"Ini seperti mimpi pantas saja Aura yang dimiliki Arfeen itu sangat berbeda dari pemuda biasa!" puji Belinda. "Apa maksudmu?""Sejak awal aku sempat menduga jika sebenarnya Arfeen memiliki identitas lain Tapi kan aku pikir tidak akan ada percaya jadi aku tidak pernah mengungkapkan hal itu!""Kau itu hanya mengada-ngada!" "Aku serius, Rena.""Kita bahas yang lain saja.""Jadi kau akan membuka salon kecantikan?"Larena mengangguk. "Iya, aku akan memperkerjakan mereka yang bersedia. Kau tahu Bel. Berhasil membantu orang-orang yang membutuhkan itu benar-benar menciptakan perasaan yang sangat luar biasa!" "Aku yakin Arfeen selama ini sering melakukan hal itu tapi dia selalu menutupinya!" Belinda jadi teringat Arfeen pernah meminta bantuannya untuk memilihkan hadiah untuk Larena, tapi sepertinya pemuda itu belum sempat memberikannya kepada sahabatnya itu. Belinda jadi merasa iri meskipun Arfeen bukan tuan muda maheswara tapi pemuda itu jelas sangat terlihat sangat mencintai Larena. Di
Arfeen masih terpaku setelah mendengar penuturan dokter tentang bayinya. Perlahan ia menggeleng, tentu saja ia tidak akan percaya dengan hal ini bayinya masih baik-baik saja. Larena tidak keguguran.dokter itu pasti berbohong!Arfeen segera mencekram leher si dokter, menyadarkannya di tembok."Kau pasti bohong kan dokter, bayiku baik-baik saja. dia masih bersama ibunya.""Maafkan saya! tapi itu memang benar, salah satu bayi Anda tidak bisa kami selamatkan!"Deg!Salah satu? tubuh Arfeen mengendur. "Apa maksudmu dengan salah satu dokter?""Istri Anda mengandung anak kembar. salah satunya tak bisa diselamatkan, akan tetapi yang satu lagi masih selamat!"Arfeen bernafas sedikit lega, meski tetap saja ada luka yang tergores. Larena mengandung bayi kembar, tapi salah satu bayinya tak bisa diselamatkan. Bukan hanya Arfeen yang terluka mendengarkan hal itu tapi Vano dan Vierra yang belum lama sampai pun ikut melemas. Seharusnya mereka bisa memiliki cucu kembar, Tapi kini hanya salah satu ya
Arfeen mendekati ranjang Larena. Wanita itu tengah duduk melamun, ketika merasakan kehadiran Arfeen ia menoleh perlahan. Air mata kembali menggelinding di pipinya. Meski di dalam perutnya masih ada satu bayi lagi namun tetap saja ada rasa sakit yang masih tersimpan.Hati Arfeen sangat sakit melihat istrinya seperti itu, ia pun langsung merengkuh wanita itu ke dalam dekapan.Membiarkan wanita itu menangis di sana sampai benar-benar tenang. Setelah Larena berhenti menangis, ia membujuk ya untuk makan. "Aku tidak lapar!""Mungkin kau tidak, tapi bagaimana dengan baby-nya? Kau tega dia kelaparan, dia juga pasti bersedih karena saudaranya pergi. Tapi bukan berarti tak membutuhkan asupan!"Larena terperanjat, ya ... ia masih memiliki satu baby di dalam perutnya. Ia tak boleh membiarkan baby-nya kelaparan meski ia sedang bersedih. Ia tak ingin terjadi sesuatu dengan bayi yang satunya lagi, ia tak ingin kehilangan lagi.Akhirnya ia pun mau makan disuapi oleh sang suami. "Sekarang kau isti
Rohan masih belum menjawab pertanyaan Arfeen. Tentu saja ia memiliki alasan kuat untuk tak langsung mengatakannya, tapi mungkin jika ia tetap bungkam, tuan muda Mahesvara bisa saja menghabisinya saat ini juga. Dan jika ia mati, siapa yang akan menyelamatkan Dara. Ia sudah berjanji akan mengeluarkan Dara dari tempat terkutuk itu. Rohan membalas tatapan Arfeen. Bukankah pria di depannya ini bisa membantu? Ia sangat berkuasa bukan?"Informasi ini sangat mahal, Tuan Muda. Saya yakin orang itu sudah tahu bahwa saya mencoba menggagalkan rencananya. Dan mungkin saat ini ... dia sedang mengincar satu-satunya orang yang paling berharga dalam hidup saya!"Arfeen menyipitkan mata, dari informasi yang dikumpulkan Agha. Rohan memang memiliki seorang kekasih, tapi saat ini kekasihnya menjadi salah satu penari striptis di Butterfly Night Club. Rohan beberapa kali mencoba membawanya kabur namun selalu gagal. Bahkan sekarang Rohan tak lagi bisa datang ke tempat itu. Arfeen mengagumi kesetiaan pria
