Hukuman demi hukuman didapati Zeline. Bahkan dia terus menangis memohon ampunan dari Regar, namun dengan teganya Regar terus saja mencambuknya.
Zeline yang merasa sakit pun terduduk lemas tak berdaya. Dia menimang semua perkataan Regar untuk mengikuti apa yang Raja perintahkan.
"Lebih baik kau ikuti saja maunya Raja, Zeline. Kau tidak akan mendapatkan siksaan seperti ini," kata Regar dengan sikap angkuhnya.
Zeline menggeleng saja. Daripada dia mengikuti apa yang Agezo perintahkan, lebih baik dia mati karena hukuman.
"Kau akan menderita dan Raja tidak akan membiarkanmu mati dengan cepat, Zeline."
Zeline masih diam. Dia lemas untuk berbicara banyak hal dengan Regar. Baginya, sekarang semuanya hancur. Lebih baik dia menyusul Ayahnya yang sudah mati dibunuh Harei.
"Kau sangat keras kepala!"
Zeline menangis saja. Dalam hati dia memohon agar Shaenette datang dan menyelamatinya.
--OoooOo---
Shaenette frustasi karena pedang yang dia buat dari tangkai mawar tidak kunjung jadi. Dia bahkan beberapa kali menggunakan sihir yang dia dapat dari petunjuk Afroid, namun semuanya gagal.Tiba-tiba dia mendengar suara bisikin minta tolong dari seseorang. Shaenette bisa merasakan kesulitan dari suara tersebut.
Shaenette bangkit. Dia melihat sekelilingnya, namun hanya angin yang menyapanya. Shaenette juga mendengar suara rintihan tangis dari suara tersebut.
"Who are you?" tanya Shaenette.
Suara itu perlahan memudar. Shaenettr kembali berteriak menayakan siapa yang memint tolong kepadanya itu.
"Please, respon ucapanku jika kamu mendengarnya," kata Shaenette lagi.
Namun percuma, suara itu hilang begitu saja. Shaenette bingung, kenapa tiba-tiba? Datang lalu pergi.
Sebuah surat burung datang. Afroid menyuruh Shaenette untuk kembali ke danau yang ada di penghujung perbatasan kerajaan. Afroid juga membukakan akses jalan.
Shaenette mengambil satu bunga mawar dan menyimpannya. Shaenette mungkin membutuhkan bunga itu nantinya.
Saat dirinya melangkah keluar, pakaian Shaenette berubah menjadi pakaian layaknya militer. Shaenette terkejut, kenapa dia secepat itu mengganti pakaian?
"Ah, aku lupa kalau sekarang aku dikerajaan peri." Shaenette tak mengambil pusing pun langsung bergegas menemui Afroid.
Mungkin saja kali ini pelajaran untuk berperang di mulai.
---OoooOo---Pesta kerajaan dimulai. Semua para putri dikumpulkan menjadi satu. Bahkan dari penjuru negeri kerajaan.
Pesta itu sangat mewah, bahkan banyak para desa membantunya menyiapkan pesta tersebut. Mereka tahu, jika hari ini adalah hari spesial untuk Pangerannya mencari permaisuri.
"Kau sangat tampan, anakku," kata Isabel, Ibu Lucas yang memuji ketampanan anaknya.
Lucas memberi hormat, tanda dia berterima kasih atas pujiannya.
"Sebentar lagi kau akan menemukan pujaan hatimu, Lucas. Aku bangga denganmu."
"Terima kasih, Bu."
Tak lama, Ayahnya masuk ke dalam kamar Lucas. Dia membawa satu pesan dari bangsa Peri langit yang memberitahu jika diantara banyaknya putri yang datang, tidak ada satupun calon permaisurinya.
Di dalam surat itu terdapat foto blur seorang putri yang tertidur di sebuah goa dan dijaga oleh sihir. Putri itu adalah jodoh Lucas.
"Bagaimana bisa, Ayah?" tanya Lucas.
"Kau harus menemukan dia, Lucas. Waktumu tidak banyak, sebelum peperangan terjadi."
"Bagaimana aku bisa menemukannya, Ayah? Foto ini tidak jelas, tidak ada kriteria khusus untuk bisa kukenali."
