Share

Bab 5. Tidak Adil

Penulis: Sulistiani
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-24 12:07:26

"Syiifaa ...!"

"Ada apa, Mah. Kenapa teriak-teriak?" tanya Syifa terkejut dengan teriakan sang mertua.

"Kamu ngapain di kamar sih? Kenapa kerja kamu cuma santai-santai main hp aja," ucap Dina.

Syifa lagi-lagi hanya bisa menghela nafasnya, sejak tadi Syifa mengerjakan pekerjaan rumah bahkan sudah memasak untuk mertuanya itu. Namun, baru sebentar berada di kamar dan memainkan handphone langsung diteriaki seperti itu.

"Daripada kamu main handphone gak ada manfaatnya, lebih baik kamu ke toko susu beliin susu hamil untuk Sherly!" ucap Dina.

"Toko susu jauh dari sini, Mah. Telepon aja Mas Ryan suruh bawain susu hamil untuk Sherly, saat pulang dari toko furniture," jawab Syifa.

"Kelamaan kalau nunggu Ryan pulang dari toko furniture, Sherly harus minum susu sekarang!" ucap Dina.

"Ya sudah kalau gitu Mama aja yang beliin ke toko susu," jawab Syifa.

"Kamu ini benar-benar menantu yang gak punya otak ya! Disuruh mertua malah nyuruh balik," ucap Dina.

Syifa tersenyum kecut mendengar Dina berbicara dengan nada tinggi, mungkin ucapan Dina terdengar hingga ke rumah tetangga dan itu sudah menjadi hal biasa. Biasanya Syifa tidak pernah menjawab ucapan Dina karena masih menghormati mertuanya itu, tetapi hari ini hatinya sedang tidak baik-baik saja dan ia pun refleks menjawab ucapan sang mertua.

"Maaf Mah, Aku bukan pembantu di rumah ini, aku Nyonya rumah. Sudah bagus aku menerima Sherly di sini tanpa syarat apapun, jadi jangan pernah memerintah aku seperti itu!" ucap Syifa.

Dina meradang mendengar ucapan Syifa, menantunya yang biasa diam gak pernah menjawab kini berani mengeluarkan kata tajam padanya.

"Dasar perempuan mandul, berani sekali kamu bicara seperti itu!" ucap Dina.

"Berhenti bicara seperti itu! Aku bisa saja tidak menerima pernikahan mas Ryan dan Sherly lalu mengusir mereka dari rumah ini. Ingat rumah ini dan toko furniture adalah milikku!" ucap Syifa.

Tubuh Sherly menegang mendengar ucapan Syifa, ia tak ingin tinggal di kontrakan sempit dan terpisah dari Ryan lagi. Sherly pun berusaha menenangkan sang mertua agar tidak membuat Syifa marah dan mengusirnya.

"Mah, sudah jangan ribut lagi. Benar kata Mbak Syifa lebih baik nunggu Mas Ryan pulang dari toko furniture aja, nggak papa kok kalau minum susu hamil pas malam," ucap Sherly.

"Untuk menantu baruku ini baik, tidak seperti kamu. Sudah mandul tidak sopan pada mertua pula," ucap Dina.

"Selama ini aku sudah berusaha sopan pada Mama, tapi di mata Mama aku selalu salah," ucap Syifa meninggalkan Dina dan Sherly di ruang tamu.

Wanita cantik itu kembali ke kamar dan melihat ponselnya lagi. Athar memberi kabar jika dia akan ada di kampung tersebut selama seminggu, Syifa tersenyum membaca pesan dari sahabatnya itu. Ia bersyukur Athar ada di saat ia sedang hancur dan butuh tempat untuk bercerita, persahabatannya dengan Athar sudah terjalin sejak mereka masih kecil sehingga hanya Athar tempat ternyaman untuk Syifa bercerita.

