Share

Bab 2 Pria Penyelamat

Author: XENA
last update Last Updated: 2024-07-22 13:21:03

“Biarkan aku ketemu ibuku dulu!”

Sementara itu, kedua pria berwajah bengis yang memegang erat tangan Luna, tidak menghiraukan ocehan wanita muda itu. Mereka tetap memaksanya, meskipun Luna dengan sekuat tenaga mempertahankan dirinya agar tidak bisa bergerak sedikit pun dari depan ruangan tersebut.

“Ibumu sudah sadar! Kau harus ikut kami sekarang!”

"Tidak! Jangan bawa saya! Saya harus menemani Ibu!"

"Jangan melawan! Ikut kami atau kamu akan tahu akibatnya!"

Kedua pria tersebut bergantian memberikan peringatan pada wanita muda yang sedang berusaha melawan. Bahkan seruannya membuat mereka bertambah geram dan marah. Pasalnya, pandangan semua orang di sekitar tertuju pada mereka.

"Hentikan!" 

Suara seorang pria dari dalam ruangan tersebut, membuat perhatian mereka beralih padanya. Kedua pria berbadan kekar itu tertegun melihat sosok pria yang seolah sedang menantang mereka. Pria tampan dengan tubuh proposional yang dibalut sebuah jas putih sedang menatap tajam pada keduanya.

"Jangan ikut campur, Dok!" bentak pria berkepala botak yang membalas tatapan sang dokter.

Sang dokter berjalan mendekati mereka. Pria yang memakai jas berwarna putih itu, berdiri tepat di hadapan keduanya, dan berkata dengan tegas, "Sebaiknya kalian berdua pergi dari rumah sakit ini! Seharusnya kalian tahu, jika di dalam rumah sakit dilarang membuat gaduh!"

"Dokter tidak perlu ikut campur! Tugas dokter hanya memeriksa dan mengobati pasien! Jangan mencampuri urusan orang lain!" ujar pria berambut ikal dengan tatapan yang seolah mengibarkan bendera permusuhan.

Sang dokter meraih tubuh wanita muda tersebut dengan paksa, sehingga kedua tangan pria yang akan membawanya, terlepas begitu saja dari tangan Luna. 

"Dia adalah anak pasien saya. Jadi, mulai sekarang dia menjadi tanggung jawab saya," tutur sang dokter dengan tegas, seolah tidak bisa dibantah oleh siapa pun.

Sontak saja kedua pria berpenampilan preman itu tertawa mendengar perkataan sang dokter yang dianggapnya hanya bualan semata. 

Selama perjalanan mereka sebagai penagih utang, tidak ada seorang pun merelakan dirinya untuk melindungi orang yang ditagih. Terlebih lagi membayar utang-utang mereka.

"Jangan bercanda, Dok!" ujar pria berkepala botak dengan tatapan yang mengisyaratkan ancaman. Bisa-bisa ia dihajar oleh bosnya jika tidak berhasil menagih utang. “Kami harus segera membawa perempuan ini!”

Kedua pria berbadan kekar tersebut masih saja berusaha menarik tangan wanita yang menjadi tawanan mereka. 

Namun, sang dokter melindungi Luna dari kedua preman tersebut, bahkan setengah mememeluk gadis itu.

“Hei, kalian!”

Tiba-tiba terdengar suara teriakan seorang pria yang disertai bunyi peluit, membuat perhatian kedua preman tersebut menoleh ke arah sumber suara. Dua orang berseragam satpam sedang berlari ke arah mereka. Sontak saja, keduanya berlari ke arah yang berlawanan dengan kedua satpam itu.

"Brengsek! Tunggu saja nanti!"

"Kami pasti akan membawamu!"

Teriakan kedua preman itu pun sampai di telinga Luna dan sang dokter. Kedua pria berwajah bengis meninggalkan ancaman yang mengiringi kaki mereka, ketika berlari keluar rumah sakit tersebut.

"Kamu baik-baik saja?" tanya sang dokter seraya memandang wajah cantik wanita muda yang masih dalam posisi dalam rangkulannya.