"Gadis ini sangat menyukai mawar, dia memiliki bola mata indah brunella dengan rambut keriting gantung. Gadis ini juga sangat pandai berperang dan mengerti bahasa binatang."
Lucas melihat Ayahnya bingung. Hanya seperti itu saja? Semua putri bukankah memiliki kriteria yang sama? Apa bedanya?
"Waktumu tersisa 40 hari."
"Bagaimana jika aku tidak menemukan Queen itu?" tanya Lucas.
"Seolth Kingdom akan musnah, karena Harei akan berkuasa dikerajaan kita."
Lucas terdiam.
Lucas tahu siapa Harei, penyihir yang sangat kejam dan terobsesi memiliki dunia. Lucas tidak akan membiarkannya mengambil Seolth Kingdom begitu saja."Kau pasti bisa, Anakku. Aku percaya padamu. Kau pandai berburu. Kau cari saja setiap goa di dalam hutan, siapa tau kau bertemu dengan Permaisurimu," kata Isabel lagi.
Lucas mengangguk paham.
"Aku akan memberikanmu sebuah senapan untuk melawan binatang buas yang ada di dalam hutan. Aku juga akan memberikanmu ramuan racun, jika kau mengalami keracunan karena hewan yang terdapat di dalam goa-goa hutan."
"Baik, Ayah. Terima kasih."
Setelah itu, Lucas memejamkan matanya untuk memanggil binatang peliharaannya. Dia juga berbicara telepati dengan seseorang yang bertapa di dalam hutan.
"Lucas akan pergi setelah matahari terbit pagi nanti, Ayah, Ibu."
Isabel dan suami mengangguk.
"Sekarang, sambutlah para Putri diluar sana, Lucas."
"Baik, Bu."
Lucas diikuti Ayah, Ibunya pun keluar kembali menuju tempat acara. Lucas akan berkenalan dengan para putri yang datang, namun dia tidak akan membahas pernikahan. Lucas sudah tahu, jodohnya tidak datang.
Aku akan mencarimu, Queen.
---OooooOo---
Pangeran Denvio hanya terdiam di teras kamarnya. Dia memikirkan nasib Zeline yang disandra oleh Raja Agezo. Denvio ingin sekali membantu Zeline keluar, tapi Ayahnya selalu melarang.
Denvio tahu, jika dirinya berulah, seluruh keluarganya akan mati. Bahkan rakyatnya juga akan menderita karena siksaan Harei.
Denvio menghela nafasnya lagi. Dia mengingat masa-masa dirinya bersama dengan Zeline. Denvio sangat merindukan kekasihnya itu.
"Jika waktunya sudah tepat, aku akan membantumu, putri Zeline."
Deandrre yang melihat putranya melamun pun masuk.
"Ayahanda," panggil Denvio.
"Kau memikirkan Putri Zeline, Putraku?" tanya Deandrre.
Denvio terdiam sejenak, lalu mengangguk.
"Kau tahu, konsekuensi apa yang akan kamu dapatkan jika melanggar perjanjian yang Ayah buat kepada Harei?" tanya Deandrre lagi.
"Aku tahu, Ayah. Aku hanya memikirkan Zeline saja. Aku merindukannya dan merasakan jika Zeline sangat menderita."
Deandrre menepuk bahu Denvio, kemudian tersenyum kecil.
"Apa tidak ada cara lain untuk menyelamatkan Zeline dan Ibunya, Ayah?" tanya Denvio.
"Ada. Setelah 40 hari akan terjadi perang antara bangsa Witch dengan salah satu putri kerajaan Paper Royal Castle."
"Maksud ayah apa?" tanya Denvio tidak mengerti.
"Malaikat turun ke bumi untuk memerintahkan seluruh bangsa Elf dan Witch baik mempersiapkan diri menyambut kehadiran Putri dari tiga kerajaan."
"Siapa Putri itu, Ayah?"
"Sampai saat ini Ayah tidak tahu siapa nama putri itu, namun Ayah tahu jika dia sedang mendapatkan kutukan dari Harei."
Denvio diam kembali.
"Kau harus bisa menemukan ratu itu, Denvio. Jika kau bisa menjadikannya istri, kau akan mendapatkan tahta yang luar biasa," kata Deandrre lagi.