Siang menjelang sore, Dina pulang ke rumah yang letaknya tidak jauh dari rumah Syifa. Mereka memang tinggal satu kampung, tetapi rumah Syifa jauh lebih besar dari rumah yang di tempat Dina.

Seperti biasa saat Ryan pulang Syifa menyambut nya di depan pintu dan mencium tangannya, tetapi kali ini Syifa di temani perempuan lain dan melihat sang suami memberikan susu hamil untuk Sherly karena Dina mengirim pesan padanya.

"Di minum ya susunya, biar anak kita tumbuh sehat," ucap Ryan seraya mengelus perut Sherly yang masih rata.

"Iya, terima kasih, Mas." Sherly menjawab dengan senyum yang sangat manis.

Pemandangan itu membuat hati Syifa teriris, ia memejamkan matanya karena ternyata ikhlas itu tidak mudah untuk di lakukan. Ia cemburu melihat kemesraan suami dengan istri barunya.

"Kamu bilang menikahi Sherly karena terpaksa, Mas. Akan tetapi, sikap kalian begitu mesra seperti orang yang saling mencintai," gumam Syifa dalam hati.

"Syifa, kok bengong," ucap Ryan membuyarkan lamunan Syifa.

"Eh iya, Mas. Kamu mau langsung mandi atau minum teh hangat dulu?" tanya Syifa.

"Langsung mandi aja, badanku sudah lengket. Setelah itu ingin langsung makan karena sudah lapar, kamu sudah masak kan?" tanya Ryan.

Syifa menganggukkan kepala, ia melakukan semua kebiasaan seperti biasa meski dalam keadaan hati yang tidak baik-baik saja. Ryan masuk kamar dan mandi, Syifa menyiapkan makanan untuk suaminya itu, sedangkan Sherly entah sedang apa di kamarnya.

Setelah selesai mandi Ryan pun berjalan ke meja makan dan Syifa melayaninya makan, Sherly keluar dari kamar dan duduk di samping Ryan.

"Kamu mau makan, mau yang mana biar aku sendokkan," ucap Ryan.

Sherly menunjuk makanan yang ia mau dan Ryan menyendokkan kedalam piring, hati Syifa menjerit melihat hal itu. Sang suami yang ia perlakukan seperti raja malah memperlakukan wanita lain seperti ratu.

"Ya Tuhan ternyata rasanya sakit sekali, apa keputusanku salah menerima Sherly. Sampai kapan aku mampu bertahan dalam rumah tangga ini?" gumam Syifa dalam hati.

"Syifa, kamu melamun lagi," ucap Ryan.

"Mas, kamu sudah janji akan berlaku adil. Namun, sikap mu tadi membuat ku merasa tidak adil," ucap Syifa.

Ryan tertegun, ia tidak menyadari jika baru saja melakukan hal yang salah. Lelaki itu terlalu memperhatikan dan memanjakan Sherly karena istri mudanya itu sedang mengandung.

"Maaf Syifa aku tidak sengaja, aku memperhatikan Sherly karena mengingat kandungannya," ucap Ryan.

Syifa tak menjawab ucapan Ryan. Ia terdiam lalu meninggalkan meja makan, nafsu makannya tiba-tiba hilang melihat perhatian suaminya pada istri baru. Di dalam kamar, ia kembali berbalas pesan dengan Athar.

[Besok sibuk gak? Kita ke sungai yuk!]

[Gak sibuk, sih. Nanti aku kabarin lagi.] Balas Syifa.

Sungai di kampung  mereka tidak jauh dari rumah Syifa dan itu adalah tempat bermain Syifa dengan Athar sejak mereka kecil sampai beranjak dewasa. Sejak Athar merantau ke kota Syifa jarang ke sungai itu, apalagi setelah menikah. Kini ia pun berpikir ulang takut Ryan marah melihat ia pergi dengan lelaki lain meski itu sahabatnya.

[Syifa, benarkah perempuan yang tadi di rumahmu adalah istri baru suaminya?] tanya Ryan.

[Kamu tahu dari mana?]

