Pagi ini Serena bersiap ke toko cake milik keluarganya. Gadis itu seperti biasa memakai setelan baju kaos putih polos, dipadukan dengan sweater hitam berbahan katun. Dan celana jeans warna senada. Dengan rambut di kuncir kuda, menjadi ciri khas gadis bekulit putih itu. Serena tak menampik, walau hanya dengan polesan bedak baby dan pelembab bibir yang ia berikan ke kulit wajah dan bibir mungil miliknya, kecantikannya tidak berkurang sedikit pun. Ia lantas bercermin memperhatikan penampilannya seraya tersenyum "Sungguh Maha Karya Ciptaan Tuhan." gumamnya setinggi langit.
"Serena Paulina Geum Jan Di, kamun sudah siap ?" teriak Ratu di balik pintu kamarnya.
"Iya Mama Ratuku sejagad Raya, anakmu ini sudah selesai." sahut Serena di dalam kamar sambil meraih sepatu sneaker putih polos miliknya. Usai terpasang dikedua kakinya, ia lekas meraih pintu dan keluar menuju meja makan, ikut bergabung sarapan bersama kedua orang tuanya.
Usai sarapan, Serena berpamitan kepada kedua orang tuanya. "Anakmu yang cantik ini berangkat ke toko dulu yang Mulia Raja dan Ratu." ucap Serena bergegas menuju ke motor kesayangannya.
Sampai di depan toko bertuliskan 'Raja dan Ratu Cake' Serena membuka helm usai memarkirkan motornya. Melangkah menuju pintu toko, ia disambut oleh Cinta salah seorang pegawai tokonya. "Selamat pagi Kak Serena Paulina." ucapnya memamerkan senyum manisnya.
Mendengar ucapan Cinta, Serena berhenti. Kemudian Ia berbalik menatap Cinta. "Coba kamu ulang, panggil yang lengkap dong Cinta si manis gula Jawa." selanya.
"Selamat Pagi Kak Serena Paulina Geum Jan Di." ulang Cinta.
"Nah gitu dong!" ucapnya seraya melangkah menuju ruangannya.
Keseriusan Serena mengecek laba penjualan bulan ini membuat ia lupa waktu, bahkan untuk makan siang saja, Cinta datang membawakan sekotak nasi yang telah dipesan diaplikasi makanan. Hingga waktu menunjukkan pukul lima sore, Cinta kembali lagi mengetuk pintu ruangan atasannya. Usai mendapat sambutan dari dalam Cinta masuk, "Iya ada apa Cinta?" tanya Serena yang masih sibuk mengecek laporan, tanpa menoleh ke arah Cinta.
"Kak, saya mau izin pulang." jawab Cinta.
"Memangnya sudah jam berapa?" tanyanya lagi yang masih fokus
"Sudah jam lima Kak." jawabnya
"Astaga!" ucap Serena melirik jam diatas dinding sambil menepuk jidatnya. "Aku punya janji sejam yang lalu dengan Lela." Ya sudah kamu boleh pulang!" perintahnya ke Cinta.
Serena mencari ponselnya diatas meja, tak melihat benda pipih itu, ia segera merogoh tasnya, dan benar saja, sudah ada puluhan panggilan dari Lela serta rentetan chat yang masuk. Serena lupa kalau sejak semalam ia mode silent ponselnya itu.
Segera ia menghubungi Lela, berharap diangakat dan mau menunggunya.
"Ya ampun Serena Paulina Geum Jan Di, kenapa gngak sekalian aja gue berubah jadi nenek lampir nungguin kabar dari kamu!" ucap Lela diujung telepon.
"Iya, sorry, sorry gue lupa kalo ponselku silent. Sekarang, kamu dimana?" tanya Serena
"Gue udah di jalan mau pulang!" jawab Lela ngambek.
"Jangan dong! tungguin gue, sepuluh menit lagi sampai di sana. Oke!"
