AMETHYST Pengantin Terkutuk

AMETHYST Pengantin Terkutuk

last updateLast Updated : 2024-07-12
By:  Red RubyOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 rating. 1 review
21Chapters
1.2Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Amy mendapatkan mimpi aneh setelah usianya menginjak sembilan belas tahun. Ia bahkan harus bertemu Rain, pria misterius yang seakan selalu terikat dengannya. Tak cukup sampai di situ, berbagai kejanggalan mulai mengusik hidupnya yang semula tenang. Munculnya kabut merah sebagai pembawa berita juga peringatan peramal tua yang mengatakan kematiannya telah dekat. Siapa yang akan mengira jika ternyata ia dan Rain adalah pengantin terkutuk. Mereka harus terjebak dalam siklus dua puluh tahun. Dua orang itu akan bertemu saat Amy berusia sembilan belas, dan setahun kemudian mereka akan dipisahkan oleh kematian. Tapi siapa yang telah mengutuk mereka? Mampukah Amy dan Rain memutus siklus dan hidup bahagia?

View More

Chapter 1

Paket Misterius

Awan biru yang cerah, wanita cantik dengan gaun panjang yang menutup mata kaki berdiri di bawah pohon berdaun jingga. Tak jauh dari tempatnya berdiri, tampak jurang menganga dengan dasar berwarna biru tua yang pekat.

Wanita itu menoleh, berharap sosok yang ia tunggu segera datang. Salah satu tangannya meremas gaun putih sementara tangan yang lain menggenggam dua tangkai bunga berkelopak biru.

Tak lama kemudian, muncul pria seusianya dari arah dataran yang lebih rendah. Rambut coklat tua berpadu dengan kulitnya yang putih pucat. Si wanita hendak mendekat, ekspresinya yang semula cemas kini terganti dengan senyum merekah. Namun pemandangan itu tidak bertahan lama, karena si pria justru mendorongnya menuju jurang. Tubuh itu melayang, sebelum menghilang di perairan laut yang dalam.

"Jangan!!"

Amy terbangun di ranjang kamarnya, tepat jam tiga dini hari. Peluh membanjiri dahi dan punggungnya hingga sebagian kaos merah muda yang sedang dikenakan menjadi basah.

Mimpi buruk yang telah menghantuinya selama seminggu terakhir kembali datang dan terasa lebih nyata. Wanita dengan rambut hitam sepunggung itu memutuskan untuk meminum segelas air dan melanjutkan tidur meski rasa kantuknya telah menghilang.

**

Sore yang sedikit mendung. Awan putih menggantung di antara kemilau langit yang keemasan. Dari sebuah rumah bergaya minimalis, terdengar kegaduhan yang menjadi rutinitas di jam yang sama hampir setiap harinya.

"Vel, bisa gak sih kalo mau pinjem sepatu bilang dulu? Mau aku pake hari ini ...." Amy, wanita cantik sembilan belas tahun mengomel pada seseorang melalui ponsel tipis yang sedang menempel di telinganya.

"Sorry, My. Cuma sepatumu yang pas sama outfitku sekarang. Please jangan marah, aku traktir deh besok," sahut wanita sebaya dari seberang.

"Traktir apa?" tanya Amy gemas. Ia yakin jawabannya akan mengecewakan.

"Duit lagi nipis, mie instan ajalah. Udah ya, bye."

Amy menatap layar ponsel tak percaya. Panggilan benar-benar terputus. Wanita itu mengusap wajah kasar, kesal karena harus memutar otak di saat seharusnya ia telah berada di kafe tempatnya bekerja.

Mau tak mau ia harus memakai sepatunya yang lain, meski sedikit basah karena semalam ia kehujanan ketika pulang dari kafe. Wanita itu mencomot buah apel di meja makan dan memasukkan ke tas selempangnya sebelum menuju pintu keluar rumah.

Saat membuka pintu, netranya menangkap sesuatu yang teronggok di teras. Sebuah paket berukuran sedang terbungkus kertas cokelat dan bertuliskan namanya.