[Dari Ros, dia bilang mertuamu mencarikan istri baru untuk suamimu karena masalah momongan. Benarkah?] tanya Athar.

Syifa menyimpan ponselnya saat Ryan membuka pintu kamar dan masuk, lelaki itu duduk di samping Syifa dan menggenggam tangannya.

"Syifa, aku minta maaf. Aku akan berusaha untuk adil, malam ini aku tidur di sini," ucap Ryan.

"Aku tidak tahu, Mas. Sampai kapan bisa bertahan dalam pernikahan ini, ternyata ikhlas itu tidak mudah, ternyata rasa cintaku yang besar padamu membuatku cemburu saat kamu memberi perhatian pada istrimu yang lain," ucap Syifa.

"Lalu bagaimana aku harus bersikap, Syifa?" tanya Ryan.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Noor Sukabumi
km nanya Ryan,mikir jadi laki tuh sekiranya g bisa adil g usah sok pingin poligami rumah ketjasn j msh numpang di syifa belagu ku tendang sekalian km ryan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Perjanjian Sebelum Cerai    Bab 6. Curiga

    "Kamu sudah berjanji akan bersikap adil, tapi apa yang kamu lakukan tadi tidak adil bagiku!" ucap Syifa."Aku minta maaf, aku janji setelah ini akan adil pada kalian," ucap Ryan."Kamu bilang menikah dengan dia karena terpaksa, tapi aku melihat kalian seperti orang yang saling cinta," ucap Syifa.Ryan tertegun mendengar ucapan Syifa, ia tak tahu harus berkata apa dan sedikit menyesali apa yang tadi ia lakukan terhadap Sherly. Lelaki itu tidak menyangka karena sedikit perhatiannya pada Sherly membuat Syifa curiga padanya."Jangan pernah tunjukan kemesraan kalian di hadapanku, aku akan mencoba bertahan meski tidak tahu sampai kapan," ucap Syifa."Iya, aku akan menuruti ucapanmu. Malam ini aku tidur di sini ya!" ucap Ryan.Syifa menganggukkan kepalanya, ia berjalan ke kamar mandi lalu mengambil wudhu untuk melaksanakan salat isya. Setelah solat isya barulah Syifa merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, Ryan terlihat memainkan gawainya sambil tersenyum setelah itu ia meletakan gawainya

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-28
  • Perjanjian Sebelum Cerai    Bab 7. Anak Angkat

    "Dari kecil sampai saat ini kamu tetap sahabatku, Athar," ucap Syifa."Maka dari itu, jangan menolak bantuan dariku. Aku akan menyuruh orang untuk menyelidiki tentang Sherly dan suamimu," ucap Athar.Syifa menganggukkan kepalanya, ia menerima bantuan dari Athar. Hatinya resah dan curiga, melihat begitu mesranya sang suami dengan istri barunya, apalagi mendengar suara tetangga bergosip tentang mereka. Syifa semakin ragu jika pernikahan Sherly dan suaminya hanya karena terpaksa, mungkin bantuan dari Athar satu-satunya yang bisa membuat hatinya tenang."Aku akan tinggal di sini selama seminggu sebelum akhirnya kembali bekerja di kota, tapi aku yakin tidak sampai seminggu orang suruhanku bisa memberikan informasi tentang suamimu dan istri barunya. Selama belum mendapatkan informasi tentang mereka, bertahanlah dalam rumah tanggamu, Syifa," ucap Athar."Terima kasih, Athar. Kamu tahu Athar dua hari ini siang dan malam aku menangis dalam salatku, aku bener-bener nggak nyangka jika Mas Ryan a

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-29
  • Perjanjian Sebelum Cerai    Bab 8. Mertua Pelit

