Share

Mumet

Setelah adegan lempar penghapus, aku kembali berkutat ke laporan. Si Gendis benar-benar hiburan bagiku. Syukurnya dia tidak menyadari kalau tidak, aku juga tidak yakin dia malu sendiri.

Ponsel berdering, Monica menelponku.

"Bang, jam berapa pulang?" tanyanya. Tumben-tumbennya dia menanyakanku pulang, biasanya ini anak cuek sekali.

"Banyak sekali kerjaan, dek. Malam kayaknya."

"Pulang sore. Titik." Idiih, ini anak pemaksaan sekali.

"Kerjaan masih banyak dek, masak abang tinggalkan."

"Pokoknya abang pulang sore paling lama jam enam," jawabnya. Dia langsung menutup ponselnya. Kek bayi saja ini anak. Aku melihat ditanganku, sebentar lagi salat ashar. Jam kantor berakhir pukul 16. 30. Aku harus bereskan pekerjaan sampai sore agar tidak kena omelan oleh Monica. 

***

Kali ini aku memilih salat ashar di mushola perusahaan. Salah satu hal yang tidak pernah aku tinggalkan adalah salat lima waktu, itu dulu pesan bunda. Mau seperti
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status