"Apa syaratnya, Syifa?" tanya Ryan.
Syifa menghela nafas panjang lalu menatap Sherly dan Ryan bergantian, sejujurnya ia belum bisa menerima kehadiran wanita yang tengah hamil muda tersebut. Namun, ia belajar untuk ikhlas menerima takdirnya jika memang harus merasakan poligami dalam berumah tangga. "Pertama kamu harus bisa adil dalam memperlakukan aku dan Sherly. Kedua, harus semakin meningkatkan ketakwaanmu kepada Allah. Ketiga, harus dapat menjaga aku dan Sherly, baik menjaga agama maupun kehormatan kami," ucap Syifa. Syifa mengatakan hal itu setelah ia membaca tentang syarat-syarat poligami, ia berharap sang suami bisa melakukan ketiga hal tersebut agar rumah tangga mereka bisa akur dan damai. "Aku akan berusaha melakukan hal yang tadi kamu sebutkan, Syifa. Terima kasih mau menerima Sherly dan calon anaknya dalam rumah tangga kita," ucap Ryan. Syifa menganggukkan kepalanya lalu kembali meneguk segelas air putih yang ada di hadapannya, sejujurnya di sudut hati yang lain menolak kehadiran Sherly dan kehamilannya. Namun, separuh hatinya ingin mempertahankan pernikahannya dengan Ryan sebab lelaki itu selama ini tidak pernah mengecewakannya. Alasan yang diberikan Ryan kepadanya juga cukup membuat wanita cantik itu berpikir ulang untuk mundur dari pernikahan. "Terima kasih sudah mau menerima ku, Mbak Syifa. Mas Ryan boleh kan tidur di kamarku?" tanya Sherly. Syifa reflek menatap Sherly saat wanita itu bertanya hal tersebut, lalu ia memejamkan mata tak mampu menjawab pertanyaan Sherly. "Maksudku gantian, Mbak Syifa. Malam ini mas Ryan di kamarku dan malam besok di kamar Mbak, begitu seterusnya," ucap Sherly dengan nada yang merendah saat melihat ekspresi Syifa. Syifa menganggukkan kepala, membayangkan hal itu saja membuat dadanya sesak. Namun, ketika ia sudah memutuskan untuk menerima pernikahan suami nya dengan Sherly artinya ia sudah harus siap dan terbiasa dengan hal seperti itu. "Semoga kita bisa jadi istri Mas Ryan yang akur ya, Mbak," ucap Sherly. "Syifa, kamu lebih dewasa dari Sherly jadi aku harap kamu bisa mengajari Sherly menjadi istri yang baik. Anggap dia adikmu sendiri," ucap Ryan seraya menggenggam tangan Syifa. "Aku hanya manusia biasa, Mas. Sudah syukur aku bisa menerima pernikahan kalian dan akur dengan dia, aku pun sedang belajar untuk ikhlas jadi jangan berharap lebih padaku," ucap Syifa. "Iya, aku berterima kasih kamu mau menerima pernikahan aku dan Sherly, percayalah semua ini demi kebaikan kita," ucap Ryan. Syifa menganggukkan kepala berusaha percaya dengan apa yang di katakan sang suami, meski hatinya terluka cinta untuk sang suami kian besar sehingga berharap sang suami masih bisa memberi kebahagiaan meski harus menjalani poligami dalam rumah tangga. Seperti biasa setelah sarapan Ryan berangkat kerja, Syifa mencium tangannya dan Ryan mengecup kening Syifa. Pemandangan yang berbeda membuat Syifa menelan salivanya saat Ryan melakukan yang sama kepada Sherly. Setelah Ryan pergi Syifa membersikan meja makan dan ingin mencuci piring kotor, tetapi Sherly menawarkan diri untuk menggantikan Syifa mencuci piring. "Biar aku yang cuci piring, Mbak," ucap Sherly. "Kamu bisa?" tanya Syifa. "Bisa, kan dulu aku kerja di restoran jadi biasa cuci piring," ucap Sherly. "Ya sudah kalau gitu aku cuci baju dulu," ucap Syifa lalu meninggalkan Sherly. Wanita cantik itu memasukan baju kotor ke dalam mesin cuci dan melakukan aktivitas pagi seperti biasa, saat ia ingin menyapu lantai ia lihat Sherly sudah melakukan hal itu. "Mbak, aku sudah nyapu jadi Mbak tinggal ngepel. Kalau kita selalu seperti ini pekerjaan rumah tangga jadi terasa ringan, kan!" ucap Sherly sambil tersenyum. Syifa tersenyum dan menganggukan kepala, ia mulai merasa Sherly cukup baik. Wanita cantik itu pun mulai mengepel lantai, setelah