    "Siapa yang cari aku?" tanya Syifa.Wanita cantik itu menghapus air mata lalu berjalan keluar rumah untuk melihat siapa yang datang mencarinya, ternyata tetangga yang datang mencari Syifa."Bu Murni, ada apa?" tanya Syifa."Mbak Syifa maaf kalau saya mengganggu. Saya mau pinjam uang, anak saya sakit suami saya belum gajian," ucap Bu Murni tetangga Syifa."Anak ibu sakit apa?" tanya Syifa."Demam sudah 3 hari nggak turun-turun, Saya mau bawa ke dokter takut semakin parah demamnya," ucap Bu Murni."Ya ampun tunggu sebentar, Bu."Syifa berjalan cepat ke kamarnya untuk mengambil uang, lalu kembali lagi keluar untuk memberikan uang tersebut kepada Bu Murni, hal itu diperhatikan oleh Dina yang sedang berada di meja makan."Segini cukup, Bu?" Tanya Syifa seraya menyodorkan dua lembar uang pecahan seratus ribu."Mudah-mudahan cukup, Mbak Syifa. Nanti kalau suami saya gajian saya langsung ganti uangnya ya," ucap Bu Murni."Sama-sama, Bu. Nggak usah dipikirkan kapan mengganti uangnya, yang pent

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-30
  • Perjanjian Sebelum Cerai    Bab 9. Informasi Valid

    "Athar, nanti aku hubungi lagi," ucap Syifa lalu mematikan sambungan teleponnya.Ryan berjalan kedalam kamar itu dan menghampiri Syifa yang sedang meletakan ponselnya diatas nakas. Syifa mengerutkan keningnya melihat sang suami masuk ke kamarnya, padahal ia malam ini harusnya tidur di kamar Sherly."Ada apa, Mas?" tanya Syifa."Siapa yang menelpon mu malam-malam begini, apa itu Athar?" tanya Ryan."Iya, itu Athar.""Aku sudah bilang padamu, aku tidak suka melihat kamu teleponan sama lelaki itu," ucap Ryan.Syifa menghela nafas, memang selama ini Ryan cemburu kepada Athar dan Syifa pun berusaha untuk menjaga jarak dengan Athar dengan tidak mengangkat panggilan telepon dari sahabatnya itu. Namun, mereka tetap berkomunikasi melalui pesan singkat. "Ya aku juga sudah bilang sama kamu, kalau aku tidak suka melihat kamu dekat dengan wanita lain. Namun, kamu tidak hanya dekat, tetapi menikahi wanita lain," ucap Syifa dengan nada datar, tapi sukses membuat mulut Ryan terbungkam."Kamu mau mem

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-01
  • Perjanjian Sebelum Cerai    Bab 10. Syifa Murka

    Prank ...Syifa melempar gelas tepat mengenai tubuh Ryan hingga akhirnya jatuh dan pecah di lantai, hal itu membuat Athar, Ryan, dan Sherly terkejut."Pembohong, pengkhianat, keterlaluan kamu, Mas!" teriak Syifa.Ryan terdiam menatap sang istri yang berjalan perlahan dengan membawa berkas informasi kearahnya. Tatapan Syifa terlihat sangat marah, tidak pernah Ryan melihat tatapan seperti itu dari sang istri sebelumnya."Kamu bilang menikahi Sherly karena terpaksa, karena permintaan mama. Nyatanya kamu sudah berselingkuh dengan jalang itu selama setahun di belakangku!" ucap Syifa dengan bibir bergetar."Syifa, kamu pasti mendengar semua ini dari Athar. Itu semua tidak benar, dia memfitnahku agar kamu benci padaku karena sejak dulu dia tidak suka dengan hubungan kita," ucap Ryan mencoba mengelak."Fitnah katamu? Lalu tentang kamu yang membayar kontrakan Sherly tiap bulan, mengajak dia liburan tiap bulan, dan mentransfer uang ke rekeningnya setiap bulan pakai uang toko juga fitnah?" ucap

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-02
  • Perjanjian Sebelum Cerai    Bab 11. Hancur Tak Tersisa

