Serena memasuki cafe 'Cidaha' ia mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Lela. Ternyata, sahabatnya itu berada di sudut ruangan dekat jendela kaca yang menghadap ke arah jalan. Lela yang melihat kehadiran Serena pun melambaikan tangan.
"Sorry telat. Kamu tahu nggak sih, di jalan gue bertemu dua laki-laki kedondong penyebab geu celaka." terangnya ketika mendaratkan diri di kursi kayu seraya menyeruput minuman yang ada di depannya.
lela hanya menggeleng kepala melihat tampilan sahabatnya itu yang kacau. Ia memastikan pasti kejadian itu membuatnya naik pitam.
"Lo seperti pengembara yang baru menemukan air di tengah padang pasir tahu nggak."
Apa yang diucapkanLela memang benar. Ia butuh minuman dingin untuk meredakan emosinya yang bergejolak.
"Haahhh...." Serena melipat kedua tangannya ke atas meja seraya menundukkan kepalanya.
Melihat Serena yang tidak ceria seperti biasanya, Lela sebagai sahabat hanya memberikannya support.
"Walaupun hari loh berat banget hari ini, jangan lupa tetap semangat."
"Iya masalah gue berat banget! Entah kenapa, tiap kami ketemu selalu saja sial."
Lela terkejut mendengar curhatan Serena. Pasalnya, selama ini sahabatnya itu tidak pernah terlibat masalah dengan laki-laki. Terus sekarang, Ia bilang laki-laki itu selalu sial.
"Lah, kamu sudah ketemu laki-laki impianmu yang berwajah Carloes Daniel Go Jun Pyo?" tebak Lela yang tau segala tentang kehidupan Serena.
Masih dengan posisi yang sama ia hanya mengangguk menanggapi pertanyaan Lela.
"Iya! Tapi mulai sekarang, gue akan panggil dia Pria Kedondong! Setelah tahu sifat aslinya yang angkuh, aku tarik kembali ucapanku yang mengangumi ketampanannya. Nyesel banget gue udah kasi julukan si Carlos Daniel Go Jun Pyo!" emosi Serena.
"Coba cerita kenapa kamu sampai kesal begitu, padahal ditelfon tadi, semangat empat limamu membara."
Serena mulai menceritakan kronologis kejadian saat kecelakaan sampai meninju si pria kedondong.
"Astaga, kurang ajar banget tuh mulut si pria kedondong! Itu mulut pasti belum ngerasain boncabe level seribu. Bukannya minta maaf malah merendahkan! Gue juga bakal melakukan hal yang sama kalau gue yang ada di posisi lo! Bahkan kalau perlu, akan ku keluarkan tendangan Tsubasa di kepalanya. Biar dia tau rasa!" seru lela.
Sejenak keheningan terjadi diantara mereka. Serena kembali menundukkan kepalanya. Tiba-tiba Lela membangunkannya karena melihat sesuatu yang viral di i*******m maupun di youtube.
"Eh, coba liat ini. Ada yang viral di sosial media." ajak Lela serius memandangi layar ponselnya.
Mau tak mau Serena pun ikut bangun. Penasaran juga dengan apa yang diucapkan Lela. Gadis itu menoleh ke arah sahabatnya.
"Bukannya ini kamu Re?" tanya Lela ragu sambil menunjukkan video viral ke hadapan Serena.
Serena yang masih belum tahu maksud dari ucapan Lela hanya diam saja. Lela yang melihat ekspres sahabatnya sudah bisa menebak, jika Serena belum tahu dirinya sudah ditonton ratusan ribu kali oleh warganet. Tanpa pikir panjang ia menyodorkan ponselnya tersebut ke tangan Serena. "Lihat!" perintahnya.
Tanpa pikir panjang Serena meraih ponsel tersebut dan melihat apa yang dimaksud Lela. Betapa terkejutnya ia, kala melihat dirinya di youtube. "Wah, kok bisa langsung gini sih? Siapa yang merekam kami. Dan juga si Pria kedondong ini-" ucapan Serena berhenti saat Lela mengambil alih ponselnya. dan berkata," Iya, di video ini jelas sekali jika sang CEOlah yang jadi korban di sini."
Lagi-lagi Serena terkejut mendengar ucapan Lela. Ia menggelengkan kepalanya.
"Ti-tidak mungkinkan Le? si pria kedondong itu CEO G&B ?" tanya Serena menangkup kedua tangan Lela ke dalam genggamannya.
Lela hanya mengedikkan kedua bahunya.
"Kamu liat aja sendiri komentar orang-orang disitu?Apa lagi orang-orang di cafe, coba kamu perhatikan mereka heboh menonton video CEO yang ditinju mukanya." tandas Lela sembari memperhatikan orang di dalam cafe.
"Tapi kan muka gue gak kelihatan. Tertutup masker dan Helm. Jadi si pria kedondong gak akan mungkin tau gue!" elak Serena.
"Iya tapi lihat tuh, orang-orang pada memperhatikan penampilan lo. Mungkin mereka membandingkan baju yang lo kenakan sama, dengan gadis yang berani meninju CEO G&B."
"Lo jangan nakut-nakutin gue. Meningan kita cabut deh dari pada makin lama mereka curiga sama gue!" ajak Serena berdiri menarik tangan Lela keluar dari cafe.
***
Di dalam ruang kerja kediaman Castanyo, Gifran yang sedang sibuk mengecek laporan yang tertunda tiba-tiba dikejutkan dengan notifikasi video yang viral. Karena penasaran akan keviralan video tersebut, akhirnya Gifran memutuskan untuk membuka video tersebut. Dan betapa terkejut dirinya saat melihat, yang ada di dalam video tersebut adalah dirinya yang sedang bercekcok dengan seorang gadis bar-bar menggunakan helm dan masker.
Tanpa banyak pikir, Gifran menginstruksikan kepada sang asisten agar cepat turun tangan.
"Tuan video ini makin viral dan beberapa investor mulai menarik sahamnya, sehingga saham kita turun 0.25 persen. Dan juga, para wartawan tidak henti-hentinya menghubungi kantor menanyakan kebenaran video tersebut." ucap Tayo memberikan informasi
"Kamu sudah tahu tugasmu. Cepat bereskan berita itu dan juga, cari tau siapa gadis bar-bar itu. Ingat kamu harus hati-hati. Soalnya diluaran sana banyak wartawan yang mengintai kita!" titah Gifran.
"Baik Tuan. Kalau gitu saya permisi." ucap Tayo seraya berlalu.
Tak lama setelah pintu tertutup, Lusi dan Gina muncul dari balik pintu sembari menampakkan kepalanya seperti orang yang sedang mengintip.
"Mama...Gina, Ada apa? Kalian tahu nggak aku sampai kaget karena kalian muncul mendadak seperti maling yang mengintip?" tanya Gifran heran.
Tanpa menjawab pertanyaan Gifran, Lusi dan Gina masuk, dan langsung duduk di sofa ruang kerja Gifran. Ruangan yang di desain klasik dengan lukisan salah satu karya Davinchi yang menggantung di dinding. Serta pigura dan buku-buku tertata rapi berada di rak-rak lemari.
"Gifran apa yang terjadi ?" kenapa ada video viral seperti ini?" tanya Lusi to the point.
Sebelum menjawab pertanyaan mamanya, terlebih dahulu Gifran menarik nafas.
"Itu hanya salah paham Mah," elak Gifran yang beranjak dari kursinya dan bergabung bersama mama dan adiknya duduk di sofa.
"Kalau nggak ada masalah, kenapa bisa sampai viral?" tanya Lusi.
Gina yang duduk ikut angkat suara. "Aku hanya penasaran dengan perempuan yang berani meninju Kakak, pasti dia sangat keren dan tangguh." timpal Gina.
"Ck! Kamu itu."
"Mama tenang saja, berita ini akan segera ditarik dari media. Aku sudah memerintahkan Tayo mengurus semuanya!" jelas Gifran.
Tanpa disangka-sangka bunyi pintu terdengar. Antoni muncul dan ikut bergabung bersama anak dan istrinya di sofa.
"Kamu itu selalu menganggap enteng setiap ada masalah. Nanti jika perusahaan pailit baru kamu bergerak menyelesaikan permasalahannya! Ingat Gifran. Walaupun masalah kecil bagi kamu, tapi tidak bagi para investor. Mereka tentu saja akan mempertimbangkan apakah tetap akan menanamkan investasinya, atau malah sebaliknya ia kembali menarik. Makanya, kamu jangan menganggap terlalu enteng sebuah masalah. Baik itu masalah besar, ataupun masalah kecil. Keduanya sama-sama menimbulkan masalah dikemudian hari." terang Antoni Castanyo.
Gifran tidak berkutik mendengar penjelasannya papanya. Ia hanya pasrah saja. Ia tahu, seharusnya saat ini Papanya tengah menghadiri pertemuan penting bersama Sony. Tapi, dengan adanya berita viral ini, terpaksa ia segera pulang menyelesaikannya.
"Iya Pa. Maaf." sahut Gifran menunduk.
Melihat situasi tegang diantara mereka, Lusi dan Gina saling bertatapan memberi kode untuk meredam suasana di ruang kerja itu.
"Papa kapan pulang?" tanya Lusi dan Gina.
"Kalian itu, kebiasaan kalau nanya selalu kompakan?" ucap Antoni seraya menggelengkan kepalanya. "Gara-gara anakmu ini yang membuat kekacauan dengan pede tingkat dewa. Papa dan Sony langsung pulang dari Singapura usai menghadiri pertemuan dengan klien."
Mendengar nama suaminya pulang Gina menoleh dan bertanya ke arah papanya.
"Benar Pa, Mas Sony juga sudah pulang?" tanya Gina dengan wajah merekah.
Gifran hanya menggeleng melihat kelakuan adiknya yang masih belum bisa mengurus suaminya.
"Cih, urus sana suami kamu itu!" Bukannya di sambut malah, ikut nimbrung disini." ejek Gifran
Tidak terima dengan ejekan kakaknya, Gina angkat suara, tapi tidak jadi karena sudah terlanjur mama Lusi melerainya.
"Sudah, sudah. Jangan mulai lagi kalian!" tegur Lusi mengingatkan kedua anaknya yang seperti Tom dan Jerry jika sedang bertengkar.
Sambil memajukan badannya dengan menatap anaknya. Antoni lekas bertanya," Jadi apa rencanamu untuk memulihkan kondisi saham yang turun?" tanya Antoni serius menatap Gifran.
"Aku sudah memerintahkan Tayo untuk membereskan peredaran video tersebut agar hilang dari media secepat mungkin. Dan juga melobi para wartawan agar berhenti membuat spekulasi yang tidak jelas." turur Gifran.
"Kamu kira, dengan hilangnya video itu dari peredaran, para investor akan kembali menanamkan saham mereka?"
"Kalau bisa kenapa tidak." jawab Gifran santai sembari menyandarkan punggungnya ke bahu sofa.
"Papa tidak setuju. Pokoknya cari perempuan itu dan bawa ke hadapan Papa. Hanya dia senjata kita agar keluar dari masalah ini!" seru Antoni.
Gifran tidak berani membantah omongan papanya. Jika sekali saja ia membantah, karirnya saat ini sebagai CEO G&B hanya tinggal kenangan.
Lekas ia beranjak dari kursi keluar dari ruangan itu, disusul Lusi dan Gina.
Sebelum kembali ke kamarnya untuk mengistirahatkan tubuhnya yang kaku akibat perjalanan yang singkat, Antoni kembali menyambangi Gifran di ruangan kerja.Sedang Gifran yang masih duduk termenung di sofa, kaget. Papanya kembali masuk ke ruangan itu lansung duduk di hadapan Gifran."Apa masih ada yang mau diomongin Pa?" tanya Gifran. Ia tentu tahu, jika papanya kembali lagi, pasti ada sesuatu yang penting mau dibahas.Antoni masih diam menatap Gifran di hadapannya."Papa ingin kamu menemukan gadis itu. Bawa ke hadapan Papa!"Sontak, Gifran membulatkan matanya. Terkejut akan permintaan papanya yang belum tentu ia penuhi. Dalam hati Gifran, ia tidak mengerti apa maksud papanya menyuruhnya mencari gadis itu. Apakah gadis itu akan dimintai pertanggung jawaban atau malah disalahkan atas kejadian ini. Karena sudah barani menghajar CEO G&B."Untuk apa Papa bertemu dengan gadis yang sudah membuat masalah denganku?""
Matahari mulai menelisik dibalik jendela kamar Serena. Gadis yang menjadi viral itu masih setia bergelung di balik selimut. Di dalam mimpinya, ia bertemu dengan seorang Pangeran berkuda putih yang sangat tampan. Dengan gagah berani, Pangeran itu mengangkatnya dan membawanya naik ke Kuda yang ditunggangi bersama. Dengan posisi yang intim Pangeran memeluk Serena dari belakang, membantu menarik tali kekang kuda agar menuruti perintah sang majikan.Keduanya sangat bahagia, jalan-jalan sembari menunggang kuda merupakan hal yang romantis. Di saat keduanya berhenti di sebuah hamparan sabana yang luas, Pangeran turun, dan membantu Serena dengan mengulurkan tangan. Serena dengan senang hati menyambut uluran tangan Pangeran, akan tetapi ia tidak fokus karena terus memandangi wajah nan rupawan ciptaan Tuhan dihadapannya, sehingga ia jatuh ke tanah dengan dengan posisi berada diatas Pangeran.Keduanya merasa canggung saat wajah Pangeran makin maju mendekati hidung dan bibir Serena
Serena dan Gifran masih dalam posisi saling berdiri dan saling menatap. Diantara keduanya tidak ada satupun kalimat yang keluar dari mulut mereka. Hingga Bi Ira datang, menghentikan aksi mereka."Tuan dan Nona silahkan ke ruang tengah, Tuan besar sudah menunggu di sana." ucap Bi Ira."Baik Bi, terima kasih." balas Gifran berbalik melangkah menuju ruang tengah tanpa mengajak Serena.Sedang Serena, gadis itu masih terpaku di tempatnya. Berdiri bak patung di Madame Tussauds yang dipajang. Pikirannya mulai berkelana macam-macam. Memikirkan nasib dirinya yang sudah diujung tanduk. Entah apa yang akan keluarga mereka lakukan terhadapnya, yang jelas posisi Serena saat ini serba salah. Ia mengutuk kelakuannya sendiri saat meninju CEO G&B. dan sekarang, saat ini dirinya tengah berada di kandang harimau.***Di ruang tengah, dimana Antoni, Lusi, Gina dan Sony sudah duduk diatas sofa, yang terbuat dari bulu domba, di rancang kh
Mama Lusi terus berusaha menyadarkan Serena. Semua bagian indra yang melekat pada tubuh gadis itu, tak luput diberi aromatherapi. Serena perlahan mengerjap, kelopak mata yang tadi tertutup akhirnya sedikit mulai terbuka. pandangannya masih sedikit kabur. Ia berusaha mengingat kejadian sebelum dirinya pingsan. Matanya menelusuri ruangan yang di tempatinya, jelas terlihat berbeda. Di sudut kamar itu terdapat dua buah sofa abu-abu. Lukisan klasik bertengger di dinding, serta ranjang empuk yang menyenangkan. Lampu kristal menggantung sempurna di langit-langit kamar. Serena meyakini pintu sebelah kanannya merupakan walkin closet yang bersatu dengan kamar mandi. Ia yakin dirinya berada di salah satu kamar di kediaman keluarga Castanyo. Melirik ke samping, Serena melihat wajah cemas wanita paruh baya yang usianya tidak lagi muda, tapi masih terlihat cantik."Ta-tante." Aku dimana sekarang?" tanya Serena berusaha bangun.Mama Lusi senang melihat Serena bangun. Dan
Menjelang sore, Serena bersiap-siap pulang. Usai mengecek laporan harian, ia lekas mengambil tas dan meraih gawainya yang tergeletak di atas meja. Melangkah keluar ruangan, ia berpapasan dengan karyawannya yang membersihkan ruangan. "Semuanya aku duluan yah," sapanya lalu lekas melangkah menuju keluar, ojek online yang telah dipesan tadi sudah tiba.Untung dia memesan ojek online. Sehingga dengan cepat sampai di rumah. Tidak perlu repot-repot mengantri lama menunggu kendaraan bergerak satu sama lain.Duduk di depan teras rumah sore hari sembari menikmati cemilan pisang goreng dengan teh hangat, Ratu melihat anaknya turun dari ojek online. "Kamu dibawa kemana tadi sama pengawal keluarga Castanyo? Kamu nggak diapa-apainkan sama mereka ? Terus diantar sampai ke toko jugakan?" tanya Ratu kepo. Mengikuti dari belakang saat Serena tiba menapakkan kakinya di atas lantai rumahBerbalik menghadap ke arah mamanya Serena pun angkat bicara, "Mama Ratuku
Jarum jam menunjukkan pukul sebelas malam, manik mata coklat milik Serena belum juga menampakkan tanda-tanda sayup kelelahan. Bergeliat ke kanan dan ke kiri mencari posisi tidur yang nyaman, tidak membuatnya terlelap juga. Memikirkan ucapan Tuan Antoni yang terus berputar di kepalanya membuatnya gelisah, galau, merana. Seperti mau sidang skripsi saja. Pikir Serena. Merasa bingung dan butuh seseorang mendengarkan curahan hatinya, tangannya bergerak meraih gawai yang terletak di atas nakas, samping ranjangnya. Kemudian mencari nomor sahabat seperjuangannya sejak SMA. ["Hm, halo ada apa Paulina?"] tanya Lela di seberang sana dengan suara serak khas tidur. ["Tumben lo tidurnya cepat banget. Biasanya jugakan lo begadang sampai pagi.] seloroh Serena dengan lembut. ["Ya ampun Serena Paulina Geum Jan Di! Menurut kamu. Ini sudah jam tidur tau! Masih nanya aja! Ada apa? Nggak biasanya kamu nelfon malam-malam begini?"] omel Lela di ujung ponsel.
Di dalam cafe Cidaha, terdapat dua manusia berbeda jenis kelamin yang duduk saling berhadapan. Dibatasi meja bermaterial kayu jati sebagai penyekat antara keduanya. Makanan dan minuman yang sejak tiga puluh menit yang lalu, telah tersaji di atas meja, belum tersentuh juga oleh keduanya.Baik Gifran maupun Serena belum ada yang memulai obrolan tersebut. Hingga bunyi ponsel Serena mengalihkan perhatiannya. Ia meraih gawai yang terletak di atas meja. Lalu menggeser ikon hijau mengangkat panggilan itu.["Ada apa cinta?"] tanya Serena usai mendekatkan benda pipih itu ke telinganya.["Teman Kakak, Kak Lela datang mencari ke toko."] jawab Cinta di seberang sana.["Oh Baiklah. Katakan padanya untuk menunggu di dalam ruanganku. Tiga puluh menit lagi aku ke sana."] usai mengakhiri panggilan itu, Serena kembali meletakkan gawainya ke atas meja."Situasi macam apa ini. Oh Tuhan," gumam Serena dalam hati.&nb
Serena ngedumel usai kepergian Usai kepergian Gifran yang seenak jidatnya meninggalkannya sendirian di atas rooftop. Lekas Serena melangkah turun ke parkiran melajukan motornya menuju toko kue milik keluarganya. Membelah jalanan di siang hari, dengan berjuang melawan debu dan polusi hanya agara bisa sampai di toko keunya. Serena turun dari motor usai memarkirkan di bawah pohon yang ada di sudut parkiran. Kemudian masuk ke dalam toko mencari keberadaan Lela sahabatnya."Lela mana?" tanyanya pada Cinta saat berpapasan di depan etalase kue."Dalam di ruangan Kakak!" jawab Cinta sambil memasukkan kue baru yang matang, ke dalam etalase.Serena melangkah menuju ruangannya. Sampai di depan pintu kayu jati berwarna putih tulang, ia membuka dan mendapati Lela yang tengah tiduran di atas sofa."Ck! Nih anak kebiasaan banget tiduran di ruang kerja orang," gerutunya sambil meletakkan tasnya ke atas meja.Meraih gelas yang ada di dispenser sambil menuangk