Shaenette mendapatkan hukuman dari Afroid karena melanggar peraturan kerajaan. Begitupun dengan Kie dan Rie. Dia mendapatkan hukuman tidak diperbolehkan keluar dari dalam kamarnya.
Sementara Shaenette, Afroid mengajaknya mengelilingi Fairy Castle dan mengenalkan berbagai hewan yang ada di sana. Shaenette tersenyum senang saat semua hewan di sana menyambutnya dengan penuh bahagia.
Afroid juga memberikan sekuntum mawar merah kepada Shaenette, guna untuk memberikan sedikit tentang masalalunya.
Shaenette merasa tidak asing dengan bunga mawar dan kenangannya."Shaenette, kau sudah melanggar peraturan yang ada dikerajaan ini. Kau tahu, hukuman apa yang akan kau dapatkan?" tanya Afroid.
Shaenette melihat Afroid, kemudian menggeleng. Shaenette menghela nafas, memang dirinya salah.
"Aku menerima hukuman itu, Raja."
Afroid melihat manik mata Shaenette. Semuanya terlihat sendu.
"Tapi aku tidak bisa menghukummu, Shaenette."
Shaenette bingung. Dia melihat Afroid dengan mimik wajah yang membingungkan.
"Kau tahu, kau adalah Queen penerus tahta 3 kerajaan," kata Afroid lagi.
"Bagaimana bisa?" tanya Shaenette.
"Kau bukan ratu sembarang ratu, Shaenette. Kau diutus Dewa untuk menyempurnakan bumi dan kaum lainnya."
Shaenette terdiam.
"Kau adalah Queen Shaenette."
"Bagaimana bisa? Aku saja tidak mengenal semua ini, Raja?"
Tiba-tiba sebuah pintu yang tertutup akar itu terbuka. Di sana, terdapat satu ruang dengan berbagai macam bunga mawar dengan kolam kecil yang terdapat mata air, untuk pemandian para Elf.
"Wow," takjub Shaenette.
"Kau mengingatnya, Shaenette?"
"Tempat ini indah, aku merasa familiar dengan tempat ini, Raja."
Afroid tersenyum.
Mereka berdua pun masuk. Shaenette melihat bunga mawar itu dan tersenyum senang."Kau masih tidak mengenalnya?"
Shaenette menggeleng.
Afroid menghela nafas. Dia pun mengeluarkan satu mantra untuk memanggil buku ajaibnya.
Buku itu adalah buku perjalanan Shaenette untuk melawan kerajaan Witch."Apa ini?" tanya Shaenette saat buku itu tepat berada di depannya. Shaenette mengambilnya sambil melihat Afroid dengan tatapan bingung.
"Buku ini adalah buku perjalanmu, Shaenette."
"Maksudnya?"
"Bukalah."
Shaenette membuka halaman pertama buku, tiba-tiba cahaya menyinari wajahnya.
Di sana terlihat sebuah tulisan yang menceritakan tentang Raja dan Ratu yang memiliki anak kembar. Salah satu anak itu sudah diutus Dewa untuk dijadikan pemimpin dunia.Shaenette teringat sesuatu. Tempat yang ada di dalam buku itu mengingatkannya dengan kejadian masalalu.
"Anak itu sudah besar, Shaenette. Anak itu adalah kau," kata Afroid.
Sungguh tak menyangka. Shaenette kembali membuka halaman berikutnya. Di sana, Shaenette melihat Dewa memberikannya berbagai kekuatan bawaan yang sudah ditentukan di saat usianya 17 tahun. Di sana juga terlihat banyak para malaikat yang menjaganya.
"Kau terlahir sebagai Queen, Shaenette. Dunia ini membutuhkan pimpinan sepertimu."
"Bagaimana bisa? Aku saja tidak mengenal diriku, Raja."
"Kau adalah Queen Guenloie Grizelle Shaenette, putri pertama Raha Agresto dan Ratu Grittel. Kau putri kerajaan Paper Royal Castle. Kau memiliki beberapa kekuatan, salah satunya bisa menghidupkan orang mati dan mematikan lawan dengan serbuk mawar olahanmu," kata Afroid lagi.
