Arfeen terpaku mendapati sang mertua ada di kantornya. Vano bangit dari duduk, menghampirinya bersama Viera. "Sedang apa kau di sini?" tanya Arfeen sedikit dingin. Ia ingin memangil Vano denbgan sebutan papa seperti biasanya. Tapi tenggorokannya terasa sangat sakit. "Aku ingin menemui putriku, aku masih papanya!" ucap Vano dengan ekspresi yang sama dinginnya. "Lagipula katamu ... kita harus bicara!"Semua mata yang melihat bisa merasakan ketegangan di antara mertua dan menantu itu. Ada aura permusuhan yang jelas kentara. Arfeen bukannya membenci Vano, tapi ia terlanjur menyayangi pria itu seperti papanya sendiri. Dan kenyataan pahit yang ia temukan jelas menggoreskan luka di hatinya. Vano juga merasakan hal yang sama. Ia mulai menyukai Arfen sebagai menantu, dan ketika ia tahu bahwa Arfeen adalah putra Malik. Hatinya juga hancur. Saat Malik masih hidup, Arfeen jarang tampil di muka umum. Anak itu sengaja disembunyikan karena dialah yang akan menjadi penerus klan Mahesvara yang h
Semua mata mengarah pada Larena. "Kapan? Kapan Gibran berkata seperti itu?" tanya Viera tidak sabaran. "Tadi, di kediaman Kakek. Saat aku hendak pulang dia mengirimiku pesan singkat dan memberitahu tentang hal itu!"Baik Fano maupun Viera melotot pada putrinya. "Kau pergi ke kediaman kakekmu dan tidak memberitahukan kami sama sekali!" seru Viera dengan nada tinggi."Maafkan aku, Ma, Pa. Tapi saat aku sedang dalam perjalanan ke La Viva tiba-tiba saja Larissa menelponku. Katanya Kakek menyuruhnya untuk meneleponku. Kakek memintaku datang ke rumahnya, jadi aku bertanya kepada Arfeen apakah sebaiknya aku datang dan akhirnya aku datang."Vierra tersenyum sinis, "Kenapa kakekmu tiba-tiba saja mengundangmu datang? Apa yang dia inginkan? Apakah dia tahu sekarang Arfeen memiliki kedudukan penting di Mahesvara Group, itu sebabnya dia mulai bersikap baik kepadamu!""Awalnya memang begitu, Ma. Kakek ingin memanfaatkan kedudukan Arfeen di Mahesvara Group untuk mempertemukannya dengan Tuan Muda M
"Kali ini apa yang harus saya lakukan?" tanya Rohan pada si penelepon. "Habisi bayinya!""Dia sedang hamil?" tubuh Rohan menegang. "Kau dibayar bukan untuk banyak bertanya, lakukan saja tugasmu!""Bukankah Anda bilang hanya menerornya saja? Tapi kenapa sekarang saya harus membunuh bayinya?""Itu bukan urusanmu!""Saya tidak bisa membunuh bayi yang tidak berdosa!""Cih! Jangan sok suci. Tanganmu itu sudah berlumuran darah.""Saya tahu, tapi bukan darah dari bayi suci yang bahkan belum berwujud!""Kau pikir aku tak bisa mendapatkan orang lain. Tugas seperti ini sangat mudah, tapi tidak semua orang bisa memberikan harga yang tinggi!"Rohan menggerutu. Ia membutuhkan uang itu. Tapi tidak dengan cara seperti ini. Membunuh bayi yang tidak berdosa itu sama sekali bukan prinsipnya. Ia sudah melakukan banyak dosa selama hidupnya tapi tidak dengan membunuh bayi yang bahkan masih belum berwujud. "Maaf, Tuan Jaya. Tapi saya tidak bisa melakukan tugas ini!" tolaknya lalu menutup sambungan telepo
Sesampainya di klub Arfeen mengajak sang istri untuk memasuki ruang kantornya. Ia bahkan menyuruh sang istri untuk duduk di kursinya kemudian ia memanggil Steve, manajer yang menangani semua masalah klub."Ada apa, Bos?""Aku ingin kau mengumpulkan semua para gadis di ruangan ini!" pintanya membuat Steve melotot. Tumben sekali Bosnya itu ingin mengumpulkan para gadis di sini. Ada apa? apakah mereka akan mendapatkan bonus. Steve pun meminta beberapa anak buahnya untuk memanggil semua para gadis.Mereka semua memang sudah datang sejak jam 08.00 meskipun klub mulai beroperasi jam 09.00. karena selama ini Bosnya itu jarang sekali murka jika mengenai pekerjaan. Maka mereka pun tidak merasa khawatir ketika dikumpulkan seperti itu. Semua para gadis pun berkumpul di ruangan. Mereka berdiri berjejer dengan perasaan yang tidak menentu apalagi rupanya bosnya membawa sang istri.Nyaris dari mereka semua mengidolakan Larena sebagai wanita tercantik di Kota meski dulu sempat muncul rumor yang menga
