"Athar." Syifa terkejut melihat sahabat yang sudah tak lama pulang ke kampung kini ada di hadapannya.
Terakhir kali Athar pulang ke kampung itu saat Syifa menikah dengan Ryan. Setelah itu pria tampan tersebut tak lagi datang ke kampung, hanya berkomunikasi dengan Syifa melalui chat dan telepon. Pria bernama lengkap Atharazka itu masih punya ayah, tetapi ibunya sudah meninggal sejak ia kecil. Saat Athar kecil dulu ibu tiri Athar kerap kali memperlakukan Athar dengan tidak baik bahkan Athar tidak pernah di beri uang jajan dan makan saat ayahnya tak ada, di saat seperti itu Syifa yang selalu berbagi makanan pada Athar. Setelah Syifa menikah dan memiliki kehidupan dengan suaminya, tak ada lagi orang yang ingin Athar temui di kampung tersebut, ia hanya rutin mengirimkan uang bulanan kepada ayahnya saja. Namun, tadi malam ia bermimpi melihat Syifa menangis di sudut ruangan, ia mencoba menghubungi nomor Syifa ternyata nomor tersebut tidak aktif. Jadi Athar memutuskan untuk cuti kerja dan pulang kampung memastikan keadaan Syifa. "Ceritakan padaku, apa yang membuatmu menangis di sini?" tanya Athar. "Aku tidak menangis, ini hanya kelilipan," ucap Syifa seraya mengusap air matanya. "Aku kenal kamu dari kecil, Syifa. Matamu bengkak pasti kau habis menangis," ucap Athar. "Ini hari kerja kan, bukan tanggal merah? Kok kamu bisa ada di sini?" tanya Syifa mengalihkan pembicaraan. Belum sempat Athar menjawab pertanyaan sahabatnya itu, Sherly keluar dari rumah mencari keberadaan Syifa karena di panggil oleh mertua mereka. "Mbak Syifa, di panggil mama," ucap Sherly. "Oh iya, aku akan segera masuk. Kamu duluan aja," jawab Syifa. Sherly mengangguk, ia menatap lelaki tampan yang berada di hadapan Syifa dengan penuh tanda tanya. Setelah itu ia masuk kedalam rumah tersebut. "Siapa dia? Rasanya aku tidak pernah melihatnya. Suamimu tidak punya saudara perempuan kan?" tanya Athar. Syifa menggigit bibirnya, bingung harus menjawab apa pertanyaan Athar. Ia belum siap menceritakan pada Athar tentang keadaan rumah tangganya, apalagi Athar baru sampai ke kampung itu dan pasti dalam keadaan lelah. "Syifa, lagi ngapain sih kamu di suruh masuk kok lama banget?!" Dina keluar dari rumah mencari keberadaan Syifa karena tak sabar menunggu Syifa datang. "Oh jadi ini kelakuan kamu, anakku kerja kamu malah asik selingkuh," ucap Dina seraya berdecak pinggang. "Aku gak selingkuh, Mah. Athar baru datang dan menyapa aku, selama ini kan dia kerja di kota," jawab Syifa. "Udah jangan banyak bicara, cepat masuk terus masak. Aku sudah lapar!" ucap Dina. Athar mengeratkan giginya melihat perlakuan mertua Syifa yang tidak baik, tapi Syifa pamit masuk kedalam pada Athar karena tidak ingin mendengar ocehan sang mertua lebih banyak. "Syifa, aktif kan ponselmu!" ucap Athar sebelum pergi dari rumah Syifa. Syifa menganggukkan kepala lalu berjalan masuk, Athar pun memasuki mobilnya menuju rumah sang ayah. Kepulangan Athar yang tiba-tiba tentu saja membuat ibu tirinya terkejut, anak yang dulu ia perlakukan tidak baik kini sukses hidup di kota. "Athar, kamu pulang gak kasih kabar dulu," ucap Bagas. "Iya, ini juga dadakan, Yah," jawab Athar lalu berjalan menuju kamarnya. Bagas yang sedang menikmati kopi di ruang tamu kini berjalan menyusul Athar kedalam kamarnya, ia merasa heran anaknya yang sudah dua tahun tak pulang kini pulang tanpa memberi kabar apapun sebelumnya. "Kamu tiba-tiba pulang, apa ada hal penting yang ingin kamu urus?" tanya Bagas. "Emangnya aku gak boleh pulang?" tanya Athar. "Bukan gak boleh, ayah hanya heran kamu kan udah dua tahun gak pulang. Ayah pikir kamu pulang tiba-tiba karena ingin mengurus sesuatu misalnya ingin menikah gitu," ucap