Home / Rumah Tangga / RANJANG PANAS KAKAK IPAR / Bab 07. Kabar Buruk Itu.

Share

Bab 07. Kabar Buruk Itu.

Author: weni3
last update Last Updated: 2024-09-25 17:07:28

Zoya terdiam masih berdiri menunggu Gama yang terus sibuk tanpa memperdulikan dirinya.

Sudah hampir satu jam berlalu setelah pria itu menahannya untuk tetap di sana. Terus menunggu tetapi Gama nampak santai saja tanpa menyentuh berkas yang ia berikan.

Zoya frustasi sendiri, kakinya pegal sekali tetapi Gama tetap cuek seakan tak minat. Sengaja menahannya tanpa kejelasan. Rasanya Zoya ingin mengumpat pria itu tapi semua hanya di angan karena dia tak seberani yang dibayangkan.

Zoya mendengus kesal, terdengar helaan nafas kasar darinya yang ternyata bisa menarik hati pria itu. Gama melirik ke arahnya dan menyandarkan tubuh di kursi kebanggaannya.

"Bosan?"

"Anda masih sibuk, Pak."

"Tidak sabaran." celetuk Gama yang kemudian berdecak dan mengambil berkas yang Zoya berikan tadi. Meneliti beberapa saat dan kembali menatapnya dengan lekat.

Zoya menegakkan tubuhnya saat sadar Gama memperhatikan. Berharap tak ada yang harus kembali direvisi agar dia bisa mengerjakan pekerjaan lainnya, meskipun dia juga sudah siap mendengarkan komplain dari Gama karena Zoya sudah cukup hafal bagaimana pria itu dalam bekerja.

Zoya tersentak saat melihat Gama melempar berkas yang ia kerjakan tadi ke atas meja kerjanya. Zoya memang yakin ada yang salah dari apa yang ia kerjakan, tapi itu juga bukan salahnya, karena memang tenggat waktu berkas itu masih lama.

Seakan mengetahui apa yang sedang Zoya pikirkan, tatapan mata Gama yang tadi santai kini berubah menjadi tegas dan tajam. Pria itu mendadak berubah menjadi menyeramkan.

"Perbaiki."

"Baik, Pak." kata Zoya.

Tak ingin banyak bicara, langsung saja Zoya mengambil berkas yang tergeletak di meja Gama. Namun saat dia ingin berbalik hendak keluar dari ruangan itu, suara bariton dari Gama menghentikan langkahnya.

"Kerjakan di sini saja".

"Tapi Pak..."

"Kerjakan di sini, Zoya!" Tatapan Gama yang lekat dan penuh ketegasan membuat Zoya mau tidak mau duduk di hadapan pria itu.

Sumpah demi apapun, dia enggan berada sedekat ini apalagi hanya berdua saja dalam satu ruangan. Ruang geraknya seakan terbatas dan gerakannya pun tak bebas. Gama terus saja memperhatikan hingga dia risih dibuatnya.

"Maaf, Pak. Boleh saya mengerjakan di ruangan saya saja? Bapak membuat saya tidak nyaman."

"Lantas apa yang membuatmu nyaman, hhmm? Sikap lembut atau kasar yang kamu inginkan?" tanya Gama yang membuat Zoya menghela nafas berat.

"Maaf Pak, saya harap tidak ada pembicaraan yang menjurus ke arah pribadi. Kita sedang berada di kantor."

"Aku tidak tahu kalau pikiranmu itu ternyata sangat kotor," sahut Gama tambah membuat Zoya geregetan. Zoya berusaha tidak lagi perduli dan pria itu pun kembali fokus dengan pekerjaannya.

Dua jam mengerjakan hingga lelah merevisi sesuai inginnya Gama Prasetyo. Otak Zoya serasa panas sekali.

Usai memberikan hasilnya, Zoya pun bergegas kembali ke ruangannya. Zoya butuh istirahat sejenak setalah dibuat pusing menuruti bosnya.