itu Syifa menyiram bunga dan Sherly mengelap kaca. Tiba-tiba Dina sang mertua datang dan memarahi Syifa karena melihat menantu barunya sedang mengelap kaca. "Ya ampun, Sherly. Ngapain kamu ngelap-ngelap kaca seperti ini, kamu lagi hamil muda. Pasti Syifa yang menyuruhmu ya!" ucap Dina. Syifa menghentikan aktivitasnya menyiram bunga, tetapi ia tidak menjawab ucapan sang mertua. Ia tahu apapun yang dikatakannya sang mertua tak akan pernah percaya dan Syifa selalu salah di mata Dina. "Bukan Mbak Syifa yang nyuruh aku, Mah. Aku aja yang ingin membantu kerjaan rumah, biar mbak Syifa gak kecapean dan adil," ucap Sherly. "Udah gak usah kamu bantu-bantu dia, kamu yang gak boleh kecapean karena kamu sedang hamil dan mengandung anak Ryan, cucuku. Biarkan saja kerjaan rumah di kerjakan wanita mandul itu, dia gak bisa kasih anak buat Ryan minimal bisa berguna lah di rumah ini," ucap Dina lalu menarik tangan Sherly membawa menantu barunya duduk di sofa. Syifa memejamkan mata, hidungnya kembang kempis mendengar ucapan sang mertua. Dua tahun terbiasa mendengar kata kasar dan segala umpatan sang mertua padanya, tetapi saat Dina menyebutnya sebagai wanita mandul Syifa tetap merasa hatinya terluka. "Baru dua tahun aku menikah, Mama jangan katakan aku mandul. Bahkan ada yang 10 tahun menikah baru di karuniai anak," ucap Syifa. "Lalu kamu mau Ryan menunggu selama itu untuk mendapatkan anak darimu, lihat Sherly. Baru satu bulan menikah dengan Ryan langsung hamil, artinya kamu memang mandul!" ucap Dina. "Mah, aku sudah periksa ke dokter dan dokter mengatakan aku tidak mandul dan tidak ada masalah apapun. Mas Ryan yang belum melakukan pemeriksaan karena dia selalu menolak," ucap Syifa. "Jadi kamu nuduh Ryan yang mandul? Sadarlah Syifa, di dalam perut Sherly adalah anak Ryan, artinya dia tidak mandul dan kamu yang mandul. Sudah jangan banyak omong lebih baik kamu ambilkan minum untukku!" ucap Dina. Di sisi lain, seorang lelaki tampan berjalan tegap menyusuri koridor perkantoran. Lelaki itu sangat menawan dengan setelan jas yang terlihat rapi, semua mata karyawan wanita menatapnya penuh kekaguman. Tok Tok Tok Athar mengetuk pintu ruangan bosnya, ia pun masuk setelah di izinkan oleh bosnya. "Permisi, Pak. Maaf menggangu, saya ingin mengajukan cuti untuk seminggu kedepan," ucap Athar. "Cuti seminggu? Ada hal penting apa hingga orang rajin sepertimu meminta cuti seminggu?" tanya Satria CEO di perusahaan Pramudya Grup. "Saya ingin pulang kampung," jawab Athar. "Apa kamu akan menikah?" tanya Satria. "Tidak, Pak. Saya hanya ingin melihat situasi di kampung yang sudah lama tidak saya datangi," ucap Athar. Satria memberi izin kepada Athar dan Athar pun langsung mengemudikan mobilnya menuju kampung tempatnya dilahirkan. Tadi malam ia bermimpi melihat sahabat kecilnya menangis begitu menyedihkan, Athar mencoba menghubungi nomornya. Namun, tidak tersambung sehingga memutuskan untuk pulang kampung dan memastikan keadaanya. Setelah beberapa jam berkendara bahkan hampir setengah hari, Athar pun tiba di desa kelahirannya. Lelaki tampan itu langsung mengemudikan mobilnya menuju rumah sahabatnya, tetapi ketika mobilnya berhenti di depan rumah itu, ia malah melihat sahabatnya sedang menangis di samping rumah. "Hal apa yang membuatmu menangis tak kenal tempat, Syifa?" tanya Athar seraya mengulurkan sapu tangan kearah Syifa."Athar." Syifa terkejut melihat sahabat yang sudah tak lama pulang ke kampung kini ada di hadapannya.Terakhir kali Athar pulang ke kampung itu saat Syifa menikah dengan Ryan. Setelah itu pria tampan tersebut tak lagi datang ke kampung, hanya berkomunikasi dengan Syifa melalui chat dan telepon.Pria bernama lengkap Atharazka itu masih punya ayah, tetapi ibunya sudah meninggal sejak ia kecil. Saat Athar kecil dulu ibu tiri