tak diabaikan begitu saja oleh Gama. Usai mengatakan demikian, Zoya melihat Gama begitu sibuk sekali menghubungi seseorang. Samar terdengar, Gama meminta orang tersebut untuk mencarikan rumah untuk mereka tinggal. Zoya berpura-pura tidur saja padahal dia mendengar apa saja yang Gama katakan. Dalam hati Zoya merasa Gama sangat menyayanginya. Padahal Zoya sempat tidak yakin Gama mau, mengingat sebelumnya pun Gama menolak. Beberapa hari di rumah sakit, kini tiba saatnya Zoya diperbolehkan pulang oleh dokter. Senang tentunya karena sudah tidak betah lagi berlama-lama di sana. Kasihan Gama juga yang lelah menunggu dan mengurusnya. "Kita pulang kemana, Mas? Apartemen?" tanya Zoya sasaat setelah mereka sudah masuk mobil. Namun saat Zoya memperhatikan Gama, terlihat pria itu hanya diam tak minat menjawab. Jelas hal itu membuat Zoya pun penasaran dan geregetan juga pastinya. Ada apa dengan suaminya? "Mas! Kok kamu diam aja? Lagi mikirin apa? Bingung ya mau ajak ak

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 71. Permintaan Zoya

    "Mas... " "Ya Tuhan... Sayang kamu sudah sadar?" tanya Gama kemudian beranjak dari sana. Zoya tersenyum tipis mendengar itu. Zoya tersenyum merasakan Gama yang memeluk erat dan tiba-tiba Zoya merasakan pundaknya basah. Apa itu karena air mata Gama? Ya, pria itu kembali menangis. Zoya sampai tak habis pikir, ternyata Gama bisa menangis juga dan yang ditangisi adalah dirinya. "Mas pelan-pelan sakit!" keluh Zoya karena Gama yang yang memeluknya semakin erat. Rasanya tubuh seperti dihimpit sesuatu. Mungkin efek kecelakaan juga membuat Zoya merasakan tubuhnya sakit semua. "Eh iya maaf Sayang. Maaf ya, aku sangat bersyukur kamu sudah bangun. Aku takut, Zoya." Gama tertunduk mengecup tangan Zoya. Tangan pria itu mengusap air mata sebelum kembali menatap Zoya. Zoya mengerti, Gama pasti malu terlihat sedih hingga menangis, tapi Zoya paham, laki-laki tak akan sampai seperti ini jika tidak dengan tulus mencintai. "Mas apa kamu setakut itu?" "Apa yang kamu pikirkan Sayang? M

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 70. Menunggu

    Yang katanya sudah keluar dari masa kritis itu tidak serta merta membuat Zoya segera sadarkan diri. Sudah dua hari masih belum ada perkembangan yang signifikan. Zoya belum terjaga dari tidur panjangnya. Gama pun masih setia menunggu di sana. Sama sekali Gama tidak meninggalkan Zoya barang sekejap pun. Bahkan Gama juga tidak makan selama dua hari ini. Mana selera makan di saat hati gundah gulana begini. Bisa masuk air saja sudah sangat bersyukur sekali. Zoya sakit dan Gama merasakan kesakitan yang sama. Hanya saja bukan fisik, karena lapar masih bisa di tahan melainkan hati yang sangat geram dengan apa yang telah terjadi. Mengapa harus Zoya yang menjadi korban? Setiap harinya Asisten Dion datang membawakan makanan dan itu hanya dibiarkan oleh Gama di atas meja sofa tanpa minat membukanya hingga terpaksa Asisten Dion buang setelah keesokan harinya. Gama diam di samping Zoya dengan terus memperhatikan sang istri yang terbaring lemas.. "Kapan kamu bangun, Sayang? Apa kamu tidak

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 69. Dia..

    "Cepat cari pendonor darah untuk istriku, Dion! Jangan sampai istriku tidak bisa diselamatkan! Kalau perlu bayar mereka dengan uang yang banyak untuk setiap tetes darah yang mereka sumbangkan!" perintah Gama setelah Dokter kembali ke ruangan beliau. Gama tak ingin menyalahkan pihak rumah sakit yang sedang kehabisan stok darah. Namun Gama menyesalkan itu harus terjadi karena Zoya sangat membutuhkan saat ini. Bagaimana jika terlambat? Pikiran Gama sudah diisi dengan hal buruk tentang Zoya terlebih dokter mengatakan jika Zoya kritis saat ini. "Baik Pak." Dion pun segera pergi dari sana untuk mencari pendonor darah yang sesuai dengan Zoya. Urgent dan harus bergerak cepat. Jika tidak, sudah pasti Dion pun mendapatkan amukan dari Gama. Gama belum diperbolehkan untuk menjenguk karena Zoya yang masih mendapatkan penanganan serius oleh dokter lainnya. Sementara di ruangan itu masuk satu korban lainnya yaitu Amanda yang baru saja tiba tetapi Gama tidak perduli akan wanita itu. Dia

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 68. Bersimbah Darah

    "Zoya kamu gila!" teriak Amanda saat tubuhnya terpelanting dan beruntungnya dia masih kuat berpegangan pada pintu mobil. Semua itu karena tendangan dari Zoya yang mengakibatkan Amanda terpental hampir keluar padahal mobil masih melaju kencang. "Jika kegilaanmu membuat kamu bisa mencelakaiku sesuka hati, kenapa aku tidak mengikuti? Dan akan aku celakai kamu juga hingga kamu tidak lagi bisa menggangguku!" Pintu mobil semakin terbuka dan Amanda hampir saja jatuh jika kakinya tidak wanita itu jepit kan pada jok mobil, sedangkan Zoya mengambil alih kemudi dengan membelokkan ketepian. Mobil menabrak pengendara lain hingga benturan itu membuat Amanda tak mampu bertahan dan terseret ke jalan. CKIIIIIITTTT BRAAKK Suara sirine mobil polisi pun begitu terdengar kencang disusul dengan ambulan yang mendekati. Zoya sudah tak sadarkan diri akibat benturan kencang di kepalanya sedangkan Amanda terpental keluar dari mobil hingga membuat wanita itu terluka parah. Kecelakaan ini jel

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status