Gabriel membelai pipi Aylee, ujung jemarinya lantas ia gerakkan di atas kulit halus gadis itu, menyentuh lehernya lantas turun ke tulang selangka Aylee yang menggoda. Gadis itu memejamkan matanya, ia menikmati itu.
Gabe merengkuh tengkuk Aylee, mendekatkan wajah Aylee menuju wajahnya, ia hendak memagut bibir yang menurutnya sensual itu, namun gadis itu berpaling. Hingga bibir Gabe hanya bisa mendarat di pipi Aylee.
“Aku tidak mau tidur dengan orang yang tidak ada cinta untuk melakukannya.” Aylee melepas rengkuhan tangan Gabe. Ia beranjak dari ranjangnya dengan membawa laptopnya keluar dari kamar megah itu.
Gabe tertawa hampa, harga dirinya terluka mendapati penolakan seperti itu, padahal dahulu Aylee begitu manis terhadapnya. Tentu itu terjadi sebelum pernikahan bencana itu terjadi, sebelum Gabe membisikkan kata yang menyakiti hati perempuan itu.
“Angkuh sekali dia. Dia pikir dia secantik itu, huh?” dengusnya kesal.
Gabe pagi itu sudah berdandan rapi, seperti biasa ia tampak tampan tak terbantahkan. Ia duduk di meja makan mengamati Aylee yang masih menyiapkan sarapan.
Gabe menggeleng pelan, ia tak habis pikir dengan wanita di hadapannya itu. Ia punya pelayan, tapi kenapa ia harus berlelah-lelah memasak?. Tapi ia melihat Aylee begitu menikmati kegiatannya, dan lagi rasa masakan istrinya itu memang juara. Jadi ia tak ingin repot-repot melarangnya. Ia suka Aylee melakukan itu untuknya.
“Apa kau akan pulang terlambat malam ini?” tanya Aylee seraya menyajikan sandwich baguette isi jamur champignon, yang juga kesukaan Gabe.
“Kau menyesal menolakku semalam? “ Gabe tertawa mengejek. Aylee terkekeh mendengarnya.
“Bicara apa kau? Kakakmu Calvin baru kembali dari London, mama menyuruh kita datang ke sana untuk makan malam.” Aylee terkekeh lagi. Gabe dibuat malu dua kali oleh wanita anggun di depannya.
“Si brengsek itu untuk apa pulang ke sini?” Gabe melahap sandwich kesukaannya yang lezat.
“Mama bilang dia baru putus dari tunangannya. Dia ingin berlibur.”
“Aku harap dia tak berlama-lama.” Gabe bersungut.
“Kau sebetulnya merindukannya. Jujurlah pada dirimu sendiri,” goda Aylee. Gabe berhenti mengunyah, pikirannya menerawang ke masa lalu, ia dan Calvin adalah saudara kembar non identik, mereka dahulu sangat dekat hampir tak pernah berkelahi, Calvin yang kuat, lebih sabar dan dewasa membuat Gabe yang dahulu manja dan cengeng merasa nyaman berada di bawah perlindungannya.
Namun ketika mereka beranjak remaja, tepatnya ketika menginjak kelas satu menengah atas, Natasya dan Peter Ferdinand bercerai, Gabe berharap mereka tak akan berpisah, ia ingin tumbuh besar bersama Calvin, ia sudah kadung nyaman. Namun nyatanya Calvin memilih untuk ikut Peter kembali ke London. Gabe kecewa akan itu, ia merasa seperti ditinggalkan.
“Kau akan datang kan?” tanya Aylee, membuyarkan lamunan Gabe.
“Pergilah sendiri. Aku akan pulang ke apartemen Michelle,” titahnya dengan wajah malas. Aylee memutar bola matanya mendengar nama kekasih suaminya disebut.
“Terserah kau saja.” Aylee bersiap untuk pergi mengajar, ia mengambil tote bagnya dan berlalu dari hadapan suaminya. Gabe memperhatikan itu, wanita di hadapannya jauh berbeda dari kekasihnya, dari gaya rambut, busana dan gesture semuanya berbeda. Aylee begitu anggun, busana yang dikenakannya selalu serasi dan elegan, sedang Michelle punya gaya yang glamor dan sexy. Gabe memukul kepalanya sendiri. Mengapa dia jadi lebih memperhatikan Aylee belakangan ini?.
******
Aylee tiba seorang diri di kediaman keluarga Natasya. Begitu sampai ia disambut ibu mertua dan suaminya, atau lebih tepatnya mertua tiri Aylee, Roman.
“Aku merindukanmu, Ay.” Natasya mengecup pipi Aylee. Roman menyalaminya. Natasya mencari-cari sosok putra bungsunya, Gabriel.
“Dia sepertinya banyak pekerjaan mah, maaf dia tak bisa datang,” dusta Aylee. Natasya tersenyum hangat.
“Ayo kita ke dalam.” Natasya merangkul Aylee menuju ruang makan mewah yang di atas mejanya sudah tersaji begitu banyak makanan lezat dan mahal. Di situ sudah berdiri Calvin, saudara kembar Gabe. Pria itu berbeda sekali wajahnya dengan Gabe walau mereka kembar. Namun mereka memiliki persamaan, Sama-sama tampan dan menawan. Rambut Calvin panjang hingga hampir menyentuh bahu, kalau saja saat ini ia tak menyisir rambutnya ke belakang. Dia sedikit lebih tinggi dibanding Gabe, namun cenderung lebih kurus.
“Hai, Ay. Sejak terakhir kulihat kau di pernikahanmu, kini kau semakin terlihat cantik.” Calvin mencium sekilas pipi Aylee.
“Terima kasih, Cal. Tapi itu berlebihan.”
Manik mata Calvin berwarna biru terang, gigi putihnya mengintip di balik bibirnya yang berwarna peach.
“Gabe tak ikut?” Calvin terlihat kecewa. Aylee jadi tak enak hati tak bisa membujuk Gabe untuk turut menemui Calvin.
“Dia banyak pekerjaan, Cal. Tak apa, aku bisa menemanimu mengobrol hingga pagi jika kau mau, besok aku libur mengajar,” hibur Aylee yang sukses membuat Calvin tertawa.
“Kau bukan tipikal wanita penyuka pesta, tak akan sanggup terjaga sampai pagi.” Aylee terkekeh, membenarkan perkataan Calvin.
“Aku juga suka begadang, kau tahu.”
“Tapi begadang di depan laptopmu, dan aku jamin itu rasanya tak akan sama dengan begadang di tengah perjamuan.” Keduanya menyeringai. Aylee memandang penuh senyum kakak iparnya itu, Calvin begitu hangat dan menyenangkan, tidak kaku, dingin, dan menjengkelkan seperti adiknya, Gabe. Tiba-tiba Aylee merasa ia begitu menyedihkan, bahkan setelah segala pengkhianatan dan penghinaan terhadapnya, nyatanya Aylee belum bisa menghapus rasa cintanya.
Aylee menyantap hidangan yang disajikan, perjamuan itu rupanya menghadirkan cukup banyak kerabat Natasya. Aylee kewalahan menjawab pertanyaan setiap tamu acara perihal absennya Gabe dalam perjamuan.
Usai menyantap hidangan utama, seluruh kerabat menyantap makanan penutup sambil berbincang santai, Aylee merasa sedih, bisa-bisanya Gabe tak mendampinginya di acara keluarganya sendiri. Mungkin setelah ini keluarga mereka akan berpikir rumah tangganya dan Gabe sedang terjadi masalah, ya walaupun pada kenyataannya memang benar.
“Tolong musiknya, lantai dansa akan segera dibuka!” titah Natasya dan sejurus kemudian musik terdengar di penjuru ruangan. Daripada disebut perjamuan, ini lebih seperti privat party. Aylee semakin merasa nelangsa saja.
“Ayo berdansa, Ay!” ajak Lauren, gadis cantik sepupu Gabe dan Calvin. Aylee tersenyum mengangguk, Lauren lantas mulai berdansa dengan suaminya. Jujur itu membuat Aylee iri.
Aylee mengeluarkan ponselnya, ia mulai menyibukkan diri pada gawainya, agar ia tak begitu merasa sedih.
“Mari berdansa denganku, Ay!” ajak Calvin dengan tangan menadah menunggu disambut oleh gadis cantik itu. Aylee menyeringai.
“Aku tidak pandai berdansa, aku takut menginjak kakimu nanti,” tolaknya sopan.
“Aku juga tidak bisa. Tapi sepertinya seru, kita pelan-pelan saja. Menyontek gerakan mereka.” Aylee tertawa, ia berpikir sejenak. Mungkin tak ada salahnya. Daripada ia terus saja memikirkan si bedebah Gabe.
Aylee pada akhirnya menyambut tangan Calvin. Pria itu girang, ia dengan semangat menarik tangan Aylee menuju lantai dansa. Calvin mengamati setiap inci tubuh Aylee, baginya istri adiknya itu begitu menawan, ia mungkin merasa tertarik pada wanita anggun ini. Namun apakah itu pantas?
Aylee begitu canggung, ia tak tahu harus di mana meletakkan tangannya. Calvin menyeringai, ia lantas menuntun kedua tangan Aylee untuk bergelayut di lehernya, sedang tangannya ia letakkan di kedua sisi pinggul gadis itu. Calvin semakin tertarik dengan wanita itu. “Kau punya pinggul yang sempurna. Sulit dipercaya Gabe tak pernah mengajakmu berdansa.” Aylee tersenyum kecut, di mata Gabe hanya Michelle makhluk sempurna di bumi ini, batinnya. Mereka berdansa pelan, Calvin yang tinggi menundukkan kepalanya hingga kepalanya sejajar dengan kepala Aylee, bisa dirasakan Aylee, bibir Calvin begitu dekat dengan lehernya. Bulu romanya meremang seketika. “Kudengar kau putus dengan tunanganmu, Cal?” Aylee mencoba mengajak bicara Calvin, agar wajah pria itu tak terus berada di lehernya. “Sayang sekali, itu benar.” “Kenapa? Kukira kalian akan serius untuk menikah.” Calvin menghela nafas berat. “Aku takut menghadapi pernikahan, Ay. Aku
Aylee yang mengajar mata kuliah algoritma dan pemrograman komputer tengah melakukan presentasi di depan kelas. Karena keanggunan dan kecantikannya serta usia yang masih sangat muda, ia menjadi salah satu dosen yang paling difavoritkan di jurusan teknik komputer walau belum ada satu tahun dia mengajar. Terutama di antara para mahasiswa, hampir setiap minggu ada saja mahasiswa yang memberinya hadiah. Seperti saat ini Aylee mendapatkan sekotak cokelat dari salah seorang pengagumnya. Aylee memakan cokelat itu di sela-sela kegiatannya menyiapkan makan malam. Gabe lantas muncul dan duduk di kursi makannya. Matanya tertuju pada sekotak cokelat yang berbentuk hati. “Dari mana kau mendapat itu? Apa si aktor kesayanganmu itu yang memberinya?” tanyanya sinis. Aylee kaget dengan kehadiran Gabe yang tiba-tiba. “Kau kenapa akhir-akhir ini pulang cepat?” Aylee justru bertanya balik. Gabe mendengus kesal Aylee tak menjawab pertanyaannya. “Kau belum menjawab p
Gabe berjalan mendekati Aylee, gadis itu mendengar suara langkah kaki dan segera menoleh. Gabe sedang menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan Aylee. “Aku tidak tahu kau akan pulang. Aku tak menyiapkan makan malam.” Aylee kembali menatap layar komputernya. Gabe berdiri di samping Aylee. “Tak apa. Aku tidak lapar. Kau tak jadi pergi?” tanya Gabe. “Ya, aku banyak kerjaan.” Gabe tahu Aylee berbohong. “Terimakasih,” seloroh Gabe membuat Emily tercengang. Ia tak salah dengar bukan? Pria itu berterimakasih? “Untuk?” Aylee mendongak, menatap penuh tanya wajah Gabe yang kali ini terlihat lembut. “Mematuhiku. Walau aku tahu aku tak layak mendapat itu.” Gabe menyeringai, ada kegetiran di matanya. “Sudah kubilang aku banyak pekerjaan. Tak perlu merasa seperti itu.” Aylee tak memandang wajah Gabe. Pria itu terkekeh. “Ayolah, Ay. Berhenti pura-pura acuh padaku. Aku tahu kau tak ingin bersikap seperti itu.” Mendengar it
Pagi itu Aylee buru-buru mengemasi pakaiannya, ia lantas memandang nanar tempat tidurnya yang kosong. Ia menggeleng lemah, ia putus asa sekarang. Ia merasa mungkin cinta Gabe memang tak akan pernah ia dapatkan. Ketertarikan Gabe semalam terhadapnya semata-mata mungkin karena ia akhir-akhir ini jarang bergumul dengan kekasihnya, pikir Aylee. Michelle mencium pipi Gabe, pria yang masih tertidur itu menggeliat, lantas ia mengerang. “Ku buatkan kopi untukmu sayang,” ujarnya. Pria itu bangkit untuk duduk, dengan masih di atas tempat tidurnya ia melirik kopi yang Michelle letakkan di atas nakas samping tempat tidur. “Hanya itu?” ia menaikkan alisnya, kentara sekali wajahnya tak suka. “Kau mau apa? Biar aku pesankan sarapan untukmu, apa yang kau suka?” tanya Michelle dengan senyum masih mengembang di bibirnya. Ia begitu senang tiba-tiba semalam Gabe pulang dan langsung mencumbunya tanpa ampun. “Kau masih bertanya apa yang aku suka? Kau jauh lebih dul
Aylee dan Martin sudah bersiap dengan segala peralatan berkudanya. Mereka sudah mengeluarkan kuda-kuda yang hendak mereka tunggangi dari kandangnya. Martin mendekati Aylee dan memakaikan helm pada gadis itu. “Hei, aku bisa sendiri,” tolaknya, namun Martin tak peduli itu. “Kau terlihat sangat cantik,” pujinya seraya memandangi wajah gadis di depannya. “Omong-omong aku tidak tahu masih mahir atau tidak menunggangi Penelope? Aku harap masih bisa,” ucap Aylee mengusap-usap wajah Penelope. “Tentu saja bisa, kau ahlinya, Ay. Sekarang naiklah!” titah Martin yang segera dituruti Aylee. Gadis itu menaiki pelana kuda. Martin turut pula menaiki kudanya yang pamannya beri nama Jake. “Ayo Jake! Susul Penelope dan penunggang cantiknya!” pria itu menghentakkan kedua kakinya pada perut kuda, seketika kuda itu berlari menyusul Aylee yang sudah lebih dulu melaju. Rasanya sudah lama Aylee tak merasa bahagia seperti ini, menaiki kuda seperti ini sangat me
“Gabe..?” Aylee memicingkan matanya. Gabe tak bergeming, ia menatap penuh amarah kepada Martin. “Aku mencarimu seperti orang gila, tapi kau malah bersama aktor sialan ini!” Aylee memejamkan matanya, ia tak mengerti dengan jalan pikiran Gabe. Dia bilang dia tak menyukainya, tapi kenapa dia harus repot-repot mencarinya? “Jaga bicaramu, bung! Kau yang sialan! Kau berselingkuh dengan rekan kerjaku, benar kan? Untuk apa mencari istri yang bahkan sudah tak kau pedulikan lagi? Ceraikan saja dia, tuan Ferdinand yang terhormat!” Aylee melebarkan matanya pada Martin. Dia tak percaya Martin berkata demikian. Gabe terkesiap, ia tak mampu membalas perkataan Martin. Tentu saja dia tahu dia salah, tapi ia juga tentu tak ingin bercerai dengan Aylee. Ia juga bingung dengan kejelasan hubungannya dengan Michelle, entah mau dibawa ke mana hubungannya dengan kekasih gelapnya itu? Namun mendengar Martin mengucapkan demikian, ia tak terima, ia mengeratkan genggaman tanganny
“Aku... Entahlah, Gabe,” jawabnya malu. Gabe menyeringai, lalu mencium puncak hidung Aylee. “Biar aku menafsirkan sendiri kalau begitu.” Gabe menaut kembali bibir Aylee, gadis itu masih membalasnya. Gabe tersenyum di sela ciumannya. “Aku rasa kau sudah begitu siap, sayang.” Sayang dia bilang? Gadis itu merona pipinya. Aylee kian meleleh saja. Aylee akui ia terbujuk rayuan seorang Gabriel. “Bukan hanya menggairahkan, kau juga amat menggemaskan,” ucapnya sambil tersenyum gemas, matanya kian menyiratkan gairah yang kian memuncak saja. Ia lantas mencumbu tubuh istrinya yang sudah hampir telanjang. Kembali menekankan bibirnya di segala tempat. Nafasnya kian memburu sedang Aylee sudah mendesah tak terkendali. Tanpa ia sadari kini tak sehelai benang pun melekat ditubuhnya. “Maaf jika ini akan sakit, sejujurnya aku juga pertama kali melakukan ini pada perempuan yang masih...” Gabe tak meneruskan ucapannya, ia menyeringai kembali. Gabe juga berdebar, s
Hallo teman-teman kesayangan 💗💗 Semoga kalian menyukai cerita pertamaku ini, menyenangkan sekali bisa menulis di sini. Bagaimana pendapat kalian tentang karakter-karakter di cerita ini? Kalian bisa menyampaikan kritik dan sarannya terhadap cerita ini lewat komen ya ☺ tentunya dengan bahasa yang santun 😁 Tetap ikuti cerita ini karena akan banyak kejutan di bab-bab selanjutnya. Pembaruan bab juga akan dilakukan secara rutin agar bisa nyaman dinikmati oleh teman-teman penyuka kisah rumah tangga si anggun, Aylee dan si arrogant Tuan Gabriel Ferdinand yang terhormat 😃 Mohon dukungannya jika kalian menyukai cerita Pernikahan Jebakan dengan memberi vote dan komennya. Itu sangat berarti. Dukungan kalian adalah moodbooster untukku. ❤❤