Selene dituduh berselingkuh dan bersekongkol dengan Pangeran kedua dalam upaya membunuh Kaisar. Dia pun dijatuhi hukuman mati akibat fitnah keji yang dipelopori oleh selir kesayangan Kaisar, Veronica. Ketika Selene berpikir hidupnya yang penuh penderitaan telah berakhir, dia malah dihadapkan dengan kenyataan bahwa dirinya kembali ke masa lalu setelah dieksekusi. Selene tidak menyangka akan kembali ke masa lalu setelah mati di tangan Helios, suaminya. Meski rasa sakit hati masih membelenggunya, dia sama sekali tidak tertarik dengan balas dendam. Jika Selene harus mengulang kembali masa depan, dibanding merasa pasrah dengan keadaan, Selene akan memastikan bahwa dirinya tidak akan lagi berurusan dengan Helios. Dia... akan menjadi kesatria terbaik di kekaisaran agar Helios tidak bisa membunuhnya.
View More“Kau langsung menjatuhkan hukuman mati, tanpa mau mendengar penjelasanku?”
Wanita itu menatap sosok tinggi di hadapannya dengan pandangan tidak percaya. Dia tidak tahu bagaimana cara mengungkapkan perasaannya saat ini. Keputusan sepihak Kaisar untuk menghukumnya dengan hukuman mati membuat Selene tidak sanggup lagi menahan luapan amarah dan kekecewaan di dalam hatinya. Dadanya terasa sangat sesak.
Pada akhirnya, tuduhan tak berdasar yang ditujukan kepada Selene berhasil mempengaruhi Kaisar hingga pria itu tidak segan untuk menghukumnya dengan hukuman mati. Berkat tuduhan perselingkuhan dan pengkhianatan yang ditujukan padanya, kehidupan Selene yang awalnya sudah hancur, kini luluh lantak tak berbekas.
“Pengkhianat menjijikan sepertimu sudah sepantasnya mati. Aku sudah muak melihat manusia lemah sepertimu,” ujar Kaisar dengan tatapan merendahkan.
Selene tidak pernah sekalipun berpikir untuk mengkhianati Kaisar meski dia bisa dan dia mampu.
Aku hanya mencoba untuk mencintaimu sepenuh hatiku. Kenapa semuanya jadi begini?!
Sejak kapan kehidupannya menjadi berantakan begini? Di mana letak kesalahannya?
Selene pun juga tidak tahu.
Namun, satu hal yang pasti, kini tiga tahun pernikahannya akan segera berakhir setelah hukuman mati dijatuhkan padanya. Selama sepersekian detik, memorinya dipaksa kembali pada kejadian beberapa bulan lalu.
"Pengkhianat sepertinya tidak boleh dibiarkan hidup, Yang Mulia!" tunjuk Veronica, selir kesayangan Kaisar. Wanita yang sejak tadi bergelayut manja di lengan Kaisar sambil menatap Selene dengan tatapan merendahkan.
"Kurung dia!" perintah Kaisar kepada para penjaga. Wajahnya sudah memerah menahan amarah.
Selene hanya bisa pasrah menerima segala perlakuan Kaisar kepadanya. Dia sadar betul bahwa apa pun yang dia katakan tidak akan mengubah pandangan Kaisar terhadap dirinya. Karena saat ini... hanya Veronica satu-satunya wanita yang akan didengar olehnya.
Para penjaga menyeret tubuh Selene dan menjebloskannya ke penjara bawah tanah yang gelap dan kotor. Tidak cukup dikurung, kedua tangan dan kaki Selene juga dirantai dengan rantai yang dingin dan karatan.
"Janin itu adalah hasil hubungan terlarangmu dengan pria lain. Jadi tidak ada alasan bagiku untuk mengampuninya."
"HELIOS!!!!" Amarah Selene tidak tertahan lagi.
Melihat pria yang berstatuskan suaminya tengah berdiri memeluk wanita lain dengan dirinya yang bersimpuh tidak berdaya membuatnya tidak tahan lagi.
Jika saja tangan dan kakinya tidak terikat rantai besi ini, Selene mungkin akan bangkit dan mencekik Helios hingga pria itu mati.
"Bagaimana mungkin kau tidak mengakui bayi ini sebagai anakmu?!! Aku tidak pernah tidur dengan lelaki mana pun selain denganmu! Kau sungguh tega membunuh darah dagingmu sendiri, ha!?"