Denvio menggeleng cepat. Tidak mungkin dia menghianati Zeline. Dia sangat mencintai Zeline.
"Putri ini memiliki kecantikan alami. Semua Pangeran berlomba mengejar Putri ini agar bisa menjadi istrinya. Ayah harap, kau bisa mendapatkannya, Denvio."
"Aku tidak mungkin menghianati Putri Zeline, Ayah."
"Kau bisa menjadikan Putri Zeline istri keduamu, Denvio. Kau akan mendapatkan apa pun yang kau mau jika kau menikahi putri ini."
"Bagaimana bisa, Ayah? Aku tidak gampang untuk jatuh cinta."
"Putri ini memiliki kecantikan luar biasa. Dia sangat cantik, karena auranya berasal dari Dewa dan bangsa peri. Kau akan merasakan jatuh cinta jika kau bertemu dengannya, Putraku."
Denvio diam.
"Sekarang semua Pangeran berlomba mencari Putri itu."
"Di mana aku bisa menemukan gadis itu, Ayah?" tanya Denvio.
"Aku tidak tahu persis lokasinya di mana, Putraku. Hanya saja, sekarang Putri itu berada di sebuah goa dengan sihir yang Harei buat."
Denvio diam. Apa dia bisa mematahkan sihir Harei yang sangat kuat?
"Aku akan memberikanmu kristal ajaib. Itu yang akan membantu jalanmu untuk mencari Putri itu."
Denvio kembali diam. Tidak menyangka jika Ayahnya akan memberikan kristal ajaib untuknya, padahal Denvio tahu, seberapa berharga kristal ajaib itu.
"Apa setelah aku menemukan Putri itu, aku bisa menyelamatkan Zeline?" tanya Denvio.
"Ya."
"Ayah, kalau begitu, aku akan berkuda mencari keberadaan Putri itu."
Deandrre mengangguk dan tersenyum.
"Restui aku, supaya aku menemukan Putri itu."
"Ayah selalu merestuimu, Denvio."
Bersambung ....
Shaenette terus berlatih bersama Afroid dan Lucia. Dari belajar memanah, berpedang, hingga menikam musuh dari belakang.Shaenette juga belajar untuk menghapal banyak mantra dan juga kekuatan yang dimiliki bangsa Elf."Semakin hari kau semakin bersemangat, Shaenette. Kau terlihat sangat ahli dengan pedang-pedangmu itu," kata Lucia.Shaenette tersenyum."Kau masih memiliki kekurangan Shaenette. Kau belum bisa menciptakan pedang dari tangkai bunga mawar yang aku suruh," sambung Afroid.Shaenette menghela nafasnya."Bagaimana bisa aku menciptakan pedang dari tongkat mawar, Raja. Semua itu terasa mustahil," balas Shaenette putus asa."Kau bisa, Shaenette.""Bagaimana caranya?" tanya Shaenette."Aku tidak akan memberitahumu, Shaenette. Cobalah kau memikirkan cara sendiri."Shaenette berdecak sebal."Ayah, ini ada surat dari Dewa untuk Shaenette," kata Kie yang berlari
Shaenette melihat peta yang sudah diberikan Afroid. Dia terus mencari kerajaan Tumss untuk menyelesaikan misi. Dia yang dibantu Kie dan Rie merasa sangat berhati-hati.Mereka mengingat pesan Afroid, jika suatu saat para witch akan menemukan keberadaannya dan membuat mereka musnah."Berhenti, Shaenette," kata Kie yang melihat sebuah telapak kaki besar yang mengarah ke arah lautan Northen.Shaenette dan Rie melihat telapak kaki itu, kemudian mengucukurnya."Kaki ini besar sekali, tidak mungkin manusia memiliki telapak kaki sebesar ini," kata Rie.Shaenette diam. Dia mencoba menerawang, namun bayangannya seakan menutupi penglihatannya."Rie, coba kau lihat ke arah sana. Apa ada sesuatu?" kata Kie yang meminta Rie merubah dirinya menjadi naga kecil untuk melihat keadaan lautan Northen."Kau menggunakan wujud aslimu, Rie. Kau bisa celaka," kata Shaenette yang menahan Rie untuk pergi."
