Afroid yang tengah menyiapkan semuanya untuk memulai berperang pun dihampiri Lucia.
"Afroid, kau akan mati jika melawan Harei," kata Lucia yang sangat takut jika Afroid mati di medan perang antara bangsa Witch, manusia dan Elf.
"Jangan khawatir, Lucia. Jika aku mati, Shaenette akan menjadi ratu dikerajaan kita."
Lucia menatap Afroid sendu. Sungguh, dia belum siap berpisah dari Afroid. Sejak dulu, dia sangat mencintai Afroid, dan tidak ingin melihat Afroid tewas.
"Ragaku akan ada di dalam tubuh Shaenette, Lucia."
Lucia menunduk. Air matanya terjatuh.
Afroid yang menyadari itu pun langsung mendekat ke arah Lucia. Dia menghapus air mata Lucia dengan jemarinya."Jangan menangis, Lucia." Setelah mengucap itu, Lucia menatap dalam bola mata Afroid dan menciumnya.
Afroid yang terkejut pun, mulai menerima ciuman Lucia. Mereka pun saling berciuman.
----OooooO----
Aaaaaaa!!!
Suara teriakan Kie membuat Shaenette dan Rie yang berjalan lebih dulu terkejut. Mereka melihat Kie yang dihadang sesuatu yang cukup besar.
"Shaenette, itu apa?" tanya Rie yang bersembunyi dibalik punggung Shaenette.
Sementara Shaenette sendiri terkejut melihat raksasa batu yang tengah duduk itu melihat ke arah Kie yang ketakutan. Shaenette mencoba untuk menenangkan Rie dan akan mencari cara untuk menyelamatkan Kie.
Raksasa itu mencoba untuk menangkap Kie, namun Shaenette berteriak kepada raksasa itu.
"Hei, lepaskan temanku!"
Raksasa itu pun mengalihkan pandangannya ke arah Shaenette yang seakan menantangnya.
"Shaenette," panggil Kie.
"Lepaskan temanku, tuan Raksasa."
Shaenette memelas. Dia memohon agar raksasa itu melepaskan Rie.
"Siapa kau yang berani memerintahku untuk melepas santapanku ini," kata Raksasa itu kembali.
Shaenette diam. Dia mencoba mencari ide untuk menyelamatkan Kie dari Raksasa itu.
"Jika ada yang memasuki wilayahku, mereka akan menjadi santapanku!" Suara gelegar Raksasa itu membuat Rie dan Shaenette bergidik ngeri.
"Apa tidak ada cara lain agar kau melepaskan temanku, tuan Raksasa?" tanya Shaenette yang mencoba tawar-menawar kepada Raksasa itu.
"Tidak. Aku tidak membutuhkan apa pun selain makanan."
Shaenette melihat Kie yang mulai ketakutan. Dia mencoba untuk bertelepati agar Kie tidak takut kepada Raksasa itu.
Raksasa itu kembali mengambil Kie yang malang. Dia juga melihat Kie dengan tatapan lapar.
"Bagaimana ini, Shaenette?" tanya Rie yang khawatir tentang kondisi Kie. "Apa Kie tidak akan selamat?"
Shaenette diam. Dia melihat sekeliling Raksasa itu. Di sana dia melihat beberapa tanaman mawar mati. Bahkan terdapat seorang perempuan kecil yang tertidur.
Shaenette melihat Raksasa itu kembali.
"Tuan Raksasa, aku punya penawaran baik untukmu!" kata Shaenette.
Raksasa itu melihat Shaenette lagi yang sedang melihat sekilas ke arah gadis kecil yang tertidur itu.
"Bagaimana jika aku menghidupkan gadis itu dan tanaman mawar di sini, kemudian kau harus melepaskanku dan temanku dari sini."
Raksasa itu melihat gadis kecil itu dengan iba. Matanya mulai berkaca-kaca.
"Aku berjanji." Shaenette mengangkat kedua jari tangannya, untuk menyakinkan Raksasa itu.
"Tidak akan ada yang bisa menyelamatkan tempat ini dan gadis kecil itu. Kau hanya ingin membodohiku seperti manusia-manusia lainnya itu, 'kan?"
Shaenette diam. Dia tidak menyangka jika Raksasa itu sering dibohongi oleh para manusia serakah.
"Aku tidak akan membohongimu, tuan Raksasa."