    "Syifa aku tahu aku salah, aku minta maaf, aku tidak mau bercerai denganmu," ucap Ryan.Ryan menyadari meskipun sudah memiliki istri muda, tetapi rasa cinta terhadap Syifa tidak hilang sepenuhnya. Wanita cantik dan baik itu masih memiliki posisi khusus di hati Ryan, apalagi lelaki itu sadar satu-satunya tempat ia menghasilkan uang adalah toko furniture milik Syifa jadi ia tak ingin bercerai dengan wanita cantik tersebut."Syifa, aku mohon maafkan aku. Aku mencintaimu, aku tak ingin bercerai darimu," ucap Ryan berusaha meraih tangan Syifa meminta belas kasih dari istrinya tersebut.Syifa menghempas tangan Ryan dengan kencang, hatinya benar-benar sakit menerima kebohongan dari sang suami. Meskipun Ryan meminta maaf dan berlutut di hadapannya hal itu tidak membuat Syifa ingin merubah keputusannya. "Kata cinta dan maaf yang kamu ucapkan hanya sebuah kepalsuan, Mas. Aku tidak butuh itu, yang aku butuh saat ini adalah kata talak darimu!" ucap Syifa."Aku tidak akan mengucapkan kata itu, Sy

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-03
  • Perjanjian Sebelum Cerai    Bab 12. Harta gono-gini

    "Maafkan aku ya, Mas. Karena kehadiran aku pernikahan kamu dan mbak Syifa hancur. Padahal aku sudah menerima menjadi istri kedua dan berharap kita bisa rukun mengurus anak ini bersama," ucap Sherly dengan wajah sedih mengusap perutnya yang belum buncit."Kamu tidak perlu minta maaf, Sherly. Memang perempuan itu saja yang tidak tahu diri, sudah mandul harusnya dia terima saja pernikahan Ryan dengan kamu. Dia tidak mau, ya sudah bercerai saja!" ucap Dina masih dengan nada kesal."Tapi kalau Mas Ryan harus kehilangan rumah dan pekerjaannya jika bercerai dengan mbak Syifa, itu semua gara-gara aku," ucap Sherly sambil menunduk."Kamu nggak usah pikirin, pokoknya mama aku cari pengacara terbaik agar toko furniture bisa jadi milik Ryan," ucap Dina.Ryan membawa Sherly ke kamar yang dulu ia tempati sebelum menikah dengan Syifa dan pindah dari rumah tersebut. Kamar itu kecil dan tidak bisa menampung banyak barang, Sherly menghela nafas karena harus tidur di kamar kecil lagi."Maaf ya, sementar

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-04
  • Perjanjian Sebelum Cerai    Bab 13. Perjanjian

    Athar membaca kertas berisi perjanjian sebelum perceraian yang baru saja Syifa buat, ia mengerutkan keningnya karena ada beberapa perjanjian yang menurut Athar tidak perlu di lakukan Syifa."Kenapa kamu melakukan ini?" tanya Athar."Ryan menjeratku dengan cinta, lalu pada akhirnya melukaiku. Aku juga ingin melakukan hal itu, aku ingin menjerat Ryan dengan cinta sebelum akhirnya aku tinggalkan dengan luka," ucap Syifa."Pikirkan lagi, Syifa. Aku takut malah kamu ragu untuk bercerai dan hubungan kalian kembali membaik,'' ucap Athar."Itu tidak mungkin, Athar. Sekarang aku tahu jika ia selama ini tidak mencintai ku, itu sebabnya aku ingin membuatnya jatuh cinta padaku sebelum berpisah hingga akhirnya ia hancur setela kehilangan semuanya," ucap Syifa.Athar menghela nafas dan terpaksa setuju dengan apa yang di katakan Syifa, ia sadar meskipun Syifa adalah sahabatnya sejak kecil. Namun, untuk masalah pernikahan Athar tak punya kuasa, ia hanya bisa memberi saran dan membatu jika Syifa membu