Selene tidak tahu lagi bagaimana cara meluapkan amarahnya. Suara seraknya menjadi pertanda bahwa dia sudah cukup banyak bicara, tapi tidak ada satu pun kata yang masuk ke dalam telinga pria di depannya.
"Semua bukti sudah terkumpul dan membuktikan bahwa bayi itu bukanlah anakku! Kau sudah gila! Penyakit delusimu sudah tidak tertolong!" hardik Helios dengan raut jijik.
Bukti?! Bukti apa?!
Selene mengeratkan giginya penuh emosi. Jika yang dimaksud bukti adalah bukti palsu yang dibuat oleh Veronica si selir kesayangannya, maka Selene sungguh ingin mencekik kedua makhluk terkutuk di depannya itu.
Bagaimana mungkin pria itu percaya dengan bukti palsu?
Hanya karena dia dekat dengan pangeran kedua, bukan berarti mereka memiliki hubungan sejauh itu. Meskipun Helios tidak pernah mencintainya, tapi Selene tidak pernah sekali pun berniat mengkhianati pria itu. Sedalam apa pun luka yang pria itu torehkan padanya, Selene tetap setia padanya.
Selene tidak tahu bagaimana cara Veronica menghasut Helios untuk mempercayai kebohongannya. Namun, berkat kebohongan itulah Selene dihukum karena dianggap mengkhianati Kaisar dan bersekongkol dengan pangeran kedua dalam upaya melenyapkan Kaisar.
"Eksekusi dia!"
Suara lantang itu seolah menampar Selene kembali ke kenyataan.
Pada akhirnya, tidak hanya Selene saja, namun seluruh keluarganya juga ikut dijatuhi hukuman mati. Sebelum menerima hukuman, Selene dipaksa melihat satu persatu keluarganya meregang nyawa di bawah tiang pancung. Dia dipaksa melihat adegan pembantaian keluarganya dengan latar sorakan kebahagiaan dari seluruh hadirin yang melihat eksekusi itu.
Akhirnya semua akan segera berakhir. Kehidupan menyedihkanku ini… akhirnya akan segera berakhir.
Tidak ada lagi yang tersisa dari dirinya. Jiwanya sudah ikut mati beberapa saat yang lalu bersama ayah dan kakaknya. Sorot sedih yang awalnya terpampang di wajahnya kini berubah menjadi sorot kosong tak terbaca. Pisau yang menggantung di atas kepalanya itu akhirnya dijatuhkan.
Dalam hitungan detik, Selene bisa melihat tubuhnya sendiri.
Terikat. Lusuh. Penuh luka. Tidak berdaya.
Maafkan Ibu, Nak.
Hanya untaian kata maaf untuk janin di dalam rahimnya yang sanggup dia rapalkan sebelum malaikat maut benar-benar menjemputnya.
Tidak ada lagi perasaan yang tersisa di hati Selene, selain penyesalan.
Jika saja dia bisa menyelamatkan jabang bayinya sebelum eksekusi ini… jika saja dia tidak pernah terpilih menjadi permaisuri…. Jika saja dia tidak menerima undangan seleksi putri mahkota. Mungkin kehidupannya tidak akan berakhir tragis seperti ini.
Ibu seharusnya tidak menginjakkan kaki di istana ini!
Rasa sesal itu terus menghantuinya hingga saat-saat terakhirnya.
Bahkan di saat-saat terakhirnya, Selene tetap menerima tatapan dingin itu. Tatapan tanpa ampun yang sudah sering dia terima selama tiga tahun pernikahannya. Sebelum kepalanya menyentuh tanah, dia masih bisa melihat bagaimana raut Helios yang dipenuhi kebencian dan Veronica yang berdiri di sampingnya, menatapnya dengan senyum penuh kemenangan.
Satu hal yang Selene pelajari dari hidup menyedihkannya ini.
Seseorang yang lemah dan terlalu baik tidak akan bertahan di dalam neraka yang mereka sebut istana ini.
Kegelapan pekat menyelimuti Selene. Udara yang dinginnya menusuk sampai ke tulang terasa sangat menyesakkan. Setelah mendengar begitu banyak umpatan dan hinaan, kini tidak ada lagi suara yang bisa Selene dengar. Semuanya hening, benar-benar sepi. Rasanya seperti tenggelam di kolam keputusasaan yang dalam.
Ke mana jiwanya akan berlabuh setelah ini? Di mana ujung kesengsaraan ini berakhir? Selene sudah tidak peduli. Dia sudah tidak mengharapkan hidupnya lagi.
Apa aku sudah mati? Apakah akhirnya penderitaanku sudah berakhir?
