Samar-samar Selene mendengar suara seorang pria memanggil-manggil namanya.
"Kakak?" lirihnya mencoba memastikan suara yang dia dengar benar suara kakaknya.
"Lene!"
Selene mengerjap memandang wajah familiar kakaknya yang menatapnya dengan tatapan khawatir.
"Bagian mana yang sakit? Dokter akan segera kemari, jadi tahanlah sebentar!" hebohnya seolah Selene sedang terluka parah.
Selene memandang wajah khawatir kakaknya dalam diam. Dulu, raut itu adalah raut yang sering dia lihat ketika kakaknya mengunjunginya di penjara bawah tanah. Bahkan di saat-saat terakhir kakaknya, pria itu tetap lebih mengkhawatirkan Selene dibanding dirinya yang sudah bersimpuh di bawah tiang pancung.
Membayangkannya kembali tanpa sadar membuat air mata Selene menetes.
"Astaga! Apa sesakit itu sampai kau menangis? Di mana dokternya! Kenapa lama sekali!?"
Kakak Selene, mengusap puncak kepalanya sembari terus membisikkan kalimat menenangkan.
"Tenang, ada aku di sini. Apa sungguh sesakit itu?"
Selene yang mulai sadar dengan kondisinya saat ini kemudian menyentuh tangan Lucas di kepalanya. "Aku tidak apa-apa," ucapnya sambil mencoba mendudukkan diri.
"Tunggu! Kau baru saja pingsan, jangan memaksakan dirimu, Lene."
Selene tersenyum mendengarnya. Namun, entah kenapa seolah ada perasaan lain yang terselip di balik ukiran senyumnya.
Maaf, kau jadi harus merasakan hukuman mati karena bersikeras membelaku.
Lucas Sebastian Alpheratz, putra sulung Duke Alpheratz yang merupakan seorang pewaris utama kediaman Alpheratz sekaligus prajurit terpandang di kekaisaran. Dia adalah seorang ahli pedang yang bisa dibilang hanya muncul sekali dalam 100 tahun. Berkat kemampuannya itulah, dia diangkat menjadi prajurit khusus yang bergerak langsung di bawah perintah Kaisar.
Lucas adalah sahabat dekat pangeran kedua di mana mereka pernah sama-sama bertarung di garis terdepan dalam ekspedisi yang dilakukan Kekaisaran Acharnes dalam rangka mempertahankan wilayah. Setidaknya itulah yang akan terjadi dalam 8 tahun kedepan.
"Sepertinya aku hanya kelelahan karena belajar terlalu larut," alibi Selene, masih memasang senyum manis di wajahnya.
Lucas menghela nafas. "Sudah kubilang 'kan, kau tidak perlu berusaha sekeras itu! Apa gunanya menjadi pintar tapi tubuhmu sakit-sakit begini!" omelnya.
Dalam hati Selene meruntuki mulutnya yang asal-asalan memberi alasan. Ah, pasti dia akan dapat ceramah lagi kali ini.
Meskipun begitu, sudah lama Selene tidak mendengar ocehan kakaknya. Sejauh yang dia ingat, hanya ucapan semangat dan doa untuk keselamatannya yang selalu kakaknya ucapkan setiap kali mereka berjumpa. Karena di kehidupannya dulu, Lucas adalah orang yang paling mengerti bahwa Selene tidak diberi kesempatan untuk merasakan kebahagiaan dan juga ketenangan dalam kehidupan pernikahannya.
Entah kenapa Selene tidak merasa keberatan jika harus mendengar kakaknya ini mengomel, setidaknya untuk saat ini.
Lucas merasa janggal dengan ekspresi adiknya yang menatapnya sambil tersenyum, membuat pria itu menempelkan tangannya ke dahi Selene. "Sepertinya terlalu banyak belajar membuat otakmu sedikit konslet," desisnya.
Selene yang mendengar itu kemudian menghempaskan tangan kakaknya dengan raut kesal. "Jahat sekali, sih!"
Lucas tertawa lalu memeluk adiknya sambil mengusap kepalanya pelan. "Aku hanya bercanda." Selene yang awalnya kesal, setelah mendapat pelukan hangat dari kakaknya kemudian menjadi luluh dan membalasnya.
