Puzzle Piece

Puzzle Piece

last updateTerakhir Diperbarui : 2022-02-28
Oleh:  fisyhrn  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
27Bab
2.0KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Larasati, seorang gadis yang sebelumnya tak pernah mempermasalahkan kejanggalan di hidupnya sebelum tiga cowok datang menghampirinya. Saat itu dia sadar, banyak bagian dari hidupnya yang hilang. Akankah Larasati mampu menemukan potongan-potongan kehidupannya yang hilang? Mampukah Tyo, Jeff dan Dean membantu Larasati menyatukan potongan puzzle yang berserakan dan menjadikannya sebuah gambar yang utuh?

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Pratinjau Gratis

Sebuah Misi

Di sebuah ruang meeting, Tyo duduk dengan seseorang di seberangnya. Tidak ada yang berniat membuka pembicaraan. Dean, lelaki yang satunya juga sibuk dengan ponselnya. Sesekali dia melirik orang yang di depannya canggung karena aura lelaki itu terlihat sangat dingin sehingga dia enggan berbicara panjang setelah saling memperkenalkan diri saat masuk tadi. “Permisi.. Maaf gue telat ya?” tiba-tiba seseorang masuk dengan menggaruk tengkuknya merasa tak enak. Dia mengedarkan pandangan dan tersenyum pada dua orang lelaki yang sudah datang duluan. “Perkenalkan, saya Jeffrian.” sambung lelaki pemilik lesung pipi itu. “Tyo.” “Dean. Duduk Jeff.” “Thanks. Ini kita bertiga aja nih? Apa ada yang lain?” “Belum tau.” Tyo menjawab singkat. Tidak ada lagi pembicaraan setelahnya, semua sama-sama canggung atas pertemuan pertama mereka. Mereka bertiga tak saling mengenal secara pribadi, tapi nama mereka cukup dikenal

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
27 Bab

Sebuah Misi

Di sebuah ruang meeting, Tyo duduk dengan seseorang di seberangnya. Tidak ada yang berniat membuka pembicaraan. Dean, lelaki yang satunya juga sibuk dengan ponselnya. Sesekali dia melirik orang yang di depannya canggung karena aura lelaki itu terlihat sangat dingin sehingga dia enggan berbicara panjang setelah saling memperkenalkan diri saat masuk tadi. “Permisi.. Maaf gue telat ya?” tiba-tiba seseorang masuk dengan menggaruk tengkuknya merasa tak enak. Dia mengedarkan pandangan dan tersenyum pada dua orang lelaki yang sudah datang duluan. “Perkenalkan, saya Jeffrian.” sambung lelaki pemilik lesung pipi itu. “Tyo.” “Dean. Duduk Jeff.” “Thanks. Ini kita bertiga aja nih? Apa ada yang lain?” “Belum tau.” Tyo menjawab singkat. Tidak ada lagi pembicaraan setelahnya, semua sama-sama canggung atas pertemuan pertama  mereka. Mereka bertiga tak saling mengenal secara pribadi, tapi nama mereka cukup dikenal
Baca selengkapnya

Garis Start

"Jadi kita nungguin Azalea disini nih?""Iya tungguin aja." Tyo menjawab pertanyaan Jeff yang sudah berapa kali menanyakan hal yang sama. Pasalnya Jeff protes karena belum tentu mereka mengenali wajah Azalea dalam sekali tatap. Selembar profil milik Azalea belum bisa dijadikannya sebagai patokan."Ingat, namanya Larasati, bukan Azalea." Dean menepuk paha Jeff yang duduk di sampingnya."Oke, jadi strategi kita apa nih?""Strategi apa?""Ya pertemuan awal tuh harus berkesan kan?""Menurut saya kita jangan terlalu kentara kalau tujuan kita disini untuk mendekati dia.""Nah, pinter si Tyo. Semua ngalir aja Jeff. Kok lu ribet banget pake strategi segala.""Kita juga kan harus tau dia itu orangnya gimana.. Nah dari pertemuan awal kita bisa tau langkah apa yang bisa kita ambil selanjutnya. Lo bedua sih jomblo, gak tau gimana cara deketin cewek. Udah pokoknya lo bedua ikut saran gue deh.""Yaudah strateginya gimana Bambang?" tan
Baca selengkapnya

Perkenalan

“Makasih kang.” “Sama-sama neng.” Setelah membayar ojek online yang dinaikinya, Laras masuk ke dalam gedung. Sebelum menuju kantornya seperti sebuah kebiasaan kakinya berbelok dahulu untuk membeli caramel macchiato sebagai santapan sarapannya. “Gue yang bayar. Janji gue kemaren.” seseorang menyenggol lengan Laras dan mengeluarkan kartu member dan selembar uang lima puluh ribuan. “Thank you.” balas Laras seraya tersenyum pada Yudha.   “Mau rontok badan gue Ras.” eluh rekan kerjanya itu. “Kenapa?” “Yakan dua hari ini gue handle kerjaannya Cita.” “Ya gak apa lah, Yud. Itung-itung pahala.” “Dia sakit apaan sih?” “Gak tau, dia gak ada bilang gue.” Laras memencet tombol lift, mereka berdua datang cukup pagi sehingga lift tidak terlalu ramai. “Eh lu tau gak tiga orang karyawan yang datang semalem tuh ya katanya pegawai teladan di kantornya dulu, trus dipindahin ke sini karena bakal
Baca selengkapnya

Dia Larasati

“Pagi ceu”“Pagi neng Laras. Eh pagi-pagi udah datang. Dianter siapa neng?”“Naik mobil sendiri ceu. Haykal sama kakek kan udah disini dari tadi malam.”“Oh iya? Aduh eceu baru dateng jadi gak tau hehe.”“Saya masuk dulu, ceu.”“Mangga neng.”Laras melangkahkan kaki ke sebuah rumah bercat putih tulang dengan desain interior lama menghiasinya. Sebelum masuk akan terlihat plat kayu yang sudah usang bertuliskan Panti Asuhan Teras Singgah. Langkah Laras langsung menelusuri bilik-bilik kamar untuk menyapa anak-anak panti.“Teh Laraaasss..” sapa seorang anak laki-laki dengan bola di tangannya.“Loh pagi-pagi udah mau main bola? Sarapan dulu atuh.”“Iya teh, mau olahraga pagi biar sehat.”“Kita mau main sama a’ Ekal.” seru lelaki yang satunya lagi.“Udah beresin tempat tidur?”
Baca selengkapnya

Satu Potongan Kecil

“Beneran yang ini jalannya?”“Berdasarkan map yang saya lihat sih benar.”“Nama panti asuhannya apa Jeff?”“Bentar..Hmm Teras Singgah. Itu tuh.” ujar Jeffri dari bangku belakang seraya menunjuk papan nama bertuliskan nama panti asuhan yang mereka tuju.Akhirnya mereka sampai di tujuan dan hari sudah semakin siang. Jarak yang mereka tempuh memang cukup jauh karena panti asuhannya terletak di luar kota Bandung dan sudah menuju pedesaan. Mereka menghabiskan hampir dua jam untuk bisa sampai di tujuan, itu juga termasuk waktu bertanya-tanya pada warga sekitar agar tak salah jalan.Mereka pun memarkirkan mobil di luar pekarangan panti dan segera turun untuk melihat-lihat ke dalam. Suasana luar panti terlihat sepi, hanya ada satu orang penjaga yang sedang menyapu halaman.“Punten, ada yang bisa saya bantu?”“Siang pak, eh hmm.. kita kesini mau..”“Kita ada n
Baca selengkapnya

Obrolan Nasi Padang

“Terimakasih Pak Jeffri.”“Sama-sama, Pak. Saya tunggu kabar baiknya.” jawab Jeffri sambil menjabat tangan kliennya.Jeffri membereskan berkas-berkasnya setelah memastikan kliennya sudah beranjak pergi. Dia menyesap kopinya yang sudah dingin dan juga berniat untuk kembali ke kantor. Namun dia mengurungkan niatnya saat melihat sosok gadis yang dikenalnya duduk di meja seberang, dia juga sedang meyakinkan seorang klien. Jeffri kembali membuka laptopnya dan berniat untuk duduk di café itu lebih lama.“Larass..” panggil Jeffri menghampiri gadis itu ketika memastikan dia sudah menyelesaikan meeting-nya.“Hey, selamat siang Pak Jeffri.”“Hahaha santai lah, meeting udah kelar juga. Gimana? Lancar?”“Hmm.. so far so good lah.”“Good job, toss dulu dong sesama tim marketing.” Laras membalas adu toss oleh Jeffri seraya tersenyum.“Udah makan?
Baca selengkapnya

One Shot

“Teteh sama aa begadang nonton badminton lagi ya?”“Hehe iya kek.” jawab Haykal sambil mengucek matanya.“Pantes tidurnya bablas.”“Abisnya teh Laras ngajakin begadang.”“Kok jadi nyalahin teteh, nontonnya berdua juga. Lagian kamu tuh yang kebablasan subuh, teteh aja masih sempat masak.” sahut Laras menghampiri kakek dan Haykal yang berada di ruang makan. Dia membawa sebakul nasi goreng hangat yang harumnya membuat Haykal semakin lapar.“Ada tim Indonesia yang menang gak?”“Menang dong kek, jagoannya teteh menang.” kini Laras yang menjawab pertanyaan kakeknya seraya menuangkan nasi goreng ke piring.“Taufik Hidayat ya?”“Beuuh si kakek lawas banget. Jaman sekarang tuh ada Minions, The Daddies. Kalau penerus a taufik itu ada Anthony Ginting, Jonatan Christie…” jawab Haykal panjang lebar yang hanya ditanggapi dengan
Baca selengkapnya

Buah Kebaikan

Laras merenggangkan tubuhnya pada kursi putarnya yang sudah menimbulkan bunyi decitan menandakan kursi itu sudah pantas untuk diganti. Jam dinding sudah menunjukkan pukul 21.00. Laras baru saja menyelesaikan pekerjaannya dan bersiap untuk pulang. Saat dia berdiri dan mengambil tas tiba-tiba satu sosok mengagetkan dirinya.“Astaga.. kaget gue.”Sosok yang dimaksud tidak bergeming sedikit pun, dia hanya diam dan menatap Laras dengan lekat.“Saya gak bermaksud ngagetin kamu.”“Iya tapi gue kaget.” jawab Laras pelan hampir tak terdengar lelaki tanpa ekspresi itu, siapa lagi kalau bukan Tyo.“Mau pulang?”Laras tak menjawab pertanyaan Tyo karena jelas saja dia mau pulang, masak mau nginap di kantor.“Mau pulang?” tanya Tyo lagi mengharapkan jawaban Laras yang malah terbengong.“Iya.” jawabnya singkat dengan senyum seadanya.Tidak ada jawaban lagi, Tyo han
Baca selengkapnya

Teman

“Ras, lo belum cerita sama gue.”“Cerita apa?”“Itu loh, cowok yang kemaren jemput lo di kantor.”“Ojek?”“Dih, cowok keren naik pajero lo bilang ojek. Jahat lo.”“Oh yang itu.. lo yang jelas dong kalau ngomong. Kan emang gue seringan dijemput ojek. Cit, olive oil-nya mana?”“Itu di pojokan. Udah buru cerita, jangan ngalur ngidul lo.”“Itu mas Jhony.”“Siapa?”“Temen.”“Temen dari mana?”“Ketemu gak sengaja di perpus dekat panti, terus ngobrol.”“Udah jadian?”“Apaan sih lo, udah dibilang temen cit, temen.”“Yaelah, santai dong.”“Eh, lo ada parmesan gak?”“Gak ada, udah pake keju parut biasa aja.”Laras melanjutkan proses memasaknya, sedangkan Cita tengah sibuk mer
Baca selengkapnya

Melodi yang Hilang

Semua kata rindumu semakin membuatku tak berdayaMenahan rasa ingin jumpaaaPercayalah padaku aku pun rindu kamu, ku akan pulangMelepas semua kerinduan yang terpendam.. Yudha melantukan sepenggal lirik lagu Dewa dengan gitar di tangannya. Sementara yang lain hanya duduk tak bersemangat mendengarkan lagu yang tiap menit selalu berganti sesuka hati Yudha. Jam masih menunjukkan pukul 10 malam dan belum ada yang beranjak dari rumah Cita. Masih terlalu cepat untuk pulang bagi mereka. Jadi mereka hanya menghabiskannya dengan tidak melakukan suatu hal yang pasti. “Yud, diem deh lo. Mending Laras yang nyanyi deh.” “Oke.. oke santai dong. Kan tadi pemanasan dulu. Larasati.. one two three.. Here we go..” Yudha memetik gitarnya kembali melantunkan sebuah intro lagu yang sudah bisa ditebak oleh Laras. You don't know, babeWhen you hold meAnd kiss me slowlyIt's the sweetest thing And it don't changeIf
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status