Shaenette mencoba mengingat, namun semua itu mustahil diingat. Dirinya benar-benar lupa dengan kehidupan masalalunya.
"Kerajaanmu direbut paksa oleh kerajaan Witch, Shaenette."
"What? Witch?"
"Mereka adalah Harei dan Agezo. Mereka yang membuatmu tertidur di goa dengan cara menghilangkan ingatanmu, membuat Ayahmu mati, mengurung kembaranmu dan menyiksa ibumu di kerajaan Kingdom Of Darkness."
Shaenette masih terdiam.
Apa yang terjadi sebenarnya? Apa benar apa yang Afroid ucapkan?"Aku tidak berbohong, Shaenette. Aku mengatakan hal yang sesuai dengan fakta. Karena kau seorang ratu, aku akan membantumu."
"Lalu, apa yang terjadi dengan mereka semua? Kenapa Harei dan Agezo melakukan itu?" tanya Shaenette.
"Mereka membenci Dewa yang sudah membuat mereka dikurung beribu tahun. Saat itu, Harei jatuh cinta dengan Ratu Grittel, namun sayang, Raja Agresto yang menikahkan Ratu Grittel. Harei marah dan murka. Hingga terjadi perang dan perang itu di menangkan oleh ayahmu," jawab Afroid lagi. Dia memberikan sebuah cuplikan perang pada masanya dan memperlihatkan kepada Shaenette.
"Lalu kenapa Harei bangkit kembali?" tanya Shaenette.
"Dewa memberikannya kesempatan bertaubat, namun Harei makin menjadi. Dia bersumpah saat itu akan menghancurkan Paper Royal Castle dan membunuh dirimu."
Shaenette tampak bergidik ngeri. Untuk apa dia dibawa? Shaenette tidak mengenal Harei.
"Kau jangan takut, Shaenette. Kau memiliki kekuatan sejatimu dan kau yang bisa melawan Harei," kata Afroid lagi.
"Bagaimana bisa, Raja. Aku hanya orang biasa."
"Setengah darahmu mengalir darah kami, Shaenette. Kau akan selalu bangsa Elf bantu."
Shaenette diam.
"Kau bisa belajar mengendalikan kekuatanmu, Shaenette. Membuat sebuah pedang dari tangkai bunga mawar. Membuat sebuah rangkaian mawar beracun untuk membuat bangsa witch kehilangan sihirnya."
"Kau akan membantuku, Afroid?" tanya Shaenette.
"Tentu. Kau adalah penggantiku. Aku akan mengajarimu hingga kau benar-benar pantas untuk berperang."
Shaenette mengangguk.
"Tapi ingat satu hal, Shaenette. Kekuatanmu bisa digunakan jikalau kamu menemukan cinta sejatimu."
Shaenette melihat Afroid lagi dengan bingung.
"Maksudnya?"
"Kau harus menemukan cinta sejatimu. Karena dengan itu, kekuatanmu akan dibantu dan direstui dewa."
Shaenette diam.
"Masih ada 40 hari untuk kita berlatih sampai hari perlawanan terjadi. Kau harus belajar, Shaenette."
Shaenette mengangguk lagi.
Afroid mengambil buku itu dari tangan Shaenette dan dia memilih pergi meninggalkan Shaenette di dalam ruangan itu.
"Raja Afroid?" Pekik Shaenette saat dirinya hanya sendiri di dala. Ruangan gelap itu.
"Ini hukumanmu, Shaenette. Kau harus membuat pedang dari tangkai mawar yang ada di sini," kata Afroid yang terdengar hanya suaranya saja.
Shaenette semakin bingung. Dia tidak mengerti membuat pedang itu bagaimana.
"Di sini gelap, tolong terangkanlah ruangan ini," kata Shaenette ketakutan. Tiba-tiba cahaya muncul dan ruangan itu kembali terang.
Shaenette heran dengan semua itu, tapi dia mencoba untuk mengerti ucapan Afroid. Dia harus mencoba untuk membuat pedang dari tangkai bunga mawar untuk melawan bangsa Witch.
"Jika memang keluargaku masih hidup, tunggu aku kembali ke rumah."
