Beberapa hari ini Rania merasakan ada yang aneh dari tubuhnya, dia mudah lelah dan tidak nafsu makan, dia juga sering muntah dan berujung lemas. Jika dihitung,Sudah dua bulan Rania menjauh dari Arya, mengabaikan pesan dan telvon dari ketua Lexa. Mungkin jika Rania adalah Fans berat Arya dia akan sangat senang menerima pesan dan telvon dari Ketua Lexa, tapi ini Rania bukan mereka.
Rania berangkat sekolah bersama ayahnya, dia senang bukan main akhirnya ayahnya mau meluangkan sedikit waktunya untuk Rania. Disepanjang perjalanan Rania tak henti hentinya menceritakan hal yang sudah dia lewati disekolah, meski hanya direspon seadanya oleh ayahnya tapi itu sudah lebih dari cukup menurutnya.
" Kamu sakit? "
" Hah, engga ko yah nia sehat "
" Wajahmu terlihat pucat, jika sakit tak usah memaksa untuk bersekolah "
" Nia baik baik aja yah "
" Ayah akan pergi ke luar kota sore ini, kamu baik baik dirumah "
" Berapa lama "
" Hanya 3 hari "
" Iyaudah, Ayah hati hati yah disana. Maaf Nia gabisa nganter ayah ke bandara "
" Hem "
" Nia sekolah dulu ya yah, ayah semangat kerja "
Rania menyalimi ayahnya seraya mengecup pipinya sebelum turun dari mobil, kemudian melambaikan tangannya dengan semangat 45, meskipun itu tak selaras dengan badannya yang terasa lemas dan mukanya yang terlihat pucat.
Rania memasuki gerbang sekolahnya dan langsung disambut heboh oleh Aurel.
" O may gat muka lo pucet bangettt Ran, lo sakit? "
" Hustt jangan berisik rel, gue fine fine aja ko "
" Tapi muka lo pucet banget, gimana kalo lo istirahat ke Uks aja, ayo gue anter "
" Gue gapapa, yu ke kelas jam pertama Penjas kan? "
" Iya jam pertama penjas Praktek Voli, kalo lo gakuat bilang gue ya nanti gue izinin ke pak umar "
" Sip "
.......
" Hari ini sesuai intruksi kemarin ya, kita praktek Servis Voli, satu orang berkesempatan menyervis 3× "
Rania merasakan kepalanya berputar, dia memejamkan matanya menahan sakit yang menyerang kepalanya. Rania mengangkat tangan berniat meminta izin untuk istirahat Di Uks, belum sempat bersuara Rania sudah tergeletak pingsan ditengah lapangan.Melihat Rania pingsan, para siswi berteriak heboh sehingga mengalihkan atensi beberapa murid yang masih berada di luar kelas.
" Pak ada yang pingsan "
" Ehh cowo cowo tolongin angkatt "
" Raniaa bangun heii "
" Angkat woi jangan diem aja "
Para siswi berteriak heboh melihat Rania yang tak kunjung sadar, tapi kemudian mereka terdiam ketika suara yang sangat mereka kenali terdengar.
" Minggir "
" Minggir Bangsatt budek ya lo "
......
Hari ini rencananya arya akan bertemu dengan Rania, jika cewe tersebut tidak mau dia akan memaksanya dengan cara apapun.
Arya menyusuri koridor menuju kelas Rania XII Ipa 1. Satu kata yang bisa menggambarkan situasi kelas tersebut Sepi hanya ada beberapa tas yang berada di atas meja.
Arya melihat sekelilingnya yang juga sepi karena jam menunjukan waktu Belajar, matanya tak sengaja melihat Bayu, anggota Lexa yang satu kelas dengan Rania.
" Bay, anak kelas lo pada kemana?"
Bayu menghentikan langkahnya tepat didepan arya." Kelas gue lagi jam Olahraga Bang, cari siapa? "
" Kaga, yu anter gue kesono "
" Ke anak kelas gue bang? "
" Bacot banget anying tinggal jalan juga "
Melihat raut wajah arya yang sudah kesal membuat bayu menegang dia takut akan di jadikan samsak oleh ketuanya. " O.. Oke bang "Arya mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru sekolah dan matanya menangkap kumpulan siswi tengah berkerumun, tapi atensi utamanya adalah Aurel yang tengah berteriak kencang dan, shittt Arya mempercepat langkahnya tak perduli dengan Bayu yang terus memanggilnya, yang terpenting adalah Ranianya.