Raksasa itu kemudian tertawa, hingga Shaenette dan Rie memegang akar pohon sangat kencang. Dia tidak ingin jatuh ke lautan.
"Omong kosong!" Raksasa itu kembali mendekati Rie ke dalam mulutnya, namun Shaenette dengan cepat mengubah sekeliling Raksasa itu menjadi taman mawar yang sangat cantik.
Shaenette menggunakan kekuatan refleksnya, sehingga tumbuhan yang mati di sana hidup kembali.
Bahkan, Raksasa itu terkejut melihat Shaenette yang berhasil menghidupkan pohon-pohonnya."Kau hebat, Shaenette," puji Rie.
Shaenette tersenyum. Dia kembali menatap Raksasa dengan senyuman culasnya.
"Bagaimana, tuan Raksasa? Apa kau mau menimang penawaranku?" tanya Shaenette.
Raksasa itu tersenyum. Dia kemudian mengembalikan Kie kepada Shaenette.
"Baiklah. Kau harus menghidupkan gadis kecilku itu," kata Raksasa.
Shaenette terdiam. Dia tadi hanya reflek mengucapkan kata itu. Dirinya bukan Tuhan yang bisa menghidupkan orang mati.
Shaenette panik.
"Gadis malang itu temanku. Dia menyukai bunga mawar ini, karena dia sangat mengidolakan Princess Paper Royal Castle. Jika kau menyelamatkannya, aku akan membantumu."
Shaenette merasa senang dengan ucapan Raksasa yang mengatakan dia akan membantunya. Namun, Shaenette merasa tidak asing dengan kerajaan itu. Seolah, Shaenette sangat dekat dengan tempat itu.
"Brunella, dia dikutuk Harei menjadi putri tidur selamanya."
Shaenette mendekati gadis bernama Brunella itu. Betapa cantiknya gadis itu. Shaenette mengaggumi kecantikan Brunella.
Shaenette pun mengambil bunga mawar yang ada di sana, kemudian mengeluarkan serbuk mawar racikan yang dia buat. Dia juga membaca sebuah permohonan kepada Dewa untuk bisa menyelamatkan gadis itu dari kutukan Harei.
Angin kencang menghempas mereka semua. Shaenette seakan kehilangan keseimbangannya. Dia melihat seseorang datang dari langit membantunya.
"Jika ragamu mati, maka matilah. Namun, jika ragamu hidup maka hiduplah," kata Shaenette yang lagi-lagi membuat Angin kembali riuh.
Gadis itu terangkat dengan sendirinya saat ramuan mawar itu Shaenette berikan kepada Brunella. Raksasa, Kie dan Rie yang menyaksikan semua itu terkejut dengan apa yang Shaenette lakukan.
"Jika ragamu mati, maka matilah. Namun, jika ragamu hidup maka hiduplah." Shaenette mengatakan itu secara berulang. Tak lama, tubuh Brunella kembali ke tempat semula.
Brunella perlahan membuka matanya. Dia pun menutupi matanya yang terasa menyilaukan.
Shaenette tersenyum. Lagi, dia berhasil mengendalikan kekuatannya. Shaenette tidak menyangka akan menghidupkan orang yang sudah mati atau terkena kutukan dengan mawarnya.
Raksasa itu tersenyum. Dia menangis melihat Brunella tersadar.
"Grove, aku melihatmu kembali," kata Brunella kepada Raksasa yang tak lain bernama Grove.
Grove tersenyum lagi. Dia langsung mendekat Brunella dan mengelusnya dengan kerinduan.
Shaenette sendiri mundur. Dia tidak ingin menganggu moment Grove dengan Brunella. Shaenette senang menyelamatkan seseorang.
"Princess Shaenette," panggil Brunella yang terkejut melihat Shaenette. "Kau benar-benar Princess Shaenette?"
Brunella seakan bahagia. Dia bisa melihat Shaenette secara langsung.
Shaenette tersenyum saja.
"Aku selalu mengaggumimu, Princess. Aku ... aku menganggumimu sejak kau menyelamatkanku dari duri mawar."
Shaenette mengernyit bingung. Dia bahkan lupa apa yang terjadi sebelumnya. Kenapa dia tidak mengingat apa pun, bahkan ucapan Brunella seakan omongan belaka saja.
"Terima kasih sudah menyelamatkanku dari kutukan Harei, Princess."