Begitu banyak pertanyaan memenuhi kepala Selene.
Tubuhku terasa ringan.
Tubuh Selene yang awalnya berat kini perlahan mulai terasa ringan. Dia seperti melayang, merasakan sekujur tubuhnya mengambang di ruang hampa.
Selene masih memejamkan matanya. Tubuhnya yang merasa kedinginan, perlahan mulai merasakan kehangatan. Ujung jarinya yang kebas mulai merasakan sesuatu yang familiar, seolah sinar matahari sedang menyapanya perlahan dan menyelimuti tubuhnya dengan kehangatan.
Ini sangat nyaman. Kuharap aku bisa merasakan kehangatan ini selamanya.
Meskipun matanya terpejam, Selene bisa merasakan seseorang sedang memeluknya dengan erat. Kesadarannya yang mulai terkumpul meyakinkannya bahwa kehangatan yang dia rasakan berasal dari sosok yang kini merengkuhnya. Sebuah pelukan yang tidak pernah Selene rasakan selama hidupnya.
Siapa pun ini, tolong jangan lepaskan pelukanmu.
Nyaman.
Selene terlarut dalam buaian semu itu. Tangannya ingin bergerak membalas pelukan hangat itu, tapi tidak ada lagi tenaga yang tersisa di dalam tubuhnya. Dia bisa merasakan hembusan nafas yang hangat menerpa tengkuknya. Sosok yang sedang memeluknya ini mendekatnya kepalanya ke samping telinga Selene.
Harum.
"Apa pun yang terjadi, hiduplah sesuai kata hatimu. Semoga di kehidupan ini, kau bisa mendapatkan kebahagiaanmu."
Suara yang begitu lembut dan hangat itu menyapa indra pendengaran Selene dengan sangat sopan. Siapa suara perempuan yang sedang memeluknya ini? Kenapa rasanya begitu familiar?
Selene berharap bisa mendengarnya lagi setelah ini. Namun, saat Selene mencoba untuk bicara, udara di sekiarnya tiba-tiba menghilang. Nafasnya tercekat saat merasakan tubuhnya seperti dihempaskan ke dalam kolam yang berisi air yang dingin.
Tolong!!!
Selene tidak bisa bernafas. Mulutnya terbuka, tapi tidak bisa bersuara.
Tolong aku!!
Di tengah keputusasaan itu, tiba-tiba mata Selene terbuka lebar. Dia mendudukkan dirinya sambil menghirup nafas dalam-dalam. Nafanya yang terengah-engah terasa perih di dadanya.
Apa ini?
Selene mengedarkan pandangannya. Matanya menatap kondisi sekelilingnya yang terasa tidak asing. Saat nafasnya perlahan mulai normal, aroma manis seketika menyeruak menyapa indra penciumannya.
Kamar ini. Suasana ini. Aroma ini.
Tidak salah lagi!
"Ini kan kamar lamaku."
Berita kemenangan pertempuran di wilayah barat pun sampai di istana. "Begitu rupanya," ucap Kaisar setelah mendengar laporan dari salah satu prajurit pembawa pesan. "Kalau begitu siapkan pawai penyambutan untuk para prajurit yang kembali," perintah Kaisar pada penasihatnya. "Buat semeriah mungkin, mereka sudah bekerja keras mempertahankan wilayah barat." Jadi dia benar-benar kembali dengan selamat. Kaisar tersenyum misterius. Dia pun kemudian memerintahkan pengawalnya untuk memanggil Putra Mahkota dan Putri Mahkota terpilih. Tak lama kemudian Putra Mahkota dan Putri Mahkota pun menghadapnya. Keduanya membungkuk memberi hormat. "Persiapkan diri kalian, para prajurit yang memenangkan pertempuran di wilayah barat akan segera tiba, danLadyHyacinth...." Panggilan itu membuat Hyacinth mengangkat kepalanya menatap Kaisar. "Aku ingin memberimu tugas pertama sebagai putri mahkota." Putra Mahkota yang berdiri di sam
Akhirnya hari keberangkatan menuju Pyrgos pun tiba.Tidak pernah terbayangkan bahwa akan tiba saatnya bagi Duke Alpheratz melepas darah dagingnya menuju medan perang."Jaga dirimu baik-baik, Lene," ucapnya sembari memeluk erat putrinya. Rasanya berat sekali melepas putrinya ini. Bukannya Duke rela begitu saja melepas Lucas, tapi memang rasanya berbeda ketika dia harus melepas putri satu-satunya.Putrinya ini adalah peninggalan terakhir istrinya. Bagi Duke Alpheratz, tentu saja Selene lebih berharga dibanding permata sekalipun. Melepas Selene ke medan perang rasanya seperti melepas jantungnya sendiri ke kandang singa."Ayah juga. Jangan lupa makan dan istirahat yang cukup. Aku sudah minta Edward untuk menyembunyikan kertas pekerjaan Ayah, jika Ayah tidak mau berhenti bekerja."Tanpa Selene ketahui, Duke memang berniat lebih banyak menghabiskan waktu dengan bekerja. Meskipun bisa, dia yakin tidak akan bisa bersantai, karena pada saat itu perasaannya pasti akan sangat tidak tenang memiki