----
Lucas masih mencari siapa yang akan menjadi permaisurinya kelak. Dia tidak tahu, siapa Putri yang dikutuk bangsa Witch saat Harei menyerang Northen Kingdom disaat peresmian para putri."Apa mungkin Putri Yuna?" tanya Lucas yang membaca biografi Putri Yuna dari kerajaan Elf dan manusia itu.
"Atau Putri Anggun? Tidak mungkin. Putri Anggun tidak akan dikutuk, sementara Ayahnya adalah bangsa Witch yang lemah lembut."
Lucas menghela nafasnya.
Semua biografi calon permaisurinya sudah dia baca, namun dia masih belum menemukan titik terangnya."Pangeran, apa kau masih mencari putri tidur itu?" tanya Emely.
"Ya. Aku harus menemukannya."
Emely terdiam kembali.
"Apa pesta sudah selesai dipersiapkan, Emely?" tanya Lucas.
"Sudah hampir selesai, Pangeran."
Lucas mengangguk.
"Apa tuan membutuhkan bantuan saya?" tanya Emely.
"Tidak. Lebih baik kau bersiap."
"Baik, Tuan. Terima kasih." Setelah itu, Emely keluar kamar Lucas.
Lucas masih diam. Dia tidak menyangka kehidupan ini melelahkan dan tidak bermanfaat.
Lucas ingin segera menemukan permaisurinya secepat mungkin untuk menyelamatkan kerajaannya."Di mana dia saat ini?" tanya Lucas yang terus mencari sosok perempuan itu.
Bersambung ..Hukuman demi hukuman didapati Zeline. Bahkan dia terus menangis memohon ampunan dari Regar, namun dengan teganya Regar terus saja mencambuknya.Zeline yang merasa sakit pun terduduk lemas tak berdaya. Dia menimang semua perkataan Regar untuk mengikuti apa yang Raja perintahkan."Lebih baik kau ikuti saja maunya Raja, Zeline. Kau tidak akan mendapatkan siksaan seperti ini," kata Regar dengan sikap angkuhnya.Zeline menggeleng saja. Daripada dia mengikuti apa yang Agezo perintahkan, lebih baik dia mati karena hukuman."Kau akan menderita dan Raja tidak akan membiarkanmu mati dengan cepat, Zeline."Zeline masih diam. Dia lemas untuk berbicara banyak hal dengan Regar. Baginya, sekarang semuanya hancur. Lebih baik dia menyusul Ayahnya yang sudah mati dibunuh Harei."Kau sangat keras kepala!"Zeline menangis saja. Dalam hati dia memohon agar Shaenette datang dan menyelamatinya.--OoooOo---
Shaenette terus berlatih bersama Afroid dan Lucia. Dari belajar memanah, berpedang, hingga menikam musuh dari belakang.Shaenette juga belajar untuk menghapal banyak mantra dan juga kekuatan yang dimiliki bangsa Elf."Semakin hari kau semakin bersemangat, Shaenette. Kau terlihat sangat ahli dengan pedang-pedangmu itu," kata Lucia.Shaenette tersenyum."Kau masih memiliki kekurangan Shaenette. Kau belum bisa menciptakan pedang dari tangkai bunga mawar yang aku suruh," sambung Afroid.Shaenette menghela nafasnya."Bagaimana bisa aku menciptakan pedang dari tongkat mawar, Raja. Semua itu terasa mustahil," balas Shaenette putus asa."Kau bisa, Shaenette.""Bagaimana caranya?" tanya Shaenette."Aku tidak akan memberitahumu, Shaenette. Cobalah kau memikirkan cara sendiri."Shaenette berdecak sebal."Ayah, ini ada surat dari Dewa untuk Shaenette," kata Kie yang berlari
Shaenette melihat peta yang sudah diberikan Afroid. Dia terus mencari kerajaan Tumss untuk menyelesaikan misi. Dia yang dibantu Kie dan Rie merasa sangat berhati-hati.Mereka mengingat pesan Afroid, jika suatu saat para witch akan menemukan keberadaannya dan membuat mereka musnah."Berhenti, Shaenette," kata Kie yang melihat sebuah telapak kaki besar yang mengarah ke arah lautan Northen.Shaenette dan Rie melihat telapak kaki itu, kemudian mengucukurnya."Kaki ini besar sekali, tidak mungkin manusia memiliki telapak kaki sebesar ini," kata Rie.Shaenette diam. Dia mencoba menerawang, namun bayangannya seakan menutupi penglihatannya."Rie, coba kau lihat ke arah sana. Apa ada sesuatu?" kata Kie yang meminta Rie merubah dirinya menjadi naga kecil untuk melihat keadaan lautan Northen."Kau menggunakan wujud aslimu, Rie. Kau bisa celaka," kata Shaenette yang menahan Rie untuk pergi."