"Enak aja lo yah... gue dari tadi udah karatan tau mencari batang hidung loh muncul dari balik pintu cafe!"
"Ya udah, kalo gitu gue sekarang ke sana yah! Jangan kemana-mana dulu, tungguin gue sebelum datang! Gue tutup dulu bye."
Serena bergegas melajukan motornya ke cafe 'Cidaha' tempat nongkrong hits anak muda. Di tengah perjalanan, ia terjebak kemacetan berhubung waktu pulang kantor, sehingga kendaraan yang melintas padat merayap. Ia hendak menyelip akan tetapi, tiba-tiba mobil dari arah samping menyerempetnya sehingga, motor yang dikendarainya jatuh. Serena lekas bangkit, lalu membawa motornya menepi ke pinggir jalan. Ia melangkah maju menuju mobil yang menyerempetnya. Diketuknya pintu kaca mobil sedan hitam keluaran Jerman. Ia memberi kode ke arah supir untuk menepi.
Di dalam mobil Tayo melirik ke sang atasan yang terlelap.
"Wah, kena masalah lagi ini!" ucap Tayo segera menepikan mobil ke pinggir jalan.
Serena menghampir dan mengetuk pintu kaca mobil
"Pak, turun!" titahnya sambil menggerakkan dua jari ke arahnya.
Tayo lekas membuka seat bealt lalu keluar berhadapan dengan gadis yang memakai helm dan masker. Ia belum tahu, ternyata gadis dihadapannya ini adalah gadis kedondong yang ia temui beberapa hari yang lalu.
Beda halnya dengan Serena, ia terkejut saat mengetahui laki-laki dihadapannya ini seorang pemburu kedondong yang datang ke rumahnya. Ia segera melancarkan aksinya ingin memberi pelajaran.
"Bapak harus ganti rugi karena sudah menyerempet motor saya!" gertaknya dengan berkacak pinggang.
Mendapati gadis di hadapannya saat ini berani, Tayo memulai bernegosiasi.
"Begini Nona, sepertinya anda salah paham. Kita bisa selesaikan baik-baik." tawar Tayo.
"Tidak bisa! pokoknya anda harus minta maaf! Karena gara-gara anda yang tidak menyetir hati-hati, menyebabkan saya jatuh! Untung saja tidak ada yang luka parah, hanya sedikit goresan di motor saya! Dan juga, anda telah membuang waktu saya! Jadi kalau anda tidak ingin minta maaf, lebih baik serahkan KTP anda sebagai bukti bahwa anda akan bertanggung jawab!" jelas Serena.
Bunyi ponsel Serena membuat ia teralihkan sejenak. Lalu mengangkatnya "Ya halo Lela maaf, saya terlambat ada sedikit kecelakaan yang menggangguku, dan harus ku selesaikan dulu. Jangan kemana-mana tetap tunggu di sana, saya akan menjelaskan semuanya. Oke!" ucap Serena mematikan ponsel.
Gifran yang tengah tidur di dalam mobil, terbangun mendengar perdebatan Tayo dengan seorang gadis yang mengusik tidurnya. Ia lekas turun menghampiri keduanya.
"Ada apa ini Tayo?!" tanya Gifran berdiri di sampingnya.
Serena yang masih memakai helm dan masker tidak berkedip memandang wajah tampan nan rupawan laksana bidadara surga yang ada di hadapannya.
Mengetahui atasannya ada di dekatnya, Tayo menjelaskan kronologisnya.
"Gadis ini Tuan, meminta pertanggung jawaban karena tidak sengaja keserempet saat ia akan menyalip.
"Tidak usah ditanggapi, biasanya mereka hanya butuh uang. Ayo lekas pulang!" ajak Gifran. Sebenarnya, Gifran malas berurusan dengan orang-orang yang memanfaatkan penampilannya. Tapi, kali ini instingnya salah. Ia malah mebuat Serena murka mendengar ucapannya baru saja.