Athar kerap kali memperlakukan Athar dengan tidak baik bahkan Athar tidak pernah di beri uang jajan dan makan saat ayahnya tak ada, di saat seperti itu Syifa yang selalu berbagi makanan pada Athar.Setelah Syifa menikah dan memiliki kehidupan dengan suaminya, tak ada lagi orang yang ingin Athar temui di kampung tersebut, ia hanya rutin mengirimkan uang bulanan kepada ayahnya saja. Namun, tadi malam ia bermimpi melihat Syifa menangis di sudut ruangan, ia mencoba menghubungi nomor Syifa ternyata nomor tersebut tidak aktif. Jadi Athar memutuskan untuk cuti kerja dan pul
"Syiifaa ...!""Ada apa, Mah. Kenapa teriak-teriak?" tanya Syifa terkejut dengan teriakan sang mertua."Kamu ngapain di kamar sih? Kenapa kerja kamu cuma santai-santai main hp aja," ucap Dina.Syifa lagi-lagi hanya bisa menghela nafasnya, sejak tadi Syifa mengerjakan pekerjaan rumah bahkan sudah memasak untuk mertuanya itu. Namun, baru sebentar berada di kamar dan memainkan handphone langsung diteriaki seperti itu. "Daripada kamu main handphone gak ada manfaatnya, lebih baik kamu ke toko susu beliin susu hamil untuk Sherly!" ucap Dina."Toko susu jauh dari sini, Mah. Telepon aja Mas Ryan suruh bawain susu hamil untuk Sherly, saat pulang dari toko furniture," jawab Syifa."Kelamaan kalau nunggu Ryan pulang dari toko furniture, Sherly harus minum susu sekarang!" ucap Dina."Ya sudah kalau gitu Mama aja yang beliin ke toko susu," jawab Syifa."Kamu ini benar-benar menantu yang gak punya otak ya! Disuruh mertua malah nyuruh balik," ucap Dina.Syifa tersenyum kecut mendengar Dina berbicar
"Kamu sudah berjanji akan bersikap adil, tapi apa yang kamu lakukan tadi tidak adil bagiku!" ucap Syifa."Aku minta maaf, aku janji setelah ini akan adil pada kalian," ucap Ryan."Kamu bilang menikah dengan dia karena terpaksa, tapi aku melihat kalian seperti orang yang saling cinta," ucap Syifa.Ryan tertegun mendengar ucapan Syifa, ia tak tahu harus berkata apa dan sedikit menyesali apa yang tadi ia lakukan terhadap Sherly. Lelaki itu tidak menyangka karena sedikit perhatiannya pada Sherly membuat Syifa curiga padanya."Jangan pernah tunjukan kemesraan kalian di hadapanku, aku akan mencoba bertahan meski tidak tahu sampai kapan," ucap Syifa."Iya, aku akan menuruti ucapanmu. Malam ini aku tidur di sini ya!" ucap Ryan.Syifa menganggukkan kepalanya, ia berjalan ke kamar mandi lalu mengambil wudhu untuk melaksanakan salat isya. Setelah solat isya barulah Syifa merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, Ryan terlihat memainkan gawainya sambil tersenyum setelah itu ia meletakan gawainya
"Dari kecil sampai saat ini kamu tetap sahabatku, Athar," ucap Syifa."Maka dari itu, jangan menolak bantuan dariku. Aku akan menyuruh orang untuk menyelidiki tentang Sherly dan suamimu," ucap Athar.Syifa menganggukkan kepalanya, ia menerima bantuan dari Athar. Hatinya resah dan curiga, melihat begitu mesranya sang suami dengan istri barunya, apalagi mendengar suara tetangga bergosip tentang mereka. Syifa semakin ragu jika pernikahan Sherly dan suaminya hanya karena terpaksa, mungkin bantuan dari Athar satu-satunya yang bisa membuat hatinya tenang."Aku akan tinggal di sini selama seminggu sebelum akhirnya kembali bekerja di kota, tapi aku yakin tidak sampai seminggu orang suruhanku bisa memberikan informasi tentang suamimu dan istri barunya. Selama belum mendapatkan informasi tentang mereka, bertahanlah dalam rumah tanggamu, Syifa," ucap Athar."Terima kasih, Athar. Kamu tahu Athar dua hari ini siang dan malam aku menangis dalam salatku, aku bener-bener nggak nyangka jika Mas Ryan a
