Share

Bab 3 Jadilah Dewi Penolong

Sepasang ibu dan anak tersebut saling menatap, seolah saling mempertanyakan apa yang telah mereka dengar. 

"Apa yang harus Luna lakukan, dok?" tanya wanita tua tersebut dengan ekspresi menahan rasa sakit di dalam dadanya.

"Lebih baik Ibu berbaring, dan saya akan periksa terlebih dahulu. Jika keadaan Ibu sudah membaik, kita akan membicarakannya lagi," tutur sang dokter, seraya memberikan kode pada perawat untuk membantu wanita tua tersebut berbaring di tempat tidurnya.

Luna pun membantu sang ibu untuk menuruti perintah dari dokter yang akan menolong mereka. Wanita tua itu menatap sang dokter dengan mata yang berkaca-kaca, seraya berkata,

"Terima kasih, dok. Sepertinya Tuhan memberikan saya penyakit ini agar bisa bertemu dengan Dewa Penolong kami."

"Jangan berkata seperti itu, Bu. Lebih baik Ibu berdoa agar bisa cepat sembuh," ujar sang dokter, sembari meletakkan stetoskop di dadanya.

'Seharusnya saya yang berterima kasih pada kalian, karena telah menghadirkan Dewi Penolong untuk keluarga kami,' batin sang dokter meneruskan perkataannya.

Entah apa yang membuatnya merasa yakin pada wanita muda yang baru saja ditemuinya. Penampilan sederhana Luna, serta masalah yang sedang dihadapi wanita muda itu, sempat membuatnya menjadi iba dan ingin menolongnya. Hanya sebatas ingin, tidak ada maksud untuk benar-benar menolongnya, karena apa pun yang dilakukannya harus atas sepengetahuan sang istri.

Namun, sepertinya Tuhan berkehendak lain. Tanpa sengaja sang dokter berjanji akan menolong ibu dan anak itu keluar dari masalah yang sangat memberatkan hidup mereka. Tentunya dia juga merasa tertolong akan kehadiran Luna yang dapat mewujudkan keinginan mereka nantinya.

Semalam, Dokter Kenzo merasa bingung dengan permintaan dari sang istri yang menyuruhnya untuk mencari wanita sebagai ibu pengganti bayinya. Usia pernikahan yang sudah menginjak lima tahun, membuat keduanya merasa lelah dan tertekan oleh keinginan kedua keluarga untuk segera menghadirkan cucu di tengah-tengah keluarga besar mereka. 

Tentu saja Dokter Kenzo menolak permintaan sang istri. Dia tidak ingin melukai hati wanita yang sangat dicintainya. Bukan cuma itu saja, dia bukanlah pria yang bisa membagi hatinya untuk dua orang wanita. Cukup Serena seorang saja baginya yang bisa menjadi istri, dan menemani hingga akhir hayatnya. 

"Bagaimana keadaan Ibu saya, dok?" tanya Luna setelah sang dokter memeriksa ibunya.

"Sepertinya kita harus melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Bukankah pasien mempunyai riwayat penyakit jantung yang sudah diketahui beberapa tahun lalu?" tanya balik sang dokter dengan tatapan menyelidik padanya.

"Dok! Pasien tidak sadarkan diri!" seru seorang perawat yang berusaha melakukan pertolongan pertama pada wanita tua tersebut. 

Sang dokter bergegas menghampiri pasien, dan dengan cekatannya memberikan pertolongan pertama, serta diiringi doa dalam hatinya.

Tubuh Luna lemas seketika. Penyakit ibunya yang didapat ketika kepergian sang suami, kini kembali didapatkannya. Setelah sembuh dari penyakit jantungnya kala itu, hanya sakit-sakitan biasa yang dideritanya. Akan tetapi, karena kedatangan pria penagih utang yang menekannya, wanita tua itu kembali mendapatkan serangan jantung.

Air mata Luna menambah kepiluan nasib mereka. Betapa sakit hatinya kala mengingat sang ibu berusaha sadar dari pingsannya, dan sekuat tenaga mencoba untuk tetap sadar, demi melindunginya dari para penagih utang yang akan membawanya.

Melihat perjuangan sang ibu, membuat dadanya bertambah sesak. Tanpa sadar, air matanya pun luruh mengiringi ibunya yang sedang dipindahkan ke ruang ICU. Dari luar ruangan, dia hanya bisa menatap wajah sayu wanita tua yang terbaring tidak berdaya dengan bantuan beberapa alat medis. Ibunya kini kembali berjuang untuk bisa kembali ke dunia nyata. 

"Jangan tinggalkan Luna, Bu. Luna tidak mau sendirian," gumam gadis bermata sembab di sela isakan tangisnya, sembari menatap sang ibu dari kaca ruangan tersebut. 

Waktu pun berlalu. Luna tidak beranjak sedikit pun dari tempatnya. Dia tidak mau melewatkan saat sang ibu membuka mata untuk pertama kalinya. Bahkan dia mengabaikan kondisinya saat ini. Baginya yang terpenting adalah sang ibu, bukan dirinya sendiri. 