Di saat bersamaan, dokter yang dipanggil untuk mengobati Selene datang dengan raut panik. Kakak-beradik itu seketika menoleh bersamaan. "Maaf saya terlambat! Saya akan segera mengobati Lady Sel-ene? Lho?"
Lucas menatap dokter itu dengan wajah datar. "Kau terlambat, adikku sudah sembuh."
. . .
Beberapa hari telah berlalu sejak Selene terbangun kembali ke masa lalu. Setelah melewati penderitaan tak berujung di kehidupannya yang lalu, Selene akhirnya mendapatkan kembali kehidupannya yang damai, aman, sejahtera, dan sentosa di kediaman Duke Alpheratz. Tidak ada yang berubah dari dirinya saat ini, ya... kecuali satu hal.
Para pelayan tampak berbisik satu sama lain.
"Kau dengar beritanya? Katanya Lady Selene sekarang tampak berbeda."
"Benar!"
"Tampak berbeda bagaimana?"
"Lady Selene jadi lebih sering tersenyum dan menyapa para pelayan."
"Yang benar?!"
"Benar! Aku melihatnya sendiri!"
Perubahan sikap Selene akhir-akhir ini menjadi topik pembicaraan para pelayan di rumahnya.
"Lady~ sepertinya belakangan ini Anda terlihat sangat senang, apa terjadi sesuatu yang tidak saya ketahui?" tanya Marie yang sedang menyisir rambut Selene di belakangnya.
Bukannya bermaksud kurang ajar, tapi memang sedekat itulah hubungan Marie dengan Selene.
"Memangnya kenapa?" Selene menoleh menatap Marie dengan raut polosnya.
"Uhh... saya mendengar beberapa obrolan pelayan akhir-akhir ini," ucapnya sambil menggaruk pipinya.
"Obrolan yang seperti apa?"
"Saya dengar mereka terkesan dengan sikap Anda belakangan ini."
Selene terdiam sejenak. "Benarkah?" Marie membalasnya dengan anggukan.
"Saya bahkan mendengar beberapa pelayan yang sempat Anda sapa sampai mematung di tempatnya karena terlalu kaget."
Selene terkekeh pelan. "Lalu menurutmu, perubahan sikapku merupakan hal yang baik atau buruk?"
"Tentu saja hal baik!" seru Marie penuh antusias. "Tapi, Lady...."
Selene memandang Marie lewat cermin, menunggu gadis itu melanjutkan kalimatnya.
"Sebenarnya kenapa akhir-akhir ini sikap Anda berubah?" tanyanya sedikit ragu. "Apa terjadi sesuatu yang tidak saya ketahui?" Ada nada kekhawatiran dalam suara Marie.
Selene terdiam. Bagaimana dia harus menjelaskan alasannya tanpa terlihat mengada-ada? Apa mungkin seseorang dapat berubah begitu saja dalam semalam?
"Aku hanya berpikir untuk lebih menikmati hidupku..." gumam Selene terdengar menggantung.
Ah, kalau aku bilang begitu, bukankah akan terdengar mencurigakan?
"Maksudku, aku ingin berteman dengan semua orang!" lanjutnya diiringi senyum polos.
Dengan tubuhnya yang masih berusia 12 tahun, Selene mencoba berpikir untuk mengatakan sesuatu yang sederhana agar tidak membuat Marie curiga. Cukup wajar bukan jika dia ingin berteman dengan semua orang?
"Ah, jadi begitu," angguk Marie tanpa curiga. "Sepertinya para pelayan akan sangat senang jika mendengar hal ini."
"Aku juga akan senang jika bisa mengenal mereka lebih dekat," ucap Selene tampak antusias.
Mencoba mengenal lebih dekat orang-orang di sekitarnya.... Sebenarnya Selene juga baru memikirkannya baru-baru ini setelah terbangun dari masa depan.
Dulu, Selene yang dibesarkan di kediaman Duke Alpheratz hampir tidak pernah keluar dari mansion dan jarang sekali bersosialisasi dengan putri bangsawan lain. Bukan karena sombong atau apa, Selene hanya tidak memiliki keberanian untuk berbincang dengan orang lain selain ayah dan kakaknya. Bahkan kepada para pelayan sekalipun, Selene selalu menutup diri pergaulan.