" Pak ada yang pingsan "
" Ehh cowo cowo tolongin angkatt "
" Raniaa bangun heii "
" Angkat woi jangan diem aja "
Arya mempercepat langkahnya melihat Ranianya yang akan di angkat oleh siswa sekelasnya, Arya mengerang marah dia tidak suka Jika Ranianya disentuh.
" Minggir "
" Minggir Bangsatt budek ya lo "
Semua mundur dari tempatnya, memberikan jalan kepada ketua Lexa setelah mendengar teriakan Arya gang terdengar nyaring, Arya berjalan mendekati rania seraya menyorot tajam siswa yang sudah memegang lengan gadisnya.
" Jauhin tangan lo dari Cewe gue sekarang, sebelum tangan lo gue patahin "
Mendengar ucapan Arya siswa tersebut undur diri, melepaskan tangannya yang akan mengangkat Rania yang pingsan.
Arya langsung mengangkat Rania, tak peduli dengan orang orang yang berteriak dengan histeris karena pemandangan tersebut.
Bayangkan saja, Aryastama Adi Putra anak dari pemilik sekolah yang dingin, cuek, kejam dan otoriter sekarang sedang menggendong perempuan layaknya putri.
Siapa yang tidak iri:(" Kap, pinjem mobil lo "
Semua anggota Lexa yang berada di parkiran kaget mendengar teriakan Arya, apalagi ketika Arya menggendong perempuan yang tak sadarkan diri.
" Cepet buka jok depan anjinggg, lama lo pada "
Mendengar teriakan Arya semuanya tersadar dan buru buru membukakan pintu mobil, semua berebut untuk membukakan pintunya apalagi ketika melihat nafas Arya yang memburu menahan marah.
" Lama Bangsat "
Arya langsung membanting pintu dan menjalankan mobilnya dengan kecepatan diatas rata rata dia mengkhawatirkan kondisi Gadisnya.
" Eh anjing itu Boss lo? "
Ravi bertanya dengan muka cengo nya." Bos lo juga jamal "
" Boss kita semua "
" Btw kenapa sampe segitunya "
" Kayanya boss kita suka sama Rania "
" Semoga Rania gantiin Nadin "
Ardan hanya menyimak pembicaraan anggotanya, karena ardan juga tidak tau kenapa Arya bisa se khawatir itu. Setaunya dulu ketika Nadin pingsan dia tidak sepanik itu, mengingat Nadin membuat ardan mengepalkan tangannya, dia membenci Rubah licik.
.......
Jika kalian berfikir jika Arya membawa Rania ke Rumah Sakit. Selamat. Jawaban kalian salah. Arya membawa Rania ke apartemennya, karena diperjalanan tadi dia sempat menelvon Dokter pribadi keluarganya yang juga berperan sebagai Tantenya.
" Tolong periksa dia dok "
" Dia siapa kamu Ya, tumben banget kamu bawa bawa cewe kayanya udah lama banget deh tante ga liat kamu se-care ini sama cewe selain Nadin "
" Periksa aja "
Fyi, Dr. Felly Putra itu tante dari seorang Aryastama Adi Putra. Felly berprofesi sebagai dokter kesehatan dan juga Dokter kepercayaan keluarga Adi putra, Kalian harus tau. Tante Felly adalah ibu dari Zekopranata Putra, Rival sekaligus sepupu dari Arya. Orang tua mereka tidak ada yang tau jika Arya dan Zeko sering bertengkar dibelakang mereka itu Semua Karena Basket, Geng dan Juga Nadin.
" Arya bisa kita bicara sebentar di balkon? "
" Disini aja "
" Sebentar "
" Oke "
Arya mengikuti langkah Dr. Felly yang sudah terlebih dulu berjalan didepannya.
Arya memang selalu memanggil felly dengan sebutan dokter, dia jarang memanggil tante jika tidak disuruh.Dr. Felly menghela nafasnya pelan, dia menatap Arya yang sedang menatap pemandangan lalu lintas yang berada di bawahnya.
