Tiga hari berlalu begitu saja sejak terakhir Selene bertemu dengan Sir Nicholas. Hari yang telah disepakati akan menjadi hari evaluasi akhir bulan akhirnya datang juga.
"Kenapa ramai sekali di sini?" Banyak orang yang hadir di sekitar tempat latihan. Bukan hanya prajurit, tapi juga para pelayan yang bekerja di kediaman Alpheratz.
Selene mempersiapkan diri tanpa tahu apa rencana Sir Nicholas yang sebenarnya.
Saat gadis itu keluar ke arena tempat latihan, dia dibuat kaget dengan kehadiran ayah dan kakaknya di bangku penonton.
Apa-apaan ini?! Kenapa ramai sekali? Bahkan Ayah dan Kakak juga menonton?!
Selene dan Sir Nicholas keluar dari sisi arena yang berbeda.
"Sir Nicholas! Apa maksud semua ini?" seru Selene meminta penjelasan.
"Seperti yang bisa Lady lihat, mereka akan menjadi saksi kelahiran si anak ajaib! Ahli pedang berbakat yang langka! Calon kesatria di masa depan!" serunya dengan wajah semringah.
"Tapi sebelum itu, mari kita lihat apakah dia bisa memecahkan cangkang yang mengurungnya." Seketika raut Sir Nicholas berubah serius.
Selene masih tidak mengerti.
Bicara apa dia!? Anak ajaib? Memecahkan cangkang? Apa maksudnya?!
Pembicaraan absurd ini hampir saja membuat Selene lengah. Tanpa aba-aba, Sir Nicholas menyerangnya terlebih dulu. Suara pedang beradu memenuhi arena itu. Beberapa prajurit bersorak memberi semangat pada Selene, sedangkan sisanya melihat pertandingan itu dengan ekspresi harap-harap cemas.
Aturan dari pertandingan ini sangat sederhana. Kau hanya perlu melepaskan kain yang diikatkan di tubuh lawan—Selene mendapatkan kain berwarna merah, sedangkan Sir Nicholas mendapatkan kain berwarna ungu. Yang membuat pertandingan ini sulit adalah kau tidak boleh menyakiti lawanmu. Jika ada setetes darah yang keluar dari tubuh lawan, maka kau akan dianggap kalah.
Satu hal lagi yang membuat pertandingan ini menjadi semakin sulit, namun menarik. Kau boleh mengikatkan kainmu di mana pun, bahkan di batang leher sekalipun. Sama seperti yang Sir Nicholas lakukan.
Dia tidak main-main dengan kata-katanya! Dia benar-benar berniat mengalahkanku!
Orang awam mungkin akan menganggapnya tindakan curang. Namun, bagi mereka yang paham, ini merupakan strategi brilian. Karena memang tidak ada aturan yang mengatur hal ini.
Satu serangan cepat Sir Nicholas hampir saja mengenai kain yang Selene ikatkan di lengannya.
Sial!
Jika Selene tidak sigap menghindar, dia mungkin sudah kalah.
Perlu diingat jika Sir Nicholas bukanlah pelatih pedang sembarangan. Sebelum memilih pensiun, dulunya dia pernah bergabung dengan prajurit istana di bawah komando langsung dari Kaisar dan merupakan veteran militer dengan pangkat yang tinggi.
"Ayo, Lady Selene! Tunjukkan kemampuanmu yang sebenarnya! Aku tahu kau masih menahan diri!" Sir Nicholas mulai memprovokasinya.
Jujur saja, Selene paling benci diremehkan. Ucapan provokatif Sir Nicholas akhirnya malah menjadi dorongan bagi Selene untuk semakin serius. Dia menghela nafas pelan.
Selene merespon ucapan itu dengan serangan cepat dan hampir memojokkan Sir Nicholas. "Bagus! Tunjukkan dirimu yang sebenarnya! Tunjukkan bahwa tidak ada penghalang bahkan tembok beton sekalipun yang bisa menghentikanmu menjadi yang terhebat di antara yang paling hebat!!"