Namun, dia menyadarinya akhir-akhir ini. Dia tahu para pelayannya bukan bagian dari orang-orang yang mencoba menghancurkannya. Justru mereka sempat berusaha membela Selene ketika dia dijatuhi hukuman mati. Hanya saja, karena sikapnya yang tidak pernah terbuka, mereka tidak bisa membelanya lebih jauh. Tidak ada bukti konkret yang bisa mereka berikan untuk membuktikan ketidakbersalahannya.
Bagaimana mungkin selama ini aku tidak menyadari kebaikan orang-orang di sekitarku?
Pada akhirnya Selene sadar dan bersumpah bahwa di kehidupannya kali ini dia akan menjadi sosok yang lebih kuat. Sosok yang tidak mudah dihancurkan apalagi direndahkan oleh seseorang seperti Helios.
Selene, ingin berubah menjadi pribadi yang lebih baik dari dirinya yang dulu.
"Selesai! Anda tampak sangat cantik, Lady!" seru Marie setelah selesai menata rambut Selene. Bersamaan dengan itu, Kepala pelayan menyampaikan pesan bahwa makan malam akan dimulai 15 menit lagi. Setelah memastikan penampilannya, Selene segera bergegas menuju ruang makan. Seperti biasa, dia duduk berhadapan dengan kakaknya, tepat di depan Duke yang menempati ujung meja persegi panjang ini. "Lihatlah, adikku terlihat semakin menawan setiap harinya!" puji Lucas. "Walaupun... sepertinya selera berpakaianmu agak berubah, ya?" gumamnya pelan, masih mencoba menyesuaikan diri melihat adiknya yang tampak berbeda dari biasanya. "Apa aku terlihat aneh?" tanya Selene setelah melihat raut wajah Lucas. "Ah, tidak! Tidak! Siapa yang bilang kau aneh?! Adikku adalah gadis paling cantik di dunia!" sanggah Lucas cepat-cepat. Tapi... Kakak tampak tidak sungguh-sungguh mengatakannya. Ucapan Lucas benar-benar berbanding terbalik dengan ekspresi yang dia tunjukkan saat ini. Lagipula, Selene sebenarnya
Setelah berhari-hari mempertimbangkan semuanya dengan matang, Duke Alpheratz akhirnya mengizinkan Selene mengikuti kelas berpedang. Sejak Selene mengatakan secara terang-terangan tentang ketertarikannya pada ilmu berpedang, dia tak henti-hentinya 'meneror' ayahnya dengan mengirimkan beberapa kue kering dan makanan lainnya. Selene merasa ini hanya sebuah sogokan kecil agar ayahnya luluh dan mau mengabulkan permintaannya. Selene tahu bukan hal yang mudah untuk membujuk ayahnya menyetujui permintaannya kali ini. Namun di luar dugaan, usahanya itu rupanya berhasil! Segera setelah mengabulkan permintaan Selene, Duke kemudian mencarikan pelatih khusus untuk putrinya. Pria paruh baya itu, benar-benar memastikan keselamatan putrinya tanpa mengabaikan hal-hal kecil. Jadi akhirnya, Duke sendiri yang memilih perlengkapan berpedang putrinya termasuk baju pelindung, pedang, hingga ikat pinggang yang gadis itu kenakan. Selene menatap kotak-kotak yang baru saja diturunkan dari kereta dengan tata
Tiga hari berlalu begitu saja sejak terakhir Selene bertemu dengan Sir Nicholas. Hari yang telah disepakati akan menjadi hari evaluasi akhir bulan akhirnya datang juga."Kenapa ramai sekali di sini?" Banyak orang yang hadir di sekitar tempat latihan. Bukan hanya prajurit, tapi juga para pelayan yang bekerja di kediaman Alpheratz.Selene mempersiapkan diri tanpa tahu apa rencana Sir Nicholas yang sebenarnya.Saat gadis itu keluar ke arena tempat latihan, dia dibuat kaget dengan kehadiran ayah dan kakaknya di bangku penonton.Apa-apaan ini?! Kenapa ramai sekali? Bahkan Ayah dan Kakak juga menonton?!Selene dan Sir Nicholas keluar dari sisi arena yang berbeda."Sir Nicholas! Apa maksud semua ini?" seru Selene meminta penjelasan."Seperti yang bisa Lady lihat, mereka akan menjadi saksi kelahiran si anak ajaib! Ahli pedang berbakat yang langka! Calon kesatria di masa depan!" serunya dengan wajah semringah."Tapi sebelum itu, mari kita lihat apakah dia bisa memecahkan cangkang yang mengurun