Afroid yang tengah menyiapkan semuanya untuk memulai berperang pun dihampiri Lucia."Afroid, kau akan mati jika melawan Harei," kata Lucia yang sangat takut jika Afroid mati di medan perang antara bangsa Witch, manusia dan Elf."Jangan khawatir, Lucia. Jika aku mati, Shaenette akan menjadi ratu dikerajaan kita."Lucia menatap Afroid sendu. Sungguh, dia belum siap berpisah dari Afroid. Sejak dulu, dia sangat mencintai Afroid, dan tidak ingin melihat Afroid tewas."Ragaku akan ada di dalam tubuh Shaenette, Lucia."Lucia menunduk. Air matanya terjatuh.Afroid yang menyadari itu pun langsung mendekat ke arah Lucia. Dia menghapus air mata Lucia dengan jemarinya."Jangan menangis, Lucia." Setelah mengucap itu, Lucia menatap dalam bola mata Afroid dan menciumnya.Afroid yang terkejut pun, mulai menerima ciuman Lucia. Mereka pun saling berciuman.----OooooO----Aaaaaaa!!!Sua
Zeline terdiam di samping Agezo yang tengah menatap kebun istana. Di sana dia melihat rakyatnya dipekerjakan secara paksa, bahkan anak kecil pun dijadikan budak.Zeline melirik Agezo sekilas. Dia tidak menyangka takdirnya akan seperti ini. Padahal Zeline sangat mencintai Denvio, tapi Agezo sengaja mengubah takdirnya."Jangan memikirkan laki-laki lain, Zeline. Kau akan menjadi milikku. Aku tidak ingin kau memikirkan laki-laki lain selainku," kata Agezo yang membaca pikiran Zeline.Zeline menghela nafasnya lagi."Kau milikku, Zeline." Agezo mendekatkan dirinya untuk mencium Zeline, namun Zeline mengalihkan wajahnya."Aku tidak ingin berciuman sebelum kita menikah, Agezo."Agezo mengernyit bingung."Aku akan menjadimu sepenuhnya setelah kita benar-benar menandatangani surat pernikahan kita."Agezo tersenyum kecil. Dia mengedipkan matanya. Merasa tergoda dengan apa yang Zeline ucapkan. Dia tidak sabar un
Kerajaan kertas awan, salah satu kerajaan yang memiliki nama lain Paper Royal Castle ini terletak di dalam hutan larangan. Paper Royal Castle memiliki seorang Raja dan Ratu yang selalu ramah dan bijaksana dalam mengatur rakyat-rakyatnya.Pemukiman di sekitar Paper Royal Castle juga tentram dan nyaman. Karena rakyat di sana memiliki tata krama terhadap tamu-tamu kerajaan ataupun tamu luar yang datang.Raja Agresto, dan Ratu Grittel memiliki putri kembar yang bernama Guenloie Grizelle Shaenette dan Zeline Zakeisha Grizelle.Shaenette memiliki paras cantik, namun sikap tertutupnya membuat semua rakyat selalu berpikir jika Shaenette adalah gadis sombong. Ia juga jarang mengikuti pertemuan Raja-Ratu kerajaan lainnya. Dan itu juga membuat nama Shaenette tidak terlalu dikenal oleh kerajaan lain.Sementara Zeline juga tak kalah cantik dibandingkan Shaenette. Ia memiliki sikap ramah kepada semua orang, selalu membantu rakyat berkebun, berk