"Jaya Mahesa!" Ulang Arfeen menyebut nama itu, Rohan sama sekali tak berani bereaksi. Ada nada getir dalam suara Arfeen. Orang kepercayaan sang kakak, kenapa Jay menargetkan calon anaknya? Apakah kakaknya tahu tentang hal ini? Arfeen tahu betul, Jay sangat memprioritaskan kakaknya. Pria itu akan melakukan apa pun asalkan bisa membuat Lyra bahagia. Sejak dulu, Jay menyimpan perasaan kepada Lyra. Tapi bagi Lyra Jay hanyalah orang yang memang pantas ia andalkan, bukan sebagai pendamping hidup. Melainkan tangan kanannya, algojonya. Jay tak pernah mempermasalahkan hal itu. Meski ia hanya akan dianggap budak oleh Lyra, ia rela asalkan tetap diperbolehkan berada di sisi wanita itu. Lyra tak pernah melarang Jay melakukan apa pun, bahkan ia juga bisa melakukan apa yang ia inginkan selama itu bisa membuat Lyra aman dan bahagia. Tentu saja Arfeen tidak akan menanyakan hal ini kepada Lyra secara langsung karena ia takut akan menyinggung hati kakaknya. Tapi ia kan langsung menanyakan itu kep
Arfeen keluar dari dalam kamar mandi hanya mengenakan handuk melilit pinggangnya. "Wah ... ada tamu rupanya!" Mata Larisa tak berkedip menyaksikan pandangan indah di depan matanya. Ia tak pernah menyangka jika Arfeen memiliki tubuh sebagus itu. Kedua matanya sampai tak berkedip. Arfeen berdiri bersandar tembok dengan santai. Ia melirik sang istri yang tampak sebal. "Arfeen, kenapa tak pakai baju?" sungut Larena. "Bajunya di lemari!" Arfeen menunduk lemari pakaian dengan dagu yang terhalangi orang-orang. Semua mata pun menoleh arah yang dituju Arfeen. Jadi akhirnya beberapa dari mereka menggeser tubuhnya baru Arfeen berjalan ke lemari untuk mengambil pakaian. Dan ia memilih mengenakannya di kamar sebelah, setelah rapi baru kembali ke kamarnya. "Kau mau ke mana?" tanya Larena yang melihat sang suami rapi. Ini kan hari Sabtu, seharusnya Arfeen bisa di rumah saja menemaninya. Arfeen mengambil sepatu dan duduk di ujung kasur untuk mengenakannya. Semua mata memperhatikan dirinya. "
"Lebih baik kita bicara di luar saja, Larena masih butuh ketenangan!" ajak Viera yang tahu perbincangan ini akan memanas. Tentunya Viera tak ingin Larena sampai keguguran lagi. Putrinya itu sedang mengandung calon pewaris klan Mahesvara. Ia yakin jika anak yang dilahirkan Larena itu laki-laki, cucunya itu yang akan mewarisi tahta Arfeen nantinya. Itu sebabnya ia harus membujuk Vano untuk mengalah saja pada menangunya. Entah suaminya itu bersalah atau pun tidak, akui saja jika ia memang salah dan meminta pengampunan dari Arfeen, mungkin masalahnya bisa beres. Arfeen sangat mencintai Larena, jadi ia yakin jika pemuda itu pasti akan memaafkan suaminya.Semua membenarkan ucapan Viera, mereka pun berbicara di ruang tamu. Sementara Jean masuk ke kamar Larena membawa bubur pesanan wanita itu. Sementara Arfeen saat ini berada di markas, latihan fisik. Ia berlatih dengan Jordi. Arfeen tak pernah menyangka jika rupanya Jordi nyaris setangguh dirinya. Ia tak pernah mengetahui rekam jejak Jor
"Kita akan lihat apakah istriku cocok denganmu atau tidak. Jika dia tidak cocok aku tak bisa menerimamu!""Saya mengerti, Tuan Muda."Dara hanya ingin membalas Budi pria yang ada di hadapannya. Ia tahu ia tak memiliki apa pun untuk bisa membalas kebaikannya, selain tenaga dan kesetiaan. Seperti Rohan yang memutuskan untuk mengabdi padanya, ia juga akan melakukan hal yang sama. Mengabdi pada tuan muda Mahesvara.Ia berharap istri dari tuan muda Mahesvara bersedia menerimanya sebagai pelayan.Itu jauh lebih baik daripada ia harus mempertontonkan tubuhnya kepada para pria hidung belang di klub. Bahkan melayani nafsu bejat mereka. Ia memang mendapatkan uang tips yang lumayan dari pekerjaannya itu. Tapi itu semua tidak akan bisa membeli kebahagiaan. Semalam setelah penggrebekan terjadi, dna memberikan keterangan sebagai saksi pad apihak kepolisian. Ia mengikuti Rohan ke kontrakannya, ia sengaja tak membawa semua uang yang ia dapatkan sebagai tips. Ia tak mau mengunakan uang itu lagi. "M