" Apa perempuan itu pacar kamu? "
Arya menaikkan satu alisnya keatas, dia tidak mengerti tujuan dari pertanyaan tersebut, dia masih diam lebih tepatnya enggan menjawab pertanyaan yang memang tidak penting menurutnya.
" Kalo memang dia pacar kamu, pasti kamu sudah paham dengan apa yang akan terjadi ketika kamu melakukan kan Ya? "
Dr. Felly memandang Arya yang mengeluarkan raut bingungnya, terbukti dari dahinya yang berkerut pertanda tidak mengerti.
" Dia Hamil "
Arya membeku di tempatnya, mendengar pernyataan dari tantenya membuat otaknya Blank seketika.
..........
Matanya mengerjap, sedangkan tangannya memegang kepalanya yang sedikit berdenyut. Dia Rania, berusaha menyesuaikan cahaya yang tertangkap oleh retina mata nya, setelah semua terlihat jelas dia menelisik tempat tersebut.
Tempatnya tidak asing, tapi ini dimana?
Rania berusaha mengingat dimana dia sekarang, dan Boom. Sekelebat kejadian itu kembali bermunculan di otaknya, dimana Arya menciumnya dan Rania tidak sanggup untuk mengatakannya, dia menggelengkan kepalanya seraya menjambak rambutnya, kenapa dia selalu dibayang bayangi kejadian itu.Tunggu, berarti dia berada di apartemen Arya? Benarkah? Fakta tersebut sukses membuat nya takut. Dia takut jika Arya akan melakukannya seperti dua bulan lalu.
" Arrrghhhh "
" Tolonggg hikss hiksss mau pulang "
Rania berteriak histeris, tak lupa mengucapkan kata tolong, dia sangat ketakutan. Rania memeluk lututnya dengan kondisi badan yang bergetar.......
" Arrrghhhh "
" Tolonggg hikss hiksss mau pulang "
Teriakan itu sukses membuat Arya berlari menuju kamarnya, dia masih berada di Balkon kamarnya, merenungi setiap kalimat yang dia bicarakan dengan tantenya tadi, mengenai Dr. Felly dia sudah pulang setengah jam yang lalu.
Arya langsung mendekap Rania yang menangis dengan badan yang gemetar, dia bingung ada apa dengan gadis ini, fikirnya.
" Pergiii pergii jangan sentuh "
" Jauh jauh dari gue "
" Jangan sentuh "
Rania berontak dalam pelukan Arya, mendengar setiap kata yang keluar dari mulut gadisnya arya paham jika Rania sedang ketakutan karena berada di apartemen nya. Mungkin karena kejadian waktu itu.
" Sttt gue gabakal macem macem, gue janji. Jangan takut lagi ya "
Arya berkata seraya mengelus rambut gadisnya yang menjuntai menutupi wajahnya tak lupa mengecupnya seiring kata penenang yang keluar dari mulutnya.
Rania berhenti berontak mendengar ucapan dari arya, dia menyandarkan kepalanya ke dada bidangnya. Arya tersenyum kecil melihatnya dia kembali mengelus kepala gadisnya." Gue bakal pertanggung jawabin hal yang udah gue lakuin ke lo, lo tenang aja "
Arya memandang Rania yang juga sedang memandanganya, dia paham Rania tidak mengerti dengan ucapannya.
" Lo hamil, anak gue "
......
" Gue bakal pertanggung jawabin hal yang udah gue lakuin ke lo, lo tenang aja "
Rania memandang bingung Arya, dia berniat menanyakan maksud dari perkataan tersebut tapi urung.
" Lo hamil, anak gue "
Rania terdiam, berusaha mencerna kalimat janggal yang Arya ucapkan. Hamil.