Acara berlangsung meriah. Semua rakyat bahagia. Bahkan beberapa kerajaan juga merasa senang. Namun, seketika Raja Agresto mendapatkan kabar dari penasehatnya jika kerajaan sudah di serang oleh bangsa penyihir.Raja Agresto memilih untuk pulang untuk menghentikan perlawanan. Namun, sebuah panahan dari Harei, si penyihir kematian membuat Raja Agresto tewas saat itu juga.Deandrre yang menyaksikan itu hanya terdiam. Ia tidak ingin melibatkan diri berurusan dengan para penyihir itu. Denvio juga diam saja melihat Zeline di tarik paksa oleh salah satu penyihir yang terkenal kejam di kerajaannya.“Tutup semua pintu istana. Beri pengumuman kepada rakyat untuk tidak panik dan pergi dengan damai tanpa ada rasa takut. Jangan sampai penyihir itu murka dengan kerajaan kita!” Ucapan Deandrre membuat seluruh pengawalnya mengangguk paham dan menjalankan perintah.Ia menyuruh istrinya kembali ke kamar, dan membawa Denvio ke da
Zeline menangis saja.Ia tak sanggup menghadiri pesta yang akan dibuat penyihir jahat itu. Setelah kepergian sang Ayah, kini Zeline meratapi nasibnya.Ibunya sudah dijadikan istri, bahkan penyihir itu mengubah istananya menjadi Kingdom Of Darkness. Semua rakyat di sana memuja Agezo jika mereka ingin hidup damai. Mereka rela diperbudak, bahkan lebih parah mereka dilatih menjadi sosok kuat atau umpan untuk membunuh musuh-musuh kerajaan penyihir kegelapan.Shaenette…Ia mencari keberadaan Shaenette, saudari kembarnya. Sejak kepulangannya, Zeline tidak menemukan keberadaan Shaenette.“Where are you, Shaenette.” Zeline melihat pelayan yang sibuk membuat dekorasi pesta. Bahkan beberapa pengawal juga ikut dalam penyebaran undangan.“Cepatlah bersiap Zeline sebelum tuan Agezo menyeretmu dari kamar ini dengan pakaian kumuhmu itu!” Regar melempar baju itu ke arah Zeline tanpa gerakan lembut. Ya, sekarang Regar lebih berani dari sebel
Zeline terdiam di samping Agezo yang tengah menatap kebun istana. Di sana dia melihat rakyatnya dipekerjakan secara paksa, bahkan anak kecil pun dijadikan budak.Zeline melirik Agezo sekilas. Dia tidak menyangka takdirnya akan seperti ini. Padahal Zeline sangat mencintai Denvio, tapi Agezo sengaja mengubah takdirnya."Jangan memikirkan laki-laki lain, Zeline. Kau akan menjadi milikku. Aku tidak ingin kau memikirkan laki-laki lain selainku," kata Agezo yang membaca pikiran Zeline.Zeline menghela nafasnya lagi."Kau milikku, Zeline." Agezo mendekatkan dirinya untuk mencium Zeline, namun Zeline mengalihkan wajahnya."Aku tidak ingin berciuman sebelum kita menikah, Agezo."Agezo mengernyit bingung."Aku akan menjadimu sepenuhnya setelah kita benar-benar menandatangani surat pernikahan kita."Agezo tersenyum kecil. Dia mengedipkan matanya. Merasa tergoda dengan apa yang Zeline ucapkan. Dia tidak sabar un
Afroid yang tengah menyiapkan semuanya untuk memulai berperang pun dihampiri Lucia."Afroid, kau akan mati jika melawan Harei," kata Lucia yang sangat takut jika Afroid mati di medan perang antara bangsa Witch, manusia dan Elf."Jangan khawatir, Lucia. Jika aku mati, Shaenette akan menjadi ratu dikerajaan kita."Lucia menatap Afroid sendu. Sungguh, dia belum siap berpisah dari Afroid. Sejak dulu, dia sangat mencintai Afroid, dan tidak ingin melihat Afroid tewas."Ragaku akan ada di dalam tubuh Shaenette, Lucia."Lucia menunduk. Air matanya terjatuh.Afroid yang menyadari itu pun langsung mendekat ke arah Lucia. Dia menghapus air mata Lucia dengan jemarinya."Jangan menangis, Lucia." Setelah mengucap itu, Lucia menatap dalam bola mata Afroid dan menciumnya.Afroid yang terkejut pun, mulai menerima ciuman Lucia. Mereka pun saling berciuman.----OooooO----Aaaaaaa!!!Sua