Mendengar ucapan yang terlontar dari mulut Gifran, Serena tidak terima dihina seperti itu, ia lantas maju kedepan dan melayangkan tinjunya ke arah wajah Gifran. "Rasakan itu! Kamu bilang aku butuh uang hah... Dasar orang kaya sombong tidak tahu etika! Seenaknya saja menghina rakyat kecil seperti kami!" omel Serena.
Serena yang selama ini mengangumi ketampanan wajah dan fisik Gifran, kini sudah tidak lagi. dalam waktu sekejap, penilainnya terhadap laki-laki itu berubah 360 derajat. Tidak seperti harapannya.
Gifran yang mendapat pukulan di wajahnya menoleh ke arah gadis bar-bar. "Hey tangan kamu berani sekali yah menyentuh wajah tampan nan rupawanku!" Ingat Jangan harap kamu bisa lolos dariku!" gertak Gifran sembari memegang wajahnya yang memar.
"Tayo! "Panggil Gifran.
"Iya Tuan."
"Cepat kamu urus gadis bar-bar ini!" ucapnya berlalu masuk ke mobil.
Ternyata diam-diam, orang-orang yang lalu lalang menyaksikan perdebatan mereka bertiga. Banyak diantara mereka yang mengenal CEO Glow & Bright dan merekam kejadian itu, lalu mengunggahnya di sosial media.
"Nona saya mohon, kita damai saja!" ucap Tayo ke Serena. Ia sudah melihat situasi saat ini kurang kondusif.
"Mudah sekali anda mengatakan itu. Jangan mimpi. Tidak semudah itu Panco pulgoso. Masalah diantara kita bertiga belum selesai. Untuk saat ini anda berdua selamat. Andaikan saya tidak punya janji dengan teman, saya akan menuntut anda sampai ke meja hijau!" geram Serena menuju ke arah motornya karena ia tidak ingin, Lela menunggu terlalu lama.
Melihat motor gadis bar-bar itu berlalu, Tayo segera masuk ke dalam mobil.
"Tuan, gawat kita dalam masalah!" seru Tayo yang melihat beberapa orang tadi merekam aksi mereka.
"Kita lihat, beritanya sampai mana. apakah akan mempenaruhi saham B&G atau tidak. Jadi, kamu tidak usah khawatir jika tidak terjadi masalah dengan perusahaan." ujar Gifran.
Keduanya lekas meninggalkan lokasi walaupun orang -orang masih mengambil gambar mereka.
Serena memasuki cafe 'Cidaha' ia mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Lela. Ternyata, sahabatnya itu berada di sudut ruangan dekat jendela kaca yang menghadap ke arah jalan. Lela yang melihat kehadiran Serena pun melambaikan tangan."Sorry telat. Kamu tahu nggak sih, di jalan gue bertemu dua laki-laki kedondong penyebab geu celaka." terangnya ketika mendaratkan diri di kursi kayu seraya menyeruput minuman yang ada di depannya.lela hanya menggeleng kepala melihat tampilan sahabatnya itu yang kacau. Ia memastikan pasti kejadian itu membuatnya naik pitam."Lo seperti pengembara yang baru menemukan air di tengah padang pasir tahu nggak."Apa yang diucapkanLela memang benar. Ia butuh minuman dingin untuk meredakan emosinya yang bergejolak."Haahhh...." Serena melipat kedua tangannya ke atas meja seraya menundukkan kepalanya.Melihat Serena yang tidak ceria seperti biasanya, Lela sebagai sahabat hanya memberikannya supp
Sebelum kembali ke kamarnya untuk mengistirahatkan tubuhnya yang kaku akibat perjalanan yang singkat, Antoni kembali menyambangi Gifran di ruangan kerja.Sedang Gifran yang masih duduk termenung di sofa, kaget. Papanya kembali masuk ke ruangan itu lansung duduk di hadapan Gifran."Apa masih ada yang mau diomongin Pa?" tanya Gifran. Ia tentu tahu, jika papanya kembali lagi, pasti ada sesuatu yang penting mau dibahas.Antoni masih diam menatap Gifran di hadapannya."Papa ingin kamu menemukan gadis itu. Bawa ke hadapan Papa!"Sontak, Gifran membulatkan matanya. Terkejut akan permintaan papanya yang belum tentu ia penuhi. Dalam hati Gifran, ia tidak mengerti apa maksud papanya menyuruhnya mencari gadis itu. Apakah gadis itu akan dimintai pertanggung jawaban atau malah disalahkan atas kejadian ini. Karena sudah barani menghajar CEO G&B."Untuk apa Papa bertemu dengan gadis yang sudah membuat masalah denganku?""