Namun baru saja Zoya sampai di ruangannya. Pesan masuk di ponselnya dari salah satu teman yang bekerja satu kantor dengan Zein, membuat Zoya menghela nafas gusar.

Zoya melirik ke kiri dan kanan. Melihat karyawan lain, semua nampak sibuk dengan pekerjaan.

Zoya pun memutuskan untuk beranjak dari sana tak ingin dirinya menganggu. Ijin ke toilet untuk menghubungi temannya demi memastikan kabar yang menyesakkan tadi.

"Hallo, Ren. Maaf aku ganggu. Mengenai pesan kamu tadi. Kamu serius lihat suamiku dengan wanita lain?" tanya Zoya dengan debaran jantung yang tak terkendali.

Istri mana yang tak gelisah mendengar suaminya dekat dengan wanita lain. Hal itu pun semakin membuat Zoya yakin jika sikap Zein selama ini ada kaitannya dengan kabar yang temannya berikan.

Pantas saja Zein tidak memperbolehkan dia untuk pindah kerja di kantor pria itu. Ternyata ada sesuatu yang selama ini Zein tutupi darinya.

"Aku sich baru lihat tadi, tapi gosip ini tuh udah rame, Zoy. Hanya saja aku mau kasih tau kamu tuh maju mundur gitu. Aku takut kamu nggak percaya. Akunya juga belum lihat sendiri sebelumnya dan pagi tadi aku baru lihat dengan mata kepala aku sendiri. Pak Zein datang membawa wanita sexy yang kata anak-anak sich itu selirnya."

Semakin kencang saja debaran di jantung Zoya. Salah apa dia hingga Zein tega bermain gila di belakangnya.

Ingin tak percaya tetapi dia tak boleh naif hingga abai padahal sudah ada buktinya. Temannya tak hanya memberi kabar tapi juga mengirimkan foto sebagai bukti, yang sayangnya wajah wanita itu tak jelas terlihat.

"Halo, Zoya. Apa kamu masih disana?"

"Eh iya, maaf Ren aku malah diam. Aku nggak tau harus bicara apa." Zoya sampai berpegangan sisi wastafel karena kakinya yang tiba-tiba lemas membayangkan Zein dengan wanita lain.

"Maaf ya kalau apa yang aku katakan membuat kamu syok berat, tapi ini aku lakukan karena aku nggak tega sama kamu, Zoya."

"Oh iya tapi aku minta sama kamu, tolong jangan katakan pada siapapun jika kamu tau kabar ini dari aku ya. Aku masih butuh pekerjaan ini, Zoya. Aku yakin Pak Zein pasti akan marah kalau tau aku yang mengadukannya sama kamu."

"I.. Iya, kamu tenang aja! Aku nggak akan menyeret kamu dalam masalah ini. Aku justru mau berterimakasih sama kamu. Lain kali jika ada info tentang Mas Zein lagi, tolong kamu kasih tau aku ya, Ren!"

Zoya tak akan buru-buru menghakimi. Dia ingin mengumpulkan bukti terlebih dahulu.

Namun tetap saja hatinya perih mendengar kabar buruk ini. Zoya berharap, jika memang benar Zein melakukan itu. Bukti semakin kuat agar dia bisa membongkar kebusukan suaminya.

"Iya, Zoya. Aku akan kabari kamu beserta buktinya agar kamu juga percaya kalau aku nggak ada niat untuk menghancurkan rumah tangga kalian. Kamu yang sabar ya, Zoya. Ya udah kalau gitu. Aku mau lanjut kerja dulu.

" Iya, makasih banyak ya, Ren."

"Sama-sama."

Selepas panggilan itu terputus. Zoya tertunduk menekan dadanya.

Ujian apa ini? Sakit sekali ya Tuhan. Apa ini karma setelah kesalahan satu malam itu ia lakukan, tapi tadi Iren mengatakan jika gosip ini sudah lama beredar.