Afroid yang tengah menyiapkan semuanya untuk memulai berperang pun dihampiri Lucia."Afroid, kau akan mati jika melawan Harei," kata Lucia yang sangat takut jika Afroid mati di medan perang antara bangsa Witch, manusia dan Elf."Jangan khawatir, Lucia. Jika aku mati, Shaenette akan menjadi ratu dikerajaan kita."Lucia menatap Afroid sendu. Sungguh, dia belum siap berpisah dari Afroid. Sejak dulu, dia sangat mencintai Afroid, dan tidak ingin melihat Afroid tewas."Ragaku akan ada di dalam tubuh Shaenette, Lucia."Lucia menunduk. Air matanya terjatuh.Afroid yang menyadari itu pun langsung mendekat ke arah Lucia. Dia menghapus air mata Lucia dengan jemarinya."Jangan menangis, Lucia." Setelah mengucap itu, Lucia menatap dalam bola mata Afroid dan menciumnya.Afroid yang terkejut pun, mulai menerima ciuman Lucia. Mereka pun saling berciuman.----OooooO----Aaaaaaa!!!Sua
Zeline terdiam di samping Agezo yang tengah menatap kebun istana. Di sana dia melihat rakyatnya dipekerjakan secara paksa, bahkan anak kecil pun dijadikan budak.Zeline melirik Agezo sekilas. Dia tidak menyangka takdirnya akan seperti ini. Padahal Zeline sangat mencintai Denvio, tapi Agezo sengaja mengubah takdirnya."Jangan memikirkan laki-laki lain, Zeline. Kau akan menjadi milikku. Aku tidak ingin kau memikirkan laki-laki lain selainku," kata Agezo yang membaca pikiran Zeline.Zeline menghela nafasnya lagi."Kau milikku, Zeline." Agezo mendekatkan dirinya untuk mencium Zeline, namun Zeline mengalihkan wajahnya."Aku tidak ingin berciuman sebelum kita menikah, Agezo."Agezo mengernyit bingung."Aku akan menjadimu sepenuhnya setelah kita benar-benar menandatangani surat pernikahan kita."Agezo tersenyum kecil. Dia mengedipkan matanya. Merasa tergoda dengan apa yang Zeline ucapkan. Dia tidak sabar un
Kerajaan kertas awan, salah satu kerajaan yang memiliki nama lain Paper Royal Castle ini terletak di dalam hutan larangan. Paper Royal Castle memiliki seorang Raja dan Ratu yang selalu ramah dan bijaksana dalam mengatur rakyat-rakyatnya.Pemukiman di sekitar Paper Royal Castle juga tentram dan nyaman. Karena rakyat di sana memiliki tata krama terhadap tamu-tamu kerajaan ataupun tamu luar yang datang.Raja Agresto, dan Ratu Grittel memiliki putri kembar yang bernama Guenloie Grizelle Shaenette dan Zeline Zakeisha Grizelle.Shaenette memiliki paras cantik, namun sikap tertutupnya membuat semua rakyat selalu berpikir jika Shaenette adalah gadis sombong. Ia juga jarang mengikuti pertemuan Raja-Ratu kerajaan lainnya. Dan itu juga membuat nama Shaenette tidak terlalu dikenal oleh kerajaan lain.Sementara Zeline juga tak kalah cantik dibandingkan Shaenette. Ia memiliki sikap ramah kepada semua orang, selalu membantu rakyat berkebun, berk
Acara berlangsung meriah. Semua rakyat bahagia. Bahkan beberapa kerajaan juga merasa senang. Namun, seketika Raja Agresto mendapatkan kabar dari penasehatnya jika kerajaan sudah di serang oleh bangsa penyihir.Raja Agresto memilih untuk pulang untuk menghentikan perlawanan. Namun, sebuah panahan dari Harei, si penyihir kematian membuat Raja Agresto tewas saat itu juga.Deandrre yang menyaksikan itu hanya terdiam. Ia tidak ingin melibatkan diri berurusan dengan para penyihir itu. Denvio juga diam saja melihat Zeline di tarik paksa oleh salah satu penyihir yang terkenal kejam di kerajaannya.“Tutup semua pintu istana. Beri pengumuman kepada rakyat untuk tidak panik dan pergi dengan damai tanpa ada rasa takut. Jangan sampai penyihir itu murka dengan kerajaan kita!” Ucapan Deandrre membuat seluruh pengawalnya mengangguk paham dan menjalankan perintah.Ia menyuruh istrinya kembali ke kamar, dan membawa Denvio ke da