Bagas. Athar menggelengkan kepalanya, tidak ada keinginan untuk menikah bahkan dekat dengan wanita pun tidak. Ia hanya mengkhawatirkan keadaan Syifa karena mimpinya. "Yah, apa selama ini Bu Dina memperlakukan Syifa dengan tidak baik?" tanya Athar. "Sejak kedua orang tua Syifa meninggal Dina makin jahat dan menunjukan sifat aslinya," jawab Bagas. Orang tua Syifa meninggal dalam kecelakaan satu bulan setelah Syifa dan Ryan menikah, Dina pikir toko furniture dan rumah peninggalan orang tua Syifa akan di wasiatkan untuk Ryan. Namun, warisan itu hanya untuk Syifa dan Ryan hanya di minta mengelola toko furniture saja, hal itu membuat Dina kesal dan mulai memperlakukan Syifa dengan tidak baik. "Tadi aku lewat rumah Syifa, ada wanita muda di rumah Syifa. Setahu aku Ryan dan Syifa sama-sama anak tunggal, ayah tahu siapa wanita muda itu?" tanya Athar. "Itu istri barunya Ryan, semalam rame pada ngomongin di warung depan rumah Syifa," ucap Ros ibu tiri Athar yang berdiri di depan pintu kamar Athar. "Istri baru?" tanya Athar terkejut. "Iya, katanya karena Syifa belum hamil jadi Dina mencarikan istri baru untuk Ryan. Baru sebulan nikah eh udah hamil, awalnya pernikahan di rahasiakan dari Syifa, tapi karena perempuan itu hamil jadi di bawa pulang sama Ryan dan Ryan minta Syifa menerima istri baru dan calon anaknya," jawab Ros. Athar mengepalkan tangan dan mengeratkan giginya saat mendengar hal itu, pantas saja tadi malam ia bermimpi Syifa menangis di sudut ruangan. Ternyata ada hal yang sangat melukai hatinya dan Athar yakin hal itu yang membuat wanita cantik itu menangis saat ia temui tadi. Di sisi lain, Syifa baru saja selesai masak dan makanan di hidangkan di meja makan. Dina tersenyum dan membawa Sherly duduk di depan meja makan untuk menikmati masakan buatan Syifa. "Kamu harus makan yang banyak, biar cucu ibu tumbuh sehat di perut kamu!" ucap Dina. "Jangan banyak-banyak, Mah. Aku masih kenyang tadi sudah sarapan dengan Mbak Syifa dan mas Ryan," ucap Sherly. "Yaudah mama sendokin sedikit, tapi nanti kalau kamu laper makan lagi ya! Ibu hamil itu harus makan yang banyak dan beragam," ucap Dina. Syifa menghela nafas dan berjalan pergi meninggalkan tempat itu, hatinya perih melihat sang mertua begitu baik dan perhatian pada menantu barunya. Sementara selama ini tidak pernah baik apalagi perhatian terhadap Syifa. Wanita cantik itu masuk ke dalam kamar dan memeriksa ponselnya, "Ternyata lowbat." Syifa kemarin syok karena kedatangan Sherly sehingga tidak ingat dengan benda yang selama ini menjadi alat komunikasi dengan sahabatnya, Syifa pun langsung mengisi daya pada ponsel tersebut. Beberapa saat kemudian ponsel bisa menyala kembali dan terlihat banyak pesan masuk juga panggilan gak terjawab dari Athar. Syifa tersenyum membaca banyaknya pesan masuk dari Athar yang menanyakan keadaanya. "Apa kamu tahu dan merasakan kalau hatiku sedang tidak baik-baik saja, Athar. Hingga kamu mengirim banyak pesan seperti ini," gumam Syifa. "Syiifaa ...!" teriak Dina membuat Syifa terkejut."Syiifaa ...!""Ada apa, Mah. Kenapa teriak-teriak?" tanya Syifa terkejut dengan teriakan sang mertua."Kamu ngapain di kamar sih? Kenapa kerja kamu cuma santai-santai main hp aja," ucap Dina.Syifa lagi-lagi hanya bisa menghela nafasnya, sejak tadi Syifa mengerjakan pekerjaan rumah bahkan sudah memasak untuk mertuanya itu. Namun, baru sebentar berada di kamar dan memainkan handphone langsung diteriaki seperti itu. "Daripada kamu main handphone gak ada manfaatnya, lebih baik kamu ke toko susu beliin susu hamil untuk Sherly!" ucap Dina."Toko susu jauh dari sini, Mah. Telepon aja Mas Ryan suruh bawain susu hamil untuk Sherly, saat pulang dari toko furniture," jawab Syifa."Kelamaan kalau nunggu Ryan pulang dari toko furniture, Sherly harus minum susu sekarang!" ucap Dina."Ya sudah kalau gitu Mama aja yang beliin ke toko susu," jawab Syifa."Kamu ini benar-benar menantu yang gak punya otak ya! Disuruh mertua malah nyuruh balik," ucap Dina.Syifa tersenyum kecut mendengar Dina berbicar