Selene mencibir kakaknya dengan seringai menyebalkan. Gadis itu mengatakan semua apa adanya. Nyatanya, memang tidak ada yang lebih tahu realita kehidupan di akademi dibanding Lucas sendiri. Dia juga murid di sana! Lucas tidak bisa menutupi raut kesalnya. Apa-apaan dengan tuduhan tanpa dasar itu! Aku? Takut dengannya?! Dia pasti sudah gila! "Untuk apa aku takut padamu?" sanggahnya. "Oh sungguh? Hmm... kau pasti sangat percaya diri dengan kemampuanmu sampai-sampai meremehkanku begitu ya." "Hentikan, Selene!" sergah Duke memperingatkan. "Kalau begitu, bertarunglah denganku! Kita buktikan siapa yang lebih baik! Jika kau berhasil menang, maka aku akan menyerah untuk masuk ke akademi." Hah! Mana mungkin aku menyerah begitu saja! "Tapi jika aku yang menang, itu artinya aku memang pantas berada di sana karena telah berhasil mengalahkan salah satu murid terbaik di akademi. Bagaimana? Cukup adil, bukan?" Jika Selene dirasa tidak pantas masuk ke akademi hanya karena dianggap lemah, m
Selene dan Marie baru saja selesai mengecek barang-barang yang akan dibawa Selene ke akademi. "Lady... sepertinya saya belum siap berpisah dengan Anda," cicit Marie pelan. Selene berdiri di samping tumpukan kotak sambil melihat beberapa isinya. Dia menoleh menatap Marie yang tampak sedih. Dua hari lagi Selene akan berangkat menuju akademi. Selama belajar di sana, Selene harus tinggal di dalam asrama yang sudah disediakan. Jadi selama itu, Selene tidak akan pulang ke rumahnya kecuali pada saat libur musim panas dan libur musim dingin. Selene meraih tangan Marie dan menggenggamnya erat. "Jangan sedih Marie. Kalau kau sedih begini aku jadi sulit untuk pergi." Marie balas menggenggam tangan Selene lebih erat. "Lady... saya sudah melayani Anda sejak Anda masih kecil. Saya tidak menyangka jika perpisahan pertama kita adalah saat Lady pergi ke akademi pedang," ucap Marie semakin tidak tahan menahan air matanya. "Saya tahu ini semua untuk kebaikan Lady... tapi tetap saja rasanya sungguh
Duke Alpheratz dan beberapa pelayan kini berada di latar kediaman Alphertaz untuk melepas kepergian Selene dan Lucas menuju akademi."Aku benar-benar akan kesepian di rumah mulai sekarang," ujar Duke sembari memeluk Selene erat. Selama beberapa saat mereka terdiam di posisinya. Duke sama sekali tidak berniat melepaskan pelukannya."Ayah... bisa tolong lepaskan pelukannya," ucap Selene hampir tidak bisa bernafas karena pelukan erat dari ayahnya.Lucas yang melihat adegan emosional antara ayah dan adiknya itu hanya bisa menghela nafas pelan. "Tidak perlu berlebihan, Ayah. Lagipula Ayah juga tidak selalu berada di rumah. Ayah kan lebih sering melakukan perjalanan bisnis di luar kota daripada menemani Selene di rumah sebelumnya," celetuknya dengan santai.Selene menoleh kaget.Dia ini benar-benar tidak bisa membaca situasi, ya?Sontak Duke menatap Lucas dengan mata yang membelalak lebar."Kau ini kenapa? Apa kau iri karena Ayah tidak memelukmu seerat Selene saat dulu kau mau masuk ke akad