Zeline menangis saja.Ia tak sanggup menghadiri pesta yang akan dibuat penyihir jahat itu. Setelah kepergian sang Ayah, kini Zeline meratapi nasibnya.Ibunya sudah dijadikan istri, bahkan penyihir itu mengubah istananya menjadi Kingdom Of Darkness. Semua rakyat di sana memuja Agezo jika mereka ingin hidup damai. Mereka rela diperbudak, bahkan lebih parah mereka dilatih menjadi sosok kuat atau umpan untuk membunuh musuh-musuh kerajaan penyihir kegelapan.Shaenette…Ia mencari keberadaan Shaenette, saudari kembarnya. Sejak kepulangannya, Zeline tidak menemukan keberadaan Shaenette.“Where are you, Shaenette.” Zeline melihat pelayan yang sibuk membuat dekorasi pesta. Bahkan beberapa pengawal juga ikut dalam penyebaran undangan.“Cepatlah bersiap Zeline sebelum tuan Agezo menyeretmu dari kamar ini dengan pakaian kumuhmu itu!” Regar melempar baju itu ke arah Zeline tanpa gerakan lembut. Ya, sekarang Regar lebih berani dari sebel
Shaenette mencoba mencari cara, agar dia bisa membebaskan Clow. Bagaimanapun, Clow tidak bersalah dan dia tidak pantas dijadikan buruan. "Ayolah Tuan, lepaskan Kijangku," kata Shaenette lagi.Lucas melihat Shaenette dan menggeleng."Ayolah, Tuan.""Aku tidak akan melepaskannya. Lebih baik kau pergi dari hadapanku."Shaenette yang mulai kesal pun akhirnya merapalkan satu mantra yang membuat Lucas terpental beberapa meter darinya. Shaenettedengan cepat menolong Clow yang terluka parah."Kau!""Maafkan aku, Tuan. Aku terpaksa memakai mantra ini untuk melindungi temanku." Setelah itu, Shaenette pergi bersama Clow. Dia berlari memegang gaun panjangnya itu.Kie dan Rie yang melihat itu pun langsung membuka portal kerajaannya. Mereka membantu Shaenette yang masih tersenyum senang saat Lucas terlihat murka."Masuklah, Shaenette!"Shaenette mengangguk. Dia pun masuk ke dalam kerajaannya kembali bersama deng
Zeline terdiam di samping Agezo yang tengah menatap kebun istana. Di sana dia melihat rakyatnya dipekerjakan secara paksa, bahkan anak kecil pun dijadikan budak.Zeline melirik Agezo sekilas. Dia tidak menyangka takdirnya akan seperti ini. Padahal Zeline sangat mencintai Denvio, tapi Agezo sengaja mengubah takdirnya."Jangan memikirkan laki-laki lain, Zeline. Kau akan menjadi milikku. Aku tidak ingin kau memikirkan laki-laki lain selainku," kata Agezo yang membaca pikiran Zeline.Zeline menghela nafasnya lagi."Kau milikku, Zeline." Agezo mendekatkan dirinya untuk mencium Zeline, namun Zeline mengalihkan wajahnya."Aku tidak ingin berciuman sebelum kita menikah, Agezo."Agezo mengernyit bingung."Aku akan menjadimu sepenuhnya setelah kita benar-benar menandatangani surat pernikahan kita."Agezo tersenyum kecil. Dia mengedipkan matanya. Merasa tergoda dengan apa yang Zeline ucapkan. Dia tidak sabar un