Pria paruh baya itu begitu menggebu ingin menunjukkan kemampuan terbaik Selene di hadapan semua orang yang menyaksikan pertarungan mereka. Dia sebenarnya tidak berniat untuk menyerang Selene dengan serius, tapi tampaknya gadis itu sendiri yang memaksanya untuk mengeluarkan kemampuan terbaiknya.
Pada akhirnya, tidak ada satu pun dari ucapan Sir Nicholas yang bisa Selene tangkap. Begitulah gadis ini ketika dia sudah bertarung dengan serius.
Dirinya seolah berada dalam ruang hampa. Tanpa udara, tanpa suara, tanpa cahaya, hanya ada dirinya dan pedang dalam genggamannya. Indranya akan menajam pada titik tertentu, pendengaran, pengelihatan, bahkan intuisinya. Semua indranya seolah mendukung Selene untuk fokus hanya pada satu tujuan, yaitu 'KEMENANGAN'.
SRETT!!
Selene berhasil merobek kain yang Sir Nicholas kenakan, tanpa menggoresnya sedikit pun. Selene menang. Dia menang telak.
Suara sorakan mulai kembali bisa dia dengar. Dia mengedarkan pandangan menatap sekelilingnya. Semua orang yang hadir di sana tampak merayakan kemenangannya.
"Selamat, Lady Selene," ucap Sir Nicholas mengulurkan tangan. Selene menyambut uluran tangan itu dengan ragu.
"Kau berhasil melewati penghalang terbesarmu," bisik Sir Nicholas sambil mengedipkan sebelah matanya.
Selene masih tidak mengerti.
Dibanding senang, dia lebih terlihat bingung dengan situasi ini. Baru saja dia ingin buka suara, Sir Nicholas lebih dulu memotongnya.
"Lihatlah! Hari ini, telah lahir ahli pedang yang akan memimpin para kesatria di masa depan! Kalian sudah melihatnya sendiri! Bagaimana kemampuan luar biasa yang dimilikinya!" Sir Nicholas kemudian berbalik. Menatap Duke Alpheratz yang tampak terkejut di tempat duduknya.
"Anda sudah melihatnya sendiri, Yang Mulia." Kali ini dia bicara dengan Duke. "Anda sudah melihat sendiri bagaimana kemampuan Lady Selene sebagai seorang ahli pedang."
Hal selanjutnya yang terjadi sungguh di luar perkiraan Selene. Sir Nicholas berlutut sambil menundukkan kepalanya. "Maka dari itu, saya mohon, Yang Mulia. Izinkan Lady Selene untuk belajar ilmu berpedang di akademi. Tanpa bermaksud merendahkan kemampuan prajurit Anda, tapi di sini tidak ada lagi lawan yang sepadan dengan kemampuannya sekarang."
Mulai terdengar suara bisikan dari para penonton di sana. Mereka setuju dengan perkataan Sir Nicholas. Tempat ini memang terlalu sempit untuk bakat luar biasa Selene.
"Saya bisa menjamin, Lady Selene akan berkembang lebih jauh jika Anda bersedia mengirimnya ke akademi."
Selene yang mulai mengerti situasinya, kemudian menatap Sir Nicholas yang masih berlutut. Pria itu hanya membalas tatapannya dengan senyum simpul penuh makna.
Jadi ini alasannya menggelar pertandingan untuk ditonton semua orang.
Sir Nicholas tahu, Duke Alpheratz tidak akan setuju dengan pendapatnya ini jika dia menyampaikannya secara langsung. Jadi beginilah caranya mendesak Duke untuk mengirim Selene ke akademi. Di hadapan semuanya, Selene telah membuktikan bahwa dirinya bisa terbang lebih tinggi. Dengan satu syarat, seseorang harus mengeluarkannya dari sangkar yang dia sebut rumah ini.
