Share

Bab 6 Kutitipkan Benihku Padamu

Seketika Dokter Kenzo menoleh ke arah Luna, gadis yang akan menjadi tempat penitipan benihnya.

"Enyahkan pikiran dangkal mu itu! Menjadi ibu pengganti bukan berarti harus menikah! Sekarang jaman sudah modern. Banyak tekhnologi canggih yang bisa membantu seorang wanita menjadi ibu tanpa melakukan hubungan badan dengan lawan jenisnya!" tegas Kenzo dengan emosinya.

Terlihat kekesalan dari mata sang dokter yang sangat mencintai istrinya. Dia tidak mau jika sang kekasih hati meragukan cintanya. Bagi seorang Kenzo Matteo, Serena Hogan merupakan wanita sempurna. Selain cantik dan pintar, menurut Kenzo, Serena merupakan wanita terhebat di antara semua wanita yang pernah ditemuinya. Bahkan sejak pertama kali bertemu, sang dokter telah jatuh hati padanya.

Seketika Luna beringsut ketakutan. Dia tidak berani menatap sang dokter yang sedang kesal padanya. Keberanian Luna pada Dokter Kenzo yang merasa dekat dengannya, kini pun telah sirna.

"Maaf karena telah lancang bertanya. Hanya itu yang ada di dalam pikiran saya. Sekali lagi saya minta maaf pada Dokter Kenzo dan Nyonya Serena," tutur Luna dengan melampiaskan ketakutannya pada ujung kursi yang dicengkeram jari-jari tangannya.

"Sudah. Maklumi saja suami saya, Luna. Dia hanya takut jika saya meragukan cintanya," ujar Serena seraya tersenyum pada gadis sederhana yang sedang duduk dengannya.

Gadis lugu itu hanya memaksakan senyumnya. Dalam hati, dia pun mengagumi kecantikan wajah dan hati dari seorang Serena, wanita yang dilahirkan dari keluarga kaya raya, dan sangat disegani banyak orang.

"Setelah ini, jangan asal mengeluarkan pernyataan yang membuat orang salah paham pada saya, dan terutama pada hubungan kita," omel sang dokter sembari menggerakkan jari-jarinya dengan lincah pada keyboard, serta pandangan kedua matanya fokus pada layar komputer yang ada di hadapannya.

Seketika Luna kembali menundukkan kepalanya, seraya berkata penuh penyesalan,

"Maafkan saya, dok. Saya tidak akan mengulanginya lagi."

Dokter Kenzo hanya diam, tanpa melihat ke arah dua wanita yang sedang duduk bersama menantikan jawabannya.

"Sudahlah. Leih baik segera tandatangani saja surat perjanjian kontrak kamu sebagai ibu pengganti anak kami," tutur Serena dengan sangat antusias.

Melihat binar kebahagiaan di mata istri sang dokter, Luna tidak bisa menolaknya. Tanpa sadar dia pun menganggukkan kepalanya dan melengkungkan bibirnya. Hanya dengan hal sederhana seperti itu saja membuat istri sang dokter terlihat sangat bahagia.

'Ya, benar. Aku bukan siapa-siapa jika dibandingkan dengan mereka. Jadi, apa yang bisa aku banggakan untuk menolak permintaan orang baik seperti mereka?' batin Luna mengingatkan dirinya.

Kenzo beranjak dari duduknya, dan meletakkan map berwarna putih di atas meja yang ada di hadapan kedua wanita tersebut.

"Bukalah map itu, dan segera tandatangani surat perjanjian yang ada di dalamnya."

Kenzo menatap lekat manik mata sang gadis yang terkesiap ketika bertatap mata dengannya. Luna pun meraih map tersebut, dan segera membacanya. Ekor matanya mencuri pandang ke arah sang dokter yang sedang memperhatikannya, seolah menunggu dirinya untuk menandatangani lembar perjanjian tersebut.

Tanpa berpikir panjang, gadis cantik nan lugu tersebut membubuhkan tanda tangannya pada surat perjanjian yang hanya sekilas dibaca olehnya.

"Apalagi yang harus saya lakukan?"

Tatapan mata Luna menyiratkan kesedihan yang mendalam. Kenzo tidak bodoh. Dia bisa membacanya. Berbeda dengan Serena. Istri dari Dokter Kenzo terlihat sangat bahagia. Sang Nyonya Besar Serena meraih map tersebut dengan sangat antusias.