Afroid yang tengah menyiapkan semuanya untuk memulai berperang pun dihampiri Lucia."Afroid, kau akan mati jika melawan Harei," kata Lucia yang sangat takut jika Afroid mati di medan perang antara bangsa Witch, manusia dan Elf."Jangan khawatir, Lucia. Jika aku mati, Shaenette akan menjadi ratu dikerajaan kita."Lucia menatap Afroid sendu. Sungguh, dia belum siap berpisah dari Afroid. Sejak dulu, dia sangat mencintai Afroid, dan tidak ingin melihat Afroid tewas."Ragaku akan ada di dalam tubuh Shaenette, Lucia."Lucia menunduk. Air matanya terjatuh.Afroid yang menyadari itu pun langsung mendekat ke arah Lucia. Dia menghapus air mata Lucia dengan jemarinya."Jangan menangis, Lucia." Setelah mengucap itu, Lucia menatap dalam bola mata Afroid dan menciumnya.Afroid yang terkejut pun, mulai menerima ciuman Lucia. Mereka pun saling berciuman.----OooooO----Aaaaaaa!!!Sua
Shaenette melihat peta yang sudah diberikan Afroid. Dia terus mencari kerajaan Tumss untuk menyelesaikan misi. Dia yang dibantu Kie dan Rie merasa sangat berhati-hati.Mereka mengingat pesan Afroid, jika suatu saat para witch akan menemukan keberadaannya dan membuat mereka musnah."Berhenti, Shaenette," kata Kie yang melihat sebuah telapak kaki besar yang mengarah ke arah lautan Northen.Shaenette dan Rie melihat telapak kaki itu, kemudian mengucukurnya."Kaki ini besar sekali, tidak mungkin manusia memiliki telapak kaki sebesar ini," kata Rie.Shaenette diam. Dia mencoba menerawang, namun bayangannya seakan menutupi penglihatannya."Rie, coba kau lihat ke arah sana. Apa ada sesuatu?" kata Kie yang meminta Rie merubah dirinya menjadi naga kecil untuk melihat keadaan lautan Northen."Kau menggunakan wujud aslimu, Rie. Kau bisa celaka," kata Shaenette yang menahan Rie untuk pergi."
Shaenette terus berlatih bersama Afroid dan Lucia. Dari belajar memanah, berpedang, hingga menikam musuh dari belakang.Shaenette juga belajar untuk menghapal banyak mantra dan juga kekuatan yang dimiliki bangsa Elf."Semakin hari kau semakin bersemangat, Shaenette. Kau terlihat sangat ahli dengan pedang-pedangmu itu," kata Lucia.Shaenette tersenyum."Kau masih memiliki kekurangan Shaenette. Kau belum bisa menciptakan pedang dari tangkai bunga mawar yang aku suruh," sambung Afroid.Shaenette menghela nafasnya."Bagaimana bisa aku menciptakan pedang dari tongkat mawar, Raja. Semua itu terasa mustahil," balas Shaenette putus asa."Kau bisa, Shaenette.""Bagaimana caranya?" tanya Shaenette."Aku tidak akan memberitahumu, Shaenette. Cobalah kau memikirkan cara sendiri."Shaenette berdecak sebal."Ayah, ini ada surat dari Dewa untuk Shaenette," kata Kie yang berlari
Hukuman demi hukuman didapati Zeline. Bahkan dia terus menangis memohon ampunan dari Regar, namun dengan teganya Regar terus saja mencambuknya.Zeline yang merasa sakit pun terduduk lemas tak berdaya. Dia menimang semua perkataan Regar untuk mengikuti apa yang Raja perintahkan."Lebih baik kau ikuti saja maunya Raja, Zeline. Kau tidak akan mendapatkan siksaan seperti ini," kata Regar dengan sikap angkuhnya.Zeline menggeleng saja. Daripada dia mengikuti apa yang Agezo perintahkan, lebih baik dia mati karena hukuman."Kau akan menderita dan Raja tidak akan membiarkanmu mati dengan cepat, Zeline."Zeline masih diam. Dia lemas untuk berbicara banyak hal dengan Regar. Baginya, sekarang semuanya hancur. Lebih baik dia menyusul Ayahnya yang sudah mati dibunuh Harei."Kau sangat keras kepala!"Zeline menangis saja. Dalam hati dia memohon agar Shaenette datang dan menyelamatinya.--OoooOo---