Rambutnya yang terlihat acak-acakan, serta pakaiannya yang kusut dan jauh dari kata rapi, menambah kesan menyedihkan pada gadis bermata sembab itu. Bahkan wajahnya terlihat kusam dan dibanjiri oleh air matanya.

Tiba-tiba saja tangannya ditarik oleh dua orang dengan sangat kuat, sehingga tubuh lemahnya dapat mudah dikendalikan oleh si pelaku. 

"Hentikan! Jangan bawa aku! Aku harus menemani Ibu!" seru Luna dengan sekuat tenaga untuk menghentikan kedua pria yang menyeretnya keluar dari ruangan tersebut.

Semua pasang mata mengarah pada ketiga orang tersebut. Sayangnya tidak ada yang berani ikut campur dalam permasalahan itu. Hanya pandangan mata mereka saja yang turut menyaksikan perbuatan kedua preman berbadan besar pada gadis lemah dan tidak berdaya.

Tepat pada saat itu rombongan para dokter sedang keluar dari ruangan pertemuan, dan berjalan menuju lobi rumah sakit tersebut. Tanpa sengaja pandangan mata seorang dokter pria tertuju pada Luna, sehingga kakinya pun berhenti melangkah. 

"Ada apa Dokter Kenzo?" tanya seorang dokter pria yang ikut menghentikan langkahnya ketika berjalan bersama sang dokter.

Tanpa menjawab pertanyaan dari rekannya, Dokter Kenzo segera berlari ke arah Luna yang masih berusaha bertahan, agar kedua preman tersebut tidak bisa membawanya keluar dari rumah sakit.

"Lepaskan dia!" bentak sang dokter ketika sudah berada di dekat mereka.

Dada sang dokter bergerak naik turun, seiring dengan nafasnya yang memburu. Sontak saja kedua preman tersebut terkekeh melihat seorang dokter pria yang lagi-lagi menjadi pahlawan bagi gadis tawanan mereka.

"Lebih baik dokter kembali bekerja saja. Biarkan kita  berdua juga melakukan pekerjaan kami," ujar salah satu dari kedua preman tersebut.

"Jangan halangi kami yang sedang bekerja, dok!" sahut preman yang berkepala botak.

"Segeralah pergi dari rumah sakit ini, dan jangan kembali lagi! Tinggalkan dia di sini, karena aku tidak akan membiarkan kalian membawanya!" bentak sang dokter pada kedua preman tersebut dengan tatapan bak seorang pembunuh.

Sontak saja kedua preman yang badannya penuh dengan tato kembali tertawa, hingga tawa mereka menggema memenuhi lobi rumah sakit tersebut. Bukan hanya itu saja, bahkan tatapan keduanya seolah sedang menghina sang dokter.

"Apa dia istri anda, dok? Atau mungkin anda ingin memilikinya?" tanya preman yang berkepala botak di sela tawanya.

"Jika anda ingin kami meninggalkannya di sini, maka lunasi semua utang mereka beserta bunganya!" sambung pria berambut ikal dengan tatapan yang seolah ingin menerkam sang dokter.

Dokter Kenzo dapat merasakan semua pasang mata yang tertuju padanya. Dia pun menghela nafas, seraya memejamkan matanya. Kedua tangan sang dokter pun mengepal, menahan emosi yang berhasil dibangkitkan oleh kedua preman tersebut.

Niat hati ingin menolong Luna yang juga diharapkan untuk bisa menolongnya menjadi ibu pengganti, seperti yang diharapkan oleh Serena, istri dari Dokter Kenzo. Akan tetapi, perkataan dari kedua preman tersebut di hadapan banyak orang, membuat sang dokter merasa malu, dan terpojok saat ini. Dalam hatinya menggerutu kesal,

'Sial! Bagaimana aku harus menolongnya jika situasinya seperti ini? Tapi, jika aku tidak menolongnya, maka dia akan dibawa oleh kedua preman ini. Lalu, bagaimana dengan istriku? Dia sudah terlanjur senang ketika aku beritahukan tentang Luna padanya.'

Melihat sang dokter yang sedang sibuk dengan pikirannya, kedua preman tersebut kembali memaksa Luna untuk ikut bersama dengan mereka. 

"Lepaskan dia! Aku akan membayar semua utang beserta bunganya!" ujar sang dokter dengan berat hati di hadapan semua orang yang masih menyaksikan mereka.

Kedua preman tersebut pun tertawa, dan segera melepaskan Luna dengan mendorongnya ke arah Dokter Kenzo hingga mengenai tubuhnya. Dengan sigap sang dokter memegang tubuh Luna agar tidak terjatuh. 

"Terima kasih, dok," ucap lirih Luna pada sang dokter.

"Ini tidak gratis. Kamu harus mau menjadi Dewi Penolong keluargaku," tutur Dokter Kenzo tanpa menatap wajah gadis yang sedang menatapnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status