"Kita harus segera melakukannya, sebab kita sudah tidak mempunyai banyak waktu lagi," ujarnya diiringi senyum kebahagiaan.

Kenzo menghela nafasnya. Dia tahu betul jika istrinya tidak bisa dibantah. Akan tetapi, hati kecilnya merasa sangat keberatan untuk melakukan rencana tersebut.

'Apa keputusanku sudah benar? Aku harap semua akan berjalan dengan baik dan lancar,' batinnya melihat kebahagiaan Serena yang membuat hatinya merasakan kesedihan.

Dengan senyumnya yang merekah, Serena meraih tangan Luna, seraya menariknya agar berdiri dari sofa.

"Lebih baik sekarang saja kita lakukan," ujarnya dengan sangat antusias.

"Sekarang?" tanya Luna terbata-bata.

"Kenapa tidak? Kamu sudah bersedia untuk melakukannya, dan kita juga sedang berada di rumah sakit. Lalu, apa lagi yang kita tunggu?" jelas Serena sembari tersenyum menatap sang suami dan Luna secara bergantian.

Kenzo menghela nafasnya, dan mengenyahkan rasa enggannya untuk melakukan semua rencana sang istri. Dalam hati dia meyakinkan dirinya bahwa tidak ada cara lain untuk mendapatkan semua hak warisnya sebagai anak kandung dari Direktur Utama dan cucu tunggal dari Presdir Healthy Hospital, kecuali dengan memberikan keturunan untuk keluarga Matteo.

"Apa kamu sudah siap, Luna?" tanya sang dokter dengan serius pada gadis yang baru saja mengesahkan perjanjian kontrak dengannya.

Seketika Luna terkesiap. Bahkan dia terlihat gugup dan salah tingkah mendapatkan tatapan serius dari sang dokter.

"Bukankah saya harus bersiap-siap terlebih dahulu sebelum melakukannya?" tanyanya dengan terbata-bata.

"Jika kamu dalam keadaan sehat dan sudah menyetujuinya, saya rasa kamu sudah siap. Jadi, kita bisa melakukannya sekarang juga," jawab Kenzo dengan tegas dan berjalan keluar ruangan tersebut.

Dengan sangat antusias, Serena menarik tangan Luna untuk menyusul sang suami yang sudah terlebih dahulu meninggalkan mereka. Gadis yang sudah setuju untuk menjadi seorang ibu pengganti itu, kini hanya bisa menuruti semua keinginan sang dokter dan istrinya. Pikiran kosongnya mengiringi kedua langkah kaki Luna mengikuti pria yang berjalan dengan berbalut jas putih di hadapannya.

Terlihat jelas kebingungan dari raut wajah gadis lugu tersebut ketika masuk ke dalam suatu ruangan bersama dengan sang dokter dan istrinya. Matanya menatap sekeliling ruangan, seolah sedang mencari sesuatu.

'Kenapa aku dibawa ke sini? Apa aku akan dinikahkan di tempat ini? Tidak, tidak mungkin aku melepas status lajangku tanpa busana pengantin seperti pengantin pada umumnya,' batinnya menggerutu kesal.

"Silahkan ganti pakaian anda dengan menggunakan ini," tutur seorang perawat seraya memberikan lipatan kain berwarna baby pink padanya.

Seketika Luna mengernyitkan dahi, ketika melihat pakaian yang dibentangkannya.

"Pakaian apa ini? Apa aku harus memakainya untuk acara penting seperti sekarang ini?' gumamnya tanpa sadar.

"Kenapa, Luna? Apa ada yang aneh dengan pakaiannya?" tanya Serena sembari memegang bahunya.

Luna terperanjat dan memaksakan senyumnya. Tanpa sadar dia mengatakan apa yang ada di dalam pikirannya.

"Kenapa harus memakai ini? Bukankah seharusnya aku memakai pakaian--"

"Cepatlah ganti! Jangan membuang-buang waktu. Sebentar lagi kita akan melakukan inseminasi buatan," tegas Dokter Kenzo yang mengerti arah pembicaraan gadis lugu tersebut.

"A-apa?! Inseminasi buatan?!" seru Luna dengan memperlihatkan wajah kagetnya menatap sang dokter seolah ingin meminta penjelasan darinya.

Dokter Kenzo mendekati sang gadis dan berbisik di telinganya,

"Kutitipkan benihku padamu."

Seketika mata Luna terbelalak, dan menoleh ke arah sang dokter, seraya berseru,

"Tapi, ini--"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status