Seketika tubuh Luna menegang melihat wajah tampan sang dokter yang begitu teduh dan menenangkan. Terlebih lagi suara pria yang sedang merangkulnya, berhasil menggetarkan hatinya.

Luna, seorang gadis lugu yang menghabiskan masa mudanya dengan belajar dan bekerja. Kondisi sang ibu yang sudah berumur dan sakit-sakitan setelah kematian suaminya, membuat Luna kecil harus berjuang demi mencukupi kebutuhan mereka. Beruntungnya dia selalu mendapatkan beasiswa hingga tingkat akhir sekolahnya.

Dan … ini adalah pertama kalinya Luna sedekat ini dengan seorang pria.

"Kamu terluka?" tanya sang dokter kembali yang tak kunjung mendapatkan jawaban dari wanita muda tersebut.

"Ti-tidak," jawab Luna dengan gugup. “Saya baik-baik saja.” 

Gadis itu berkedip beberapa kali. Bulu matanya yang lentik dan matanya yang besar menjadi daya tarik wajah ayu tersebut.

Mendapati gadis di hadapannya salah tingkah, sang dokter terkekeh pelan.

Jantung Luna semakin berdegup kencang. Bahkan wajahnya terasa panas, memunculkan semburat merah di kedua pipi gadis itu. 

Buru-buru, Luna menarik diri dari sang dokter dan menunduk.

"Maaf sudah membuatmu tidak nyaman,” ucap sang dokter. “Aku tidak ada maksud lain. Ibumu meminta bantuanku tadi." 

Seketika Luna teringat akan ibunya. Tanpa sadar dia memegang lengan sang dokter, dan bertanya dengan nada mendesak, "Bagaimana keadaan ibu saya, Dok?"

Sang dokter tersenyum, dan mengarahkan tangannya ke arah pintu ruang IGD, seraya berkata, "Pasien sudah sadar. Masuklah ke dalam untuk menemuinya."

Tanpa menunggu lama, Luna pun berjalan cepat masuk ke dalam ruangan tersebut. Pandangan matanya mengitari ruangan untuk mencari sosok wanita yang sangat berarti dalam kehidupannya. Seketika kakinya bergerak cepat menghampiri sang ibu yang masih terbaring lemah di tempat tidur pasien. 

"Ibu!" serunya sembari memeluk tubuh ringkih sang ibu.

Air mata keduanya luruh begitu saja. Hanya sepasang ibu dan anak itu saja yang tahu akan perasaan mereka saat ini. Akan tetapi, suasana haru bisa dirasakan oleh sang dokter yang menolongnya.

Pria tampan yang menggunakan jas berwarna putih tersebut, menatap iba pada mereka. Seakan sedang merenungi sesuatu.

Sementara itu, sang ibu mengurai pelukan putrinya. Tangannya yang mulai keriput, mengusap lembut air mata di pipi putri kesayangannya. 

"Apa mereka melukaimu?" tanya ibu Luna.

Suara serak sang ibu membuat hati Luna terasa sakit. Wanita yang telah melahirkannya, berusaha keras untuk menahan tangis dan kesedihan di hadapannya. 

Saat itu juga Luna berjanji akan berusaha melakukan apa saja agar sang ibu bebas dari utangnya, dan dia pun berjanji akan membuat sang ibu bahagia dengan caranya sendiri.

"Tidak, Bu. Dokter datang pada saat mereka akan membawaku pergi," jawab Luna kemudian sembari tersenyum, berusaha menenangkan hati sang ibu.

Wanita tua itu melihat ke arah sang dokter yang berdiri tidak jauh dari mereka. Dia tersenyum tulus, dan berkata, "Terima kasih, Dok. Maaf telah merepotkan Dokter."

"Tidak masalah, Bu.” Dokter tersebut tersenyum kecil. “Lagi pula itu semua demi kenyamanan pasien dan lingkungan rumah sakit. Jadi, sudah sewajarnya saya membantu.”

Semburat merah menghiasi pipi Luna, ketika melihat senyuman sang dokter yang membuat jantungnya kembali berdebar kencang. Dia memeluk kembali tubuh sang ibu, untuk menyembunyikan wajahnya yang merona. 

