Share

Bab 4. Atharazka

"Athar." Syifa terkejut melihat sahabat yang sudah tak lama pulang ke kampung kini ada di hadapannya.

Terakhir kali Athar pulang ke kampung itu saat Syifa menikah dengan Ryan. Setelah itu pria tampan tersebut tak lagi datang ke kampung, hanya berkomunikasi dengan Syifa melalui chat dan telepon.

Pria bernama lengkap Atharazka itu masih punya ayah, tetapi ibunya sudah meninggal sejak ia kecil. Saat Athar kecil dulu ibu tiri Athar kerap kali memperlakukan Athar dengan tidak baik bahkan Athar tidak pernah di beri uang jajan dan makan saat ayahnya tak ada, di saat seperti itu Syifa yang selalu berbagi makanan pada Athar.

Setelah Syifa menikah dan memiliki kehidupan dengan suaminya, tak ada lagi orang yang ingin Athar temui di kampung tersebut, ia hanya rutin mengirimkan uang bulanan kepada ayahnya saja. Namun, tadi malam ia bermimpi melihat Syifa menangis di sudut ruangan, ia mencoba menghubungi nomor Syifa ternyata nomor tersebut tidak aktif. Jadi Athar memutuskan untuk cuti kerja dan pulang kampung memastikan keadaan Syifa.

"Ceritakan padaku, apa yang membuatmu menangis di sini?" tanya Athar.

"Aku tidak menangis, ini hanya kelilipan," ucap Syifa seraya mengusap air matanya.

"Aku kenal kamu dari kecil, Syifa. Matamu bengkak pasti kau habis menangis," ucap Athar.

"Ini hari kerja kan, bukan tanggal merah? Kok kamu bisa ada di sini?" tanya Syifa mengalihkan pembicaraan.

Belum sempat Athar menjawab pertanyaan sahabatnya itu, Sherly keluar dari rumah mencari keberadaan Syifa karena di panggil oleh mertua mereka.

"Mbak Syifa, di panggil mama," ucap Sherly.

"Oh iya, aku akan segera masuk. Kamu duluan aja," jawab Syifa.

Sherly mengangguk, ia menatap lelaki tampan yang berada di hadapan Syifa dengan penuh tanda tanya. Setelah itu ia masuk kedalam rumah tersebut.

"Siapa dia? Rasanya aku tidak pernah melihatnya. Suamimu tidak punya saudara perempuan kan?" tanya Athar.

Syifa menggigit bibirnya, bingung harus menjawab apa pertanyaan Athar. Ia belum siap menceritakan pada Athar tentang keadaan rumah tangganya, apalagi Athar baru sampai ke kampung itu dan pasti dalam keadaan lelah.

"Syifa, lagi ngapain sih kamu di suruh masuk kok lama banget?!" Dina keluar dari rumah mencari keberadaan Syifa karena tak sabar menunggu Syifa datang.

"Oh jadi ini kelakuan kamu, anakku kerja kamu malah asik selingkuh," ucap Dina seraya berdecak pinggang.

"Aku gak selingkuh, Mah. Athar baru datang dan menyapa aku, selama ini kan dia kerja di kota," jawab Syifa.

"Udah jangan banyak bicara, cepat masuk terus masak. Aku sudah lapar!" ucap Dina.

Athar mengeratkan giginya melihat perlakuan mertua Syifa yang tidak baik, tapi Syifa pamit masuk kedalam pada Athar karena tidak ingin mendengar ocehan sang mertua lebih banyak.

"Syifa, aktif kan ponselmu!" ucap Athar sebelum pergi dari rumah Syifa.

Syifa menganggukkan kepala lalu berjalan masuk, Athar pun memasuki mobilnya menuju rumah sang ayah. Kepulangan Athar yang tiba-tiba tentu saja membuat ibu tirinya terkejut, anak yang dulu ia perlakukan tidak baik kini sukses hidup di kota.

"Athar, kamu pulang gak kasih kabar dulu," ucap Bagas.

"Iya, ini juga dadakan, Yah," jawab Athar lalu berjalan menuju kamarnya.

Bagas yang sedang menikmati kopi di ruang tamu kini berjalan menyusul Athar kedalam kamarnya, ia merasa heran anaknya yang sudah dua tahun tak pulang kini pulang tanpa memberi kabar apapun sebelumnya.

"Kamu tiba-tiba pulang, apa ada hal penting yang ingin kamu urus?" tanya Bagas.

"Emangnya aku gak boleh pulang?" tanya Athar.

"Bukan gak boleh, ayah hanya heran kamu kan udah dua tahun gak pulang. Ayah pikir kamu pulang tiba-tiba karena ingin mengurus sesuatu misalnya ingin menikah gitu," ucap Bagas.

Athar menggelengkan kepalanya, tidak ada keinginan untuk menikah bahkan dekat dengan wanita pun tidak. Ia hanya mengkhawatirkan keadaan Syifa karena mimpinya.

"Yah, apa selama ini Bu Dina memperlakukan Syifa dengan tidak baik?" tanya Athar.

"Sejak kedua orang tua Syifa meninggal Dina makin jahat dan menunjukan sifat aslinya," jawab Bagas.

Orang tua Syifa meninggal dalam kecelakaan satu bulan setelah Syifa dan Ryan menikah, Dina pikir toko furniture dan rumah peninggalan orang tua Syifa akan di wasiatkan untuk Ryan. Namun, warisan itu hanya untuk Syifa dan Ryan hanya di minta mengelola toko furniture saja, hal itu membuat Dina kesal dan mulai memperlakukan Syifa dengan tidak baik.

"Tadi aku lewat rumah Syifa, ada wanita muda di rumah Syifa. Setahu aku Ryan dan Syifa sama-sama anak tunggal, ayah tahu siapa wanita muda itu?" tanya Athar.

"Itu istri barunya Ryan, semalam rame pada ngomongin di warung depan rumah Syifa," ucap Ros ibu tiri Athar yang berdiri di depan pintu kamar Athar.

"Istri baru?" tanya Athar terkejut.

"Iya, katanya karena Syifa belum hamil jadi Dina mencarikan istri baru untuk Ryan. Baru sebulan nikah eh udah hamil, awalnya pernikahan di rahasiakan dari Syifa, tapi karena perempuan itu hamil jadi di bawa pulang sama Ryan dan Ryan minta Syifa menerima istri baru dan calon anaknya," jawab Ros.

Athar mengepalkan tangan dan mengeratkan giginya saat mendengar hal itu, pantas saja tadi malam ia bermimpi Syifa menangis di sudut ruangan. Ternyata ada hal yang sangat melukai hatinya dan Athar yakin hal itu yang membuat wanita cantik itu menangis saat ia temui tadi.

Di sisi lain, Syifa baru saja selesai masak dan makanan di hidangkan di meja makan. Dina tersenyum dan membawa Sherly duduk di depan meja makan untuk menikmati masakan buatan Syifa.

"Kamu harus makan yang banyak, biar cucu ibu tumbuh sehat di perut kamu!" ucap Dina.

"Jangan banyak-banyak, Mah. Aku masih kenyang tadi sudah sarapan dengan Mbak Syifa dan mas Ryan," ucap Sherly.

"Yaudah mama sendokin sedikit, tapi nanti kalau kamu laper makan lagi ya! Ibu hamil itu harus makan yang banyak dan beragam," ucap Dina.

Syifa menghela nafas dan berjalan pergi meninggalkan tempat itu, hatinya perih melihat sang mertua begitu baik dan perhatian pada menantu barunya. Sementara selama ini tidak pernah baik apalagi perhatian terhadap Syifa.

Wanita cantik itu masuk ke dalam kamar dan memeriksa ponselnya, "Ternyata lowbat."  Syifa kemarin syok karena kedatangan Sherly sehingga tidak ingat dengan benda yang selama ini menjadi alat komunikasi dengan sahabatnya, Syifa pun langsung mengisi daya pada ponsel tersebut.

Beberapa saat kemudian ponsel bisa menyala kembali dan terlihat banyak pesan masuk juga panggilan gak terjawab dari Athar. Syifa tersenyum membaca banyaknya pesan masuk dari Athar yang menanyakan keadaanya.

"Apa kamu tahu dan merasakan kalau hatiku sedang tidak baik-baik saja, Athar. Hingga kamu mengirim banyak pesan seperti ini," gumam Syifa.

"Syiifaa ...!" teriak Dina membuat Syifa terkejut.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Noor Sukabumi
heh lampir semoga urat tenggorokanmu putus yah berisik bnget sih
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status