"Amy Ivory? Ini buat aku?" Amy membolak-balik kotak itu, mencari nama pengirim. Namun tak ia temukan di mana pun.

Bunyi ponsel pada tasnya membuat Amy tergesa. Ia hampir terlambat masuk kerja. Ia meletakkan paket di ruang tamu lalu mengunci pintu. Untuk sementara rumah itu kosong, setidaknya hingga teman satu kontrakannya pulang pukul 7 malam nanti.

Rutinitas Amy jalani seperti biasa, ia menjadi kasir di salah satu kafe yang hanya berjarak lima belas menit dari rumahnya jika berjalan kaki. Petang itu pengunjung tidak terlalu ramai, sehingga ia bisa sedikit bersantai.

"Amy!" Meta, salah seorang teman kerja yang merupakan pegawai lain menepuk pundaknya.

"Iya?" Amy hanya menatap sekilas lalu kembali fokus pada mesin kasir di depannya.

"Besok kamu mau off?" Wanita dengan apron merah itu duduk di kursi yang seharusnya Amy gunakan.

"Besok? Bukannya giliranmu yang off?"

"Iya harusnya, tapi aku ada janji hari Jumat. Tukeran ya? Please ...." Meta menarik seragam Amy yang berupa kaos berkerah berwarna hitam.

Amy tak memiliki agenda apa pun di hari liburnya minggu ini. Mungkin ia akan mengajak Velia sekedar sekadar berbelanja kebutuhan dapur yang sebagian besar habis. Bukan masalah jika ia harus libur besok.

"Oke." Amy memberi anggukan yang langsung membuat Meta kegirangan.

Malamnya, Amy sampai di rumah hampir pukul sebelas malam. Penat, ia ingin mandi dan segera tidur. Tangannya menyambar paket yang masih tergeletak di meja.

"My, udah pulang? Makan yuk," ajak Velia yang baru muncul dari ruang makan. Pada tangannya terlihat dua kebab berukuran jumbo.

"Vel, kamu selalu bisa bikin dietku gagal ...."

Dua wanita itu tertawa sebelum duduk bersama di sofa ruang tengah. Velia melirik paket yang Amy bawa, merasa sedikit aneh karena ini pertama kalinya Amy mendapat kiriman paket meski mereka telah tinggal bersama selama hampir setahun.

Usai menyelesaikan makan malam keduanya, Amy membersihkan diri dan masuk ke kamar kamar. Keinginannya untuk tidur terusik rasa penasaran pada paket tanpa nama pengirim yang ia terima sore tadi. Dengan sebilah cutter, ia membuka paket. Berisi buku dan sebuah kunci yang sudah tampak usang.

Ketika Amy mengangkat buku bersampul hitam itu, secarik kertas terjatuh dan ia langsung memungut. Terdapat beberapa baris tulisan tangan di sana, tampak rapi tapi juga terlihat dibuat terburu-buru.

[Amy, jika surat dan buku ini sampai padamu maka saatnya telah tiba. Aku tak bisa menjelaskan sepenuhnya sekarang. Satu hal yang pasti, waktumu tidaklah banyak. Temui aku di Villa Putih secepatnya. Dan, jangan biarkan 'dia' menemukanmu. Amethyst]

Pada bagian bawah surat juga terdapat alamat vila yang terletak di kota yang berjarak enam puluh kilometer dari tempat tinggalnya sekarang.

Alis Amy terangkat sebelah. Villa Putih di Kota M? Dan siapa 'dia' yang si pengirim maksud?

Tak ingin ambil pusing, Amy meletakkan buku, surat beserta kunci begitu saja di atas meja. Tubuhnya lelah, matanya ingin terpejam. Satu-satunya hal yang ingin ia lakukan sekarang adalah tidur.

**

Amy menghela napas kasar. Di sinilah ia sekarang, berdiri tepat di depan pintu gerbang sebuah villa tua tak berpenghuni. Kedatangannya bukan tanpa sebab. Semalam ia kembali bermimpi aneh dan Amy yakin mimpi itu ada hubungannya dengan buku dan villa ini.

