Share

Bab 7 Perubahan Rencana

Di depan sebuah cermin besar yang berada di dalam ruang ganti, Luna menatap bayangan dirinya pada cermin tersebut. Diperhatikan dengan seksama gambar dirinya dari ujung kaki hingga ujung kepala.

"Pantas saja dia tidak berminat padaku, ternyata aku tidak sebanding dengan istrinya," ucap lirih gadis tersebut diakhiri dengan helaan nafas yang terdengar begitu berat.

Suara ketukan pintu membuatnya tersadar, dan menoleh ke arah sumber suara.

"Cepatlah keluar agar kita bisa segera melakukannya!"

Suara pria yang sangat dikenalnya, membuat Luna semakin sadar jika dunia mereka berdua terlalu berbeda. Dengan terburu-buru, kakinya pun bergerak menghampiri pintu.

Namun, tangannya berhenti bergerak ketika menyentuh gagang pintu.

'Cukup, Luna. Hentikan perasaanmu pada Dokter Kenzo. Mulai sekarang kamu harus bersikap sebagai orang yang bekerja pada mereka, tidak boleh lebih dari itu,' batinnya.

Pintu pun terbuka, sehingga membuat Luna terperanjat kaget melihat sosok sang dokter yang berada di balik pintu tersebut. Seketika wajah gadis yang memakai baju pasien berwarna baby pink itu pun memerah. Tanpa sadar, pandangan matanya tertuju pada wajah tampan sang dokter yang mampu menghipnotisnya.

"Kenapa diam? Cepatlah keluar! Jangan membuat semua orang menunggumu!" gertak sang dokter dengan suara lirih, tapi tegas dalam pelafalannya.

Seketika Luna terhenyak dan menerobos keluar ruangan tersebut dengan menyingkirkan tubuh sang dokter yang menghalangi pintu. Dokter Kenzo menatap heran pada punggung gadis tersebut, seraya bergumam,

"Dasar gadis aneh. Sialnya lagi aku akan sering bertemu dengannya."

"Kenapa menatapnya seperti itu?" tanya Serena seraya tersenyum pada suaminya.

Dokter Kenzo memaksakan senyumnya, sembari berjalan menghampiri sang wanita pujaan hati.

"Dia gadis yang aneh," ucapnya setelah berdiri di sebelah sang istri.

Serena tersenyum lega melihat suaminya tidak tertarik sedikit pun pada Luna yang nantinya akan sering bertemu dengan sang suami. Tentunya selama masa kontrak mereka berlangsung.

Selang beberapa saat kemudian, datanglah Luna dengan ditemani seorang dokter untuk menemui sepasang suami istri yang sedang duduk di ruang tunggu VIP.

"Bagaimana hasilnya, dok?" tanya Serena seolah tidak sabar mendengarkannya.

Dokter wanita yang berdiri di sebelah Luna, tersenyum padanya, dan berkata,

"Tidak ada masalah. Semuanya baik-baik saja."

Kemudian sang dokter wanita tersebut beralih menatap ke arah Dokter Kenzo.

"Dokter Kenzo, saya rasa kita bisa melakukannya saat ini juga," tutur sang dokter wanita dengan serius.

"Baiklah. Kita lakukan sekarang juga," ujar Dokter Kenzo dengan menatap tegas pada dokter wanita tersebut.

Serena tersenyum membayangkan keberhasilan rencana mereka untuk mengambil hak sang suami dari keluarganya. Tidak hanya itu saja, dia pun merasa bahagia membayangkan adanya seorang bayi dalam gendongannya yang diakui sebagai anak mereka.

Berbeda dengan Luna. Gadis lugu tersebut merasa kaget dan takut mendengar keputusan sang dokter. Jantungnya berdegup dengan kencang, dan hanya bisa merintih dalam hatinya.

'Bagaimana ini? Kenapa semuanya begitu mendadak? Apa aku siap menjalani semua ini? Apa aku bisa melakukannya?'

"Berhenti!"

Seketika seruan seorang pria yang bersuara berat, telah mengalihkan pandangan mereka semua padanya.

"Batalkan apa yang akan kalian lakukan saat ini! Kakek tidak akan menerima bayi itu jika dihasilkan dari program inseminasi buatan. Kakek hanya akan mengakui bayi yang dilahirkan dari hubungan alami seorang suami dan istri dengan penuh cinta."

"Tapi, Kek--"

"Tidak usah membantahku, Kenzo! Ini adalah persyaratan dari Kakek padamu. Jika kalian tetap melanjutkan program ini, maka Kakek sendiri yang akan melaporkannya pada polisi. Bukankah kalian tahu betul jika ini melanggar hukum?! Negara kita tidak membenarkan seorang wanita untuk menjadi ibu pengganti dan menyerahkan bayinya pada mereka yang telah melakukan perjanjian dengannya."

Seketika situasi menegang. Tidak ada yang bisa mereka lakukan untuk menghentikan ancaman dari sang Presdir Metro Healthy Hospital, Ron Matteo. Terlebih lagi pria yang sudah berumur itu terkenal akan ketegasannya.