"Kamu sudah berjanji akan bersikap adil, tapi apa yang kamu lakukan tadi tidak adil bagiku!" ucap Syifa."Aku minta maaf, aku janji setelah ini akan adil pada kalian," ucap Ryan."Kamu bilang menikah dengan dia karena terpaksa, tapi aku melihat kalian seperti orang yang saling cinta," ucap Syifa.Ryan tertegun mendengar ucapan Syifa, ia tak tahu harus berkata apa dan sedikit menyesali apa yang tadi ia lakukan terhadap Sherly. Lelaki itu tidak menyangka karena sedikit perhatiannya pada Sherly membuat Syifa curiga padanya."Jangan pernah tunjukan kemesraan kalian di hadapanku, aku akan mencoba bertahan meski tidak tahu sampai kapan," ucap Syifa."Iya, aku akan menuruti ucapanmu. Malam ini aku tidur di sini ya!" ucap Ryan.Syifa menganggukkan kepalanya, ia berjalan ke kamar mandi lalu mengambil wudhu untuk melaksanakan salat isya. Setelah solat isya barulah Syifa merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, Ryan terlihat memainkan gawainya sambil tersenyum setelah itu ia meletakan gawainya
"Dari kecil sampai saat ini kamu tetap sahabatku, Athar," ucap Syifa."Maka dari itu, jangan menolak bantuan dariku. Aku akan menyuruh orang untuk menyelidiki tentang Sherly dan suamimu," ucap Athar.Syifa menganggukkan kepalanya, ia menerima bantuan dari Athar. Hatinya resah dan curiga, melihat begitu mesranya sang suami dengan istri barunya, apalagi mendengar suara tetangga bergosip tentang mereka. Syifa semakin ragu jika pernikahan Sherly dan suaminya hanya karena terpaksa, mungkin bantuan dari Athar satu-satunya yang bisa membuat hatinya tenang."Aku akan tinggal di sini selama seminggu sebelum akhirnya kembali bekerja di kota, tapi aku yakin tidak sampai seminggu orang suruhanku bisa memberikan informasi tentang suamimu dan istri barunya. Selama belum mendapatkan informasi tentang mereka, bertahanlah dalam rumah tanggamu, Syifa," ucap Athar."Terima kasih, Athar. Kamu tahu Athar dua hari ini siang dan malam aku menangis dalam salatku, aku bener-bener nggak nyangka jika Mas Ryan a
"Siapa yang cari aku?" tanya Syifa.Wanita cantik itu menghapus air mata lalu berjalan keluar rumah untuk melihat siapa yang datang mencarinya, ternyata tetangga yang datang mencari Syifa."Bu Murni, ada apa?" tanya Syifa."Mbak Syifa maaf kalau saya mengganggu. Saya mau pinjam uang, anak saya sakit suami saya belum gajian," ucap Bu Murni tetangga Syifa."Anak ibu sakit apa?" tanya Syifa."Demam sudah 3 hari nggak turun-turun, Saya mau bawa ke dokter takut semakin parah demamnya," ucap Bu Murni."Ya ampun tunggu sebentar, Bu."Syifa berjalan cepat ke kamarnya untuk mengambil uang, lalu kembali lagi keluar untuk memberikan uang tersebut kepada Bu Murni, hal itu diperhatikan oleh Dina yang sedang berada di meja makan."Segini cukup, Bu?" Tanya Syifa seraya menyodorkan dua lembar uang pecahan seratus ribu."Mudah-mudahan cukup, Mbak Syifa. Nanti kalau suami saya gajian saya langsung ganti uangnya ya," ucap Bu Murni."Sama-sama, Bu. Nggak usah dipikirkan kapan mengganti uangnya, yang pent
"Athar, nanti aku hubungi lagi," ucap Syifa lalu mematikan sambungan teleponnya.Ryan berjalan kedalam kamar itu dan menghampiri Syifa yang sedang meletakan ponselnya diatas nakas. Syifa mengerutkan keningnya melihat sang suami masuk ke kamarnya, padahal ia malam ini harusnya tidur di kamar Sherly."Ada apa, Mas?" tanya Syifa."Siapa yang menelpon mu malam-malam begini, apa itu Athar?" tanya Ryan."Iya, itu Athar.""Aku sudah bilang padamu, aku tidak suka melihat kamu teleponan sama lelaki itu," ucap Ryan.Syifa menghela nafas, memang selama ini Ryan cemburu kepada Athar dan Syifa pun berusaha untuk menjaga jarak dengan Athar dengan tidak mengangkat panggilan telepon dari sahabatnya itu. Namun, mereka tetap berkomunikasi melalui pesan singkat. "Ya aku juga sudah bilang sama kamu, kalau aku tidak suka melihat kamu dekat dengan wanita lain. Namun, kamu tidak hanya dekat, tetapi menikahi wanita lain," ucap Syifa dengan nada datar, tapi sukses membuat mulut Ryan terbungkam."Kamu mau mem
Prank ...Syifa melempar gelas tepat mengenai tubuh Ryan hingga akhirnya jatuh dan pecah di lantai, hal itu membuat Athar, Ryan, dan Sherly terkejut."Pembohong, pengkhianat, keterlaluan kamu, Mas!" teriak Syifa.Ryan terdiam menatap sang istri yang berjalan perlahan dengan membawa berkas informasi kearahnya. Tatapan Syifa terlihat sangat marah, tidak pernah Ryan melihat tatapan seperti itu dari sang istri sebelumnya."Kamu bilang menikahi Sherly karena terpaksa, karena permintaan mama. Nyatanya kamu sudah berselingkuh dengan jalang itu selama setahun di belakangku!" ucap Syifa dengan bibir bergetar."Syifa, kamu pasti mendengar semua ini dari Athar. Itu semua tidak benar, dia memfitnahku agar kamu benci padaku karena sejak dulu dia tidak suka dengan hubungan kita," ucap Ryan mencoba mengelak."Fitnah katamu? Lalu tentang kamu yang membayar kontrakan Sherly tiap bulan, mengajak dia liburan tiap bulan, dan mentransfer uang ke rekeningnya setiap bulan pakai uang toko juga fitnah?" ucap
"Syifa aku tahu aku salah, aku minta maaf, aku tidak mau bercerai denganmu," ucap Ryan.Ryan menyadari meskipun sudah memiliki istri muda, tetapi rasa cinta terhadap Syifa tidak hilang sepenuhnya. Wanita cantik dan baik itu masih memiliki posisi khusus di hati Ryan, apalagi lelaki itu sadar satu-satunya tempat ia menghasilkan uang adalah toko furniture milik Syifa jadi ia tak ingin bercerai dengan wanita cantik tersebut."Syifa, aku mohon maafkan aku. Aku mencintaimu, aku tak ingin bercerai darimu," ucap Ryan berusaha meraih tangan Syifa meminta belas kasih dari istrinya tersebut.Syifa menghempas tangan Ryan dengan kencang, hatinya benar-benar sakit menerima kebohongan dari sang suami. Meskipun Ryan meminta maaf dan berlutut di hadapannya hal itu tidak membuat Syifa ingin merubah keputusannya. "Kata cinta dan maaf yang kamu ucapkan hanya sebuah kepalsuan, Mas. Aku tidak butuh itu, yang aku butuh saat ini adalah kata talak darimu!" ucap Syifa."Aku tidak akan mengucapkan kata itu, Sy
"Maafkan aku ya, Mas. Karena kehadiran aku pernikahan kamu dan mbak Syifa hancur. Padahal aku sudah menerima menjadi istri kedua dan berharap kita bisa rukun mengurus anak ini bersama," ucap Sherly dengan wajah sedih mengusap perutnya yang belum buncit."Kamu tidak perlu minta maaf, Sherly. Memang perempuan itu saja yang tidak tahu diri, sudah mandul harusnya dia terima saja pernikahan Ryan dengan kamu. Dia tidak mau, ya sudah bercerai saja!" ucap Dina masih dengan nada kesal."Tapi kalau Mas Ryan harus kehilangan rumah dan pekerjaannya jika bercerai dengan mbak Syifa, itu semua gara-gara aku," ucap Sherly sambil menunduk."Kamu nggak usah pikirin, pokoknya mama aku cari pengacara terbaik agar toko furniture bisa jadi milik Ryan," ucap Dina.Ryan membawa Sherly ke kamar yang dulu ia tempati sebelum menikah dengan Syifa dan pindah dari rumah tersebut. Kamar itu kecil dan tidak bisa menampung banyak barang, Sherly menghela nafas karena harus tidur di kamar kecil lagi."Maaf ya, sementar