Matahari masih belum naik sepenuhnya, namun ia telah merasa gerah. Dengan langkah sedang wanita dengan outer peach itu mendekati pagar besi yang sebagian besar berkarat.

Digembok. Tentu saja. Tapi Amy yang sudah jauh-jauh datang tak ingin perjalanan dua jamnya terbuang sia-sia. Ia berjalan berkeliling sembari mengamati sekitar. Villa ini terletak si area yang cukup jauh dari permukiman penduduk.

Setelah melangkah beberapa saat, ia menemukan satu jalan masuk berupa pagar samping yang rusak. Mengendap bagai pencuri, ia berharap tidak ada orang yang menangkapnya karena telah memasuki properti orang lain tanpa ijin.

"Mudah-mudahan gak ada yang lihat," ujarnya pada diri sendiri.

Baru saja ia kakinya menginjak halaman villa, tubuhnya merasakan sensasi aneh. Ia merasa tempat ini tidaklah asing. Pohon besar di sudut halaman, juga bekas kolam air mancur yang nyaris menjadi puing.

Amy menggeleng, berusaha menekan perasaan tak biasa yang mendadak muncul. Ia memberanikan diri membuka pintu utama villa dengan kunci usang dari paket misterius, berhasil.

Tampak jelas jika tempat ini telah lama ditinggalkan, mungkin lebih dari lima belas tahun. Penerangan berasal dari jendela-jendela besar yang telah rusak. Aroma pengap dan debu segera menyapa indra penciuman saat Amy melangkah masuk.

Ting. Denting piano tiba-tiba terdengar, seakan menyambut kedatangannya.

"Tenang, Amy. Tenang," ucapnya sembari menetralkan detak jantung yang mulai tidak beraturan.

"Harusnya aku ngajak Velia," rutuknya kemudian.

Ia menyusuri lantai kayu yang sebagian menimbulkan bunyi derit ketika terinjak. Lagi, denting piano terdengar dan kali ini lebih berirama.

Meski was-was, Amy memaksa diri untuk mengikuti sumber suara itu. Makin lama, ia dituntun menuju sebuah ruangan tertutup di lantai dua. Begitu pintu didorong, hal yang pertama kali Amy lihat adalah piano tua yang sepenuhnya rusak.

Sebuah foto tua di dinding merebut perhatiannya. Netra cantiknya seketika terbelalak, saat mendapati foto itu adalah sosok wanita yang sama persis dengannya. Tak hanya itu, nama mereka pun nyaris sama. Amethyst Ivory.

"I-ini, ini gak mungkin ...." Amy hendak menyentuh permukaan foto tapi kemudian denting piano terdengar sangat jelas.

Instingnya meminta Amy berlari. Wanita itu terus berlari menuruni anak tangga dan tanpa sadar justru menuju halaman belakang Villa. Hal mengerikan kembali terjadi. Ia menemukan sebuah makam yang bertuliskan nama wanita dalam foto.

"Apa-apaan ini?!" Amy membalikkan badan dan berlari ketakutan hingga tersandung akar pohon.

Wanita itu meringis, merasakan perih pada lututnya yang lecet. Beberapa detik kemudian, Amy merasakan kehadiran seseorang yang menawarkan tangan untuknya. Ia mendongak.

"Kamu ...."