“Luna,” ucap ibunya kemudian. Suara beliau yang lemah terdengar tegas. "Lebih baik kamu pergi dari sini, dan bersembunyi di suatu tempat yang aman. Jangan sampai mereka melihatmu dan membawamu untuk melunasi utang-utang Ibu,"

Luna mengurai pelukannya. Ditatapnya manik mata sang ibusembari berkata dengan tegas, "Tidak. Luna tidak akan meninggalkan Ibu sendirian. Luna akan melindungi Ibu dari mereka."

"Tidak, Luna. Pergilah. Kita tidak punya uang untuk membayar mereka," ujar sang ibu.

Bahkan tangan wanita tua itu memegang dadanya, dan berekspresi seolah sedang menahan rasa sakit.

Sang dokter bergegas menghampirinya. Dia mengetahui keadaan pasiennya yang sedang lemah dan belum stabil. 

"Sebaiknya Ibu berbaring. Saya akan memeriksa Ibu kembali," perintah sang dokter seraya memakai stetoskopnya. 

Wanita tua itu tidak menurut. Dia masih berusaha membuat putrinya pergi dari sisinya. 

"Pergilah. Cepat pergi dari sini," ucapnya dengan susah payah, dan berlinang air mata.

"Saya akan membayar utang kalian. Jadi, sebaiknya Ibu segera berbaring, dan biarkan anak Ibu tetap menemani di sini," ujar sang dokter dengan tegas.

Seketika sepasang ibu dan putrinya menatap ke arah sang dokter, seolah tidak percaya dengan apa yang mereka dengar. 

Melihat kedua wanita yang berbeda usia itu menatap seolah ingin bertanya padanya, sang dokter pun kembali berkata,

"Saya akan melunasi utang kalian, dengan syarat anak Ibu harus memenuhi keinginan istri saya."

Related chapters

  • Pesona Istri Kedua Pria Berkuasa   Bab 3 Jadilah Dewi Penolong

    Sepasang ibu dan anak tersebut saling menatap, seolah saling mempertanyakan apa yang telah mereka dengar. "Apa yang harus Luna lakukan, dok?" tanya wanita tua tersebut dengan ekspresi menahan rasa sakit di dalam dadanya."Lebih baik Ibu berbaring, dan saya akan periksa terlebih dahulu. Jika keadaan Ibu sudah membaik, kita akan membicarakannya lagi," tutur sang dokter, seraya memberikan kode pada perawat untuk membantu wanita tua tersebut berbaring di tempat tidurnya.Luna pun membantu sang ibu untuk menuruti perintah dari dokter yang akan menolong mereka. Wanita tua itu menatap sang dokter dengan mata yang berkaca-kaca, seraya berkata,"Terima kasih, dok. Sepertinya Tuhan memberikan saya penyakit ini agar bisa bertemu dengan Dewa Penolong kami.""Jangan berkata seperti itu, Bu. Lebih baik Ibu berdoa agar bisa cepat sembuh," ujar sang dokter, sembari meletakkan stetoskop di dadanya.'Seharusnya saya yang berterima kasih pada kalian, karena telah menghadirkan Dewi Penolong untuk keluar

    Last Updated : 2024-07-22
  • Pesona Istri Kedua Pria Berkuasa   Bab 4 Calon Direktur

    "Dewi Penolong?" celetuk Luna dengan tatapan penuh tanya. Sang dokter mendengar pertanyaan yang diajukan Luna padanya. Hanya saja, dia mengabaikannya. Dokter tampan itu menatap tajam pada kedua preman berwajah bengis, dan berkata,"Akan saya hubungi kalian, jika semuanya sudah siap."Dokter Kenzo tidak mau membuang-buang waktu untuk berdebat dengan kedua preman itu. Terlebih lagi saat ini mereka menjadi pusat perhatian seluruh orang yang berada di lobi rumah sakit tersebut. Tidak terkecuali orang-orang yang barada di lantai atas sedang melihatnya."Bagaimana anda bisa menghubungi kami, jika kita belum saling mengenal?" tanya pria berkepala botak di sela kekehannya.Merasa kedua preman tersebut akan semakin memperpanjang percakapan mereka, sang dokter pun segera meraih tangan Luna, dan menariknya. Semua menatap heran pada Dokter Kenzo yang membawa gadis tersebut berjalan bersamanya menuju lantai atas, di mana ruangan sang dokter berada.Wanita muda yang berpenampilan acak-acakan itu,