"Mas, aku salah apa sama kamu?" Zoya terisak di sana. Sungguh ini sangat sakut sekali. Di yang mati-matian menutupi kesalahan untuk menjaga hati Zein, ternyata pria sudah berkhianat lebih dulu.

Usai jam kantor berakhir, Zoya pun bergegas untuk pulang ke rumah.

Sejak tau kabar itu, hatinya terasa tak tenang. Pikirannya berkecamuk hingga dia tak fokus dalam bekerja.

Beruntung masih bisa menyelesaikan meskipun dia harus bersusah payah membagi hati dan pikirannya. Berusaha tetap profesional padahal air matanya sudah menumpuk di pelupuk mata.

Zoya sampai lebih dulu di rumah. Masih sepi, Gama dan Zein belum ada yang menginjakkan kakinya di rumah ini.

Bergegas Zoya masuk kamar kemudian terduduk di pinggir ranjang seraya membuka ponselnya yang nampak kosong dari notifikasi pesan atau panggilan yang masuk. Mustahil perhatian itu ia dapatkan dari Zein.

Bukannya ini sudah biasa ia dapatkan?

"Aku tidak boleh buru-buru menuduh. Aku yakin Mas Zein tidak akan mengakui. Aku harus bisa tahan. Kuat, Zoya! Aku mohon jangan menangis lagi!"

Zoya berusaha menenangkan dirinya sampai dimana dia dikejutkan dengan suara pintu kamar yang terbuka dengan kasar.

"Mas."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
Arogan banget sih si gama ini ,sebel.deh Bilang aja mupeng sama Zoya lagi
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 08. Istri Nggak Berguna!

    Zoya menarik nafas dalam dan beranjak dari duduknya. Sekuat hati dia berusaha untuk tetap tenang. Ingat, harus banyak bukti untuk bisa memberontak dari pria seperti Zein jika tidak ingin hanya dijadikan angin lalu oleh pria itu. Zoya tersenyum menyambut langkah suaminya yang mendekati dan segera mengambil alih tas dan juga jas Zein. Sebenarnya ada rasa takut untuknya kelak memberontak. Zoya tak memiliki siapa-siapa lagi selain Zein. Jika dia dicampakkan oleh Zein lalu bagaimana dengan nasibnya kelak. Zoya melangkah mendekati Zein yang mulai membuka kancing lengan kemejanya. Dengan sigap pun Zoya mulai membantu membukakan kancing kemeja yang Zein kenakan. Aroma parfum yang sudah bercampur dengan parfum wanita membuat dada Zoya semakin sesak bahkan tangannya sedikit gemetar karena dia harus menahan rasa sakit yang semakin dalam. "Mas, tau kamu pulang lebih cepat. Aku tadi minta jemput sekalian. Aku lelah banget, Mas. Mana harus menunggu taksinya lama." "Jangan manja!" k

    Last Updated : 2024-09-27
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 09. Layani aku, Zoya! (21+)

    Zoya tersentak saat mendengar suara pintu kamar terbuka sangat kencang. Kedatangan Zein membuatnya yang baru saja terlelap seketika beranjak dari tidurnya. Zoya menatap heran saat Zein pulang sempoyongan tak seperti saat berangkat tadi. Zoya hendak turun dari ranjang untuk menyambut dan membantu tetapi dengan cepat Zein menghampiri. Zein menyibak selimut yang menutupi bagian tubuh bawahnya, hingga kedua mata Zoya terbelalak melihat itu. Terekspos lah kedua kaki jenjangnya yang putih mulus membuat kedua mata Zein berbinar melihatnya. Pria itu pun merangkak naik dan menyerang tanpa aba-aba. "Mas Zein!" "Layani aku, Zoya!" bisik Zein yang kemudian mendongak dan mencium ceruk leher Zoya yang terpampang indah, putih menggoda. Layaknya aliran sungai yang jernih begitu lancar mengalir lidah Zein menyusuri leher itu. Memberikan percikan gairah dan membangkitkan nafsu yang bercampur dengan rasa yang menggebu. Kedua tangan Zoya mencengkeram kuat sprei menahan gelora nikmat yang Z