***

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

default avatar
Water Melonn
kapan ini lanjutnya?
2024-04-28 15:57:43
0
21 Chapters
Paket Misterius
Awan biru yang cerah, wanita cantik dengan gaun panjang yang menutup mata kaki berdiri di bawah pohon berdaun jingga. Tak jauh dari tempatnya berdiri, tampak jurang menganga dengan dasar berwarna biru tua yang pekat. Wanita itu menoleh, berharap sosok yang ia tunggu segera datang. Salah satu tangannya meremas gaun putih sementara tangan yang lain menggenggam dua tangkai bunga berkelopak biru. Tak lama kemudian, muncul pria seusianya dari arah dataran yang lebih rendah. Rambut coklat tua berpadu dengan kulitnya yang putih pucat. Si wanita hendak mendekat, ekspresinya yang semula cemas kini terganti dengan senyum merekah. Namun pemandangan itu tidak bertahan lama, karena si pria justru mendorongnya menuju jurang. Tubuh itu melayang, sebelum menghilang di perairan laut yang dalam. "Jangan!!"Amy terbangun di ranjang kamarnya, tepat jam tiga dini hari. Peluh membanjiri dahi dan punggungnya hingga sebagian kaos merah muda yang sedang dikenakan menjadi basah. Mimpi buruk yang telah meng
last updateLast Updated : 2022-10-13
Read more
Pria Bermata Kelam
Amy menerima uluran tangan pria itu. Mereka saling tatap selama beberapa saat. Wajah tampan dengan kulit pucat, rambut coklat gelap dan tatapan yang kelam. Entah mengapa Amy bisa merasakan jika pria di hadapanannya ini sedang bersedih meski bibirnya tersenyum tipis. "Kamu ...." Amy hendak mengatakan sesuatu namun pria itu justru berjalan menjauh. "Amy!!" Suara lantang dari arah lain membuat Amy menoleh. Itu adalah Velia, bersama seorang pria dengan cardigan hijau lumut bernama Davon. "Kok kalian di sini?" tanya Amy sambil melihat ke arah pria misterius sekali lagi. Jarak mereka cukup jauh sekarang. "Tadi kamu share loc. Lupa? Lain kali jangan bikin khawatir, bisa gak?" Velia menjitak kening sahabat sekaligus teman satu kontrakannya tersebut. "Sakit, Vel!" sungut Amy kesal. "Ngapain kamu ke sini, My?" Kali ini Davon yang bertanya. Pria berpenampilan santai namun rapi itu memperhatikan bangunan vila yang sebagian besar catnya telah mengelupas. "Bukan apa-apa. Balik yuk," ajak Amy
last updateLast Updated : 2022-10-13
Read more
Gelang Pemberian
Pria berusia lima puluh enam tahun membetulkan letak kacamata sebelum memeriksa kotak musik berbentuk piano di tangannya. Benda cantik itu didominasi transparan dan berwarna putih pada bagian mesin. "Di mana Rain?" tanya pria bernama Tino itu saat Gideon baru memasuki ruang reparasi."Keluar. Cari udara segar mungkin. Jika ada yang harus dikerjakan, katakan saja padaku.""Aku cuma ini membicarakan hal penting dengannya. Tapi sudahlah, akan kutunggu dia kembali."Gideon mengangguk dan keluar, meninggalkan Pak Tino yang kini menarik salah satu laci mejanya pada bagian bawah. Tangannya meraih bingkai foto yang berisi potret tiga pria muda. Potret itu diambil lebih dari satu abad yang lalu. Paling kanan adalah mendiang kakeknya, sisi tengah diisi oleh pria tinggi yang posturnya sedikit berisi. Pak Tino tak pernah mengetahui siapa pria itu sampai hari ini. Sedangkan pada bagian kiri, adalah Rain. Ya, pria muda yang kini bekerja padanya.Saat dikonfirmasi pada yang bersangkutan, pria yang
last updateLast Updated : 2022-10-13
Read more
Kabut Merah
Amy mengeratkan jaket ungunya karena angin malam semakin dingin. Wanita itu mempercepat langkah, area tempat tinggalnya sudah dekat. Hanya dua ratus meter lagi.Memasuki jalan lebih sempit, Amy berpapasan dengan pemuda dengan rokok di tangan. Mereka tidak saling mengenal tapi orang tersebut memandangnya dengan cara aneh.Ponsel dalam tasnya mendadak berdering. Tanpa melihat layar, Amy sudah bisa menebak jika yang memanggil adalah Velia. Tentu ia harus menyiapkan diri mendengar temannya itu menggerutu."Halo, Vel?""My, maaf hari ini aku nginap di rumah mama. Besok udah balik kok.""Oh, gitu ya?" Ada nada kecewa pada suaranya."Jangan lupa kunci semua pintu, oke? Stay save, Sista!" seru Velia dari seberang.Begitu panggilan terputus Amy hendak menyimpan ponselnya kembali. Tapi sesuatu yang dingin menyentuh tengkuknya. Refleks Amy membalikkan badan. Tidak ada apapun. Wanita itu memegang tengkuk, memastikan yang baru ia rasakan bukan hayalan semata.Belum habis rasa terkejutnya, Amy diha
last updateLast Updated : 2022-10-13
Read more
Ingatan Luka
Krieeett. Blam!Pintu kamar Rain terbuka dan menutup kembali dengan cukup keras usai wanita cantik bergaun putih masuk. Netranya basah, hidungnya memerah. Meski bibirnya terkatup, raut wajahnya cukup menggambarkan jika ia sedang tidak baik-baik saja. Rain yang duduk di sebuah kursi hanya diam menatapnya, tak tahu harus berkata apa. Hening sejenak, hingga wanita itu melirik tas berukuran sedang yang teronggok di sudut kamar bernuansa coklat muda itu. "Kamu mau pergi?" tanya wanita itu. Air matanya kembali berlinang, membasahi pipi putih mulus yang terawat. "Jangan seperti ini, Amethyst," ucap Rain akhirnya. Pria itu bangkit dari kursi dan berjalan menuju balkon. Kamarnya yang berada di lantai dua memudahkannya melihat pemandangan perbukitan sore itu. Sikap Rain tampak dingin, bahkan seolah tak peduli pada wanita berambut panjang itu. Posisinya yang membelakangi hanyalah cara untuk menghindari tatapan sendu milik Amethyst. Cuma ia saja yang tahu jika saat ini hatinya juga hancur.
last updateLast Updated : 2022-10-13
Read more
Insiden Pagi Hari
Pagi itu Amy bangun dengan malas. Meski netranya terasa berat, ia harus tetap menjalani aktivitas. Seminggu di mulai dari hari ini, shift-nya adalah pukul sembilan pagi. Setelah bersiap-siap, Amy menikmati sarapan paginya sambil sesekali menguap. Tubuhnya lebih segar usai mandi, tapi rasa kantuk tak juga hilang. Sebuah ketukan terdengar di pintu depan. Dengan langkah malas ia berjalan untuk mengetahui siapa tamu yang datang. Cklek."Pagi, Tukang tidur!" seru Velia yang langsung melesak ke dalam. "Vel? Bukannya kamu balik nanti?" Amy bertanya dengan heran seraya mengerjap. Berharap kedatangan temannya itu bukanlah mimpi. "Gak tau kenapa pengen balik pagi. Takut kamu lupa kunci pintu waktu berangkat sebentar lagi," jawab Velia sekenanya. "Enak aja," balas Amy tak sedikit merengut. Sebenarnya wanita itu memiliki firasat aneh pagi ini. Ia buru-buru pulang dan bersyukur Amy masih berada di rumah itu hingga ia datang. Usai mandi, Ami bersiap untuk berangkat. Ia telah siap dengan outt
last updateLast Updated : 2022-11-10
Read more
Kisah Sang Putri
Sorenya, Amy sampai di rumah kontrakannya pukul lima sore. Ruang tengah sedikit berantakan, tanpa bertanya pun ia tahu jika itu adalah hasil karya Velia. Teman satu kontrakannya itu selalu sukses membuatnya gemas."Really?" Amy memutar bola mata mendapati piring dan gelas bekas Velia gu masih teronggok di meja depan televisi.Tak hanya itu, jaket coklat dan juga dua buku dibiarkan di atas sofa. Amy meletakkan tasnya dan bersiap merapikan ruangan bernuansa soft green itu.Tangan Amy memungut dua buku yang salah satunya adalah novel yang nampak masih baru. Wanita itu memandangi covernya sejenak. Buku berjudul Cursed Princess itu sepertinya sedikit menarik perhatian Amy.Srakk.Satu lembar tipis memanjang tiba-tiba jatuh dari dalam buku. Amy meraihnya pembatas buku yang memiliki gambar sama persis dengan cover dan menyadari terdapat tulisan di atasnya."Ini ...."Langkah kaki Amy menuju ke kamar, hanya untuk mencari buku misterius yang ia dapatkan beberapa hari lalu. Ia mencocokkan satu