"Kau harus mempersiapkan dirimu. Karena mulai sekarang kehidupan kerasmu akan dimulai di akademi ini."Awalnya Selene pikir kakaknya mengatakan hal itu hanya untuk menakutinya, tapi ternyata... kehidupan di akademi benar-benar seperti neraka!Setiap hari para siswa harus bangun sebelum matahari terbit dan melakukan pemanasan di lapangan. Setelah itu, mereka harus sarapan dengan makanan yang sudah disediakan oleh petugas kantin. Baru kemudian mereka akan mendapat pelajaran di kelas, sebelum akhirnya mereka akan berlatih pedang sampai sore hari. Begitulah rutinitas yang tampak simpel. Namun, kenyataannya lebih sulit dari yang dibayangkan.Selene menahan diri untuk tidak muntah meski makanannya benar-benar sudah naik lagi sampai ke mulutnya. Saat bel tanda selesai makan dibunyikan, gadis itu buru-buru berlari ke kamar mandi dan mengeluarkan makan malamnya."Kau memuntahkan makananmu lagi!" tegur Lucas yang entah sejak kapan berdiri di samping pintu kamar mandi.Selene mengusap mulut kasa
Sudah 6 tahun sejak Selene menginjakkan kakinya di Akademi Pedang Galatyn dan kini gadis itu hampir menginjak usia 18 tahun. "Tidak kusangka gadis sepertimu benar-benar bisa bertahan di akademi sampai sekarang," celetuk Felix membuka percakapan. "Benar, gadis bangsawan lain mungkin sedang sibuk mempercantik diri, tapi kau malah mengayun pedang seperti gadis yang sudah menyerah dengan masa depannya," sambung Cedric. "Menurutmu bagaimana pesta debutante tahun ini akan dilaksanakan?" Selene yang masih sibuk dengan makan siangnya, sama sekali tidak tertarik dengan topik pembicaraan ini. "Entahlah, bukan urusanku," ucapnya acuh. Teman-teman Selene yang melihat respon tidak peduli dari gadis itu kemudian memandang satu sama lain. Pesta debutante adalah pesta yang diadakan untuk merayakan kedewasaan seorang gadis bangsawan ketika mencapai usia 18 tahun. Acara yang rutin diadakan oleh pihak kekaisaran ini adalah acara yang paling ditunggu setiap tahunnya, terlebih lagi bagi mereka yang g
Berita kemenangan pertempuran di wilayah barat pun sampai di istana. "Begitu rupanya," ucap Kaisar setelah mendengar laporan dari salah satu prajurit pembawa pesan. "Kalau begitu siapkan pawai penyambutan untuk para prajurit yang kembali," perintah Kaisar pada penasihatnya. "Buat semeriah mungkin, mereka sudah bekerja keras mempertahankan wilayah barat." Jadi dia benar-benar kembali dengan selamat. Kaisar tersenyum misterius. Dia pun kemudian memerintahkan pengawalnya untuk memanggil Putra Mahkota dan Putri Mahkota terpilih. Tak lama kemudian Putra Mahkota dan Putri Mahkota pun menghadapnya. Keduanya membungkuk memberi hormat. "Persiapkan diri kalian, para prajurit yang memenangkan pertempuran di wilayah barat akan segera tiba, danLadyHyacinth...." Panggilan itu membuat Hyacinth mengangkat kepalanya menatap Kaisar. "Aku ingin memberimu tugas pertama sebagai putri mahkota." Putra Mahkota yang berdiri di sam
Akhirnya hari keberangkatan menuju Pyrgos pun tiba.Tidak pernah terbayangkan bahwa akan tiba saatnya bagi Duke Alpheratz melepas darah dagingnya menuju medan perang."Jaga dirimu baik-baik, Lene," ucapnya sembari memeluk erat putrinya. Rasanya berat sekali melepas putrinya ini. Bukannya Duke rela begitu saja melepas Lucas, tapi memang rasanya berbeda ketika dia harus melepas putri satu-satunya.Putrinya ini adalah peninggalan terakhir istrinya. Bagi Duke Alpheratz, tentu saja Selene lebih berharga dibanding permata sekalipun. Melepas Selene ke medan perang rasanya seperti melepas jantungnya sendiri ke kandang singa."Ayah juga. Jangan lupa makan dan istirahat yang cukup. Aku sudah minta Edward untuk menyembunyikan kertas pekerjaan Ayah, jika Ayah tidak mau berhenti bekerja."Tanpa Selene ketahui, Duke memang berniat lebih banyak menghabiskan waktu dengan bekerja. Meskipun bisa, dia yakin tidak akan bisa bersantai, karena pada saat itu perasaannya pasti akan sangat tidak tenang memiki