"Aku akan menawarkan tempat putri mahkota bagimu, jika nantinya Lady kembali dengan selamat tanpa luka yang berarti." Hah? Apa-apaan ini?! Susah payah dia menghindari seleksi, kenapa malah begini jadinya?! "Ya-yang Mulia..." Ini benar-benar di luar dugaannya. "Bagaimana mungkin saya melakukannya? Itu seperti tindakan curang. Semua putri bangsawan sedang berkompetisi dengan sepenuh hati agar bisa menjadi putri mahkota, tidak mungkin saya bisa menjadi putri mahkota dengan cara seperti ini." "Kenapa? Syarat yang kuajukan cukup sulit, bukan? Lady harus kembali dengan selamat," ucap Kaisar dengan seringaian misterius. Sialan! Dia meremehkanku! Selene cukup dibuat kesal dengan Kaisar yang sejak tadi memaksanya menjadi putri mahkota dan sekarang pria paruh baya itu bahkan meremehkannya dengan mengatakan seolah Selene tidak akan kembali dengan selamat. "Menurutku, syarat yang harus dipenuhi oleh Lady bahkan lebih sulit dibandingkan calon yang lain," ucap Kaisar dengan entengnya. "Jadi
Setelah 7 tahun mengasah kemampuan berpedangnya, kemampuan Selene akhirnya diakui oleh semua orang termasuk pihak kekaisaran.Kali ini Selene benar-benar kembali ke istana. Bukan sebagai calon putri mahkota, melainkan sebagai salah satu komandan pasukan perang yang sebentar lagi akan bertempur di medan perang.Meski memiliki peran yang berbeda, Selene tetap menerima atensi yang luar biasa sama seperti dulu. Di sepanjang langkahnya, tiap kali dia berpapasan dengan bangsawan atau pelayan, mereka selalu terpana melihatnya. Walaupun Selene sendiri tidak yakin mereka lebih terpesona dengannya atau dengan para pria yang berjalan bersamanya.Tepat seperti yang tertulis di undangan. Kekaisaran dengan hormat berniat menjamu para komandan pasukan yang sebentar lagi akan berangkat ke medan perang. Itulah mengapa kali ini dia tidak berjalan sendiri memasuki istana.Sebagai komandan pasukan berpangkat Letnan, dia memiliki serdadu yang dia pimpin sendiri. Bersama dengan para komandan lain, mereka a
Selene memekik begitu mendapati sesuatu di balik semak-semak itu. Seorang pria dengan jubah dan tudung kepala terduduk sambil memegang perutnya yang terluka. Selene sontak melompat dari lorong dan mendekati pria itu. "Apa Anda baik-baik saja?!" tanya Selene panik. "Apa menurutmu aku terlihat baik-baik saja?" Pria itu balik bertanya pada Selene, membuat Selene tersenyum canggung. Pria itu mengerang sambil memegang perutnya yang bersimbah darah. Membuat Selene semakin panik dan tidak tahu harus berbuat apa. "Tu—tunggu di sini sebentar, biar saya panggilkan seseorang yang bisa membantu." Saat Selene hendak berdiri, pria itu seketika menahan lengannya. "Jangan! Jangan coba-coba memanggil orang lain!" cegah pria itu. "Tapi Anda berdarah sangat parah! Kalau Anda kehabisan darah, Anda bisa mati di sini!" "Sudah kubilang jangan libatkan siapa pun. Kalau aku sampai ketahuan karenamu, aku tidak akan sengan untuk membunuhmu, apa kau mengerti?" ancam pria itu. Selene memandang pria bertu