"Siapa yang cari aku?" tanya Syifa.Wanita cantik itu menghapus air mata lalu berjalan keluar rumah untuk melihat siapa yang datang mencarinya, ternyata tetangga yang datang mencari Syifa."Bu Murni, ada apa?" tanya Syifa."Mbak Syifa maaf kalau saya mengganggu. Saya mau pinjam uang, anak saya sakit suami saya belum gajian," ucap Bu Murni tetangga Syifa."Anak ibu sakit apa?" tanya Syifa."Demam sudah 3 hari nggak turun-turun, Saya mau bawa ke dokter takut semakin parah demamnya," ucap Bu Murni."Ya ampun tunggu sebentar, Bu."Syifa berjalan cepat ke kamarnya untuk mengambil uang, lalu kembali lagi keluar untuk memberikan uang tersebut kepada Bu Murni, hal itu diperhatikan oleh Dina yang sedang berada di meja makan."Segini cukup, Bu?" Tanya Syifa seraya menyodorkan dua lembar uang pecahan seratus ribu."Mudah-mudahan cukup, Mbak Syifa. Nanti kalau suami saya gajian saya langsung ganti uangnya ya," ucap Bu Murni."Sama-sama, Bu. Nggak usah dipikirkan kapan mengganti uangnya, yang pent
"Athar, nanti aku hubungi lagi," ucap Syifa lalu mematikan sambungan teleponnya.Ryan berjalan kedalam kamar itu dan menghampiri Syifa yang sedang meletakan ponselnya diatas nakas. Syifa mengerutkan keningnya melihat sang suami masuk ke kamarnya, padahal ia malam ini harusnya tidur di kamar Sherly."Ada apa, Mas?" tanya Syifa."Siapa yang menelpon mu malam-malam begini, apa itu Athar?" tanya Ryan."Iya, itu Athar.""Aku sudah bilang padamu, aku tidak suka melihat kamu teleponan sama lelaki itu," ucap Ryan.Syifa menghela nafas, memang selama ini Ryan cemburu kepada Athar dan Syifa pun berusaha untuk menjaga jarak dengan Athar dengan tidak mengangkat panggilan telepon dari sahabatnya itu. Namun, mereka tetap berkomunikasi melalui pesan singkat. "Ya aku juga sudah bilang sama kamu, kalau aku tidak suka melihat kamu dekat dengan wanita lain. Namun, kamu tidak hanya dekat, tetapi menikahi wanita lain," ucap Syifa dengan nada datar, tapi sukses membuat mulut Ryan terbungkam."Kamu mau mem
Prank ...Syifa melempar gelas tepat mengenai tubuh Ryan hingga akhirnya jatuh dan pecah di lantai, hal itu membuat Athar, Ryan, dan Sherly terkejut."Pembohong, pengkhianat, keterlaluan kamu, Mas!" teriak Syifa.Ryan terdiam menatap sang istri yang berjalan perlahan dengan membawa berkas informasi kearahnya. Tatapan Syifa terlihat sangat marah, tidak pernah Ryan melihat tatapan seperti itu dari sang istri sebelumnya."Kamu bilang menikahi Sherly karena terpaksa, karena permintaan mama. Nyatanya kamu sudah berselingkuh dengan jalang itu selama setahun di belakangku!" ucap Syifa dengan bibir bergetar."Syifa, kamu pasti mendengar semua ini dari Athar. Itu semua tidak benar, dia memfitnahku agar kamu benci padaku karena sejak dulu dia tidak suka dengan hubungan kita," ucap Ryan mencoba mengelak."Fitnah katamu? Lalu tentang kamu yang membayar kontrakan Sherly tiap bulan, mengajak dia liburan tiap bulan, dan mentransfer uang ke rekeningnya setiap bulan pakai uang toko juga fitnah?" ucap
"Syifa aku tahu aku salah, aku minta maaf, aku tidak mau bercerai denganmu," ucap Ryan.Ryan menyadari meskipun sudah memiliki istri muda, tetapi rasa cinta terhadap Syifa tidak hilang sepenuhnya. Wanita cantik dan baik itu masih memiliki posisi khusus di hati Ryan, apalagi lelaki itu sadar satu-satunya tempat ia menghasilkan uang adalah toko furniture milik Syifa jadi ia tak ingin bercerai dengan wanita cantik tersebut."Syifa, aku mohon maafkan aku. Aku mencintaimu, aku tak ingin bercerai darimu," ucap Ryan berusaha meraih tangan Syifa meminta belas kasih dari istrinya tersebut.Syifa menghempas tangan Ryan dengan kencang, hatinya benar-benar sakit menerima kebohongan dari sang suami. Meskipun Ryan meminta maaf dan berlutut di hadapannya hal itu tidak membuat Syifa ingin merubah keputusannya. "Kata cinta dan maaf yang kamu ucapkan hanya sebuah kepalsuan, Mas. Aku tidak butuh itu, yang aku butuh saat ini adalah kata talak darimu!" ucap Syifa."Aku tidak akan mengucapkan kata itu, Sy