Shaenette hanya mengangguk dan tersenyum. Apa Harei memang suka memberikan kutukan kepada orang-orang lemah? Shaenette semakin tertantang untuk menemui Harei dan mereka akan melakukan peperangan.
Brunella pun bangkit perlahan. Dia kemudian memberikan sebuah jepitannya kepada Shaenette.
"Ini sebagai ucapan terima kasihku kepadamu, Princess Shaenette."
Shaenette mengambil jepitan itu. Dia melihat jepitan itu sangat indah.
"Jepitan itu bisa membantumu melawan musuh. Kau bisa menggunakannya."
Shaenette melihat jepitan itu lagi.
"Terima kasih."
"Sama-sama."
Grove melihat Shaenette dan mengucapkan banyak terima kasih karena sudah menyelamatkan lingkungan dan juga Brunella.
"Aku akan menepati janjiku!"
Shaenette tersenyum. Ini dia saatnya, Shaenette akan meminta bantuan Grove untuk menyebrangi lautan Northen.
"Apa yang ingin kau minta?" tanya Grove lagi.
"Tidak banyak. Antarkan aku dan temanku ke sebrang pulau ini," jawab Shaenette yang membuat Grove dan Brunella terkejut.
"Kau ...."
"Bantulah aku, sekali saja."
"Kau tidak bisa ke sana, karena hewan laut itu akan membunuhmu."
"Hewan laut?" tanya Shaenette.
"Iya. Hewan laut raksasa," balas Brunella. "Dia bisa saja membunuhmu dan temanmu."
Shaenette tampak tak percaya.
"Kraken adalah hewan laut yang sudah menjadi monster. Dia akan menganggu siapapun orang yang lewat disekitarnya," balas Grove.
"Aku tidak menganggunya. Aku hanya ingin lewat saja," kata Shaenette lagi.
Grove melirik Brunella yang menghela nafas. Dia tidak mempercayai Shaenette yang keras kepala.
"Please, aku ingin menyelesaikan misiku," kata Shaenette memohon. Dia tidak bisa membuat Afroid kecewa karena misinya tidak dia selesaikan.
Brunella dan Grove saling pandang.
"Baiklah, Shaenette. Karna kau sudah menyelamatkan gadisku, aku akan membantumu," kata Grove yang membuat Shaenette tersenyum senang.
"Terima kasih."
"Tapi aku hanya mengantarmu sampai perbatasan laut. Sisanya, kau yang mengurusnya."
Shaenette mengangguk lagi.
"Terima kasih, Grove, Brunella." Setelah itu, Grove mengajak mereka bertiga untuk mengikuti dirinya.
Brunella tak lupa membantu Shaenette dengan menceritakan tentang kelemahan Kraken. Brunella juga meminta Shaenette untuk tidak berenang terlalu jauh dari lautan, jika tidak Kraken akan membunuh dengan sangat cepat.
BERSAMBUNG ...Zeline terdiam di samping Agezo yang tengah menatap kebun istana. Di sana dia melihat rakyatnya dipekerjakan secara paksa, bahkan anak kecil pun dijadikan budak.Zeline melirik Agezo sekilas. Dia tidak menyangka takdirnya akan seperti ini. Padahal Zeline sangat mencintai Denvio, tapi Agezo sengaja mengubah takdirnya."Jangan memikirkan laki-laki lain, Zeline. Kau akan menjadi milikku. Aku tidak ingin kau memikirkan laki-laki lain selainku," kata Agezo yang membaca pikiran Zeline.Zeline menghela nafasnya lagi."Kau milikku, Zeline." Agezo mendekatkan dirinya untuk mencium Zeline, namun Zeline mengalihkan wajahnya."Aku tidak ingin berciuman sebelum kita menikah, Agezo."Agezo mengernyit bingung."Aku akan menjadimu sepenuhnya setelah kita benar-benar menandatangani surat pernikahan kita."Agezo tersenyum kecil. Dia mengedipkan matanya. Merasa tergoda dengan apa yang Zeline ucapkan. Dia tidak sabar un
Kerajaan kertas awan, salah satu kerajaan yang memiliki nama lain Paper Royal Castle ini terletak di dalam hutan larangan. Paper Royal Castle memiliki seorang Raja dan Ratu yang selalu ramah dan bijaksana dalam mengatur rakyat-rakyatnya.Pemukiman di sekitar Paper Royal Castle juga tentram dan nyaman. Karena rakyat di sana memiliki tata krama terhadap tamu-tamu kerajaan ataupun tamu luar yang datang.Raja Agresto, dan Ratu Grittel memiliki putri kembar yang bernama Guenloie Grizelle Shaenette dan Zeline Zakeisha Grizelle.Shaenette memiliki paras cantik, namun sikap tertutupnya membuat semua rakyat selalu berpikir jika Shaenette adalah gadis sombong. Ia juga jarang mengikuti pertemuan Raja-Ratu kerajaan lainnya. Dan itu juga membuat nama Shaenette tidak terlalu dikenal oleh kerajaan lain.Sementara Zeline juga tak kalah cantik dibandingkan Shaenette. Ia memiliki sikap ramah kepada semua orang, selalu membantu rakyat berkebun, berk
Acara berlangsung meriah. Semua rakyat bahagia. Bahkan beberapa kerajaan juga merasa senang. Namun, seketika Raja Agresto mendapatkan kabar dari penasehatnya jika kerajaan sudah di serang oleh bangsa penyihir.Raja Agresto memilih untuk pulang untuk menghentikan perlawanan. Namun, sebuah panahan dari Harei, si penyihir kematian membuat Raja Agresto tewas saat itu juga.Deandrre yang menyaksikan itu hanya terdiam. Ia tidak ingin melibatkan diri berurusan dengan para penyihir itu. Denvio juga diam saja melihat Zeline di tarik paksa oleh salah satu penyihir yang terkenal kejam di kerajaannya.“Tutup semua pintu istana. Beri pengumuman kepada rakyat untuk tidak panik dan pergi dengan damai tanpa ada rasa takut. Jangan sampai penyihir itu murka dengan kerajaan kita!” Ucapan Deandrre membuat seluruh pengawalnya mengangguk paham dan menjalankan perintah.Ia menyuruh istrinya kembali ke kamar, dan membawa Denvio ke da
Zeline menangis saja.Ia tak sanggup menghadiri pesta yang akan dibuat penyihir jahat itu. Setelah kepergian sang Ayah, kini Zeline meratapi nasibnya.Ibunya sudah dijadikan istri, bahkan penyihir itu mengubah istananya menjadi Kingdom Of Darkness. Semua rakyat di sana memuja Agezo jika mereka ingin hidup damai. Mereka rela diperbudak, bahkan lebih parah mereka dilatih menjadi sosok kuat atau umpan untuk membunuh musuh-musuh kerajaan penyihir kegelapan.Shaenette…Ia mencari keberadaan Shaenette, saudari kembarnya. Sejak kepulangannya, Zeline tidak menemukan keberadaan Shaenette.“Where are you, Shaenette.” Zeline melihat pelayan yang sibuk membuat dekorasi pesta. Bahkan beberapa pengawal juga ikut dalam penyebaran undangan.“Cepatlah bersiap Zeline sebelum tuan Agezo menyeretmu dari kamar ini dengan pakaian kumuhmu itu!” Regar melempar baju itu ke arah Zeline tanpa gerakan lembut. Ya, sekarang Regar lebih berani dari sebel
Shaenette mencoba mencari cara, agar dia bisa membebaskan Clow. Bagaimanapun, Clow tidak bersalah dan dia tidak pantas dijadikan buruan. "Ayolah Tuan, lepaskan Kijangku," kata Shaenette lagi.Lucas melihat Shaenette dan menggeleng."Ayolah, Tuan.""Aku tidak akan melepaskannya. Lebih baik kau pergi dari hadapanku."Shaenette yang mulai kesal pun akhirnya merapalkan satu mantra yang membuat Lucas terpental beberapa meter darinya. Shaenettedengan cepat menolong Clow yang terluka parah."Kau!""Maafkan aku, Tuan. Aku terpaksa memakai mantra ini untuk melindungi temanku." Setelah itu, Shaenette pergi bersama Clow. Dia berlari memegang gaun panjangnya itu.Kie dan Rie yang melihat itu pun langsung membuka portal kerajaannya. Mereka membantu Shaenette yang masih tersenyum senang saat Lucas terlihat murka."Masuklah, Shaenette!"Shaenette mengangguk. Dia pun masuk ke dalam kerajaannya kembali bersama deng
Shaenette mendapatkan hukuman dari Afroid karena melanggar peraturan kerajaan. Begitupun dengan Kie dan Rie. Dia mendapatkan hukuman tidak diperbolehkan keluar dari dalam kamarnya.Sementara Shaenette, Afroid mengajaknya mengelilingi Fairy Castle dan mengenalkan berbagai hewan yang ada di sana. Shaenette tersenyum senang saat semua hewan di sana menyambutnya dengan penuh bahagia.Afroid juga memberikan sekuntum mawar merah kepada Shaenette, guna untuk memberikan sedikit tentang masalalunya.Shaenette merasa tidak asing dengan bunga mawar dan kenangannya."Shaenette, kau sudah melanggar peraturan yang ada dikerajaan ini. Kau tahu, hukuman apa yang akan kau dapatkan?" tanya Afroid.Shaenette melihat Afroid, kemudian menggeleng. Shaenette menghela nafas, memang dirinya salah."Aku menerima hukuman itu, Raja."Afroid melihat manik mata Shaenette. Semuanya terlihat sendu."Tapi aku tidak
Hukuman demi hukuman didapati Zeline. Bahkan dia terus menangis memohon ampunan dari Regar, namun dengan teganya Regar terus saja mencambuknya.Zeline yang merasa sakit pun terduduk lemas tak berdaya. Dia menimang semua perkataan Regar untuk mengikuti apa yang Raja perintahkan."Lebih baik kau ikuti saja maunya Raja, Zeline. Kau tidak akan mendapatkan siksaan seperti ini," kata Regar dengan sikap angkuhnya.Zeline menggeleng saja. Daripada dia mengikuti apa yang Agezo perintahkan, lebih baik dia mati karena hukuman."Kau akan menderita dan Raja tidak akan membiarkanmu mati dengan cepat, Zeline."Zeline masih diam. Dia lemas untuk berbicara banyak hal dengan Regar. Baginya, sekarang semuanya hancur. Lebih baik dia menyusul Ayahnya yang sudah mati dibunuh Harei."Kau sangat keras kepala!"Zeline menangis saja. Dalam hati dia memohon agar Shaenette datang dan menyelamatinya.--OoooOo---
Shaenette terus berlatih bersama Afroid dan Lucia. Dari belajar memanah, berpedang, hingga menikam musuh dari belakang.Shaenette juga belajar untuk menghapal banyak mantra dan juga kekuatan yang dimiliki bangsa Elf."Semakin hari kau semakin bersemangat, Shaenette. Kau terlihat sangat ahli dengan pedang-pedangmu itu," kata Lucia.Shaenette tersenyum."Kau masih memiliki kekurangan Shaenette. Kau belum bisa menciptakan pedang dari tangkai bunga mawar yang aku suruh," sambung Afroid.Shaenette menghela nafasnya."Bagaimana bisa aku menciptakan pedang dari tongkat mawar, Raja. Semua itu terasa mustahil," balas Shaenette putus asa."Kau bisa, Shaenette.""Bagaimana caranya?" tanya Shaenette."Aku tidak akan memberitahumu, Shaenette. Cobalah kau memikirkan cara sendiri."Shaenette berdecak sebal."Ayah, ini ada surat dari Dewa untuk Shaenette," kata Kie yang berlari
Zeline terdiam di samping Agezo yang tengah menatap kebun istana. Di sana dia melihat rakyatnya dipekerjakan secara paksa, bahkan anak kecil pun dijadikan budak.Zeline melirik Agezo sekilas. Dia tidak menyangka takdirnya akan seperti ini. Padahal Zeline sangat mencintai Denvio, tapi Agezo sengaja mengubah takdirnya."Jangan memikirkan laki-laki lain, Zeline. Kau akan menjadi milikku. Aku tidak ingin kau memikirkan laki-laki lain selainku," kata Agezo yang membaca pikiran Zeline.Zeline menghela nafasnya lagi."Kau milikku, Zeline." Agezo mendekatkan dirinya untuk mencium Zeline, namun Zeline mengalihkan wajahnya."Aku tidak ingin berciuman sebelum kita menikah, Agezo."Agezo mengernyit bingung."Aku akan menjadimu sepenuhnya setelah kita benar-benar menandatangani surat pernikahan kita."Agezo tersenyum kecil. Dia mengedipkan matanya. Merasa tergoda dengan apa yang Zeline ucapkan. Dia tidak sabar un
Afroid yang tengah menyiapkan semuanya untuk memulai berperang pun dihampiri Lucia."Afroid, kau akan mati jika melawan Harei," kata Lucia yang sangat takut jika Afroid mati di medan perang antara bangsa Witch, manusia dan Elf."Jangan khawatir, Lucia. Jika aku mati, Shaenette akan menjadi ratu dikerajaan kita."Lucia menatap Afroid sendu. Sungguh, dia belum siap berpisah dari Afroid. Sejak dulu, dia sangat mencintai Afroid, dan tidak ingin melihat Afroid tewas."Ragaku akan ada di dalam tubuh Shaenette, Lucia."Lucia menunduk. Air matanya terjatuh.Afroid yang menyadari itu pun langsung mendekat ke arah Lucia. Dia menghapus air mata Lucia dengan jemarinya."Jangan menangis, Lucia." Setelah mengucap itu, Lucia menatap dalam bola mata Afroid dan menciumnya.Afroid yang terkejut pun, mulai menerima ciuman Lucia. Mereka pun saling berciuman.----OooooO----Aaaaaaa!!!Sua
Shaenette melihat peta yang sudah diberikan Afroid. Dia terus mencari kerajaan Tumss untuk menyelesaikan misi. Dia yang dibantu Kie dan Rie merasa sangat berhati-hati.Mereka mengingat pesan Afroid, jika suatu saat para witch akan menemukan keberadaannya dan membuat mereka musnah."Berhenti, Shaenette," kata Kie yang melihat sebuah telapak kaki besar yang mengarah ke arah lautan Northen.Shaenette dan Rie melihat telapak kaki itu, kemudian mengucukurnya."Kaki ini besar sekali, tidak mungkin manusia memiliki telapak kaki sebesar ini," kata Rie.Shaenette diam. Dia mencoba menerawang, namun bayangannya seakan menutupi penglihatannya."Rie, coba kau lihat ke arah sana. Apa ada sesuatu?" kata Kie yang meminta Rie merubah dirinya menjadi naga kecil untuk melihat keadaan lautan Northen."Kau menggunakan wujud aslimu, Rie. Kau bisa celaka," kata Shaenette yang menahan Rie untuk pergi."
Shaenette terus berlatih bersama Afroid dan Lucia. Dari belajar memanah, berpedang, hingga menikam musuh dari belakang.Shaenette juga belajar untuk menghapal banyak mantra dan juga kekuatan yang dimiliki bangsa Elf."Semakin hari kau semakin bersemangat, Shaenette. Kau terlihat sangat ahli dengan pedang-pedangmu itu," kata Lucia.Shaenette tersenyum."Kau masih memiliki kekurangan Shaenette. Kau belum bisa menciptakan pedang dari tangkai bunga mawar yang aku suruh," sambung Afroid.Shaenette menghela nafasnya."Bagaimana bisa aku menciptakan pedang dari tongkat mawar, Raja. Semua itu terasa mustahil," balas Shaenette putus asa."Kau bisa, Shaenette.""Bagaimana caranya?" tanya Shaenette."Aku tidak akan memberitahumu, Shaenette. Cobalah kau memikirkan cara sendiri."Shaenette berdecak sebal."Ayah, ini ada surat dari Dewa untuk Shaenette," kata Kie yang berlari
Hukuman demi hukuman didapati Zeline. Bahkan dia terus menangis memohon ampunan dari Regar, namun dengan teganya Regar terus saja mencambuknya.Zeline yang merasa sakit pun terduduk lemas tak berdaya. Dia menimang semua perkataan Regar untuk mengikuti apa yang Raja perintahkan."Lebih baik kau ikuti saja maunya Raja, Zeline. Kau tidak akan mendapatkan siksaan seperti ini," kata Regar dengan sikap angkuhnya.Zeline menggeleng saja. Daripada dia mengikuti apa yang Agezo perintahkan, lebih baik dia mati karena hukuman."Kau akan menderita dan Raja tidak akan membiarkanmu mati dengan cepat, Zeline."Zeline masih diam. Dia lemas untuk berbicara banyak hal dengan Regar. Baginya, sekarang semuanya hancur. Lebih baik dia menyusul Ayahnya yang sudah mati dibunuh Harei."Kau sangat keras kepala!"Zeline menangis saja. Dalam hati dia memohon agar Shaenette datang dan menyelamatinya.--OoooOo---