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-05

Bab terbaru

  • Perjanjian Sebelum Cerai    Bab 115. Bahagia

    "Iya, aku sudah mempersiapkan semuanya termasuk mahar pernikahan," ucap Athar."Kapan kamu mempersiapkannya, mengapa semua terasa sangat singkat untukku?" tanya Sabrina."Setelah aku berbicara di rumah ini, esok harinya aku langsung memesan sebuah benda untuk aku jadikan mahar," ucap Athar.Sabrina benar-benar tidak pernah berpikir jika Athar sudah mempersiapkan semuanya dalam waktu sesingkat itu. Sabrina tidak pernah tahu pikiran Athar tidak pernah tenang setelah kejadian Ryan mengganggunya, ia yakin akan ada lelaki lain yang nantinya akan menganggu Sabrina sehingga lelaki itu sangat ingin segera menghalalkan Sabrina dan mempersiapkan segala halnya dengan cepat.Satria menyadari langkah Athar dalam mempersiapkan itu, ia benar-benar merasa salut dengan asistennya itu. Bukan hanya masalah perkejaan saja yang cepat, dalam mengejar wanita nya pun Athar bergerak cepat. Itu sebabnya hari ini Satria ingin membuat mereka melakukan ijab kabul hari ini juga."Penghulu sebentar lagi datang, kal

  • Perjanjian Sebelum Cerai    Bab 114. Lamaran.

    "Athar, perempuan yang akan kamu lamar anak orang kaya?" tanya Gina.Athar tersenyum dan mengangguk, lalu meminta keluarganya mengeluarkan barang-barang dari mobil box untuk dibawa kepada pihak wanita yang sudah berjejer menyambut.Keluarga Athar pun menggambil barang-barang dari dalam mobil box dan mereka berikan kepada pijak keluarga perempuan yang menyambut, setelah semua barang dari mobil box sudah di berikan pada pihak wanita. Keluarga Athar pun dipersilahkan untuk masuk kedalam rumah mewah tersebut."Mah, Sabrina nya mana?" tanya Banyu."Masih di kamar, Pah. Tadi Mama cek Vsedang pakai kerudung, Mama 9. panggil lagi ya!" ucap Amalia."Iya, panggil sekarang keluarga calon suaminya sudah datang," ucap Banyu.Amalia pun berjalan meninggalkan para tamu untuk memanggil anaknya di kamar, sementara anggota keluarga Athar masih terkesima dengan kemewahan rumah calon mertua Athar. Mata mereka memutari seluruh penjuru ruangan tersebut, hingga akhirnya dua orang wanita cantik turun dari ta

  • Perjanjian Sebelum Cerai    Bab 113. Materialistis

    "Emang kenapa kalau orang miskin?" tanya Athar."Kalau bisa kamu nikah sama anak orang kaya. Kan sekarang kamu sudah jadi lelaki sukses, masa nikah sama perempuan miskin gak maju-maju dong!" ucap Ros."Bu, jangan ngatur-ngatur Athar. Sama siapapun dia mau nikah yang penting dia bahagia, Athar seorang lelaki seperti apapun istrinya nanti dia yang akan menafkahinya!" tegur Gilang.Athar menghela nafas dan menggelengkan kepala, jika bukan karena hal penting seperti lamaran Athar tak ingin bertemu apalagi berbicara dengan ibu tirinya itu.Sejak Athar kecil Ros tak pernah menjadi ibu sambung yang baik, ia selalu memandang orang tak punya sebelah mata dan tidak memikirkan perasaan orang lain, hanya memikirkan kesenangan diri sendiri."Ayah, tolong ajarkan pada kedua adikku jangan memandang harta adalah segalanya karena Allah berfirman dalam Q.S Al-Kahfi ayat 56. Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amal kebajikan yang terus-menerus adalah lebih baik pahalanya di sis