Semua orang sudah melihat bagaimana kemampuan Selene. Tidak ada lagi alasan bagi Duke untuk menyembunyikan Selene di balik tembok kokoh kediaman Alpheratz sekarang.
Suasana menjadi sangat intens. Keadaan menjadi hening, hanya bisikan-bisikan kecil yang terdengar. Hingga akhirnya Lucas lebih dulu buka suara, seolah mewakili ayahnya.
"Bagaimana Anda bisa yakin dengan kemampuannya sekarang, Selene bisa bersaing di akademi? Anda seharusnya tahu ada banyak bakat-bakat hebat di luar sana! Bakat-bakat yang bahkan tidak pernah Anda temui sebelumnya!"
Oh, baikah. Ada satu hal yang rupanya luput dari rencananya dan mungkin justru hal ini yang akan menggagalkan semuanya.
Dia lupa jika kemungkinan orang yang paling menentang pendapat ini bukanlah Duke, melainkan Lucas.
"Sebagai seseorang yang hanya diberi tugas mengajari adikku berpedang, tidakkah Anda pikir ini sudah terlalu melewati batas?"
Selene yang melihat Sir Nicholas dipojokkan oleh perkataan Lucas, mencoba untuk membelanya.
"Apanya yang melewati batas? Yang Sir Nicholas lakukan hanya menyampaikan pendapatnya agar aku bisa belajar lebih layak."
Lucas mendecih. "Belajar lebih layak? Membuatmu bersaing dengan dunia yang keras di luar sana, kau sebut itu belajar lebih layak?"
"Kau tidak pernah tahu hasilnya, jika kau tidak mencobanya! Apa salahnya jika aku belajar berpedang di akademi? Bukankah itu lebih baik daripada terus-terusan berlatih tanpa kejelasan di sini!"
"Berlatih tanpa kejelasan katamu? Apa kau tidak sadar jika yang kami lakukan untukmu adalah demi kebaikanmu?! Kami mencoba memberikan yang terbaik untukmu!"
"Kau sebut berlatih di gedung tua ini adalah yang terbaik untukku?" Selene tersenyum kecut. "Kau bercanda!"
"Selene!" timpal Duke. "Apa yang dikatakan kakakmu benar adanya! Kami tidak mau kau terluka! Kau tidak tahu apa yang akan kau hadapi di luar sana!"
"Apa kalian sungguh memandangku selemah itu? Apa kalian tidak lihat pertandingan barusan? Aku berhasil menang!" Selene mengangkat kain ungu yang berhasil dia robek. "Lihat! Aku berhasil mengalahkan guruku sendiri! Apa kalian tidak melihatnya?"
"Cukup, Selene! Keputusan kami sudah bulat, kami tidak akan mengirimmu ke akademi apa pun alasannya!"
Selene benar-benar tidak habis pikir dengan keputusan sepihak ini.
Ini sungguh tidak adil! Dia sudah membuktikan bahwa dia pantas mendapatkan yang lebih baik dari ini!
"Dasar hipokrit!" Selene tahu ini benar-benar bukan ucapan yang pantas dia katakan pada kakak atau ayahnya. Tidak hanya Duke dan Lucas, semua orang yang ada di sana memandang Selene dengan pandangan terkejut.
Mau bagaimana lagi, tapi dia sungguh tidak tahan!
"Kau mencoba menghalangiku untuk berkembang karena kau takut aku akan menandingimu, bukan?" ketus Selene.
Gadis itu meledek dengan seringai menyebalkan.
"Karena dibanding siapa pun di sini, kau adalah orang yang paling tahu kemampuan anak-anak di akademi. Bukan begitu, kakakku si ahli pedang terhebat di wilayah barat?" cibirnya.
Selene mencibir kakaknya dengan seringai menyebalkan. Gadis itu mengatakan semua apa adanya. Nyatanya, memang tidak ada yang lebih tahu realita kehidupan di akademi dibanding Lucas sendiri. Dia juga murid di sana! Lucas tidak bisa menutupi raut kesalnya. Apa-apaan dengan tuduhan tanpa dasar itu! Aku? Takut dengannya?! Dia pasti sudah gila! "Untuk apa aku takut padamu?" sanggahnya. "Oh sungguh? Hmm... kau pasti sangat percaya diri dengan kemampuanmu sampai-sampai meremehkanku begitu ya." "Hentikan, Selene!" sergah Duke memperingatkan. "Kalau begitu, bertarunglah denganku! Kita buktikan siapa yang lebih baik! Jika kau berhasil menang, maka aku akan menyerah untuk masuk ke akademi." Hah! Mana mungkin aku menyerah begitu saja! "Tapi jika aku yang menang, itu artinya aku memang pantas berada di sana karena telah berhasil mengalahkan salah satu murid terbaik di akademi. Bagaimana? Cukup adil, bukan?" Jika Selene dirasa tidak pantas masuk ke akademi hanya karena dianggap lemah, m
Selene dan Marie baru saja selesai mengecek barang-barang yang akan dibawa Selene ke akademi. "Lady... sepertinya saya belum siap berpisah dengan Anda," cicit Marie pelan. Selene berdiri di samping tumpukan kotak sambil melihat beberapa isinya. Dia menoleh menatap Marie yang tampak sedih. Dua hari lagi Selene akan berangkat menuju akademi. Selama belajar di sana, Selene harus tinggal di dalam asrama yang sudah disediakan. Jadi selama itu, Selene tidak akan pulang ke rumahnya kecuali pada saat libur musim panas dan libur musim dingin. Selene meraih tangan Marie dan menggenggamnya erat. "Jangan sedih Marie. Kalau kau sedih begini aku jadi sulit untuk pergi." Marie balas menggenggam tangan Selene lebih erat. "Lady... saya sudah melayani Anda sejak Anda masih kecil. Saya tidak menyangka jika perpisahan pertama kita adalah saat Lady pergi ke akademi pedang," ucap Marie semakin tidak tahan menahan air matanya. "Saya tahu ini semua untuk kebaikan Lady... tapi tetap saja rasanya sungguh
Duke Alpheratz dan beberapa pelayan kini berada di latar kediaman Alphertaz untuk melepas kepergian Selene dan Lucas menuju akademi."Aku benar-benar akan kesepian di rumah mulai sekarang," ujar Duke sembari memeluk Selene erat. Selama beberapa saat mereka terdiam di posisinya. Duke sama sekali tidak berniat melepaskan pelukannya."Ayah... bisa tolong lepaskan pelukannya," ucap Selene hampir tidak bisa bernafas karena pelukan erat dari ayahnya.Lucas yang melihat adegan emosional antara ayah dan adiknya itu hanya bisa menghela nafas pelan. "Tidak perlu berlebihan, Ayah. Lagipula Ayah juga tidak selalu berada di rumah. Ayah kan lebih sering melakukan perjalanan bisnis di luar kota daripada menemani Selene di rumah sebelumnya," celetuknya dengan santai.Selene menoleh kaget.Dia ini benar-benar tidak bisa membaca situasi, ya?Sontak Duke menatap Lucas dengan mata yang membelalak lebar."Kau ini kenapa? Apa kau iri karena Ayah tidak memelukmu seerat Selene saat dulu kau mau masuk ke akad
"Kau harus mempersiapkan dirimu. Karena mulai sekarang kehidupan kerasmu akan dimulai di akademi ini."Awalnya Selene pikir kakaknya mengatakan hal itu hanya untuk menakutinya, tapi ternyata... kehidupan di akademi benar-benar seperti neraka!Setiap hari para siswa harus bangun sebelum matahari terbit dan melakukan pemanasan di lapangan. Setelah itu, mereka harus sarapan dengan makanan yang sudah disediakan oleh petugas kantin. Baru kemudian mereka akan mendapat pelajaran di kelas, sebelum akhirnya mereka akan berlatih pedang sampai sore hari. Begitulah rutinitas yang tampak simpel. Namun, kenyataannya lebih sulit dari yang dibayangkan.Selene menahan diri untuk tidak muntah meski makanannya benar-benar sudah naik lagi sampai ke mulutnya. Saat bel tanda selesai makan dibunyikan, gadis itu buru-buru berlari ke kamar mandi dan mengeluarkan makan malamnya."Kau memuntahkan makananmu lagi!" tegur Lucas yang entah sejak kapan berdiri di samping pintu kamar mandi.Selene mengusap mulut kasa
Sudah 6 tahun sejak Selene menginjakkan kakinya di Akademi Pedang Galatyn dan kini gadis itu hampir menginjak usia 18 tahun. "Tidak kusangka gadis sepertimu benar-benar bisa bertahan di akademi sampai sekarang," celetuk Felix membuka percakapan. "Benar, gadis bangsawan lain mungkin sedang sibuk mempercantik diri, tapi kau malah mengayun pedang seperti gadis yang sudah menyerah dengan masa depannya," sambung Cedric. "Menurutmu bagaimana pesta debutante tahun ini akan dilaksanakan?" Selene yang masih sibuk dengan makan siangnya, sama sekali tidak tertarik dengan topik pembicaraan ini. "Entahlah, bukan urusanku," ucapnya acuh. Teman-teman Selene yang melihat respon tidak peduli dari gadis itu kemudian memandang satu sama lain. Pesta debutante adalah pesta yang diadakan untuk merayakan kedewasaan seorang gadis bangsawan ketika mencapai usia 18 tahun. Acara yang rutin diadakan oleh pihak kekaisaran ini adalah acara yang paling ditunggu setiap tahunnya, terlebih lagi bagi mereka yang g
Selene dan teman-temannya sedang berada di bar. Mereka yang baru saja menyelesaikan latihan dan sparring, lalu memutuskan untuk pergi minum bir. Ini adalah pengalaman pertama bagi Selene pergi ke bar. Setelah selama sebulan penuh melakukan latihan untuk seleksi pendaftaran angkatan darat, dia akhirnya bisa sedikit bersantai. Selene membanting gelasnya dan mengusap bibirnya. BRAK! "Aaahhh!" Teman-temannya di sana sontak bertepuk tangan dan bersorak kegirangan merayakan bir pertama Selene diusia dewasanya. "Wah wah wah, sepertinya kita menemukan peminum andal selain Robert di sini!" "Apa ini? Kenapa dia lebih pandai meneguk bir daripada sebagian besar dari kalian?" Selene menanggapi komentar teman-temannya dengan senyum bangga. "Bagaimana rasa bir pertamamu setelah menginjak usia dewasa, Sel?" tanya Eric. Selene mengusap dagunya, tampak berpikir. "Hmm..." Dia menatap teman-temannya yang terdiam menunggu jawabannya dengan serius. "Luar biasa!" serunya, membuat teman-temannya k
Hari besar yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Selene memandang ke luar jendela dengan tatapan jenuh. "Hey, setidaknya tunjukkan sedikit semangatmu. Hari ini semua orang akan merayakan kedewasaanmu di istana. Kau mungkin akan menjadi pusat perhatian orang-orang di sana," celoteh Lucas yang duduk di depannya. Selene melirik Lucas dengan tatapan sinisnya. Ya, jika itu benar-benar terjadi, semua ini karena salahmu! Sama seperti dulu, kali ini Lucas juga menemaninya datang ke pesta debutante sebagai pasangannya. Pria itu tampak menawan dengan setelan baju formalnya dan gaya rambut yang ditata rapi ke belakang. Padahal sebelumnya Selene sudah mengingatkan Lucas agar tidak tampil mencolok supaya tidak menarik perhatian orang-orang, tapi bagi seseorang yang sudah terlahir dengan paras mempesona, tentu saja lebih sulit untuk tampil sederhana dibanding mencolok, bukan? "Jika kau ingin mencari calon istri, jangan datang bersamaku begini," gerutu Selene. "Sia-sia aku tampil biasa aja kalau
Selene memekik begitu mendapati sesuatu di balik semak-semak itu. Seorang pria dengan jubah dan tudung kepala terduduk sambil memegang perutnya yang terluka. Selene sontak melompat dari lorong dan mendekati pria itu. "Apa Anda baik-baik saja?!" tanya Selene panik. "Apa menurutmu aku terlihat baik-baik saja?" Pria itu balik bertanya pada Selene, membuat Selene tersenyum canggung. Pria itu mengerang sambil memegang perutnya yang bersimbah darah. Membuat Selene semakin panik dan tidak tahu harus berbuat apa. "Tu—tunggu di sini sebentar, biar saya panggilkan seseorang yang bisa membantu." Saat Selene hendak berdiri, pria itu seketika menahan lengannya. "Jangan! Jangan coba-coba memanggil orang lain!" cegah pria itu. "Tapi Anda berdarah sangat parah! Kalau Anda kehabisan darah, Anda bisa mati di sini!" "Sudah kubilang jangan libatkan siapa pun. Kalau aku sampai ketahuan karenamu, aku tidak akan sengan untuk membunuhmu, apa kau mengerti?" ancam pria itu. Selene memandang pria bertu
Berita kemenangan pertempuran di wilayah barat pun sampai di istana. "Begitu rupanya," ucap Kaisar setelah mendengar laporan dari salah satu prajurit pembawa pesan. "Kalau begitu siapkan pawai penyambutan untuk para prajurit yang kembali," perintah Kaisar pada penasihatnya. "Buat semeriah mungkin, mereka sudah bekerja keras mempertahankan wilayah barat." Jadi dia benar-benar kembali dengan selamat. Kaisar tersenyum misterius. Dia pun kemudian memerintahkan pengawalnya untuk memanggil Putra Mahkota dan Putri Mahkota terpilih. Tak lama kemudian Putra Mahkota dan Putri Mahkota pun menghadapnya. Keduanya membungkuk memberi hormat. "Persiapkan diri kalian, para prajurit yang memenangkan pertempuran di wilayah barat akan segera tiba, danLadyHyacinth...." Panggilan itu membuat Hyacinth mengangkat kepalanya menatap Kaisar. "Aku ingin memberimu tugas pertama sebagai putri mahkota." Putra Mahkota yang berdiri di sam
Akhirnya hari keberangkatan menuju Pyrgos pun tiba.Tidak pernah terbayangkan bahwa akan tiba saatnya bagi Duke Alpheratz melepas darah dagingnya menuju medan perang."Jaga dirimu baik-baik, Lene," ucapnya sembari memeluk erat putrinya. Rasanya berat sekali melepas putrinya ini. Bukannya Duke rela begitu saja melepas Lucas, tapi memang rasanya berbeda ketika dia harus melepas putri satu-satunya.Putrinya ini adalah peninggalan terakhir istrinya. Bagi Duke Alpheratz, tentu saja Selene lebih berharga dibanding permata sekalipun. Melepas Selene ke medan perang rasanya seperti melepas jantungnya sendiri ke kandang singa."Ayah juga. Jangan lupa makan dan istirahat yang cukup. Aku sudah minta Edward untuk menyembunyikan kertas pekerjaan Ayah, jika Ayah tidak mau berhenti bekerja."Tanpa Selene ketahui, Duke memang berniat lebih banyak menghabiskan waktu dengan bekerja. Meskipun bisa, dia yakin tidak akan bisa bersantai, karena pada saat itu perasaannya pasti akan sangat tidak tenang memiki
"Aku akan menawarkan tempat putri mahkota bagimu, jika nantinya Lady kembali dengan selamat tanpa luka yang berarti." Hah? Apa-apaan ini?! Susah payah dia menghindari seleksi, kenapa malah begini jadinya?! "Ya-yang Mulia..." Ini benar-benar di luar dugaannya. "Bagaimana mungkin saya melakukannya? Itu seperti tindakan curang. Semua putri bangsawan sedang berkompetisi dengan sepenuh hati agar bisa menjadi putri mahkota, tidak mungkin saya bisa menjadi putri mahkota dengan cara seperti ini." "Kenapa? Syarat yang kuajukan cukup sulit, bukan? Lady harus kembali dengan selamat," ucap Kaisar dengan seringaian misterius. Sialan! Dia meremehkanku! Selene cukup dibuat kesal dengan Kaisar yang sejak tadi memaksanya menjadi putri mahkota dan sekarang pria paruh baya itu bahkan meremehkannya dengan mengatakan seolah Selene tidak akan kembali dengan selamat. "Menurutku, syarat yang harus dipenuhi oleh Lady bahkan lebih sulit dibandingkan calon yang lain," ucap Kaisar dengan entengnya. "Jadi
Setelah 7 tahun mengasah kemampuan berpedangnya, kemampuan Selene akhirnya diakui oleh semua orang termasuk pihak kekaisaran.Kali ini Selene benar-benar kembali ke istana. Bukan sebagai calon putri mahkota, melainkan sebagai salah satu komandan pasukan perang yang sebentar lagi akan bertempur di medan perang.Meski memiliki peran yang berbeda, Selene tetap menerima atensi yang luar biasa sama seperti dulu. Di sepanjang langkahnya, tiap kali dia berpapasan dengan bangsawan atau pelayan, mereka selalu terpana melihatnya. Walaupun Selene sendiri tidak yakin mereka lebih terpesona dengannya atau dengan para pria yang berjalan bersamanya.Tepat seperti yang tertulis di undangan. Kekaisaran dengan hormat berniat menjamu para komandan pasukan yang sebentar lagi akan berangkat ke medan perang. Itulah mengapa kali ini dia tidak berjalan sendiri memasuki istana.Sebagai komandan pasukan berpangkat Letnan, dia memiliki serdadu yang dia pimpin sendiri. Bersama dengan para komandan lain, mereka a
Selene memekik begitu mendapati sesuatu di balik semak-semak itu. Seorang pria dengan jubah dan tudung kepala terduduk sambil memegang perutnya yang terluka. Selene sontak melompat dari lorong dan mendekati pria itu. "Apa Anda baik-baik saja?!" tanya Selene panik. "Apa menurutmu aku terlihat baik-baik saja?" Pria itu balik bertanya pada Selene, membuat Selene tersenyum canggung. Pria itu mengerang sambil memegang perutnya yang bersimbah darah. Membuat Selene semakin panik dan tidak tahu harus berbuat apa. "Tu—tunggu di sini sebentar, biar saya panggilkan seseorang yang bisa membantu." Saat Selene hendak berdiri, pria itu seketika menahan lengannya. "Jangan! Jangan coba-coba memanggil orang lain!" cegah pria itu. "Tapi Anda berdarah sangat parah! Kalau Anda kehabisan darah, Anda bisa mati di sini!" "Sudah kubilang jangan libatkan siapa pun. Kalau aku sampai ketahuan karenamu, aku tidak akan sengan untuk membunuhmu, apa kau mengerti?" ancam pria itu. Selene memandang pria bertu
Hari besar yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Selene memandang ke luar jendela dengan tatapan jenuh. "Hey, setidaknya tunjukkan sedikit semangatmu. Hari ini semua orang akan merayakan kedewasaanmu di istana. Kau mungkin akan menjadi pusat perhatian orang-orang di sana," celoteh Lucas yang duduk di depannya. Selene melirik Lucas dengan tatapan sinisnya. Ya, jika itu benar-benar terjadi, semua ini karena salahmu! Sama seperti dulu, kali ini Lucas juga menemaninya datang ke pesta debutante sebagai pasangannya. Pria itu tampak menawan dengan setelan baju formalnya dan gaya rambut yang ditata rapi ke belakang. Padahal sebelumnya Selene sudah mengingatkan Lucas agar tidak tampil mencolok supaya tidak menarik perhatian orang-orang, tapi bagi seseorang yang sudah terlahir dengan paras mempesona, tentu saja lebih sulit untuk tampil sederhana dibanding mencolok, bukan? "Jika kau ingin mencari calon istri, jangan datang bersamaku begini," gerutu Selene. "Sia-sia aku tampil biasa aja kalau