"Aku akan menawarkan tempat putri mahkota bagimu, jika nantinya Lady kembali dengan selamat tanpa luka yang berarti." Hah? Apa-apaan ini?! Susah payah dia menghindari seleksi, kenapa malah begini jadinya?! "Ya-yang Mulia..." Ini benar-benar di luar dugaannya. "Bagaimana mungkin saya melakukannya? Itu seperti tindakan curang. Semua putri bangsawan sedang berkompetisi dengan sepenuh hati agar bisa menjadi putri mahkota, tidak mungkin saya bisa menjadi putri mahkota dengan cara seperti ini." "Kenapa? Syarat yang kuajukan cukup sulit, bukan? Lady harus kembali dengan selamat," ucap Kaisar dengan seringaian misterius. Sialan! Dia meremehkanku! Selene cukup dibuat kesal dengan Kaisar yang sejak tadi memaksanya menjadi putri mahkota dan sekarang pria paruh baya itu bahkan meremehkannya dengan mengatakan seolah Selene tidak akan kembali dengan selamat. "Menurutku, syarat yang harus dipenuhi oleh Lady bahkan lebih sulit dibandingkan calon yang lain," ucap Kaisar dengan entengnya. "Jadi
Setelah 7 tahun mengasah kemampuan berpedangnya, kemampuan Selene akhirnya diakui oleh semua orang termasuk pihak kekaisaran.Kali ini Selene benar-benar kembali ke istana. Bukan sebagai calon putri mahkota, melainkan sebagai salah satu komandan pasukan perang yang sebentar lagi akan bertempur di medan perang.Meski memiliki peran yang berbeda, Selene tetap menerima atensi yang luar biasa sama seperti dulu. Di sepanjang langkahnya, tiap kali dia berpapasan dengan bangsawan atau pelayan, mereka selalu terpana melihatnya. Walaupun Selene sendiri tidak yakin mereka lebih terpesona dengannya atau dengan para pria yang berjalan bersamanya.Tepat seperti yang tertulis di undangan. Kekaisaran dengan hormat berniat menjamu para komandan pasukan yang sebentar lagi akan berangkat ke medan perang. Itulah mengapa kali ini dia tidak berjalan sendiri memasuki istana.Sebagai komandan pasukan berpangkat Letnan, dia memiliki serdadu yang dia pimpin sendiri. Bersama dengan para komandan lain, mereka a
Selene memekik begitu mendapati sesuatu di balik semak-semak itu. Seorang pria dengan jubah dan tudung kepala terduduk sambil memegang perutnya yang terluka. Selene sontak melompat dari lorong dan mendekati pria itu. "Apa Anda baik-baik saja?!" tanya Selene panik. "Apa menurutmu aku terlihat baik-baik saja?" Pria itu balik bertanya pada Selene, membuat Selene tersenyum canggung. Pria itu mengerang sambil memegang perutnya yang bersimbah darah. Membuat Selene semakin panik dan tidak tahu harus berbuat apa. "Tu—tunggu di sini sebentar, biar saya panggilkan seseorang yang bisa membantu." Saat Selene hendak berdiri, pria itu seketika menahan lengannya. "Jangan! Jangan coba-coba memanggil orang lain!" cegah pria itu. "Tapi Anda berdarah sangat parah! Kalau Anda kehabisan darah, Anda bisa mati di sini!" "Sudah kubilang jangan libatkan siapa pun. Kalau aku sampai ketahuan karenamu, aku tidak akan sengan untuk membunuhmu, apa kau mengerti?" ancam pria itu. Selene memandang pria bertu