Hari besar yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Selene memandang ke luar jendela dengan tatapan jenuh. "Hey, setidaknya tunjukkan sedikit semangatmu. Hari ini semua orang akan merayakan kedewasaanmu di istana. Kau mungkin akan menjadi pusat perhatian orang-orang di sana," celoteh Lucas yang duduk di depannya. Selene melirik Lucas dengan tatapan sinisnya. Ya, jika itu benar-benar terjadi, semua ini karena salahmu! Sama seperti dulu, kali ini Lucas juga menemaninya datang ke pesta debutante sebagai pasangannya. Pria itu tampak menawan dengan setelan baju formalnya dan gaya rambut yang ditata rapi ke belakang. Padahal sebelumnya Selene sudah mengingatkan Lucas agar tidak tampil mencolok supaya tidak menarik perhatian orang-orang, tapi bagi seseorang yang sudah terlahir dengan paras mempesona, tentu saja lebih sulit untuk tampil sederhana dibanding mencolok, bukan? "Jika kau ingin mencari calon istri, jangan datang bersamaku begini," gerutu Selene. "Sia-sia aku tampil biasa aja kalau
Selene dan teman-temannya sedang berada di bar. Mereka yang baru saja menyelesaikan latihan dan sparring, lalu memutuskan untuk pergi minum bir. Ini adalah pengalaman pertama bagi Selene pergi ke bar. Setelah selama sebulan penuh melakukan latihan untuk seleksi pendaftaran angkatan darat, dia akhirnya bisa sedikit bersantai. Selene membanting gelasnya dan mengusap bibirnya. BRAK! "Aaahhh!" Teman-temannya di sana sontak bertepuk tangan dan bersorak kegirangan merayakan bir pertama Selene diusia dewasanya. "Wah wah wah, sepertinya kita menemukan peminum andal selain Robert di sini!" "Apa ini? Kenapa dia lebih pandai meneguk bir daripada sebagian besar dari kalian?" Selene menanggapi komentar teman-temannya dengan senyum bangga. "Bagaimana rasa bir pertamamu setelah menginjak usia dewasa, Sel?" tanya Eric. Selene mengusap dagunya, tampak berpikir. "Hmm..." Dia menatap teman-temannya yang terdiam menunggu jawabannya dengan serius. "Luar biasa!" serunya, membuat teman-temannya k
Sudah 6 tahun sejak Selene menginjakkan kakinya di Akademi Pedang Galatyn dan kini gadis itu hampir menginjak usia 18 tahun. "Tidak kusangka gadis sepertimu benar-benar bisa bertahan di akademi sampai sekarang," celetuk Felix membuka percakapan. "Benar, gadis bangsawan lain mungkin sedang sibuk mempercantik diri, tapi kau malah mengayun pedang seperti gadis yang sudah menyerah dengan masa depannya," sambung Cedric. "Menurutmu bagaimana pesta debutante tahun ini akan dilaksanakan?" Selene yang masih sibuk dengan makan siangnya, sama sekali tidak tertarik dengan topik pembicaraan ini. "Entahlah, bukan urusanku," ucapnya acuh. Teman-teman Selene yang melihat respon tidak peduli dari gadis itu kemudian memandang satu sama lain. Pesta debutante adalah pesta yang diadakan untuk merayakan kedewasaan seorang gadis bangsawan ketika mencapai usia 18 tahun. Acara yang rutin diadakan oleh pihak kekaisaran ini adalah acara yang paling ditunggu setiap tahunnya, terlebih lagi bagi mereka yang g
"Kau harus mempersiapkan dirimu. Karena mulai sekarang kehidupan kerasmu akan dimulai di akademi ini."Awalnya Selene pikir kakaknya mengatakan hal itu hanya untuk menakutinya, tapi ternyata... kehidupan di akademi benar-benar seperti neraka!Setiap hari para siswa harus bangun sebelum matahari terbit dan melakukan pemanasan di lapangan. Setelah itu, mereka harus sarapan dengan makanan yang sudah disediakan oleh petugas kantin. Baru kemudian mereka akan mendapat pelajaran di kelas, sebelum akhirnya mereka akan berlatih pedang sampai sore hari. Begitulah rutinitas yang tampak simpel. Namun, kenyataannya lebih sulit dari yang dibayangkan.Selene menahan diri untuk tidak muntah meski makanannya benar-benar sudah naik lagi sampai ke mulutnya. Saat bel tanda selesai makan dibunyikan, gadis itu buru-buru berlari ke kamar mandi dan mengeluarkan makan malamnya."Kau memuntahkan makananmu lagi!" tegur Lucas yang entah sejak kapan berdiri di samping pintu kamar mandi.Selene mengusap mulut kasa
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments