Tidak ada pernikahan yang sempurna. Tapi setidaknya pernikahan yang mendekati sempurna, itulah yang diharapkan Viona ketika ia menikah dengan Damar. Pernikahan mereka tidak dilandasi oleh cinta. Mereka dijodohkan, karena orang tua mereka bersahabat baik. Viona dan Damar yang sama-sama pernah dikhianati oleh pacar mereka masing-masing, akhirnya menerima perjodohan ini. Diawal pernikahan, mereka masih belajar saling mengenal satu sama lain. Saling membuka hati. Ternyata Damar membuka hati untuk pegawai baru di kantornya. Konflik demi konflik sering terjadi, apalagi ketika sang mantan hadir kembali dan berusaha untuk mengulang kisah lama. Akankah pernikahan mereka bertahan? Ataukah mereka memilih berpisah dan mencari kebahagiaan masing-masing?
View MoreViona menuju ke rumah David, kekasihnya. Hari ini David berulang tahun, Viona akan memberikan kejutan dengan membelikan kado. Memasuki halaman rumah David, ia disambut oleh seorang ART yang sudah sangat kenal dengan Viona. Mbak Armi, ART di rumah David tampak gelisah ketika menyambut kedatangan Viona. Sebenarnya Viona merasa heran dengan keanehan ini. Tapi Mbak Armi bilang nggak ada apa-apa.
Viona berjalan menuju ke kamar David. Pintu kamar terbuka, Viona melangkahkan kaki masuk ke kamar David. Betapa terkejutnya Viona, ketika melihat David sedang berciuman mesra dengan seorang perempuan. Yang lebih membuatnya kaget, ternyata perempuan itu adalah Talitha, teman baik Viona. Nafas Viona naik turun, emosinya sudah di ubun-ubun, tapi ia berusaha untuk tenang.
"Ehem!" Viona berdehem, mengagetkan dua insan yang sedang berciuman mesra.
Mereka berdua lebih kaget lagi karena yang muncul di hadapan mereka adalah Viona, kekasih David.
"Maaf, aku mengganggu sebentar. Aku hanya ingin memberikan ini," kata Viona sambil memberikan sebuah kotak berisi kue ulang tahun black forest kesukaan David.
David mendekati Viona dan menerima kotak kue itu.
"Selamat ulang tahun dan selamat berbahagia untuk kalian berdua." Viona pun melangkah keluar dari kamar David.
"Vio!" panggil David. Viona tidak menggubrisnya, David pun berlari mengejar Viona dan berhasil memegang tangan Viona. Tapi Viona berhasil menepis tangan David.
"Viona, beri aku kesempatan untuk menjelaskan."
Viona menghentikan langkah kakinya.
"Apa yang ingin kamu jelaskan? Semua sudah jelas. Kalau kalian berdua hanya mengobrol, mungkin aku masih memakluminya. Tapi ini, kalian begitu menikmati ciuman kalian. Itu membuktikan kalau kalian memang sengaja untuk mengkhianatiku."
"Bukan begitu, Vio."
"Sudahlah, aku mau pulang. Terima kasih untuk kebersamaan kita selama satu tahun ini. Semoga kamu berbahagia dengannya." Viona pun melangkah pergi meninggalkan rumah David.
"Viona!" Langkah kaki Viona pun berhenti. Suara yang begitu ia kenal, suara sahabat baiknya, Talitha.
"Maaf, aku memang mencintai David. Aku hamil anak David. Jadi aku harap kamu tidak usah mendekati David lagi," kata Viona dengan senyum liciknya.
Deg! Jantung Viona terasa berhenti berdetak. Ia berusaha untuk tetap tegar dan terlihat kuat. Kemudian ia tersenyum.
"Kasihan sekali anak kalian ya? Lahir karena hasil dari Zina. Semoga anak kalian nanti tidak meniru ibunya. Perempuan murahan yang rela tidur dengan laki-laki yang bukan suaminya. Dan kamu David, Alhamdulillah aku bisa terlepas dari laki-laki seperti kamu. Kalau kamu memang mencintai Talitha, kamu akan menjaganya dengan baik, bukan menodainya. Bertobatlah kalian, sebelum datang azab." Viona melangkah pergi, ia berusaha untuk tidak menangis.
David dan Talitha tampak terdiam mendengar kata-kata Viona. Semua yang diucapkan Viona memang benar.
"Gara-gara kamu yang merayuku, akhirnya jadi begini," kata David dengan kesal.
"Salah sendiri kamu tergoda."
"Bagaimana tidak tergoda kalau kamu sengaja membuka bajumu di depanku. Benar-benar perempuan murahan kamu ya? Aku sangat menyesal sudah melakukannya denganmu. Kamu tahu kan kalau aku sangat mencintai Viona, sampai kapanpun."
"Aku mengandung anakmu." Talitha mendekati David dan memeluk David. David melepaskan pelukan Talitha d berjalan menjauh dan kemudian masuk ke kamar dan mengunci pintunya. Hatinya sangat sedih, ia menyesal telah mengkhianati Viona.
Sementara itu, Viona tampak sangat terpukul dengan pengkhianatan David dan Talitha. Ia menahan air matanya supaya tidak jatuh.
"Sakitnya dikhianati! Akan aku buktikan pada David dan Talitha, kalau aku tidak terpuruk dengan pengkhianatan mereka. Masalah hatiku, hanya aku dan Allah yang tahu," kata Viona dalam hati.
***
Setelah pengkhianatan David dan Talitha, Viona pergi ke kota untuk mencari kerja. Kebetulan ada temannya yang memberitahu lowongan kerja di perusahaannya. Hanya butuh waktu satu minggu, Viona sudah mendapatkan pekerjaan lagi. Mungkin karena Viona sudah memiliki pengalaman kerja.
Hari ini Viona kembali ke rumah orang tuanya, setelah hampir enam bulan ia merantau. Ibunya, Paramitha, meminta pulang, mumpung libur akhir pekan.
Ternyata Viona akan dikenalkan pada anak teman Pak Baskoro. Istilahnya dijodohkan. Pak Yudhi merupakan teman baik Pak Baskoro. Mereka memiliki anak bernama Damar. Damar ini yang akan dijodohkan dengan dengan Viona. Viona yang memang belum memiliki pacar apalagi calon suami hanya bisa menyetujui keinginan orang tuanya. Pengkhianatan yang dilakukan oleh David masih membekas di hatinya. Sulit untuk melupakan semua itu.
Perkenalan pun dimulai, tampak sekali para orang tua sangat antusias dengan perjodohan ini.
"Mas, kalau Mas Damar nggak setuju dengan perjodohan ini, kita bisa bicara dengan orang tua kita. Tentu saja dengan alasan yang tepat. Aku yakin mereka akan memahaminya," kata Viona. Viona dan Damar sedang berbincang-bincang di teras samping rumah Viona. Para orang tua ngobrol-ngobrol di ruang tamu. Mereka memberi kesempatan pada Damar dan Viona untuk saling mengenal.
"Kamu nggak suka ya dijodohkan denganku?" tanya Damar.
"Kalau aku sih nggak masalah."
"Ya sudah. Kenapa kita harus menolak? Apa salahnya kita menurut dengan orang tua kita."
Akhirnya atas kesepakatan para orang tua, Damar dan Viona pun menikah. Proses yang sangat cepat dan mendadak hingga menimbulkan gosip yang tidak sedap. Para lambe turah mengatakan kalau Viona hamil duluan, makanya mereka menikah mendadak.
Pernikahan dilakukan dengan cukup meriah. Karena orang tua Viona termasuk orang yang dihormati di kampungnya. Semua tampak bahagia, hanya pengantin saja yang berusaha untuk terlihat bahagia. Dalam waktu dua Minggu sejak perkenalan, mereka langsung menikah. Tentu merupakan waktu yang sangat singkat untuk bisa untuk saling mengenal.
Setelah pernikahan, tidak ada malam pertama untuk Damar dan Viona.
"Maaf, Viona. Aku belum bisa menjalankan tugasku sebagai suami. Kita sama-sama belajar mengenal dulu, karena aku ingin melakukannya kalau kita berdua sudah sepakat untuk melakukannya," kata Damar pada malam pertama setelah ijab kabul.
Keesokan harinya, mereka sudah pulang ke kota. Jarak kampung Viona dan kota tempat Viona bekerja kurang lebih empat jam perjalanan dengan kendaraan pribadi. Pengantin baru itu langsung menuju ke sebuah rumah bergaya minimalis. Rumah yg dibelikan oleh Pak Yudhi sebagai hadiah pernikahan Damar dan Viona.
"Kita tidur terpisah dulu. Ini kamarmu dan kamarku ada disebelahnya. Besok kita ke kostmu untuk mengambil barang-barangmu." Damar memberi penjelasan.
"Oke," jawab Viona sambil melangkah masuk ke kamarnya dengan membawa tas travel.
Malam ini Viona dan Damar makan diluar. Damar mengajak Viona makan di sebuah rumah makan yang cukup ramai. Selesai makan, mereka menuju ke minimarket untuk berbelanja keperluan rumah. Viona yang mengambil barang-barang yang mau dibeli, Damar yang mendorong keranjang belanja. Sesekali mereka berdua saling berbicara dan tertawa.
"Viona." Ada seseorang yang memanggil nama Viona. Viona dan Damar menoleh ke arah suara itu.
Deg! Dada Viona bergemuruh melihat siapa yang memanggilnya. Orang itu pun mendekati Damar dan Viona.
"David?" Viona menyebut nama dengan pelan.
"Apa kabar?" tanya David.
"Alhamdulillah, baik. Kenalin, ini suamiku, Mas Damar," kata Viona.
"Damar," kata Damar mengulurkan tangan untuk bersalaman. David pun menerima uluran tangan Damar.
"David. Selamat ya untuk pernikahan kalian. Semoga selalu berbahagia." Ada nada getir yang terdengar dari kata-kata yang diucapkan David. Bagi orang-orang yang tahu kisah David dan Viona, tentu memahami perasaan David.
"Kami duluan ya, David," ucap Viona.
David hanya mengangguk menatap kepergian Viona yang bergandengan tangan dengan Damar. Tepatnya Damar menggandeng tangan Viona, karena ia merasa ada sesuatu antara David dan Viona.
Sampai di rumah Viona membereskan belanjaan dan memasukkan sesuai dengan tempatnya.
"Aku bantu ya?" kata Damar.
"Nggak usah, Mas menonton televisi saja, ya?" tolak Viona. Damar hanya mengangguk dan memilih menuruti kata-kata Viona.
"Sudah selesai? Sini, duduk di dekatku," kata Damar ketika melihat Viona sudah menyelesaikan kegiatannya. Viona mengikuti kata-kata Damar. Damar dapat melihat wajah Viona yang terlihat sendu, walaupun Viona berusaha menutupinya.
"Boleh nanya?" tanya Damar.
Viona mengangguk.
"Siapa David?"
Viona kaget mendengar pertanyaan Damar.
"Kalau tidak mau menjawab nggak apa-apa," kata Damar.
"Seseorang yang pernah dekat denganku, membuatku meninggalkan kampung dan mencari kerja disini." Viona menjawab dengan pelan. Damar menangkap kesedihan dalam kata-kata Viona.
"Dia berkhianat dengan Talitha, teman baikku. Ternyata Talitha juga mencintai David, tapi ia menggunakan cara kotor untuk mendapatkannya. Berhasil membujuk David dan akhirnya Talitha hamil."