Hari besar yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Selene memandang ke luar jendela dengan tatapan jenuh. "Hey, setidaknya tunjukkan sedikit semangatmu. Hari ini semua orang akan merayakan kedewasaanmu di istana. Kau mungkin akan menjadi pusat perhatian orang-orang di sana," celoteh Lucas yang duduk di depannya. Selene melirik Lucas dengan tatapan sinisnya. Ya, jika itu benar-benar terjadi, semua ini karena salahmu! Sama seperti dulu, kali ini Lucas juga menemaninya datang ke pesta debutante sebagai pasangannya. Pria itu tampak menawan dengan setelan baju formalnya dan gaya rambut yang ditata rapi ke belakang. Padahal sebelumnya Selene sudah mengingatkan Lucas agar tidak tampil mencolok supaya tidak menarik perhatian orang-orang, tapi bagi seseorang yang sudah terlahir dengan paras mempesona, tentu saja lebih sulit untuk tampil sederhana dibanding mencolok, bukan? "Jika kau ingin mencari calon istri, jangan datang bersamaku begini," gerutu Selene. "Sia-sia aku tampil biasa aja kalau
Selene dan teman-temannya sedang berada di bar. Mereka yang baru saja menyelesaikan latihan dan sparring, lalu memutuskan untuk pergi minum bir. Ini adalah pengalaman pertama bagi Selene pergi ke bar. Setelah selama sebulan penuh melakukan latihan untuk seleksi pendaftaran angkatan darat, dia akhirnya bisa sedikit bersantai. Selene membanting gelasnya dan mengusap bibirnya. BRAK! "Aaahhh!" Teman-temannya di sana sontak bertepuk tangan dan bersorak kegirangan merayakan bir pertama Selene diusia dewasanya. "Wah wah wah, sepertinya kita menemukan peminum andal selain Robert di sini!" "Apa ini? Kenapa dia lebih pandai meneguk bir daripada sebagian besar dari kalian?" Selene menanggapi komentar teman-temannya dengan senyum bangga. "Bagaimana rasa bir pertamamu setelah menginjak usia dewasa, Sel?" tanya Eric. Selene mengusap dagunya, tampak berpikir. "Hmm..." Dia menatap teman-temannya yang terdiam menunggu jawabannya dengan serius. "Luar biasa!" serunya, membuat teman-temannya k
Sudah 6 tahun sejak Selene menginjakkan kakinya di Akademi Pedang Galatyn dan kini gadis itu hampir menginjak usia 18 tahun. "Tidak kusangka gadis sepertimu benar-benar bisa bertahan di akademi sampai sekarang," celetuk Felix membuka percakapan. "Benar, gadis bangsawan lain mungkin sedang sibuk mempercantik diri, tapi kau malah mengayun pedang seperti gadis yang sudah menyerah dengan masa depannya," sambung Cedric. "Menurutmu bagaimana pesta debutante tahun ini akan dilaksanakan?" Selene yang masih sibuk dengan makan siangnya, sama sekali tidak tertarik dengan topik pembicaraan ini. "Entahlah, bukan urusanku," ucapnya acuh. Teman-teman Selene yang melihat respon tidak peduli dari gadis itu kemudian memandang satu sama lain. Pesta debutante adalah pesta yang diadakan untuk merayakan kedewasaan seorang gadis bangsawan ketika mencapai usia 18 tahun. Acara yang rutin diadakan oleh pihak kekaisaran ini adalah acara yang paling ditunggu setiap tahunnya, terlebih lagi bagi mereka yang g
"Kau harus mempersiapkan dirimu. Karena mulai sekarang kehidupan kerasmu akan dimulai di akademi ini."Awalnya Selene pikir kakaknya mengatakan hal itu hanya untuk menakutinya, tapi ternyata... kehidupan di akademi benar-benar seperti neraka!Setiap hari para siswa harus bangun sebelum matahari terbit dan melakukan pemanasan di lapangan. Setelah itu, mereka harus sarapan dengan makanan yang sudah disediakan oleh petugas kantin. Baru kemudian mereka akan mendapat pelajaran di kelas, sebelum akhirnya mereka akan berlatih pedang sampai sore hari. Begitulah rutinitas yang tampak simpel. Namun, kenyataannya lebih sulit dari yang dibayangkan.Selene menahan diri untuk tidak muntah meski makanannya benar-benar sudah naik lagi sampai ke mulutnya. Saat bel tanda selesai makan dibunyikan, gadis itu buru-buru berlari ke kamar mandi dan mengeluarkan makan malamnya."Kau memuntahkan makananmu lagi!" tegur Lucas yang entah sejak kapan berdiri di samping pintu kamar mandi.Selene mengusap mulut kasa