    Last Updated : 2024-09-30
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 10. Pernikahan Toxic

    Zoya terperangah mendengar tuduhan itu. Belum tenang hatinya karena Gama melihat kejadian semalam, Zein tiba-tiba menuduhnya berbohong hingga membuatnya ketakutan. Tatapan mata Zein begitu tajam padanya sampai Zoya sulit menelan kasar salivanya. Zein berdiri di hadapannya dan menekan tubuhnya hingga membuat Zoya sesak karena terhimpit oleh pintu dan tubuh pria itu. "A... Ada apa, Mas?" "Kamu pembohong, Zoya! Kamu mengatakan padaku jika masih belum bisa, tapi semalam apa? Satu tetes darah pun tidak terlihat. Sprei bersih sampai pagi. Sudah berani kamu membohongiku, hah?" "Mas!" pekik Zoya saat kedua pipinya ditekan kuat hingga kedua mata pun basah. Zein juga semakin menghimpit tubuhnya hingga ia sulit bergerak dan melepaskan diri dari pria itu. "Mas sakit, aku... " PLAK Kedua mata Zoya terpejam kuat merasakan panas menjalar ke seluruh pipi kanannya. Air mata itu pun tak lagi bisa dibendung. Bahkan dadanya begitu sesak hingga dia hanya bisa tertunduk terisak. Semalam

    Last Updated : 2024-10-01
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 11. Aku Istrimu, Mas!

    "Kopinya, Mas." Zoya meletakkan secangkir kopi di atas nakas tepat Zein sedang sibuk dengan ponselnya. Tanpa menjawab, pria itu pun terlihat sibuk sekali. Zoya duduk di hadapan Zein membuat pria itu melirik tajam ke arahnya. Tatapan penuh keraguan pun terlihat jelas dari kedua mata Zoya. Antara takut tetapi dia ingin apa yang Gama katakan tadi masih bisa diperbaiki. "Mau apa kamu?" tanya Zein seakan mengerti apa yang ingin dia lakukan setelah ini. "Hanya ingin berbicara sama kamu, Mas." Zoya meraih tangan Zein yang kosong. Menggenggam tangan itu kemudian menatap wajah Zein yang terlihat tak suka melihatnya. "Mas aku tidak bermaksud membohongimu. Aku minta maaf jika sikapku membuatmu marah tapi apa tidak bisa jika kamu sedikit saja lembut padaku, Mas? Aku ingin kita seperti dulu. Sebelum kamu kasar padaku, kamu pernah sangat lembut memperhatikanku, Mas." "Jangan banyak meminta, Zoya! Wajar di awal menikah pasti manis. Semua juga begitu. Kamunya aja yang berlebihan! Aku ng

    Last Updated : 2024-10-03
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 12. Semakin Menjadi

    "Dan apa jika aku mengatakannya sejak awal, kamu akan percaya? Ketika seseorang jatuh cinta dia seperti orang yang sedang mati rasa, Zoya! Kamu tidak akan perduli dan tetap fokus pada cintamu," kata Gama santai kemudian beranjak dari sana. "Keputusan ada di kamu. Tetap bertahan hingga sekarat atau berusaha lepas dari kesakitan. Aku hanya iba, karena kamu korban." Gama melangkah santai pergi dari hadapan Zoya. Semua yang pria itu katakan mengandung makna yang mendalam sedangkan Zoya saat ini begitu sakit mengetahui apa yang suaminya lakukan di luar sana. "Mas kamu sama siapa? Siapa wanita itu sebenarnya? Kenapa Kak Gama begitu mengenal? Sedang aku tidak bisa mengira-ngira." Pulang telat seperti sudah menjadi makanan sehari-hari bagi Zein. Sudah beberapa hari ini Zein pulang semakin malam bahkan pagi. Tak ada lagi kehangatan yang Zoya rasakan. Zein begitu sibuk hingga membuatnya kesepian. Beralasan tak jelas dan tak mau banyak ditanya. Itulah sikap Zein setiap kali ingin