Damar memeluk Viona tanpa kata-kata. Ia bisa merasakan apa yang dirasakan oleh Viona, karena ia sendiri mengalaminya. Marcia kekasihnya, menikah dengan orang lain.
"Eh malah asyik pacaran disini, sampai-sampai lupa sama anaknya sendiri." Mama Laras berkata sambil tersenyum menggoda Damar dan Viona."Mama?" Viona tersipu malu."Apa sih yang kalian bicarakan? Masa depan?" tanya Adel dengan penasaran."Nggak ada apa-apa kok, Mbak. Hanya membuatkan kopi lagi untuk Mas Damar. Soalnya kopi yang aku buat tadi sudah dingin karena Mas Damar ketiduran." Viona menjelaskan. Damar hanya tersenyum."Ayo kita kesana saja, nggak enak ngobrol di dapur," ajak Viona. Mereka pun menuju ke ruang keluarga."Mumpung ada kalian berdua disini. Apakah ada kemungkinan kalian untuk rujuk? Ingat lho, ada Arka yang membutuhkan kalian berdua." Mama Laras mulai berbicara."Sepertinya memang kita yang harus bergerak, Ma. Kalau menunggu mereka berdua, kelamaan. Terus terang kami sangat menginginkan rujuknya kalian berdua. Apalagi ada pengikat di antara kalian yaitu Arka." Tanpa basa basi, Adel langsung bertanya pada Viona. Viona menjadi salah tingkah. "Ini kesempatanku untuk m
"Arka, Arka," gumam Viona. Damar bingung harus berbuat apa."Arka, Arka." Viona mengigau lagi. Damar memegang dahi Viona, ternyata Viona demam.Damar mencari-cari tas Viona. Biasanya Viona selalu membawa obat-obatan di tasnya. Tas Viona ada di bawah tempat tidur Arka. Dengan perlahan ia membuka tas tersebut. Ternyata benar, di dalam tas Viona ada beberapa obat, seperti Paracetamol juga asam mefenamat.Setelah mengambil Paracetamol dan air mineral, Damar pun mengambil mendekati Viona lagi. "Viona," panggil Damar dengan pelan. Perlahan Viona membuka matanya."Mas, jangan ambil Arka dariku. Aku janji akan merawat dia dengan baik." Tiba-tiba Viona langsung berkata seperti itu sambil menangis. Damar hanya bisa bengong mendengar ucapan Viona.*Aku mohon, Mas." Tangis Viona semakin menjadi-jadi."Vio, tidak ada yang mau mengambil Arka darimu. Aku juga tidak, aku percaya kalau kamu merawat Arka dengan baik." Damar berusaha meyakinkan Viona."Tapi tadi Mas memaksaku menyerahkan Arka." Viona m
"Arka kenapa?" Viona mengelus-elus kepala Arka. Arka masih saja menangis."Arka kenapa, Nak? Bilang sama Bunda, apa yang Arka inginkan?" Suara Viona bergetar, menahan sesak di dada. Sebenarnya ia ingin menangis, tapi tetap berusaha untuk tidak menangis. Jangan sampai menangis di depan Arka."Tangan sakit." Suara Arka sangat lemah. Viona melihat ke tangan Arka, tampak agak membengkak. Viona sangat kaget, kemudian ia melihat ke arah botol infus dan mengamatinya. Ternyata infusnya tidak menetes, Viona menjadi semakin ketakutan. Ia segera memencet bel.Tak lama kemudian masuklah seorang perawat."Ada yang bisa dibantu, Bu?" Perawat itu bertanya dengan sopan."Infusnya kok nggak menetes ya?" tanya Viona. Perawat itu segera memeriksa botol infus dan saluran infus yang menempel ke tangan Arka."Apa adik ini banyak bergerak, Bu?""Enggak, tadi habis saya gendong ke kamar mandi karena mau buang air kecil."Perawat itu tersenyum."Lihatlah tangan adik ini, mungkin tadi waktu bergerak jarumnya