  • Perjanjian Sebelum Cerai    Bab 112. Keluarga Athar

    "Aku mau secepatnya, kalau bisa Jumat ini Ayah datang dan hari minggunya kita lakukan lamaran," ucap Athar masih melalui sambungan telepon.Sungguh lelaki itu tak ingin menunda lagi untuk segera menghalalkan wanita yang selama ini ia cintai dalam diam, cintanya tak bertepuk sebelah tangan jika tidak segera di sahkan ia takut ada lelaki lain yang menganggu hubungan mereka."Siapa saja yang harus ikut untuk acara lamarannya?" tanya Gilang."Keluarga inti. Ayah, ibu, dan adik-adik ayah serta suami dan istrinya," ucap Athar."Banyak dong sekitar sepuluh orang, ayah harus sewa mobil kalau gitu," ucap Gilang."Nanti aku akan kirim 2 mobil beserta supirnya dari sini. Ayah tinggal komunikasikan saja dengan om dan tante yang mau ikut berapa orang," ucap Athar.Gilang menghela nafasnya, ia adalah anak tertua di keluarganya dan memiliki 4 orang adik, 3 orang perempuan dan 1 orang laki-laki. Namun, ekonomi mereka semua sama-sama pas-pasan.Mereka jarang pergi keluar kampung, hanya Gilang yang seo

  • Perjanjian Sebelum Cerai    Bab 111. Syarat Banyu

    "Mah, Pah, kenapa harus pakai syarat segala?" tanya Sabrina."Setelah belasan tahun kamu hilang, lalu baru dipertemukan dengan kami. Tiba-tiba ada seorang lelaki yang ingin membawamu pergi, mana mungkin kami izinkan begitu saja tanpa memberi syarat," ucap Banyu.Satria menganggukan kepala setuju dengan ucapan sang papa, mereka baru menikmati kebersamaan dan bila di katakan belum puas pastinya belum puas. Namun, mereka tidak ingin melarang Athar untuk menikahi Sabrina karena takut nantinya Sabrina malah jatuh ke tangan lelaki yang tidak tepat.Sabrina mulai khawatir sang papa memberikan syarat yang memberatjan Athar, sehingga lelaki itu akhirnya tidak bisa menyanggupi dan akhirnya pernikahan mereka dibatalkan.Athar malah menganggukan kepala, ia akan berusaha menyanggupi apapun syarat dari Banyu, asalkan ia bisa menikah dengan Sabrina nyawa pun dia sanggup berikan."Apa syaratnya, Om?" tanya Athar."Syarat pertama setahun pernikahan kalian harus berada di rumah ini, aku tidak ingin kam

  • Perjanjian Sebelum Cerai    Bab 110. Meminta Restu

    "Tidak tahu makanya lebih baik kamu datang dulu, mereka pasti terkejut karena tahunya kita hanya bersahabat," ucap Sabrina."HM ... Baiklah, besok aku akan bertemu kedua orang tuamu!" ucap Athar."Sekarang kamu istirahat dulu, oh iya ini salep yang untuk luka dari dokter aku simpan di kamarmu ya!" ucap Sabrina.Tanpa menunggu jawaban dari lelaki tampan itu Sabrina pun berjalan menuju kamar Athar, ia membuka pintu kamar yang tak di kunci. Begitu masuk kedalam kamar ia terkejut melihat fotonya yang di cetak besar menjadi penghias kamar itu.Athar menyusul langkah Sabrina dan hanya bisa terdiam di depan pintu kamar, saat melihat Sabrina terpaku memandangi fotonya sendiri di kamar itu."Apa ini alasannya kamu selalu mengunci kamar ini saat aku tinggal di sini dulu?" tanya Sabrina."Iya," jawab Athar singkat."Tapi waktu itu aku pernah masuk, foto ini tidak ada," ucap Sabrina."Aku sembunyikan di dalam lemari agar kamu tidak tahu," ucap Athar.Sabrina menghela nafas, lalu meletakan salep d