Shaenette melihat peta yang sudah diberikan Afroid. Dia terus mencari kerajaan Tumss untuk menyelesaikan misi. Dia yang dibantu Kie dan Rie merasa sangat berhati-hati.Mereka mengingat pesan Afroid, jika suatu saat para witch akan menemukan keberadaannya dan membuat mereka musnah."Berhenti, Shaenette," kata Kie yang melihat sebuah telapak kaki besar yang mengarah ke arah lautan Northen.Shaenette dan Rie melihat telapak kaki itu, kemudian mengucukurnya."Kaki ini besar sekali, tidak mungkin manusia memiliki telapak kaki sebesar ini," kata Rie.Shaenette diam. Dia mencoba menerawang, namun bayangannya seakan menutupi penglihatannya."Rie, coba kau lihat ke arah sana. Apa ada sesuatu?" kata Kie yang meminta Rie merubah dirinya menjadi naga kecil untuk melihat keadaan lautan Northen."Kau menggunakan wujud aslimu, Rie. Kau bisa celaka," kata Shaenette yang menahan Rie untuk pergi."
Shaenette terus berlatih bersama Afroid dan Lucia. Dari belajar memanah, berpedang, hingga menikam musuh dari belakang.Shaenette juga belajar untuk menghapal banyak mantra dan juga kekuatan yang dimiliki bangsa Elf."Semakin hari kau semakin bersemangat, Shaenette. Kau terlihat sangat ahli dengan pedang-pedangmu itu," kata Lucia.Shaenette tersenyum."Kau masih memiliki kekurangan Shaenette. Kau belum bisa menciptakan pedang dari tangkai bunga mawar yang aku suruh," sambung Afroid.Shaenette menghela nafasnya."Bagaimana bisa aku menciptakan pedang dari tongkat mawar, Raja. Semua itu terasa mustahil," balas Shaenette putus asa."Kau bisa, Shaenette.""Bagaimana caranya?" tanya Shaenette."Aku tidak akan memberitahumu, Shaenette. Cobalah kau memikirkan cara sendiri."Shaenette berdecak sebal."Ayah, ini ada surat dari Dewa untuk Shaenette," kata Kie yang berlari
Hukuman demi hukuman didapati Zeline. Bahkan dia terus menangis memohon ampunan dari Regar, namun dengan teganya Regar terus saja mencambuknya.Zeline yang merasa sakit pun terduduk lemas tak berdaya. Dia menimang semua perkataan Regar untuk mengikuti apa yang Raja perintahkan."Lebih baik kau ikuti saja maunya Raja, Zeline. Kau tidak akan mendapatkan siksaan seperti ini," kata Regar dengan sikap angkuhnya.Zeline menggeleng saja. Daripada dia mengikuti apa yang Agezo perintahkan, lebih baik dia mati karena hukuman."Kau akan menderita dan Raja tidak akan membiarkanmu mati dengan cepat, Zeline."Zeline masih diam. Dia lemas untuk berbicara banyak hal dengan Regar. Baginya, sekarang semuanya hancur. Lebih baik dia menyusul Ayahnya yang sudah mati dibunuh Harei."Kau sangat keras kepala!"Zeline menangis saja. Dalam hati dia memohon agar Shaenette datang dan menyelamatinya.--OoooOo---
Shaenette mendapatkan hukuman dari Afroid karena melanggar peraturan kerajaan. Begitupun dengan Kie dan Rie. Dia mendapatkan hukuman tidak diperbolehkan keluar dari dalam kamarnya.Sementara Shaenette, Afroid mengajaknya mengelilingi Fairy Castle dan mengenalkan berbagai hewan yang ada di sana. Shaenette tersenyum senang saat semua hewan di sana menyambutnya dengan penuh bahagia.Afroid juga memberikan sekuntum mawar merah kepada Shaenette, guna untuk memberikan sedikit tentang masalalunya.Shaenette merasa tidak asing dengan bunga mawar dan kenangannya."Shaenette, kau sudah melanggar peraturan yang ada dikerajaan ini. Kau tahu, hukuman apa yang akan kau dapatkan?" tanya Afroid.Shaenette melihat Afroid, kemudian menggeleng. Shaenette menghela nafas, memang dirinya salah."Aku menerima hukuman itu, Raja."Afroid melihat manik mata Shaenette. Semuanya terlihat sendu."Tapi aku tidak