"Arka sangat dekat dengan ayahnya, apa nggak sebaiknya kalian rujuk saja. Kalau misalnya Damar mengajakmu rujuk, apa kamu mau?" Deg! Jantung Viona berdebar-debar. Pipinya merona tersipu malu."Nggak tahu, Mbak. Lagipula nggak mungkin Mas Damar mengajakku rujuk. Dia kan sudah mau menikah?" sahut Viona, ia pun menyibukkan diri dengan kegiatan menggoreng nugget tadi. Malu kalau sampai ketahuan ia merona.Viona memang masih mencintai Damar, walaupun ia tahu kalau Damar tidak mencintainya. Susah untuk menghilangkan rasa itu, tapi untuk berharap kembali bersama, sepertinya jauh panggang dari api."Siapa bilang? Hubungan Damar dan Jihan sudah selesai.""Bukankah mereka sudah tunangan?" tanya Viona untuk meyakinkan berita itu."Iya, tapi nyatanya nggak bisa dilanjutkan lagi.""Kasihan Mas Damar, pasti sangat kecewa berpisah dengan orang yang dicintainya." Ada rasa perih di hati ketika mengucapkan itu."Kamu tahu, mereka putus gara-gara kamu." Ucapan Adel tak khayal membuat Viona tampak sanga
Semua menjadi panik karena tidak menemukan sosok Arka. Mereka tadi asyik membahas tentang ide rujuknya Damar dan Viona. Damar beranjak dari duduknya dan berjalan ke depan, takutnya Arka keluar. Mama Laras mencari ke dapur, siapa tahu Arkq sedang bermain bersama Lina. Tapi ternyata Lina tidak ada. Mama Laras pun menuju ke ruang keluarga, tempat mereka berkumpul dan bermain bersama Arka tadi."Ketemu nggak?" tanya Damar dengan panik. Tentu saja ia sangat panik melihat Arka menghilang dari pandangan mereka berempat.Semua menggelengkan kepalanya masing-masing. "Papa, bagaimana ini? Aku nggak tahu harus ngomong apa sama Viona." Damar sangat kebingungan. "Tenang, pasti Arka ketemu." Pak Yuda berusaha menenangkan Damar."Lina, kamu melihat Arka?" tanya Damar ketika melihat Lina berjalan menuju ke arah mereka"Arka? Ada kok." Lina menjawab dengan tenang tampak santai."Dimana?" tanya Damar, wajahnya langsung ceria."Saya bawa ke kamar Mas Damar. Arka sedang tidur.""Kok bisa?" Damar masih
"Ayah!" Terdengar teriakan bahagia dari seorang anak kecil yang bernama Arka. Tampak Viona berdiri di samping Arka. Arka langsung memeluk ayahnya, kemudian menarik tangan ayahnya untuk masuk ke dalam.Damar tampak ragu, ia pun melirik ke arah Viona. Viona mengangguk kecil, menandakan kalau ia menyetujui tindakan Arka. Damar dan Arka masuk ke dalam, disusul Viona yang selesai menutup pintu. Dari saat mengetuk pintu tadi sampai sekarang, jantung Damar masih berdetak dengan kencang, ia tampak canggung berhadapan dengan Viona. "Maafkan aku, Mas. Seharusnya aku tidak merepotkan Mas pagi-pagi seperti ini," kata Viona dengan pelan ketika mereka bertiga duduk di sofa."Nggak apa-apa. Aku akan selalu melakukan apapun permintaan Arka. Ini aku bawakan sarapan untukmu." Damar menyerahkan bungkusan yang tadi ia bawa. Ia masih berusaha untuk menetralisir suasana hatinya. Entah kenapa, melihat Viona hari ini membuat Damar merasa sangat bahagia. Mungkin karena ia diizinkan mengajak Arka jalan-jalan.