last updateLast Updated : 2022-11-10
Read more
Cemburu
Langit mulai gelap. Namun sepertinya Amy tidak menyadari akan hal itu. Sejak satu jam lalu ia telah tenggelam dalam novel seri pertama karya Lavender Peach milik Velia. Jika sebelumnya Amy tak terlalu suka membaca novel, saat ini ia justru antusias untuk mencapai halaman terakhir. Wanita cantik itu bahkan membatalkan niatnya untuk mengunjungi pasar sore yang terletak beberapa blok dari tempat tinggalnya. Tok. Tok. "Amy? Aku masuk ya?" Terdengar suara Velia usai mengetuk pintu yang sedikit terbuka. "Iya, masuk aja," sahut si empunya kamar tanpa mengalihkan netra dari lembaran novel yang cukup tebal tersebut. Velia mendekati Amy yang nampak serius membaca di sudut ranjang. Ia sedikit takjub karena posisi temannya itu belum berubah sejak satu jam yang lalu. "Ternyata beneran mau baca? Tumben banget," komentar Velia dan Amy hanya menjawabnya dengan senyum simpul. "Mau makan malam apa nih?" lanjut Velia seraya mengamati kuku-kuku pada jarinya yang lentik. "Satu jam lagi aku yang ma
last updateLast Updated : 2022-11-10
Read more
Bayangan dari Kabut
Suasana sibuk di cafe telah menjadi rutinitas terutama ketika hari menjelang sore. Amy seharusnya sudah bersiap pulang mengingat jarum pada jam dinding telah menunjukkan pada angka empat. Namun nyatanya ia masih tetap di tempat. "Totalnya seratus empat puluh enam ribu, Kak," ujarnya disertai senyum ramah pada salah seorang pelanggan. Beberapa menit berlalu, seorang rekan menyikut lengannya hingga berhasil membuat Amy menoleh. Itu adalah kasir untuk shift sore yang baru bisa datang setelah ijin terlambat. "Sorry, My. Kamu bisa pulang sekarang," bisik wanita dengan lesung pipi. Setelah Amy mengangguk, otomatis posisinya digantikan. Amy beristirahat sejenak di kursi dapur, menonton aktifitas tiga pria yang berjibaku membuat pesanan. Tora sesekali melirik ke arahnya, tetapi Amy pura-pura tidak menyadari. Merasa istirahatnya cukup, Amy hendak bangkit dan pulang. Namun sesuatu menarik perhatian Amy. Wanita itu lagi-lagi mendapati kabut tak biasa muncul. Benda asing itu semula hanya ber
last updateLast Updated : 2022-11-13
Read more
Keinginan Terdalam
Brakk. Amy melempar tas selempangnya begitu saja setelah melepas sepatu dan masuk ke dalam ruang tamu. Namun tidak butuh waktu lama ia segera mengambil tas kembali, berharap ponselnya yang berharga tidak lecet atau bahkan pecah. "Duh, untung aja gak apa-apa," ucapnya pada diri sendiri. Wanita muda itu terduduk, merenungi apa yang ia rasakan. Dalam hati bertanya-tanya mengapa melihat kedekatan Rain dan Emilia membuat hatinya sakit. "Nyebelin!" sungutnya. Entah pada Rain atau pada dirinya sendiri yang seakan memberi tanda ketertarikan. "Lupain, Amy, lupain ...," tegas wanita itu seraya geleng-geleng kepala. Tentu ia harus melupakan kejadian baru saja, termasuk bayangan aneh ketika di dapur cafe tadi. Amy menatap jam dinding, masih butuh dua jam hingga Velia pulang. Selama itu ia akan sendirian. Saat ini hal yang ingin Amy lakukan adalah mandi. Setengah jam berlalu, terdengar seseorang memasuki pagar dan memencet bel rumah. Amy dengan rambut terurai setengah basah beraroma floral
last updateLast Updated : 2022-11-18
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status