Matahari mulai menelisik dibalik jendela kamar Serena. Gadis yang menjadi viral itu masih setia bergelung di balik selimut. Di dalam mimpinya, ia bertemu dengan seorang Pangeran berkuda putih yang sangat tampan. Dengan gagah berani, Pangeran itu mengangkatnya dan membawanya naik ke Kuda yang ditunggangi bersama. Dengan posisi yang intim Pangeran memeluk Serena dari belakang, membantu menarik tali kekang kuda agar menuruti perintah sang majikan.Keduanya sangat bahagia, jalan-jalan sembari menunggang kuda merupakan hal yang romantis. Di saat keduanya berhenti di sebuah hamparan sabana yang luas, Pangeran turun, dan membantu Serena dengan mengulurkan tangan. Serena dengan senang hati menyambut uluran tangan Pangeran, akan tetapi ia tidak fokus karena terus memandangi wajah nan rupawan ciptaan Tuhan dihadapannya, sehingga ia jatuh ke tanah dengan dengan posisi berada diatas Pangeran.Keduanya merasa canggung saat wajah Pangeran makin maju mendekati hidung dan bibir Serena
Serena dan Gifran masih dalam posisi saling berdiri dan saling menatap. Diantara keduanya tidak ada satupun kalimat yang keluar dari mulut mereka. Hingga Bi Ira datang, menghentikan aksi mereka."Tuan dan Nona silahkan ke ruang tengah, Tuan besar sudah menunggu di sana." ucap Bi Ira."Baik Bi, terima kasih." balas Gifran berbalik melangkah menuju ruang tengah tanpa mengajak Serena.Sedang Serena, gadis itu masih terpaku di tempatnya. Berdiri bak patung di Madame Tussauds yang dipajang. Pikirannya mulai berkelana macam-macam. Memikirkan nasib dirinya yang sudah diujung tanduk. Entah apa yang akan keluarga mereka lakukan terhadapnya, yang jelas posisi Serena saat ini serba salah. Ia mengutuk kelakuannya sendiri saat meninju CEO G&B. dan sekarang, saat ini dirinya tengah berada di kandang harimau.***Di ruang tengah, dimana Antoni, Lusi, Gina dan Sony sudah duduk diatas sofa, yang terbuat dari bulu domba, di rancang kh
Mama Lusi terus berusaha menyadarkan Serena. Semua bagian indra yang melekat pada tubuh gadis itu, tak luput diberi aromatherapi. Serena perlahan mengerjap, kelopak mata yang tadi tertutup akhirnya sedikit mulai terbuka. pandangannya masih sedikit kabur. Ia berusaha mengingat kejadian sebelum dirinya pingsan. Matanya menelusuri ruangan yang di tempatinya, jelas terlihat berbeda. Di sudut kamar itu terdapat dua buah sofa abu-abu. Lukisan klasik bertengger di dinding, serta ranjang empuk yang menyenangkan. Lampu kristal menggantung sempurna di langit-langit kamar. Serena meyakini pintu sebelah kanannya merupakan walkin closet yang bersatu dengan kamar mandi. Ia yakin dirinya berada di salah satu kamar di kediaman keluarga Castanyo. Melirik ke samping, Serena melihat wajah cemas wanita paruh baya yang usianya tidak lagi muda, tapi masih terlihat cantik."Ta-tante." Aku dimana sekarang?" tanya Serena berusaha bangun.Mama Lusi senang melihat Serena bangun. Dan