"Ayah nanti pulang kelja bobok sama Alka ya?" kata Arka dengan penuh harap. Suara cadelnya membuat yang mendengarkan menjadi gemas. Tak khayal, ucapan Arak membuat Damar dan Viona tampak sangat kaget. Mereka tidak menyangka jika Arka akan berkata seperti itu."Iya, sayang. Sekarang Arka sama Bunda dulu ya?" bujuk Damar. Arka mengangguk, kemudian memeluk ayahnya. "Ayo Nak, kita pulang," ajak Mama Laras. Arka pun jalan bersama bunda dan omanya. Dengan berat hati, Arka mengikuti Oma dan bundanya. Ia pun melambaikan tangan pada ayahnya.Dama tampak terharu dengan perlakuan Arka kepadanya. Ia tidak menyangka jika Arka sangat dekat dengannya. Padahal selama ini ia tidak mendampingi keseharian Arka. Mungkin inilah yang namanya ikatan batin antara anak dan ayah. Walau terpisah, tapi tetap merasa dekat."Bundamu hebat, Nak. Tidak mengajarimu untuk membenci Ayah," kata Damar dalam hati."Ayo ke kantor lagi! Suara Irfan membuyarkan lamunan Damar. Damar dan Irfan berjalan menuju ke tempat parkir
"Boleh saya bertemu dengan Jihan?" pinta Damar."Untuk apa?" Mega masih saja menanggapi dengan ketus. Ia belum bisa menerima kalau hubungan Jihan dan Damar selesai. Ia masih membayangkan bagaimana komentar saudara, teman dan tetangga tentang putusnya hubungan Damar dan Jihan. Mereka pasti akan mencibir dan membicarakannya, bakal jadi trending topik di komplek ini. Mega mengkea nafas panjang."Ingin berbicara sebentar, Bu.""Saya rasa nggak ada yang perlu dibicarakan lagi. Semua sudah selesai. Silahkan pulang." Mega mengusir Damar."Bu, Damar kesini sebagai tamu, tidak baik seperti itu. Apa salahnya kalau ia bertemu dengan Jihan sebentar saja." Dedi berusaha menenangkan istrinya."Tamu tapi membuat tuan rumah sakit hati. Aku nggak mau melihat Jihan bersedih lagi. Silahkan pergi sebelum saya berteriak." Mega tetap bersikeras."Sebentar saja, Bu." Damar masih memohon pada Mega."Pergi! Pergi!" Mega berteriak sambil menunjuk-nunjuk wajah Damar."Maaf, Pak. Saya permisi pulang," pamit Dama
"Viona." Mama Laras menutup mulutnya, ia seolah tidak percaya dengan apa yang dilihatnya."Iya, Ma. Ini Viona." Viona mendekati Mama Laras kemudian mencium tangan dan memeluknya.Mama Laras meneteskan air mata karena terharu melihat siapa yang datang. "Mama jangan nangis," kata Viona ketika melepaskan pelukannya."Mama bahagia melihat kamu datang." Mama Laras segera menghapus air matanya."Arka, kasih salam sama Oma." Viona berkat pada Arka."Ini Oma, Sayang. Sudah lupa, ya?" Mama Laras menggendong Arka. Arka hanya terdiam, ia masih bingung dengan situasi ini."Arka sudah besar ya, sudah berat." Mama Laras mencium Arka."Ayo ke dalam," ajak Mama Laras pada Viona."Iya, Ma."Viona mengikuti langkah kaki Mama Laras menuju ke ruang keluarga."Opa, lihat siapa yang datang," kata Maam Laras pada suaminya yang sedang asyik menonton berita di televisi. Pak Yuda menoleh ke arah istrinya."Viona? Arka." Pak Yuda tak kalah terkejutnya dengan kehadiran Viona dan Arka. Viona segera mendekati Pak
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments