Share

Hari Pertama

Setelah melafazkan surat Ar Rahman. Saatnya aku dipertemukan dengan Gendis. Jantungku berdegup dengan kencang tak menentu.

"Kami persilakan untuk mempelai wanita maju ke depan dalam penyerahan mahar dari mempelai laki-laki." Begitu MC memberi komando. Aku diminta untuk berdiri menunggu Gendis.

Dengan senyum khasnya dia datang penuh anggun didampingi dengan Ana dan bundanya. Aku hampir tersandung melihat wajah ayunya yang begitu memesona. Namun, bukan Gendis namanya kalau tidak sedikit bar-bar. Si Arya sampai menutup mulut.

"Alamak ... jodoh tak terduga ini, mah," ucap si Arya meracau tidak jelas. Jangan tanya bagaimana debaran di hati ini.

"Pengantinnya terlihat grogi, salaman dulu dengan suaminya," ucap salah satu tamu undangan. Entahlah kenapa aku begitu grogi. Dia pun juga hanya senyum-senyum. Pintar sekali dia akting.

"Silahkan mempelai wanita mencium tangan suaminya," kata MC mengarahkan. Astagfirullah, si Gendis pakai senyum-senyum segala. Aku yang salah tingkah dibuat.

Dia me
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status