    Last Updated : 2024-10-05
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 13. Nikmati, Sayang! (21+)

    "Saya ijin pulang lebih cepat, Pak. Pekerjaan saya sudah selesai dan ini berkasnya. Maaf jika saya ijin lagi hari ini karena ada kepentingan mendesak yang tidak bisa saya tunda," ujar Zoya yang kini sedang meminta ijin pada manajer divisinya. "Mau kemana? Jika masih ada yang harus direvisi lagi bagaimana? Kamu sejak kemarin ijin terus. Jangan mentang-mentang memiliki hubungan dengan Pak Gama, Zoya! Kamu harus profesional dalam bekerja." "Baik, Pak. Maaf sebelumnya tapi kali ini benar-benar penting, Pak." Zoya harus mendapatkan ijin itu. Dia tidak bisa menunda lagi. Penasaran juga dengan siapa wanita yang bersama suaminya hingga membuat Zein berubah sikap bahkan sekarang semakin jauh saja. "Satu kali ini saja, setelah itu saya tidak akan menerima lagi apapun alasannya. Tidak ada pengecualian dalam bekerja, Zoya! Jika kamu begini terus, maka bisa menimbulkan kecemburuan sosial antar karyawan. Kami pun tidak akan membeda-bedakan kalian." "Baik, Pak. Maaf dan terimakasih atas i

    Last Updated : 2024-10-08
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 14. Keputusan

    Zoya menggelengkan kepala dan segera berlari dari sana setelah melihat kedua orang yang sedang memadu kasih itu terdiam karena mendengar suara yang ia ciptakan. Bergegas Zoya meninggalkan tempat itu hingga membuat sekretaris dari Zein, Sarah. Beranjak dari duduknya dan tercengang melihat dia yang menangis tergugu berlari masuk lift. Zoya tak sanggup, dia tak bisa, tadi begitu bersemangat untuk memergoki Zein dan ingin tau siapa wanita yang bersama suaminya tetapi setelah melihat apa yang pria itu lakukan justru Zoya tak mampu mengatakan apapun lagi. Lidahnya kelu hanya untuk memanggil Zein. Aliran darahnya melambat dan otaknya mendadak berhenti. Semua yang ia lihat bukan hanya membakar hati tetapi melumpuhkan kerja organ di dalam tubuhnya. Langkah Zoya sedikit sempoyongan. Dirinya yang keluar dalam keadaan menyedihkan menarik perhatian semua karyawan. Banyak yang menatap iba ke arahnya. Namun seperti yang tadi Zoya lakukan saat baru datang. Zoya berusaha tak memperdulikan a

    Last Updated : 2024-10-11
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 15. Terimakasih

    Zoya menggeret kopernya kemudian masuk ke dalam mobil. Dia agak canggung karena yang bersamanya adalah Gama. Namun mengingat apa yang sudah Zein lakukan membuatnya tak bisa hanya diam saja. Ini sudah menjadi keputusannya dan Zoya berharap apa yang dikatakan oleh Gama itu benar. Pria itu benar-benar membantu dan melindunginya. Zoya menoleh ke arah Gama yang mulai menyalakan mobil siap membawanya ke suatu tempat yang dia sendiri tidak tau kemana. Zoya memilih diam melihat jalanan karena masih bingung harus mengatakan apa pada Gama. Hening, tapi tak berlangsung lama. Gama kemudian menyalakan musik seakan tau jika mereka begitu kaku. Pria itu juga menciptakan suasana yang membuat Zoya berangsur merasa nyaman. Sialnya, lagu kedua mengibaratkan sakit hati seorang wanita yang dikhianati orang terkasih. Air mata Zoya kembali menetes merasakan efek dari lagu itu. Zoya mengusap air matanya yang mengalir perlahan dan mengangkat kepala agar tak lagi menitikkan air mata. Tak lama Gama p

    Last Updated : 2024-10-12

Latest chapter

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 151. Cairan Surgawi

    Sejenak Dito membiarkan dulu Sena menggatal dengan miliknya. Tak juga melepaskan tangannya yang kini masih menempel mengerjai Sena. "Buka Kak!" "Apanya?" tanya Dito yang kini menunduk memperhatikan Sena. Wanita itu sangat liar dan tatapannya sangat menggoda. Belum lagi lidahnya yang menjulur membuat Dito semakin ingin merasakannya. "Celananya." Dito tersenyum miring mendengar itu kemudian meraih pipi Sena dan mengapitnya hingga membuat wanita itu mengerang kesakitan. "Kamu minta milikku, kamu mengemis padaku hanya ingin dipuaskan oleh Kacung sepertiku? Sayangnya Kacung ini tidak suka denganmu. Wanita jahat yang tega menyakiti wanita lain. Kacung ini lebih suka dengan wanita baik-baik yang masih lugu, sekali pun kamu sangat menggoda imanku!" "Jangan sok jual mahal! Milikmu sudah berdiri dengan kencang." "Ya, aku sudah katakan tadi. Jika aku tergoda denganmu, tapi aku tidak akan menyentuhmu lebih dalam jika kamu belum mengakui kesalahanmu di depan keluar dan orang b

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 150. Masukkan dan Puaskan Aku!

    "Jangan!" Sena kembali melarang tetapi Dito membuat wanita itu semakin belingsatan dan tak bisa diam. Sena kewalahan merasakan gejolak yang menggebu meminta dituntaskan. Dito benar-benar gila malam ini. Sisi kalemnya tertutup karena Sena yang kurang ajar dan licik tentunya. Namun sebagai pria normal tentu dia merasakan tubuhnya bereaksi dengan sempurna. Hanya saja Dito mampu menahan dan terus saja dia mengerjai Sena. Tangan Dito bergerak semakin menyiksa dan lidahnya ikut serta memberikan sapuan di tubuh Sena yang membuat wanita itu semakin bergairah. "Ampun, Kacung!" "Panggil namaku dengan benar! Aku bukan kacungmu!" sahut Dito dengan suara mendesis pada Sena yang kini sudah tak lagi mengenakan apapun. Dito sempat terpanah kembali melihat bagian inti Sena yang mulus terurus. Sepertinya memang Sena merawatnya dengan baik sama seperti Sena merawat tubuhnya hingga terlihat seksi begini. "Aku nggak kuat! Sudah! Jangan buat aku... " "Apa? Sange? Kamu sange parah? M

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 149. Milikmu Sudah Basah

    "Kamu pikir aku perempuan gampangan?" sahut Sena tak terima dengan apa yang Dito katakan. "Bukannya seperti itu? Kamu gampang terpikat hanya karena paras yang tampan hingga membuat kamu menjadi gila dan menyakiti sesama wanita." "Tapi bukan kamu yang hanya kacung!" sahut Sena menciptakan seringai tipis di wajah Dito. Begini membuat penilaian Dito pada Sena bertambah semakin buruk saja. "Aku kacung tapi aku bukan kriminal seperti kamu! Sekarang waktunya mandi, sudah selesai makannya, Njing?" tanya Dito yang semakin membuat Sena marah. "Sialand kamu! Pergi kamu dari sini! Aku bukan binatang!" sentak Sena tidak terima. Tatapan wanita itu semakin tajam pada Dito yang tertawa melihat kemarahan Sena dengan mulut wanita itu yang kotor. "Ya kamu memang bukan binatang tapi kelakuan kamu sudah seperti binatang yang bisa mencabik sesamanya. Mandi sekarang!" Dito tidak minat walaupun Gama memberikannya kebebasan. Awalnya dia terpesona melihat Sena apalagi postur tubuh wanita itu

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 148. Ampun Kak!

    "Akh! Ampun Kak!" teriak Sena setelah ikat pinggang Gama melingkar di kedua tangan wanita itu dan Gama menariknya hingga tangan Sena terasa sakit. Tak cukup sampai di situ, Gama pun menarik kedua kaki Sena dan mengikatnya dengan dasi yang ia kenakan hingga wanita itu tidak lagi bisa melakukan apapun. "Kamu pikir aku akan sudi menyentuhmu lebih dalam lagi, hmm? Menyentuhmu sama saja aku menyentuh seorang pembunuh. Najis!" ujar Gama dengan sinis. Tangan Gama mengalir kedua pipi Sena dan menariknya hingga wanita itu mendongak kesakitan. Kedua mata Sena pun basah dan menggeleng meminta dilepaskan. "Kak aku mohon, lepaskan aku! Ampun Kak." "Permohonanmu sudah terlambat Sena. Aku akan menyiksamu sebelum memasukkanmu ke dalam penjara. Kamu, tanganmu, dan otakmu, aku pastikan akan lumpuh!" Kedua mata Sena terbelalak mendengar itu. Gurat ketakutan semakin nyata terlihat. Sena kembali menggelengkan kepala dan mencoba memberontak. tetapi tidak bisa. Gama meraih selimut dan m

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 147. Menjadi Jalang Untukmu

    Sena tersentak saat Gama menarik gaun tepat di punggung belakang wanita . Kedua mata Sena terbelalak saat jarak mereka sangatlah dekat, bahkan hembusan nafas Gama begitu terasa menyapu tengkuknya. Hangat, membuat tubuh meremang. Seketika seringai tipis di wajah Sena terlihat saat ini. Kena! Sena yang memasang perangkap dan Gama yang terjebak. Sena hanya diam saat Gama terindikasi menikmati aroma tubuh wanita itu. Cengkraman tangan Gama begitu kuat tapi kali ini tidak membuat Sena ketakutan. Justru ingin mendapatkan sentuhan yang lebih dari ini. Mungkin, tak hanya luarnya saja melainkan lebih dalam lagi juga bisa. Tunggu saja! Gama pasti tergoda. Kucing mana ada yang mengabaikan umpannya. "Buka Kak!" pinta Sena dengan suara yang manja. Sengaja sekali memang wanita ini. Mendapati Gama yang justru mengikis jarak bahkan mendekap erat, justru membuat Sena semakin menjadi. Wanita itu seperti di atas awan saat ini. "Mau dibuka, hhm?" "Iya, Kak. Aku mau bersih-bersih dulu.

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 146. Ayo, Kak!

    "Aku sungguh-sungguh, Pah. Kak Gama baik dan nanti akan menjadikan aku istri sah juga. Bukan hanya pengantin pengganti di pelaminan. Papah tenang saja!" tutur Sena. Jawaban yang membuat Bara lega. Setidaknya sudah mendengar dari Sena langsung dan jawaban itu juga yang menciptakan seringai tipis di wajah Gama. Memang ini yang Gama mau. Akhirnya bisa membuat Sena menurut dan sebentar lagi bisa mengendalikan Sena, menyiksa wanita itu sampai benar-benar dia puas. Gama tidak takut dengan tuntutan dari mana pun sekalipun dari keluarga. Dia akan menuntut balik atas bukti pembunuhan yang hendak Sena lakukan. Sayangnya Zoya cukup kuat bertahan meskipun masih koma. "Bagaimana, Paman? Sudah mendengar sendiri bukan jawaban dari putri anda. Kadang kecemasan itu tercipta karena adanya kesalahan yang diperbuat, karena kesalahan besar hingga membuat orang tersebut merasakan tingkat tertinggi dari kecemasan itu sendiri." " Hati-hati Paman, terlalu cemas bisa masuk rumah sakit!" ujar Gama

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 145. Katakan Sena!