Shaenette mendapatkan hukuman dari Afroid karena melanggar peraturan kerajaan. Begitupun dengan Kie dan Rie. Dia mendapatkan hukuman tidak diperbolehkan keluar dari dalam kamarnya.Sementara Shaenette, Afroid mengajaknya mengelilingi Fairy Castle dan mengenalkan berbagai hewan yang ada di sana. Shaenette tersenyum senang saat semua hewan di sana menyambutnya dengan penuh bahagia.Afroid juga memberikan sekuntum mawar merah kepada Shaenette, guna untuk memberikan sedikit tentang masalalunya.Shaenette merasa tidak asing dengan bunga mawar dan kenangannya."Shaenette, kau sudah melanggar peraturan yang ada dikerajaan ini. Kau tahu, hukuman apa yang akan kau dapatkan?" tanya Afroid.Shaenette melihat Afroid, kemudian menggeleng. Shaenette menghela nafas, memang dirinya salah."Aku menerima hukuman itu, Raja."Afroid melihat manik mata Shaenette. Semuanya terlihat sendu."Tapi aku tidak
Shaenette mencoba mencari cara, agar dia bisa membebaskan Clow. Bagaimanapun, Clow tidak bersalah dan dia tidak pantas dijadikan buruan. "Ayolah Tuan, lepaskan Kijangku," kata Shaenette lagi.Lucas melihat Shaenette dan menggeleng."Ayolah, Tuan.""Aku tidak akan melepaskannya. Lebih baik kau pergi dari hadapanku."Shaenette yang mulai kesal pun akhirnya merapalkan satu mantra yang membuat Lucas terpental beberapa meter darinya. Shaenettedengan cepat menolong Clow yang terluka parah."Kau!""Maafkan aku, Tuan. Aku terpaksa memakai mantra ini untuk melindungi temanku." Setelah itu, Shaenette pergi bersama Clow. Dia berlari memegang gaun panjangnya itu.Kie dan Rie yang melihat itu pun langsung membuka portal kerajaannya. Mereka membantu Shaenette yang masih tersenyum senang saat Lucas terlihat murka."Masuklah, Shaenette!"Shaenette mengangguk. Dia pun masuk ke dalam kerajaannya kembali bersama deng
Zeline menangis saja.Ia tak sanggup menghadiri pesta yang akan dibuat penyihir jahat itu. Setelah kepergian sang Ayah, kini Zeline meratapi nasibnya.Ibunya sudah dijadikan istri, bahkan penyihir itu mengubah istananya menjadi Kingdom Of Darkness. Semua rakyat di sana memuja Agezo jika mereka ingin hidup damai. Mereka rela diperbudak, bahkan lebih parah mereka dilatih menjadi sosok kuat atau umpan untuk membunuh musuh-musuh kerajaan penyihir kegelapan.Shaenette…Ia mencari keberadaan Shaenette, saudari kembarnya. Sejak kepulangannya, Zeline tidak menemukan keberadaan Shaenette.“Where are you, Shaenette.” Zeline melihat pelayan yang sibuk membuat dekorasi pesta. Bahkan beberapa pengawal juga ikut dalam penyebaran undangan.“Cepatlah bersiap Zeline sebelum tuan Agezo menyeretmu dari kamar ini dengan pakaian kumuhmu itu!” Regar melempar baju itu ke arah Zeline tanpa gerakan lembut. Ya, sekarang Regar lebih berani dari sebel
Acara berlangsung meriah. Semua rakyat bahagia. Bahkan beberapa kerajaan juga merasa senang. Namun, seketika Raja Agresto mendapatkan kabar dari penasehatnya jika kerajaan sudah di serang oleh bangsa penyihir.Raja Agresto memilih untuk pulang untuk menghentikan perlawanan. Namun, sebuah panahan dari Harei, si penyihir kematian membuat Raja Agresto tewas saat itu juga.Deandrre yang menyaksikan itu hanya terdiam. Ia tidak ingin melibatkan diri berurusan dengan para penyihir itu. Denvio juga diam saja melihat Zeline di tarik paksa oleh salah satu penyihir yang terkenal kejam di kerajaannya.“Tutup semua pintu istana. Beri pengumuman kepada rakyat untuk tidak panik dan pergi dengan damai tanpa ada rasa takut. Jangan sampai penyihir itu murka dengan kerajaan kita!” Ucapan Deandrre membuat seluruh pengawalnya mengangguk paham dan menjalankan perintah.Ia menyuruh istrinya kembali ke kamar, dan membawa Denvio ke da