Hamil Satu kata yang berhasil membuat tubuhnya menengang.Dia hamil? Sejak kapan. " Jangan banyak fikiran, kandungan lo masih rentan " Rania tersadar dari lamunannya, dia memandang kosong arya dengan air mata yang sudah membanjiri pipi mulusnya. " Gue hamil? Hhehe " Rania berkata seraya menunjuk dirinya sendiri. Dia membalikkan tubuhnya memandang arya yang juga sedang memandangnya, tanpa aba aba rania memukuli dada bidang arya dengan tenaganya yang lemah. " Ini semua gara gara lo, bajingaann. Apa kata bokap gue nanti Ya? Kenapa harus guee hahh KENAPA!!!" " GIMANA KATA ORANG NANTI hikss " " Kenapa harus guee Ya " " Kenapa hikss kenapa harus gue yang jadi korban lo hikss gue salah apa sama lo? Gue salah apa bangsat " Arya hanya diam, dia membiarkan Rania meluapkan emosinya. " Maafin Nia bunda hikss Nia ngecewain bunda sama Ayah hikss, " rania menundukan kepalanya memandang perutn
Minggu ini Rania memutuskan untuk mengunjungi toko buku langganannya. Dia ingin membeli buku kesehatan, dan juga beberapa novel yang baru diterbitkan, karena selain suka nonton Drakor, rania juga mempunyai hobi membaca dan menulis. Rania tiba di toko buku yang lumayan ramai, toko buku bercat putih yang dipadukan dengan warna cerah lainnya, rania memaklumi keramaian didepannya karena memang sekarang adalah hari libur. Dia melangkahkan kakinya kesana dan mulai menjelajahi dari rak satu ke rak lainnya. Disela kesibukannya memilih buku dia dikagetkan dengan dorongan di bahunya, dan tanpa sengaja bukunya jatuh berserakan. " Sorry sorry, gue ga sengaja " Orang itu membantu rania membereskan beberapa bukunya yang berserakan. " Eh santai aja gapapako " Rania mendongakkan kepalanya seraya merapihkan rambut yang menutupi wajahnya, dan matanya membulat melihat siapa yang membantunya. " Kamu ngapain disini? "
HoekkkHoekkHoekkkHuh huh rania memijat keningnya yang terasa pusing, tubuhnya juga lemas. Rania memandang dirinya dicermin, satu kata yang bisa menggambarkan dirinya saat ini Pucar macem zombi. Rania menghela nafasnya pelan, sudah seminggu belakangan ini rania selalu mengalami Morning Sicknes, jangan lupakan pola makannya yang berantakan. Dia mengghela nafas pelan, dia sadar ini semua adalah gejala dari kehamilannya. Tapi yang rania tak habis fikir adalah keinginannya untuk selalu berada didekat arya. Hampir setiap malam arya mengantarkannya makanan sehat untuknya, dan sialnya bayi dikandungannya selalu ingin berdekatan dengan papihnya. Tapi rania tidak pernah mengatakan keinginannya karena malu. Tapi untuk hari ini, rania tidak bisa menahan keinginnya lagi. Rasanya dia ingin menangis hanya karena ingin berangkat sekolah bersama dengan arya. Dengan ragu dia menelvon arya. " Halo, kenapa? " Mendengar suara dia sebrang sana
Setelah insiden baku hantam didepan pintu rumah keluarga Mahendra, kini diadakan pertemuan keluarga di ruang tamu yang tempatnya masih di kediaman mahendra. Setelah hening selama beberapa menit, akhirnya Putra selaku papah dari arya memulai pembicaraan. " Begini, sebelumnya saya minta maaf yang sebesar besarnya kepada Pak Surya atas kesalahan anak saya arya, saya tau jika kesalahan anak saya tidak bisa di tolerir lagi. Tapi akan saya pastikan jika anak saya akan bertanggung jawab untuk menikahi putri pak surya " Surya masih diam, dengan mata yang masih menyorot tajam arya yang sedang memandang rania. " Apa kalian bisa menjamin kebahagiaan anak saya? " " Saya ga bisa janji buat bahagiain anak om, tapi saya akan berusaha untuk membahagiakan rania sepenuh hati saya om " " Jika kamu menyakiti putri saya, saya pastikan kamu tidak akan saya ijinkan bertemu dengan anak dan cucu saya meskipun kamu memohon " " Saya pastikan