Selene dan teman-temannya sedang berada di bar. Mereka yang baru saja menyelesaikan latihan dan sparring, lalu memutuskan untuk pergi minum bir. Ini adalah pengalaman pertama bagi Selene pergi ke bar. Setelah selama sebulan penuh melakukan latihan untuk seleksi pendaftaran angkatan darat, dia akhirnya bisa sedikit bersantai. Selene membanting gelasnya dan mengusap bibirnya. BRAK! "Aaahhh!" Teman-temannya di sana sontak bertepuk tangan dan bersorak kegirangan merayakan bir pertama Selene diusia dewasanya. "Wah wah wah, sepertinya kita menemukan peminum andal selain Robert di sini!" "Apa ini? Kenapa dia lebih pandai meneguk bir daripada sebagian besar dari kalian?" Selene menanggapi komentar teman-temannya dengan senyum bangga. "Bagaimana rasa bir pertamamu setelah menginjak usia dewasa, Sel?" tanya Eric. Selene mengusap dagunya, tampak berpikir. "Hmm..." Dia menatap teman-temannya yang terdiam menunggu jawabannya dengan serius. "Luar biasa!" serunya, membuat teman-temannya k
Sudah 6 tahun sejak Selene menginjakkan kakinya di Akademi Pedang Galatyn dan kini gadis itu hampir menginjak usia 18 tahun. "Tidak kusangka gadis sepertimu benar-benar bisa bertahan di akademi sampai sekarang," celetuk Felix membuka percakapan. "Benar, gadis bangsawan lain mungkin sedang sibuk mempercantik diri, tapi kau malah mengayun pedang seperti gadis yang sudah menyerah dengan masa depannya," sambung Cedric. "Menurutmu bagaimana pesta debutante tahun ini akan dilaksanakan?" Selene yang masih sibuk dengan makan siangnya, sama sekali tidak tertarik dengan topik pembicaraan ini. "Entahlah, bukan urusanku," ucapnya acuh. Teman-teman Selene yang melihat respon tidak peduli dari gadis itu kemudian memandang satu sama lain. Pesta debutante adalah pesta yang diadakan untuk merayakan kedewasaan seorang gadis bangsawan ketika mencapai usia 18 tahun. Acara yang rutin diadakan oleh pihak kekaisaran ini adalah acara yang paling ditunggu setiap tahunnya, terlebih lagi bagi mereka yang g
"Kau harus mempersiapkan dirimu. Karena mulai sekarang kehidupan kerasmu akan dimulai di akademi ini."Awalnya Selene pikir kakaknya mengatakan hal itu hanya untuk menakutinya, tapi ternyata... kehidupan di akademi benar-benar seperti neraka!Setiap hari para siswa harus bangun sebelum matahari terbit dan melakukan pemanasan di lapangan. Setelah itu, mereka harus sarapan dengan makanan yang sudah disediakan oleh petugas kantin. Baru kemudian mereka akan mendapat pelajaran di kelas, sebelum akhirnya mereka akan berlatih pedang sampai sore hari. Begitulah rutinitas yang tampak simpel. Namun, kenyataannya lebih sulit dari yang dibayangkan.Selene menahan diri untuk tidak muntah meski makanannya benar-benar sudah naik lagi sampai ke mulutnya. Saat bel tanda selesai makan dibunyikan, gadis itu buru-buru berlari ke kamar mandi dan mengeluarkan makan malamnya."Kau memuntahkan makananmu lagi!" tegur Lucas yang entah sejak kapan berdiri di samping pintu kamar mandi.Selene mengusap mulut kasa