Selesai membubarkan semua para wanita dan menyuruh mereka pulang terjadi sedikit keributan di dalam klab. Semua para tamu yang biasa membooking para wanita ini harus menelan kepahitan karena mulai hari ini mereka tidak bekerja lagi bahkan manajer klub mengumumkan bahwa mereka sudah tidak menyediakan lagi jasa para wanita penghibur. Tentu saja mereka kecewa tapi tetap mereka menghargai keputusan dari pemilik klab. Siapa yang berani melawan keluarga Mahesvara? Namun tetap saja ada beberapa orang yang tidak terima bahkan ada yang mengamuk sehinggabJordi harus turun tangan sendiri untuk membungkam dan mengusirnya dari klab. Pihak klab tidak akan mentolerir siapa yang berani membuat keributan.Setelah keributan usai steve pun menyampaikan tantangan yang diberikan oleh Hardii melalui anak buahnya."Maksudmu Hardi menantangku berduel di atas ring lusa malam?" saut Arfeen menanggapi."Ini adalah tantangan secara terbuka. Apakah Bos akan menerima tantangan ini?"Arfeen mengetukkan jemarinya di
"Ini seperti mimpi pantas saja Aura yang dimiliki Arfeen itu sangat berbeda dari pemuda biasa!" puji Belinda. "Apa maksudmu?""Sejak awal aku sempat menduga jika sebenarnya Arfeen memiliki identitas lain Tapi kan aku pikir tidak akan ada percaya jadi aku tidak pernah mengungkapkan hal itu!""Kau itu hanya mengada-ngada!" "Aku serius, Rena.""Kita bahas yang lain saja.""Jadi kau akan membuka salon kecantikan?"Larena mengangguk. "Iya, aku akan memperkerjakan mereka yang bersedia. Kau tahu Bel. Berhasil membantu orang-orang yang membutuhkan itu benar-benar menciptakan perasaan yang sangat luar biasa!" "Aku yakin Arfeen selama ini sering melakukan hal itu tapi dia selalu menutupinya!" Belinda jadi teringat Arfeen pernah meminta bantuannya untuk memilihkan hadiah untuk Larena, tapi sepertinya pemuda itu belum sempat memberikannya kepada sahabatnya itu. Belinda jadi merasa iri meskipun Arfeen bukan tuan muda maheswara tapi pemuda itu jelas sangat terlihat sangat mencintai Larena. Di
Arfeen masih terpaku setelah mendengar penuturan dokter tentang bayinya. Perlahan ia menggeleng, tentu saja ia tidak akan percaya dengan hal ini bayinya masih baik-baik saja. Larena tidak keguguran.dokter itu pasti berbohong!Arfeen segera mencekram leher si dokter, menyadarkannya di tembok."Kau pasti bohong kan dokter, bayiku baik-baik saja. dia masih bersama ibunya.""Maafkan saya! tapi itu memang benar, salah satu bayi Anda tidak bisa kami selamatkan!"Deg!Salah satu? tubuh Arfeen mengendur. "Apa maksudmu dengan salah satu dokter?""Istri Anda mengandung anak kembar. salah satunya tak bisa diselamatkan, akan tetapi yang satu lagi masih selamat!"Arfeen bernafas sedikit lega, meski tetap saja ada luka yang tergores. Larena mengandung bayi kembar, tapi salah satu bayinya tak bisa diselamatkan. Bukan hanya Arfeen yang terluka mendengarkan hal itu tapi Vano dan Vierra yang belum lama sampai pun ikut melemas. Seharusnya mereka bisa memiliki cucu kembar, Tapi kini hanya salah satu ya
Arfeen mendekati ranjang Larena. Wanita itu tengah duduk melamun, ketika merasakan kehadiran Arfeen ia menoleh perlahan. Air mata kembali menggelinding di pipinya. Meski di dalam perutnya masih ada satu bayi lagi namun tetap saja ada rasa sakit yang masih tersimpan.Hati Arfeen sangat sakit melihat istrinya seperti itu, ia pun langsung merengkuh wanita itu ke dalam dekapan.Membiarkan wanita itu menangis di sana sampai benar-benar tenang. Setelah Larena berhenti menangis, ia membujuk ya untuk makan. "Aku tidak lapar!""Mungkin kau tidak, tapi bagaimana dengan baby-nya? Kau tega dia kelaparan, dia juga pasti bersedih karena saudaranya pergi. Tapi bukan berarti tak membutuhkan asupan!"Larena terperanjat, ya ... ia masih memiliki satu baby di dalam perutnya. Ia tak boleh membiarkan baby-nya kelaparan meski ia sedang bersedih. Ia tak ingin terjadi sesuatu dengan bayi yang satunya lagi, ia tak ingin kehilangan lagi.Akhirnya ia pun mau makan disuapi oleh sang suami. "Sekarang kau isti