Hari sudah larut tapi baik rania maupun arya belum ada yang memejamkan matanya. Arya menolehkan kepalanya ke nakas, melihat jam yang sudah menunjukan pukul 11 malam. Dia menghela nafasnya melihat rania yang tak kunjung memejamkan matanya. " Tidur " " Belum ngantuk " Arya mendekati rania yang sedang menatap atap kamar mereka, tanpa kata arya mendekap rania dengan tangannya yang melingkar dipinggang ramping itu. Bisa arya rasakan jika rania menegangkan tubuhnya. " Ya lepasin, gue ganyaman "Rania berusaha melepaskan tangan arya yang melingkar dipinggangnya. " Stt biar lo cepet tidur " " Tap.. " " Tidur nia " arya mempererat pelukannya, seraya mengelus pungguh gadisnya agar mengantuk. Ok, fiks. Rania menyerah. Dia sudah tidak memberontak karena merasakan rasa yang begitu nyaman ketika arya mengelus punggungnya. Perlahan matanya terpejam dengan nafas yang mulai teratur. Arya merasakan sapu
Sudah dua minggu berlalu sejak kejadian diparkiran, sekarang tidak ada yang berani mengganggu raina karena memang tidak ada yang mau berurusan dengan anak dari pemilik sekolah, yap siapa lagi jika bukan arya. Jangankan muridnya guru saja sudah lelah memarahi nya tapi yang namanya arya tidak akan pernah kapok membuat ulah. Saat ini apartemen arya yang biasa sunyi kini terdengar ramai, itu semua karena anggota laknatnya yang bertamu sejak sore sampai malam dengan alasan Belajar bersama, karena memang besok adalah hari pertama Ujian kelulusan. " Pulang dah lo pada, pusing gue liatnya. Belajar ngga, rusuh iya. " " Iss pak bos nantilah, masih juga jam 8 biasanya juga kita pulang apa ngga lo ga perduli " revi menjawab dengan mata yang masih terfokus menonton serial boboiboy, tak hanya revi tanpi ardan, kavi dan raka pun sama. Arya memutar matanya malas, dia memejamkan matanya guna menetralisir rasa kesal yang mendera melihat respon temannya, apa
Hari ini rania memutuskan untuk tidak datang ke sekolah, bukan tanpa alasan dia enggan untuk datang. Pasalnya kelas Xii memang dibebaskan pasca ujian maka dari itu dia memilih untuk tidak datang kesekolah. Rania juga mengabari aurel karena memang semalam mereka melakukan vidio call. Rania tersenyum mengingat kejadian semalam. Flashback on. Jam sudah menunjukan pukul 9 malam tapi rania belum bisa memejamkan matanya padahal rasanya sangat lelah. Karena bosan dia memainkan sosmednya yang memang jarang sekali dibuka, tiba tiba arya datang dengan membawa susu hamil untuknya dan jangan lupakan tangan kiri nya yang juga terdapat laptop. " Nih minum dulu " arya menyodorkan segelas susu yang dibuatnya dan langsung di sambut oleh rania. " Makasih " Setelah nya mereka sibuk dengan kegiatannya masing masing, sampai pada arya yang mengalihkan tatapannya dari laptop ke rania. " Gue mau ngomong " " Apa? "
Sore sudah berganti malam, Rania sekarang sedang mencak mencak tidak jelas diruang tamu. Bagaimana bisa arya belum pulang sampai sekarang. Setelah membeli sate untuk rania, arya pamit pergi lagi, karena sedang ada urusan, katanya. Rania hanya mengangguk sebagai ucapan, karena menurutnya dia tidak berhak mengatur arya. Tapi sekarang, bolehkah dia menyesal karena tidak minta arya untuk membawanya. Sungguh, dia bosan sekarang. Rania menghembuskan nafasnya berkali kali, mendudukan diri diatas sofa dengan kaki yang diangkat keatas, tak lupa bibirnya yang manyun dengan mata yang berkaca. " Iss dimana si, ko ga pulang pulang " " Udah tau istri lagi hamil, malah ditinggal sendirian " Rania mengelus perutnya yang berbunyi, dia kembali melanjutkan ocehannya. " Kamu laper ya sayang, sabar ya kita tunggu daddy " " Hikss daddy lama sayang, mamah laper huaa hiks hiks " rania menangis seperti anak kecil ketika pertunya