    Last Updated : 2024-07-22
  • Pesona Istri Kedua Pria Berkuasa   Bab 5 Menjadi Ibu Pengganti

    "A-apa? Direktur Rumah Sakit?" celetuk Luna tanpa sadar.Sontak saja kedua dokter pria tersebut menoleh ke arah belakang, di mana sumber suara yang mengangetkan mereka berasal. Beruntungnya Luna cepat menyadari kecerobohannya, sehingga dengan tanggap dia berjongkok dan membungkam bibirnya menggunakan kedua tangan.Dua pria yang memakai jas putih tersebut saling menatap heran, setelah tidak melihat siapa pun berada di belakang mereka. "Tidak ada siapa-siapa," ucap salah satu dari mereka."Aneh," sahut rekan yang ada di sebelahnya.Mereka berdua kembali melanjutkan perjalanannya, tanpa mengetahui keberadaan Luna yang masih berjongkok di tempatnya. Tanpa ragu gadis yang sedang penasaran itu, kembali mengikuti kedua dokter tersebut. Dia berusaha mencuri dengar semua pembicaraan mereka mengenai Dokter Kenzo."Dokter Kenzo sangat beruntung. Dia lahir di tengah-tengah keluarga yang mempunyai garis keturunan konglomerat yang sangat kaya raya. Dan beruntungnya lagi, Ibunya merupakan pewaris d

    Last Updated : 2024-07-22
  • Pesona Istri Kedua Pria Berkuasa   Bab 6 Kutitipkan Benihku Padamu

    Seketika Dokter Kenzo menoleh ke arah Luna, gadis yang akan menjadi tempat penitipan benihnya. "Enyahkan pikiran dangkal mu itu! Menjadi ibu pengganti bukan berarti harus menikah! Sekarang jaman sudah modern. Banyak tekhnologi canggih yang bisa membantu seorang wanita menjadi ibu tanpa melakukan hubungan badan dengan lawan jenisnya!" tegas Kenzo dengan emosinya. Terlihat kekesalan dari mata sang dokter yang sangat mencintai istrinya. Dia tidak mau jika sang kekasih hati meragukan cintanya. Bagi seorang Kenzo Matteo, Serena Hogan merupakan wanita sempurna. Selain cantik dan pintar, menurut Kenzo, Serena merupakan wanita terhebat di antara semua wanita yang pernah ditemuinya. Bahkan sejak pertama kali bertemu, sang dokter telah jatuh hati padanya. Seketika Luna beringsut ketakutan. Dia tidak berani menatap sang dokter yang sedang kesal padanya. Keberanian Luna pada Dokter Kenzo yang merasa dekat dengannya, kini pun telah sirna."Maaf karena telah lancang bertanya. Hanya itu yang ada

    Last Updated : 2024-09-01
  • Pesona Istri Kedua Pria Berkuasa   Bab 7 Perubahan Rencana

    Di depan sebuah cermin besar yang berada di dalam ruang ganti, Luna menatap bayangan dirinya pada cermin tersebut. Diperhatikan dengan seksama gambar dirinya dari ujung kaki hingga ujung kepala. "Pantas saja dia tidak berminat padaku, ternyata aku tidak sebanding dengan istrinya," ucap lirih gadis tersebut diakhiri dengan helaan nafas yang terdengar begitu berat.Suara ketukan pintu membuatnya tersadar, dan menoleh ke arah sumber suara."Cepatlah keluar agar kita bisa segera melakukannya!" Suara pria yang sangat dikenalnya, membuat Luna semakin sadar jika dunia mereka berdua terlalu berbeda. Dengan terburu-buru, kakinya pun bergerak menghampiri pintu. Namun, tangannya berhenti bergerak ketika menyentuh gagang pintu.'Cukup, Luna. Hentikan perasaanmu pada Dokter Kenzo. Mulai sekarang kamu harus bersikap sebagai orang yang bekerja pada mereka, tidak boleh lebih dari itu,' batinnya.Pintu pun terbuka, sehingga membuat Luna terperanjat kaget melihat sosok sang dokter yang berada di bal