Tatapan mata Ron mengisyaratkan kebengisan seorang pemimpin yang mampu mengintimidasi semua orang di bawah kekuasaannya. Dan sikap itulah yang ingin diwariskannya pada Kenzo, cucu sematawayangnya. Bukan hanya itu saja, kekuasaan dan semua aset berharganya ingin diberikan pada sang cucu dengan syarat dan ketentuan yang telah dibuat olehnya.

Serena pun tidak bisa melakukan apa-apa. Bahkan terlihat gurat kekecewaan yang tersirat pada wajah cantiknya. Berbeda dengan Luna. Gadis cantik nan lugu itu beringsut ketakutan melihat kemarahan dari seorang kakek yang sempat menatap tajam padanya.

Semua pihak rumah sakit yang berada di dalam ruangan tersebut pun berpamitan pada sang Presdir untuk kembali melanjutkan pekerjaan mereka. Tak terkecuali Dokter Sani yang hendak melakukan program tersebut pada Luna.

"Bagaimana Kenzo bisa melakukan keinginan Kakek jika Kakek sendiri yang menghentikan semuanya?" tutur Kenzo dengan tatapan memohon pada pria tua tersebut.

Smirk sang kakek membuat Kenzo merasa kesal. Bahkan dia berjanji pada dirinya sendiri untuk bisa menaklukan syarat yang diajukan oleh pria tua yang sangat berkuasa itu, agar bisa mendapatkan semua haknya sebagai cucu dari keluarga Matteo.

Pria beruban tersebut menatap ke arah Luna yang terlihat ketakutan padanya. Dari mata almond sang gadis, dia bisa melihat kejujuran dan kelembutan hatinya.

"Kenapa tidak kamu nikahi saja dia?"

Semua mata tertuju pada Luna, sehingga membuat gadis yang memakai baju pasien tersebut menunduk ketakutan. Kedua tangannya yang gemetar, mencengkeram ujung bajunya, seolah sedang mencari pegangan untuk perlindungannya.

"Apa maksud Kakek?!" sentak Kenzo dengan menatap marah pada pria tua yang ada di hadapannya.

"Sederhana saja, Kenzo. Seperti yang kamu tahu, Kakek sangat menginginkan keturunan darimu sebagai penerus keluarga Matteo nantinya. Dan Kakek rasa semuanya akan kamu dapatkan, jika kamu menikahinya," ujar sang kakek seraya melihat ke arah Luna.

"Menikah?!"

Semua pasang mata mengarah pada Luna yang seolah menjadi terdakwa saat ini. Rasa tidak percaya diri pun kembali menghampirinya.

Ron Matteo, pria tua yang sangat berkuasa itu menatap Kenzo dengan menahan senyum, seolah sedang menantangnya.

"Aku akan menikahinya," tegas Kenzo menjawab tantangan dari sang kakek.

Pernyataan dari Kenzo membuat sang istri terkesiap. Seketika dia mengalihkan pandangannya pada sang suami.

"Sayang, apa maksudmu?!" tanya Serena dengan memicingkan matanya.

Tatapan Serena menyadarkan Kenzo akan kekecewaan sang istri. Akan tetapi, tidak ada jalan lain yang bisa dilakukannya untuk menguasai seluruh aset berharga keluarga Matteo. Kenzo meraih tubuh Serena ke dalam pelukannya, serta berbisik di telinga sang istri.

"Maafkan aku, Sayang. Aku melakukan pernikahan ini hanya untuk rencana kita saja, tidak untuk memberikan hati dan cintaku padanya. Setelah bayi kita lahir, maka perjanjian kita dengannya pun berakhir, dan aku akan menceraikannya. Percayalah padaku."

Serena tidak bisa mengatakan apa pun. Pikirannya kacau, dan hatinya bergejolak tidak menyetujui keinginan sang suami.

'Bukan ini yang aku mau. Aku hanya menginginkan bayinya, bukan kehadiran ibunya dalam rumah tanggaku.'

Namun, semuanya tetap menjadi suara hati Serena. Dia tidak bisa menerima dan tidak bisa menolaknya.

"Segera percepat pernikahan kalian, agar Kakek bisa secepatnya mendapatkan kabar baik dari kalian," tutur sang kakek disertai tawa di akhir ucapannya.

Sepeninggalan Ron Matteo dari hadapan mereka, suasana pun menjadi canggung. Hanya ada Kenzo, Serena dan Luna yang saling terdiam membisu dalam ruangan tersebut.

Tiba-tiba saja terdengar getaran ponsel yang membelah kesunyian dalam ruangan tunggu VIP. Dokter Kenzo segera mengambil ponsel dari saku celananya, dan bergegas menjawab panggilan telpon tersebut, setelah melihat nama yang tertera pada layar ponselnya.

"Ajak gadis itu makan malam di rumah utama nanti malam. Tapi, sebelumnya kamu harus melamar dia di hadapan orang tuanya."

Suara sang kakek pun menghilang setelah mengakhiri panggilan telponnya secara sepihak.

"Sudah saya putuskan. Kita akan menikah secepatnya. Saat ini juga, pertemukan saya dengan orang tua kamu, Luna," ujar Kenzo dengan menatap serius pada gadis yang sudah melakukan perjanjian dengannya.

"Apa?! Kenapa harus--"

"Tidak ada jalan lain!" tegas Kenzo menyahuti sang istri tanpa melihat ke arahnya.

"Tapi orang tua saya--"

"Pertemukan saya dengan mereka!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status