Menjelang sore, Serena bersiap-siap pulang. Usai mengecek laporan harian, ia lekas mengambil tas dan meraih gawainya yang tergeletak di atas meja. Melangkah keluar ruangan, ia berpapasan dengan karyawannya yang membersihkan ruangan. "Semuanya aku duluan yah," sapanya lalu lekas melangkah menuju keluar, ojek online yang telah dipesan tadi sudah tiba.Untung dia memesan ojek online. Sehingga dengan cepat sampai di rumah. Tidak perlu repot-repot mengantri lama menunggu kendaraan bergerak satu sama lain.Duduk di depan teras rumah sore hari sembari menikmati cemilan pisang goreng dengan teh hangat, Ratu melihat anaknya turun dari ojek online. "Kamu dibawa kemana tadi sama pengawal keluarga Castanyo? Kamu nggak diapa-apainkan sama mereka ? Terus diantar sampai ke toko jugakan?" tanya Ratu kepo. Mengikuti dari belakang saat Serena tiba menapakkan kakinya di atas lantai rumahBerbalik menghadap ke arah mamanya Serena pun angkat bicara, "Mama Ratuku
Jarum jam menunjukkan pukul sebelas malam, manik mata coklat milik Serena belum juga menampakkan tanda-tanda sayup kelelahan. Bergeliat ke kanan dan ke kiri mencari posisi tidur yang nyaman, tidak membuatnya terlelap juga. Memikirkan ucapan Tuan Antoni yang terus berputar di kepalanya membuatnya gelisah, galau, merana. Seperti mau sidang skripsi saja. Pikir Serena. Merasa bingung dan butuh seseorang mendengarkan curahan hatinya, tangannya bergerak meraih gawai yang terletak di atas nakas, samping ranjangnya. Kemudian mencari nomor sahabat seperjuangannya sejak SMA. ["Hm, halo ada apa Paulina?"] tanya Lela di seberang sana dengan suara serak khas tidur. ["Tumben lo tidurnya cepat banget. Biasanya jugakan lo begadang sampai pagi.] seloroh Serena dengan lembut. ["Ya ampun Serena Paulina Geum Jan Di! Menurut kamu. Ini sudah jam tidur tau! Masih nanya aja! Ada apa? Nggak biasanya kamu nelfon malam-malam begini?"] omel Lela di ujung ponsel.
Di dalam cafe Cidaha, terdapat dua manusia berbeda jenis kelamin yang duduk saling berhadapan. Dibatasi meja bermaterial kayu jati sebagai penyekat antara keduanya. Makanan dan minuman yang sejak tiga puluh menit yang lalu, telah tersaji di atas meja, belum tersentuh juga oleh keduanya.Baik Gifran maupun Serena belum ada yang memulai obrolan tersebut. Hingga bunyi ponsel Serena mengalihkan perhatiannya. Ia meraih gawai yang terletak di atas meja. Lalu menggeser ikon hijau mengangkat panggilan itu.["Ada apa cinta?"] tanya Serena usai mendekatkan benda pipih itu ke telinganya.["Teman Kakak, Kak Lela datang mencari ke toko."] jawab Cinta di seberang sana.["Oh Baiklah. Katakan padanya untuk menunggu di dalam ruanganku. Tiga puluh menit lagi aku ke sana."] usai mengakhiri panggilan itu, Serena kembali meletakkan gawainya ke atas meja."Situasi macam apa ini. Oh Tuhan," gumam Serena dalam hati.&nb