    Kedua mata indah dengan riasan yang begitu elok dipandang tak seirama dengan kelopak yang sudah menampung banyak air di sana. Terlihat jelas tatapan penuh ketakutan dan kekecewaan itu dari mata Sena tapi kedua bibir wanita itu semakin merapat tak mengatakan apa-apa. Sena yang dikenal sangat berani dan lantang dalam berbicara, kini hanya bisa diam tanpa menjawab pertanyaan sang Papah yang mendekat. Bukankah ini waktunya untuk mengatakan yang sesungguhnya? Mengatakan apa yang terjadi dan apa yang Gama lakukan pada wanita itu? Namun ancaman dari Gama mampu membuat Sena bungkam. Tangan Sena mencengkeram kedua sisi gaun yang dikenakan. Gama pun menunduk melirik tajam dan meraih tangan Sena saat Bara begitu memperhatikan. gerak gerik putrinya. "Ada apa ini, Gama? Paman tunggu dari tadi tidak ada acara ijab Kabul yang harusnya sudah diselenggarakan di awal acara. Sudah berjam-jam bahkan sampai tiba petang tidak ada acara itu," tanya Bara dengan wajah bingung dan tidak terima kar

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 144. Membela Zoya

    "Selamat ya, Pak. Saya tidak menyangka jika Bapak akan menikah dengan wanita lain. Saya pikir Bapak akan sangat setia dengan satu wanita, tapi ternyata Bapak... Maaf ya, Pak. Sekali lagi selamat atas pernikahannya." "Iya Pak, istri anda cantik, tapi kasihan Zoya. Maaf ya, Pak. Jangan pecat kami! Kami hanya mengeluarkan uneg-uneg kami atas apa yang kami lihat. Bapak keterlaluan! Kasihan Zoya, Pak. Tapi saya ucapkan selamat." "Iya, kami mengucapkan selamat dan kami pamit pulang karena tidak ingin bersenang-senang di atas penderitaan Zoya. Andai tetap Zoya, pasti kami akan menikmati sajian yang ada. Sayangnya bukan Zoya. Jadi kami. memutuskan untuk segera pamit." "Iya Pak, kami akan menjenguk Zoya. Maaf Pak, kami pamit. Permisi, di sini hati kami seperti tercabik-cabik. Sama halnya dengan hati Zoya saat ini andai tau kalau Bapak ternyata mencari pengantin pengganti. Padahal gagalkan saja gampang." "Eh jangan begitu! Pemikiran orang kaya itu beda. Mereka tidak bisa dianggap ga

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 143. Senyuman

    "Kak... " "Jangan mengatakan apapun, Sena! Pengganti, kamu mengerti apa yang disebut dengan pengganti? Apa kamu masih kurang paham? Tentu saja seharusnya kamu sangat paham akan itu." Gama tersenyum menatap Sena. Senyuman pertama yang dia berikan setelah beberapa saat tiba di pelaminan. Senyuman yang bagi semua orang itu adalah senyum bahagia. Bahkan karena senyuman yang Gama berikan, semua karyawan Gama khususnya yang benar-benar mengenal Zoya, sangatlah miris melihatnya. Mereka mengira jika Gama sedang sangat bahagia sekali. Gama tidak mengingat akan Zoya dan apa yang sudah diucapkannya hanyalah dusta. "Pengganti di pelaminan, bukan pengganti di hatiku, Sena. Aku harap kamu paham akan itu!" ujar Gama dengan tegas. "Tapi Kak, semua taunya jika aku ini adalah istrimu! Setelah acara ini pun yang mereka tau itu, aku adalah istrimu! Sekali pun aku hanya pengganti tapi yang mereka tau, aku istrimu, Kak! Aku, bukan Zoya!" sahut Sena dengan kedua mata nampak sengit tapi penu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status