    Last Updated : 2024-09-02
  • Pesona Istri Kedua Pria Berkuasa   Bab 8 Menikahlah Denganku

    Di depan seorang pasien wanita yang masih belum sadarkan diri, Kenzo beserta istrinya dan juga Luna sedang berdiri di sampingnya. Mereka bertiga memperhatikan beberapa alat medis yang menempel pada tubuh pasien wanita tersebut. "Ibu adalah orang tua saya satu-satunya, dok. Ayah saya sudah meninggal beberapa tahun yang lalu," ucap Luna dengan menatap iba pada wanita yang terbaring di tempat tidur pasien.'Sial! Kenapa aku bisa melupakan hal ini?!' batinnya mengumpat marah.Namun, saat itu juga Kenzo teringat akan sesuatu. Tanpa memberitahukan pada sang istri, dia pun tanpa sadar mengatakan apa yang ada di dalam pikirannya."Sepertinya tidak mungkin jika kita harus menunggu ibumu sadar terlebih dahulu. Kita lakukan saja pernikahannya tanpa restu dari ibumu. Saya yakin ibumu tidak akan marah jika mengetahuinya."Serena menatap tajam pada sang dokter. Hatinya merasa marah mendengar keputusan suaminya. Akan tetapi, kemarahannya itu bisa dirasakan oleh Kenzo. Pria yang masih memakai jas pu

    Last Updated : 2024-09-04
  • Pesona Istri Kedua Pria Berkuasa   Bab 9 Sandiwara

    Kesal dan marah yang Serena rasakan saat ini. Perasaan tersebut membuatnya enggan membantu calon madunya untuk berpenampilan sesuai kasta mereka. Namun, dia tidak memiliki pilihan selain mendandani calon madunya untuk tampil cantik di hadapan kakek mertuanya.Luna, gadis lugu dan polos itu terlihat sangat cantik, modis, anggun dan berkelas. Hampir tidak ada bedanya dengan Serena untuk saat ini. Sang Nyonya Besar dari kediaman Kenzo Matteo menatap kesal pada gadis tersebut. Pasalnya, dia diberi tugas oleh sang suami untuk membantu Luna mendapatkan hati kakek mertuanya. Wanita mana yang bisa dengan tenang dan ikhlas melakukan itu semua?Begitu juga dengan Serena. Dia mencoba mencari cara untuk membuat Ron Matteo tidak menyukai calon istri kedua cucu kesayangannya. 'Shit!' umpatnya ketika mengingat perkataan suaminya yang memberitahu konsekuensi apabila Luna tidak bisa mengambil hati sang kakek."Bagaimana? Apa kamu menyukainya?" tanya Serena dengan malas pada calon madunya."Apa bena

    Last Updated : 2024-09-06
  • Pesona Istri Kedua Pria Berkuasa   Bab 10 Restu Pernikahan

    "Itu bukan hal yang penting, Kek. Yang terpenting, kita berdua akan menikah, dan memberikan keluarga Matteo seorang penerus, seperti yang Kakek inginkan."Ucapan Kenzo membuat seorang Ron Matteo terkekeh. Terlebih lagi melihat kedua mata cucu kesayangannya yang mengisyaratkan sesuatu. "Jika kalian berdua tidak memiliki panggilan sayang, maka orang lain akan mengira jika pernikahan kalian hanya sandiwara saja," ucap sang kakek sembari menyeringai.Kenzo mengepalkan tangannya. Dia berusaha keras untuk menahan kekesalan dalam hatinya. Berbeda dengan sang kakek. Pria yang sudah berusia senja itu, kembali menyeringai, seolah sedang mengejek cucu kesayangannya."Apa dia pasienmu, Kenzo? Tidakkah dia calon istrimu? Jadi, bukankah seharusnya dia tidak memanggilmu dengan sebutan yang sama seperti pasienmu di rumah sakit?" imbuh sang kakek dengan tatapan menyelidik padanya."Dia bukan pasien Kenzo, Kek. Ibunya sedang dirawat di rumah sakit, dan kebetulan sekali Kenzo yang menjadi dokternya. Ja

    Last Updated : 2024-09-08

Latest chapter

  • Pesona Istri Kedua Pria Berkuasa   Bab 167 Cerai

    "Maafkan Papa, Carla."Tiba-tiba saja terdengar suara pria yang membuat Carla terhenyak dari lamunannya. Wanita muda itu menoleh ke arah sumber suara yang sangat diyakininya milik Damian, papa tirinya. "Papa," ucapnya lemah sambil memaksakan senyumnya. Damian tersenyum menanggapinya. Pria paruh baya tersebut duduk di samping putri tirinya, dan menatap ke arah yang sama dengannya. "Papa tidak mengira jika kamu sudah mengetahuinya," tukas Damian sembari menatap lurus ke depan."Maafkan Carla, Pa. Bukan maksud Carla untuk menutupi atau berada di pihak Mama. Carla hanya butuh waktu untuk membuktikan kecurigaan Carla selama ini pada Mama," tutur putri tiri Damian dengan penuh penyesalan. Pria paruh baya yang berkarisma itu menoleh ke arah sampingnya, di mana putri tirinya sedang duduk bersamanya. "Kenapa kamu meminta maaf pada Papa? Kamu sama sekali tidak bersalah, Carla. Semua ini terjadi karena Papa. Jadi, jangan menyalahkan atau membenci mamamu."Senyuman Damian yang tulus membuat

  • Pesona Istri Kedua Pria Berkuasa   Bab 166 Mari Berpisah

    Tubuh Kania lemas seketika. Tak pernah sedikit pun dia mengira, jika sang suami mengetahui perselingkuhannya. "Bagaimana bisa itu terjadi?" gumamnya sembari duduk lemas di lantai, dan bersandar pada dinding. "Kenapa, Ma? Apa Mama tidak mengira jika Papa Damian akan mengetahuinya?" tanya Carla dengan sinis. Wanita muda itu menyeringai melihat sang mama lemas tidak berdaya, seolah telah kehilangan semangat hidupnya. Kania menatap kesal pada putri tunggalnya. Bagaimana tidak, Carla yang notabenenya adalah putri kandungnya, malah memihak papa tirinya. "Hilangkan pikiran jelek Mama tentangku. Carla tidak memihak siapa pun, Ma. Carla hanya berada di pihak yang benar. Jika memang Mama sudah tidak mencintai Papa Damian, lebih baik katakan baik-baik padanya, dan mintalah untuk berpisah secara baik-baik pula. Carla ingin hubungan baik kita tetap baik dengan keluarga Matteo," tutur Carla yang mencoba menebak isi hati sang mama ketika melihat tatapan kesalnya. "Sok tahu sekali kamu, Carla! K

  • Pesona Istri Kedua Pria Berkuasa   Bab 165 Kebahagiaan dan Kesengsaraan

    Luna terkesiap mendengar pertanyaan dari sang ibu yang baru saja terbangun dari tidur panjangnya. Dia tidak menyangka jika ibunya mengetahui tentang buah hatinya bersama dengan Kenzo yang masih dalam kandungannya."I-ibu," ucapnya dengan mata yang berkaca-kaca. Lidahnya kelu, tidak bisa mengeluarkan kata-kata untuk meneruskan apa yang ingin dikatakannya pada sang ibu.Tangan wanita paruh baya itu bergerak perlahan untuk mengusap air mata putrinya. Dia tersenyum tipis, dan menatap dalam pada kedua mata putri kesayangannya. Sang ibu melihat ada kesedihan yang teramat mendalam pada mata indah tersebut. "Maafkan Ibu, Luna," ucapnya dengan susah payah. "Tidak. Tidak, Bu. Ibu tidak salah," sahut Luna dengan cepat, sembari menggelengkan kepalanya. Tanpa sadar air matanya pun kembali menetes di pipinya. Suasana haru itu berlangsung beberapa saat. Ibu dan anak tersebut saling melepaskan kerinduannya. Luna pun menceritakan semua yang terjadi padanya selama sang ibu berada di rumah sakit. Han

  • Pesona Istri Kedua Pria Berkuasa   Bab 164 Bangun Dari Alam Bawah Sadar

    Kenzo dapat melihat kekhawatiran sang istri yang mengarah pada kecemburuan. Pria beristri dua itu tersenyum, dan mendekati sang istri, seraya memperlihatkan layar ponselnya. "Dari rumah sakit, Sayang. Sebentar ya, aku akan menjawab panggilan ini dulu. Siapa tahu panggilan ini sangat penting, dan mungkin saja mereka sedang membutuhkanku," ucapnya dengan lembut, sembari tersenyum pada sang istri. Luna menganggukkan kepalanya. Dia mengijinkan suaminya untuk menjawab panggilan tersebut. Hanya saja, wanita yang sedang hamil itu tidak bisa mengalihkan pandangannya dari sang suami. Bahkan dia memasang baik-baik indera pendengarnya untuk bisa mendengarkan percakapan suaminya dengan si penelpon. "Apa?!" ujarnya terperanjat kaget, sembari beranjak dari duduknya. Sontak saja Luna terhenyak, dan berusaha untuk mencari tahu dengan mendekati suaminya. "Lalu, bagaimana keadaannya sekarang? Apa ada yang tidak beres?" tanyanya dengan cemas pada seseorang di seberang sana. Kenzo bernafas lega. Ad

  • Pesona Istri Kedua Pria Berkuasa   Bab 163 Nasib Sial

    Setelah berkali-kali tersedak, Serena masih saja mengalami kesialan. Madam Anna mengharuskannya untuk mencuci peralatan makan yang telah dipakainya. "Sialan! Apa mereka kira aku pembantu?!" umpatnya sambil berjalan menuju dapur. Omelannya turut menyertai sepanjang perjalanannya menuju dapur yang terletak di ujung paling belakang rumah tersebut. Karena sibuknya merangkai umpatan, Serena tidak memperhatikan sekelilingnya. Keadaan lorong dan sekitarnya yang sangat sepi pun tidak disadarinya. Wanita angkuh itu berjalan dengan sangat percaya diri dengan membawa piring yang di atasnya terdapat sendok, garpu, dan juga gelas bekas dipakainya. Bahkan ketika masuk ke dalam dapur yang sunyi itu pun Serena masih saja mengomel tanpa henti. Piring beserta pelengkapnya itu diletakkan dengan keras pada sink pencuci piring, hingga mengeluarkan bunyi yang membuatnya kaget."Apa piringnya pecah?" gumamnya sembari melihat keadaan piring tersebut. Seketika dia tersenyum melihat kondisi piring tersebut

  • Pesona Istri Kedua Pria Berkuasa   Bab 162 Ungkapan Hati

    Selama perjalanan, Luna memperlihatkan wajah kesalnya. Di dalam mobil pun dia duduk menjauh dari suaminya. Melihat hal itu, Kenzo tidak tahan. Apalagi dijauhi oleh istri kesayangannya, ibu dari anak-anaknya. Kenzo meraih pinggang sang istri, dan menariknya hingga berdempetan dengannya. Luna terkesiap. Dengan reflek dia menoleh ke arah sang suami. Kedua mata mereka pun saling bertemu."Sayang, jangan kesal seperti ini. Aku sangat tersiksa," ucap Kenzo sembari mengiba dengan tatapan matanya.Hati Luna benar-benar tidak tega melihatnya. Rasa cintanya pada sang suami begitu besar, sehingga mengalahkan rasa kesalnya pada pria yang berstatus sebagai suaminya. "Aku mohon," sambungnya dengan penuh harap.Hati Luna bergetar. Egonya mengatakan untuk tetap bersikap kesal, dan mengacuhkan suaminya. Akan tetapi, dia tidak bisa membohongi hatinya. Cinta seorang wanita yang telah mengandung buah hati dari pria tersebut, membuatnya luluh. Tanpa sadar dia pun menganggukkan kepalanya.Seketika senyum