Shaenette mendapatkan hukuman dari Afroid karena melanggar peraturan kerajaan. Begitupun dengan Kie dan Rie. Dia mendapatkan hukuman tidak diperbolehkan keluar dari dalam kamarnya.Sementara Shaenette, Afroid mengajaknya mengelilingi Fairy Castle dan mengenalkan berbagai hewan yang ada di sana. Shaenette tersenyum senang saat semua hewan di sana menyambutnya dengan penuh bahagia.Afroid juga memberikan sekuntum mawar merah kepada Shaenette, guna untuk memberikan sedikit tentang masalalunya.Shaenette merasa tidak asing dengan bunga mawar dan kenangannya."Shaenette, kau sudah melanggar peraturan yang ada dikerajaan ini. Kau tahu, hukuman apa yang akan kau dapatkan?" tanya Afroid.Shaenette melihat Afroid, kemudian menggeleng. Shaenette menghela nafas, memang dirinya salah."Aku menerima hukuman itu, Raja."Afroid melihat manik mata Shaenette. Semuanya terlihat sendu."Tapi aku tidak
Shaenette mencoba mencari cara, agar dia bisa membebaskan Clow. Bagaimanapun, Clow tidak bersalah dan dia tidak pantas dijadikan buruan. "Ayolah Tuan, lepaskan Kijangku," kata Shaenette lagi.Lucas melihat Shaenette dan menggeleng."Ayolah, Tuan.""Aku tidak akan melepaskannya. Lebih baik kau pergi dari hadapanku."Shaenette yang mulai kesal pun akhirnya merapalkan satu mantra yang membuat Lucas terpental beberapa meter darinya. Shaenettedengan cepat menolong Clow yang terluka parah."Kau!""Maafkan aku, Tuan. Aku terpaksa memakai mantra ini untuk melindungi temanku." Setelah itu, Shaenette pergi bersama Clow. Dia berlari memegang gaun panjangnya itu.Kie dan Rie yang melihat itu pun langsung membuka portal kerajaannya. Mereka membantu Shaenette yang masih tersenyum senang saat Lucas terlihat murka."Masuklah, Shaenette!"Shaenette mengangguk. Dia pun masuk ke dalam kerajaannya kembali bersama deng
Zeline menangis saja.Ia tak sanggup menghadiri pesta yang akan dibuat penyihir jahat itu. Setelah kepergian sang Ayah, kini Zeline meratapi nasibnya.Ibunya sudah dijadikan istri, bahkan penyihir itu mengubah istananya menjadi Kingdom Of Darkness. Semua rakyat di sana memuja Agezo jika mereka ingin hidup damai. Mereka rela diperbudak, bahkan lebih parah mereka dilatih menjadi sosok kuat atau umpan untuk membunuh musuh-musuh kerajaan penyihir kegelapan.Shaenette…Ia mencari keberadaan Shaenette, saudari kembarnya. Sejak kepulangannya, Zeline tidak menemukan keberadaan Shaenette.“Where are you, Shaenette.” Zeline melihat pelayan yang sibuk membuat dekorasi pesta. Bahkan beberapa pengawal juga ikut dalam penyebaran undangan.“Cepatlah bersiap Zeline sebelum tuan Agezo menyeretmu dari kamar ini dengan pakaian kumuhmu itu!” Regar melempar baju itu ke arah Zeline tanpa gerakan lembut. Ya, sekarang Regar lebih berani dari sebel
Acara berlangsung meriah. Semua rakyat bahagia. Bahkan beberapa kerajaan juga merasa senang. Namun, seketika Raja Agresto mendapatkan kabar dari penasehatnya jika kerajaan sudah di serang oleh bangsa penyihir.Raja Agresto memilih untuk pulang untuk menghentikan perlawanan. Namun, sebuah panahan dari Harei, si penyihir kematian membuat Raja Agresto tewas saat itu juga.Deandrre yang menyaksikan itu hanya terdiam. Ia tidak ingin melibatkan diri berurusan dengan para penyihir itu. Denvio juga diam saja melihat Zeline di tarik paksa oleh salah satu penyihir yang terkenal kejam di kerajaannya.“Tutup semua pintu istana. Beri pengumuman kepada rakyat untuk tidak panik dan pergi dengan damai tanpa ada rasa takut. Jangan sampai penyihir itu murka dengan kerajaan kita!” Ucapan Deandrre membuat seluruh pengawalnya mengangguk paham dan menjalankan perintah.Ia menyuruh istrinya kembali ke kamar, dan membawa Denvio ke da