Shaenette mencoba mencari cara, agar dia bisa membebaskan Clow. Bagaimanapun, Clow tidak bersalah dan dia tidak pantas dijadikan buruan. "Ayolah Tuan, lepaskan Kijangku," kata Shaenette lagi.Lucas melihat Shaenette dan menggeleng."Ayolah, Tuan.""Aku tidak akan melepaskannya. Lebih baik kau pergi dari hadapanku."Shaenette yang mulai kesal pun akhirnya merapalkan satu mantra yang membuat Lucas terpental beberapa meter darinya. Shaenettedengan cepat menolong Clow yang terluka parah."Kau!""Maafkan aku, Tuan. Aku terpaksa memakai mantra ini untuk melindungi temanku." Setelah itu, Shaenette pergi bersama Clow. Dia berlari memegang gaun panjangnya itu.Kie dan Rie yang melihat itu pun langsung membuka portal kerajaannya. Mereka membantu Shaenette yang masih tersenyum senang saat Lucas terlihat murka."Masuklah, Shaenette!"Shaenette mengangguk. Dia pun masuk ke dalam kerajaannya kembali bersama deng
Zeline menangis saja.Ia tak sanggup menghadiri pesta yang akan dibuat penyihir jahat itu. Setelah kepergian sang Ayah, kini Zeline meratapi nasibnya.Ibunya sudah dijadikan istri, bahkan penyihir itu mengubah istananya menjadi Kingdom Of Darkness. Semua rakyat di sana memuja Agezo jika mereka ingin hidup damai. Mereka rela diperbudak, bahkan lebih parah mereka dilatih menjadi sosok kuat atau umpan untuk membunuh musuh-musuh kerajaan penyihir kegelapan.Shaenette…Ia mencari keberadaan Shaenette, saudari kembarnya. Sejak kepulangannya, Zeline tidak menemukan keberadaan Shaenette.“Where are you, Shaenette.” Zeline melihat pelayan yang sibuk membuat dekorasi pesta. Bahkan beberapa pengawal juga ikut dalam penyebaran undangan.“Cepatlah bersiap Zeline sebelum tuan Agezo menyeretmu dari kamar ini dengan pakaian kumuhmu itu!” Regar melempar baju itu ke arah Zeline tanpa gerakan lembut. Ya, sekarang Regar lebih berani dari sebel
Acara berlangsung meriah. Semua rakyat bahagia. Bahkan beberapa kerajaan juga merasa senang. Namun, seketika Raja Agresto mendapatkan kabar dari penasehatnya jika kerajaan sudah di serang oleh bangsa penyihir.Raja Agresto memilih untuk pulang untuk menghentikan perlawanan. Namun, sebuah panahan dari Harei, si penyihir kematian membuat Raja Agresto tewas saat itu juga.Deandrre yang menyaksikan itu hanya terdiam. Ia tidak ingin melibatkan diri berurusan dengan para penyihir itu. Denvio juga diam saja melihat Zeline di tarik paksa oleh salah satu penyihir yang terkenal kejam di kerajaannya.“Tutup semua pintu istana. Beri pengumuman kepada rakyat untuk tidak panik dan pergi dengan damai tanpa ada rasa takut. Jangan sampai penyihir itu murka dengan kerajaan kita!” Ucapan Deandrre membuat seluruh pengawalnya mengangguk paham dan menjalankan perintah.Ia menyuruh istrinya kembali ke kamar, dan membawa Denvio ke da