  • Pesona Istri Kedua Pria Berkuasa   Bab 161 Permintaan Istri

    Kenzo menghempaskan tangan istri pertamanya, dan menghampiri istri keduanya. Pria beristri dua tersebut memeluk erat istri keduanya, dan menatap tajam pada istri pertamanya. "Luna akan tetap bersamaku. Di mana pun dia berada, aku akan selalu ada di sampingnya," ucapnya dengan tegas. Serena terperangah melihatnya. Kini, dia bagaikan seorang istri yang terbuang. Parahnya lagi posisinya telah digantikan oleh madunya. Semua orang menatapnya seolah sedang menertawakannya. "Baguslah. Ayo kita pulang sekarang. Badanku sudah sangat lelah," ujar Kania sembari memijit tengkuk lehernya. "Tetap di tempat! Semua sudah diputuskan. Hukuman kalian bertiga harus tetap dilakukan hingga selesai. Jika kalian tidak melakukan hukuman dengan baik, maka akan ditambah satu hari lagi untuk setiap kesalahan," tutur Ron Matteo dengan tegas. "Tapi, Pa--" "Diam!" bentak Ron Matteo menyahuti sang menantu yang ingin memprotesnya. Seketika Kania bersembunyi di belakang tubuh suaminya. Tangannya mence

  • Pesona Istri Kedua Pria Berkuasa   Bab 160 Hukuman

    "Ayo turun!" bentak seorang polisi yang membukakan pintu mobil untuk mereka. Kania, Serena, dan Carla turun bergantian dari dalam mobil. Kaki mereka terasa berat, sehingga enggan melangkah. "Kenapa masih berdiri di sini?!" tanya polisi tersebut dengan tegas.Ketiga wanita itu saling mendekat, merasa takut akan wajah garang polisi yang menggertak mereka. "Cepat jalan!" bentak polisi tersebut dengan mempertegas wajah garangnya. Sontak saja mereka bertiga saling mendorong untuk berjalan terlebih dahulu. Tidak hanya itu saja, bahkan suara mereka layaknya lebah yang mendengung untuk saling memerintah."Sepertinya peluru ini tidak akan meleset, meskipun dari jarak jauh," ujar sang polisi dengan meninggikan suaranya. Seketika badan mereka menegang. Saat itu juga ketiga wanita tersebut berjalan cepat, seolah sedang berlomba menuju bangunan yang berjarak tidak jauh dari tempat mereka berdiri. Para polisi terkekeh melihat tingkah ketiga wanita yang akan dihukum oleh keluarga Matteo, kelua

  • Pesona Istri Kedua Pria Berkuasa   Bab 159 Pencuri Teriak Pencuri

    Seketika senjata yang dipegang oleh beberapa polisi mengarah pada Luna, wanita yang berdiri di samping Kenzo, suami Serena. Sontak saja Luna beringsut ketakutan. Wanitayang sedang hamil tersebut mencengkeram tangan suaminya, dan berpegangan erat padanya."Turunkan senjata kalian!" perintah Kenzo dengan tegas pada polisi-polisi tersebut. Sebagian polisi masih mengarahkan senjatanya pada ketiga wanita yang telah membuat keributan dalam rumah utama keluarga Matteo, dan sebagian lagi mengarahkan senjatanya pada Luna."Apa kalian tuli?! Turunkan senjata kalian! Wanita ini istriku! Dia sedang mengandung anakku!" bentak Kenzo sambil merangkul tubuh istri kecilnya. Ron Matteo memberikan tanda pada sang putra untuk menyelesaikan kekacauan yang ada. Damian pun mengerti. Pria paruh baya tersebut berjalan dengan penuh wibawa mendekati salah satu polisi yang mengarahkan senjatanya ke arah Luna. "Turunkan senjata kalian. Dia menantuku, dan sedang mengandung keturunan Matteo," perintahnya dengan

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status