  • Perjanjian Sebelum Cerai    Bab 109. Tak Sabar

    Sabrina begitu terkejut saat masuk ke dalam ruangan Athar, lelaki itu sedang tidak memakai baju dan memeriksa bekas lukanya. Ia berjalan cepat dan duduk di samping Athar, meringis melihat bekas luka yang di tutup perban itu."Apa jahitannya bermasalah?" tanya Sabrina."Enggak, cuma sedikit gatal aja," ucap Athar seraya menarik kemeja berusaha untuk memakai nya kembali."Jangan bohong, sini aku lihat! Mungkin perbannya harus di ganti," ucap Sabrina."Memang iya, nanti setelah pulang kerja aku akan ke rumah sakit untuk ganti perban," ucap Athar."Kalau masih sakit harusnya gak masuk dulu, kamu bandel sih!" ucap Sabrina.Athar tersenyum mendengar ocehan wanita cantik tersebut, ia sama sekali tidak marah justru senang karena ocehan itu menandakan jika Sabrina mengkhawatirkan dirinya."Besok gak usah kerja dulu, aku akan bilang ke kak Satria," ucap Sabrina."Tapi banyak file penting yang harus aku bereskan, Syifa!" ucap Athar."Bisa di kerjakan di rumah kan! Nanti berkasnya juga bisa di ki

  • Perjanjian Sebelum Cerai    Bab 108. Curhat

    Sabrina memanyunkan bibirnya mendengar ucapan Lidya, sementara Lidya yang tidak tahu jika Sabrina sedang membicarakan diri sendiri masih merasa santai."Saya yah kalau belum punya suami, terus pak Athar melamar saya. Gak akan banyak pikir saya pasti terima," ucap Lidya."Alasannya?" tanya Sabrina."Kenapa tanya alasan lagi, bukannya udah jelas terlihat pak Athar itu udah perfect banget, dia itu lelaki idaman semua wanita. Ganteng, punya jabatan yang oke, gak genit sama perempuan, gak sombong, Soleh, kalau jadi suami pasti bisa bikin bahagia," ucap Lidya."Sesempurna itu Athar di mata kalian, dia itu manusia biasa yang punya kekurangan," ucap Sabrina."Ya semua manusia gak ada yang sempurna dan punya kekurangan juga kelebihan, tapi kekurangan pak Athar sedikit dan hampir tak terlihat, sementara kelebihannya banyak dan membuat para wanita dengan mudah terpesona padanya," ucap Lidya.Telinga Sabrina merasa panas saat Lidya terus memuji orang yang kini selalu ada dalam pikirannya, Sabrina

  • Perjanjian Sebelum Cerai    Bab 107. Pengejar Athar

    Keesokan harinya, Athar sudah diperbolehkan untuk pulang karena sebenarnya ia tidak terlalu luka terlalu parah, lelaki itu masih diberi kesempatan untuk istirahat oleh Satria. Namun, karena tidak terbiasa berdiam diri di rumah akhirnya ia pun masuk kerja. "Kamu ini gimana sih, bukannya istirahat malah kerja. Apa kak Satria yang masak kamu buat kerja?!" tanya Sabrina.Wanita cantik itu langsung datang ke perusahaan saat tahu Athar bekerja, ia khawatir jika kondisi Athar masih lemah. Namun, dipaksa untuk bekerja oleh kakaknya. "Aku udah baik-baik aja, Syifa. Bukan Satria yang maksa, dia justru memberikan aku kesempatan untuk istirahat. Akan tetapi, aku nggak betah di rumah nggak ngapa-ngapain jadi lebih baik kerja," ucap Athar."Tapi kan kamu habis dioperasi, Athar! Gimana nanti kalau sakit lagi," ucap Sabrina."Kan yang dioperasi cuma bagian perut yang ditusuk, yang lainnya nggak sakit. Lagi pula aku bawa obat dari dokter kok, jadi nggak usah khawatir ya, Sayang!" ucap Athar.Sabrin

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status