"Kamu sudah berjanji akan bersikap adil, tapi apa yang kamu lakukan tadi tidak adil bagiku!" ucap Syifa.
"Aku minta maaf, aku janji setelah ini akan adil pada kalian," ucap Ryan. "Kamu bilang menikah dengan dia karena terpaksa, tapi aku melihat kalian seperti orang yang saling cinta," ucap Syifa. Ryan tertegun mendengar ucapan Syifa, ia tak tahu harus berkata apa dan sedikit menyesali apa yang tadi ia lakukan terhadap Sherly. Lelaki itu tidak menyangka karena sedikit perhatiannya pada Sherly membuat Syifa curiga padanya. "Jangan pernah tunjukan kemesraan kalian di hadapanku, aku akan mencoba bertahan meski tidak tahu sampai kapan," ucap Syifa. "Iya, aku akan menuruti ucapanmu. Malam ini aku tidur di sini ya!" ucap Ryan. Syifa menganggukkan kepalanya, ia berjalan ke kamar mandi lalu mengambil wudhu untuk melaksanakan salat isya. Setelah solat isya barulah Syifa merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, Ryan terlihat memainkan gawainya sambil tersenyum setelah itu ia meletakan gawainya dan tidur memeluk Syifa. "Mas, bolehkah aku bertanya," ucap Syifa. "Boleh," jawab Ryan. "Tapi kamu harus jawab jujur!" ucap Syifa. "Iya." Syifa menyiapkan hatinya untuk bertanya dan mendengar jawaban dari suaminya, pertanyaan yang berputar di kepalanya sejak Ryan membawa Sherly masuk ke rumah itu. Pertanyaan yang takut ia tanyakan karena takut mendengar jawabannya. Setelah melewati hari bersama Sherly dan berkali-kali menangis dalam sholatnya, akhirnya Syifa tidak dapat lagi menahan untuk tidak menanyakan hal itu. "Selama ini kamu selalu tidur di rumah, tidak pernah telat pulang ke rumah. Lalu kapan kamu melakukannya dengan Sherly hingga dia sekarang hamil?" tanya Syifa. Ryan menelan salivanya, ia terdiam nampak berpikir karena tidak ingin salah berkata saat menjawab pertanyaan istri pertamanya itu. "Jawab dengan jujur, Mas!" ucap Syifa. "Setiap jam makan siang aku mendatangi kontrakannya," jawab Ryan. "Setiap hari, selama satu bulan?" tanya Syifa. "Tidak setiap hari, hanya saat mama menyuruh saja," ucap Ryan. "Dalam satu bulan berapa kali kalian melakukannya hingga Sherly hamil?" tanya Syifa. Air mata Syifa menetes, ia melepas pelukan sang suami. Hatinya perih membayangkan sang suami berbagi peluh dengan wanita lain selama ini di belakangnya, belum sempat Ryan menjawab pertanyaan Syifa sudah meminta Ryan untuk tidak menjawabnya. "Tidak perlu dijawab, Mas. Aku tidak ingin mendengar jawabanmu," ucap Syifa lalu memeluk guling dan menenggelamkan wajahnya pada guling tersebut. Ia membiarkan air mata membasahi guling, sakit hati wanita cantik itu sudah tak tertahan. Selama ini banyak lelaki yang menggoda dan menginginkan Syifa, tetapi Syifa selalu menjaga kesetiaan untuk sang suami meskipun selalu dibuat sakit hati dengan apa yang dilakukan mertuanya. Syifa pikir Ryan pun setia seperti dirinya, tetapi ternyata selama 1 bulan ini ia sudah dibohongi dan diduakan oleh lelaki tersebut. Ryan tahu istrinya sedang menangis, tetapi ia tidak tahu harus melakukan apa hingga ia membiarkan Syifa terus menangis dan berhenti dengan sendirinya. Keesokan harinya, Ryan pergi ke toko furniture seperti biasa. Syifa memutuskan untuk bertemu dengan Athar di sungai tempat mereka dulu bermain, ia berpesan pada Sherly jika akan ke rumah temannya. "Sherly, Hari ini aku akan ke rumah temanku Kamu sendiri di rumah nggak apa-apa kan?!" tanya Syifa. "Mbak sudah bilang sama mas Ryan?" tanya Sherly. "Sudah," ucap Syifa. "Yaudah, aku gak apa-apa kok sendiri di rumah," jawab Sherly. Syifa menganggukkan kepala, lalu berjalan meninggalkan rumah. Karena dari rumahnya ke sungai cukup dekat Jadi ia tidak menggunakan kendaraan, wanita cantik itu berjalan dan menjadi pusat perhatian para tetangga karena mereka mengetahui gosip pernikahan Rian dengan istri barunya. "Kasian ya, cantik-cantik tapi dimadu. Katanya karena nggak bisa punya anak, Syifa mandul ya!" ucap salah satu tetangga. "Kasihan masa baru 2 tahun menikah belum punya anak dibilang mandul, Kakak aku aja 5 tahun setelah menikah baru punya anak. Itu sih mertua sama suaminya aja yang nggak sabar," ucap tetangga lain. "Nggak sabar dan nggak tahu diri, Ryan punya apa kalau bukan sama Syifa. Dulu kerjaannya aja nggak jelas, sekarang kelihatan hebat itu pun karena memegang toko furniture punya Syifa," ucap tetangga lain. "Kalian Percaya nggak Kalau Ryan nikah karena terpaksa? Aku sih nggak percaya lihat aja penampilan istri barunya masih muda dan seksi udah kayak ani-ani," ucap tetangga lain. "Aku juga nggak percaya, pasti si perempuan itu menggoda Ryan dan sebelum nikah mereka selingkuh duluan!" ucap tetangga lain. Syifa menghela nafas mendengar para tetangga bergosip dan saling bersahutan, banyak yang tak percaya jika Ryan menikahi Sherly karena terpaksa. Apalagi melihat penampilan Sherly mereka semakin yakin jika wanita itu yang lebih dulu menggoda Ryan. Syifa terus berjalan hingga akhirnya melihat Athar sedang di pinggir sungai dan membiarkan kakinya dialiri air jernih dari sungai tersebut. "Sudah lama?" tanya Syifa menghampiri Athar. "Belum lama, Aku kangen dengan tempat ini. Dulu kita selalu kesini kalau sore," ucap Athar. "Kamu kenapa gak pulang selama ini? Terlalu betah di kota karena banyak wanita cantik ya?" tanya Syifa. Ryan tersenyum mendengar ucapan Syifa, memang Di kota banyak perempuan cantik. Namun, tak ada satupun yang membuat Rian merasa tertarik. Lelaki itu tak ingin pulang ke desanya karena merasa semangat untuk datang ke desa itu sudah tidak ada sejak Syifa menikah dengan Ryan, ada perasaan sakit melihat sahabatnya sejak kecil menikah dengan lelaki yang ia anggap kurang baik. Dulu Athar sedikit menentang hubungan Syifa dan Ryan, mereka tinggal dalam satu kampung, meskipun Athar sudah lama merantau ke kota. Namun, kurang lebihnya Athar tahu bagaimana sifat Ryan. "Kemarin itu istri baru Ryan?" tanya Athar to the poin. Syifa menghela nafas, awalnya ia tidak ingin menceritakan tentang ini kepada Athar. Namun, ada keresahan dan kecurigaan di dalam hatinya membuat Ia memutuskan untuk menceritakan hal itu kepada sahabat kecilnya. Syifa menceritakan awal Rian membawa Sherly ke dalam rumah mereka, mengenalkan sebagai istri barunya, dan menceritakan kepada Athar bagaimana sikap Ryan kepada Sherly. "Entah mengapa ada kecurigaan dalam hatiku, Aku curiga Mas Ryan berbohong," ucap Syifa. "Berbohong bagaimana?" tanya Athar. "Mas Ryan bilang mereka menikah karena terpaksa, tapi aku merasa mereka seperti orang yang saling mencintai," ucap Syifa. "Kalau kamu merasa curiga dan Ryan berbohong kepadamu, aku bisa mencari tahu tentang semuanya," ucap Athar. "Bagaimana caranya?" tanya Syifa. "Aku akan membayar orang untuk menyelidiki tentang mereka berdua," ucap Athar. "Membayar orang? Berapa uang yang akan kamu keluarkan untuk membayar orang itu? Aku tidak mau merepotkan kamu, Athar," ucap Syifa. "Jika kamu masih menganggapku sahabat maka jangan pernah merasa hal ini merepotkan aku. Aku melakukan semua ini karena sangat peduli padamu, Syifa. Apa kamu masih menganggapku sahabat?" tanya Athar."Dari kecil sampai saat ini kamu tetap sahabatku, Athar," ucap Syifa."Maka dari itu, jangan menolak bantuan dariku. Aku akan menyuruh orang untuk menyelidiki tentang Sherly dan suamimu," ucap Athar.Syifa menganggukkan kepalanya, ia menerima bantuan dari Athar. Hatinya resah dan curiga, melihat begitu mesranya sang suami dengan istri barunya, apalagi mendengar suara tetangga bergosip tentang mereka. Syifa semakin ragu jika pernikahan Sherly dan suaminya hanya karena terpaksa, mungkin bantuan dari Athar satu-satunya yang bisa membuat hatinya tenang."Aku akan tinggal di sini selama seminggu sebelum akhirnya kembali bekerja di kota, tapi aku yakin tidak sampai seminggu orang suruhanku bisa memberikan informasi tentang suamimu dan istri barunya. Selama belum mendapatkan informasi tentang mereka, bertahanlah dalam rumah tanggamu, Syifa," ucap Athar."Terima kasih, Athar. Kamu tahu Athar dua hari ini siang dan malam aku menangis dalam salatku, aku bener-bener nggak nyangka jika Mas Ryan a
"Siapa yang cari aku?" tanya Syifa.Wanita cantik itu menghapus air mata lalu berjalan keluar rumah untuk melihat siapa yang datang mencarinya, ternyata tetangga yang datang mencari Syifa."Bu Murni, ada apa?" tanya Syifa."Mbak Syifa maaf kalau saya mengganggu. Saya mau pinjam uang, anak saya sakit suami saya belum gajian," ucap Bu Murni tetangga Syifa."Anak ibu sakit apa?" tanya Syifa."Demam sudah 3 hari nggak turun-turun, Saya mau bawa ke dokter takut semakin parah demamnya," ucap Bu Murni."Ya ampun tunggu sebentar, Bu."Syifa berjalan cepat ke kamarnya untuk mengambil uang, lalu kembali lagi keluar untuk memberikan uang tersebut kepada Bu Murni, hal itu diperhatikan oleh Dina yang sedang berada di meja makan."Segini cukup, Bu?" Tanya Syifa seraya menyodorkan dua lembar uang pecahan seratus ribu."Mudah-mudahan cukup, Mbak Syifa. Nanti kalau suami saya gajian saya langsung ganti uangnya ya," ucap Bu Murni."Sama-sama, Bu. Nggak usah dipikirkan kapan mengganti uangnya, yang pent
"Athar, nanti aku hubungi lagi," ucap Syifa lalu mematikan sambungan teleponnya.Ryan berjalan kedalam kamar itu dan menghampiri Syifa yang sedang meletakan ponselnya diatas nakas. Syifa mengerutkan keningnya melihat sang suami masuk ke kamarnya, padahal ia malam ini harusnya tidur di kamar Sherly."Ada apa, Mas?" tanya Syifa."Siapa yang menelpon mu malam-malam begini, apa itu Athar?" tanya Ryan."Iya, itu Athar.""Aku sudah bilang padamu, aku tidak suka melihat kamu teleponan sama lelaki itu," ucap Ryan.Syifa menghela nafas, memang selama ini Ryan cemburu kepada Athar dan Syifa pun berusaha untuk menjaga jarak dengan Athar dengan tidak mengangkat panggilan telepon dari sahabatnya itu. Namun, mereka tetap berkomunikasi melalui pesan singkat. "Ya aku juga sudah bilang sama kamu, kalau aku tidak suka melihat kamu dekat dengan wanita lain. Namun, kamu tidak hanya dekat, tetapi menikahi wanita lain," ucap Syifa dengan nada datar, tapi sukses membuat mulut Ryan terbungkam."Kamu mau mem
Prank ...Syifa melempar gelas tepat mengenai tubuh Ryan hingga akhirnya jatuh dan pecah di lantai, hal itu membuat Athar, Ryan, dan Sherly terkejut."Pembohong, pengkhianat, keterlaluan kamu, Mas!" teriak Syifa.Ryan terdiam menatap sang istri yang berjalan perlahan dengan membawa berkas informasi kearahnya. Tatapan Syifa terlihat sangat marah, tidak pernah Ryan melihat tatapan seperti itu dari sang istri sebelumnya."Kamu bilang menikahi Sherly karena terpaksa, karena permintaan mama. Nyatanya kamu sudah berselingkuh dengan jalang itu selama setahun di belakangku!" ucap Syifa dengan bibir bergetar."Syifa, kamu pasti mendengar semua ini dari Athar. Itu semua tidak benar, dia memfitnahku agar kamu benci padaku karena sejak dulu dia tidak suka dengan hubungan kita," ucap Ryan mencoba mengelak."Fitnah katamu? Lalu tentang kamu yang membayar kontrakan Sherly tiap bulan, mengajak dia liburan tiap bulan, dan mentransfer uang ke rekeningnya setiap bulan pakai uang toko juga fitnah?" ucap
"Syifa aku tahu aku salah, aku minta maaf, aku tidak mau bercerai denganmu," ucap Ryan.Ryan menyadari meskipun sudah memiliki istri muda, tetapi rasa cinta terhadap Syifa tidak hilang sepenuhnya. Wanita cantik dan baik itu masih memiliki posisi khusus di hati Ryan, apalagi lelaki itu sadar satu-satunya tempat ia menghasilkan uang adalah toko furniture milik Syifa jadi ia tak ingin bercerai dengan wanita cantik tersebut."Syifa, aku mohon maafkan aku. Aku mencintaimu, aku tak ingin bercerai darimu," ucap Ryan berusaha meraih tangan Syifa meminta belas kasih dari istrinya tersebut.Syifa menghempas tangan Ryan dengan kencang, hatinya benar-benar sakit menerima kebohongan dari sang suami. Meskipun Ryan meminta maaf dan berlutut di hadapannya hal itu tidak membuat Syifa ingin merubah keputusannya. "Kata cinta dan maaf yang kamu ucapkan hanya sebuah kepalsuan, Mas. Aku tidak butuh itu, yang aku butuh saat ini adalah kata talak darimu!" ucap Syifa."Aku tidak akan mengucapkan kata itu, Sy
"Maafkan aku ya, Mas. Karena kehadiran aku pernikahan kamu dan mbak Syifa hancur. Padahal aku sudah menerima menjadi istri kedua dan berharap kita bisa rukun mengurus anak ini bersama," ucap Sherly dengan wajah sedih mengusap perutnya yang belum buncit."Kamu tidak perlu minta maaf, Sherly. Memang perempuan itu saja yang tidak tahu diri, sudah mandul harusnya dia terima saja pernikahan Ryan dengan kamu. Dia tidak mau, ya sudah bercerai saja!" ucap Dina masih dengan nada kesal."Tapi kalau Mas Ryan harus kehilangan rumah dan pekerjaannya jika bercerai dengan mbak Syifa, itu semua gara-gara aku," ucap Sherly sambil menunduk."Kamu nggak usah pikirin, pokoknya mama aku cari pengacara terbaik agar toko furniture bisa jadi milik Ryan," ucap Dina.Ryan membawa Sherly ke kamar yang dulu ia tempati sebelum menikah dengan Syifa dan pindah dari rumah tersebut. Kamar itu kecil dan tidak bisa menampung banyak barang, Sherly menghela nafas karena harus tidur di kamar kecil lagi."Maaf ya, sementar
Athar membaca kertas berisi perjanjian sebelum perceraian yang baru saja Syifa buat, ia mengerutkan keningnya karena ada beberapa perjanjian yang menurut Athar tidak perlu di lakukan Syifa."Kenapa kamu melakukan ini?" tanya Athar."Ryan menjeratku dengan cinta, lalu pada akhirnya melukaiku. Aku juga ingin melakukan hal itu, aku ingin menjerat Ryan dengan cinta sebelum akhirnya aku tinggalkan dengan luka," ucap Syifa."Pikirkan lagi, Syifa. Aku takut malah kamu ragu untuk bercerai dan hubungan kalian kembali membaik,'' ucap Athar."Itu tidak mungkin, Athar. Sekarang aku tahu jika ia selama ini tidak mencintai ku, itu sebabnya aku ingin membuatnya jatuh cinta padaku sebelum berpisah hingga akhirnya ia hancur setela kehilangan semuanya," ucap Syifa.Athar menghela nafas dan terpaksa setuju dengan apa yang di katakan Syifa, ia sadar meskipun Syifa adalah sahabatnya sejak kecil. Namun, untuk masalah pernikahan Athar tak punya kuasa, ia hanya bisa memberi saran dan membatu jika Syifa membu
"Gimana menurutmu, Mas. Apa baju ini cocok untukku?" tanya Syifa.Wanita cantik itu memakai lingerie berwarna merah yang begitu tipis, tubuhnya yang indah terlihat jelas oleh Ryan hingga membuat lelaki itu menelan saliva nya. Ia yang belum selesai menuntaskan rasa yang menggebu pada Sherly tadi, kini menatap Syifa dengan penuh minat."Sangat cocok, cantik, dan seksi," ucap Ryan seraya mendekati Syifa. "Aku memesan baju ini di aplikasi online beberapa hari yang lalu, niatnya ingin aku pakai setiap malam Jumat untuk servis kamu. Namun, belum sampai baju ini datang kamu sudah membawa gundikmu ke rumah ini. Jadi sepertinya baju ini tidak perlu aku pakai lagi," ucap Syifa seraya berjalan menuju kamar mandi. Ryan menahan tangan sang istri, ia menarik dan membawa Syifa ke atas tempat tidur. Lelaki itu tidak ingin kehilangan kesempatan untuk menikmati tubuh sang istri yang nampak sangat menggoda. "Maafkan Aku, Sayang. Sekarang tidak ada lagi Sherly di rumah ini, jadi pakailah baju itu untu
"Iya, aku sudah mempersiapkan semuanya termasuk mahar pernikahan," ucap Athar."Kapan kamu mempersiapkannya, mengapa semua terasa sangat singkat untukku?" tanya Sabrina."Setelah aku berbicara di rumah ini, esok harinya aku langsung memesan sebuah benda untuk aku jadikan mahar," ucap Athar.Sabrina benar-benar tidak pernah berpikir jika Athar sudah mempersiapkan semuanya dalam waktu sesingkat itu. Sabrina tidak pernah tahu pikiran Athar tidak pernah tenang setelah kejadian Ryan mengganggunya, ia yakin akan ada lelaki lain yang nantinya akan menganggu Sabrina sehingga lelaki itu sangat ingin segera menghalalkan Sabrina dan mempersiapkan segala halnya dengan cepat.Satria menyadari langkah Athar dalam mempersiapkan itu, ia benar-benar merasa salut dengan asistennya itu. Bukan hanya masalah perkejaan saja yang cepat, dalam mengejar wanita nya pun Athar bergerak cepat. Itu sebabnya hari ini Satria ingin membuat mereka melakukan ijab kabul hari ini juga."Penghulu sebentar lagi datang, kal
"Athar, perempuan yang akan kamu lamar anak orang kaya?" tanya Gina.Athar tersenyum dan mengangguk, lalu meminta keluarganya mengeluarkan barang-barang dari mobil box untuk dibawa kepada pihak wanita yang sudah berjejer menyambut.Keluarga Athar pun menggambil barang-barang dari dalam mobil box dan mereka berikan kepada pijak keluarga perempuan yang menyambut, setelah semua barang dari mobil box sudah di berikan pada pihak wanita. Keluarga Athar pun dipersilahkan untuk masuk kedalam rumah mewah tersebut."Mah, Sabrina nya mana?" tanya Banyu."Masih di kamar, Pah. Tadi Mama cek Vsedang pakai kerudung, Mama 9. panggil lagi ya!" ucap Amalia."Iya, panggil sekarang keluarga calon suaminya sudah datang," ucap Banyu.Amalia pun berjalan meninggalkan para tamu untuk memanggil anaknya di kamar, sementara anggota keluarga Athar masih terkesima dengan kemewahan rumah calon mertua Athar. Mata mereka memutari seluruh penjuru ruangan tersebut, hingga akhirnya dua orang wanita cantik turun dari ta
"Emang kenapa kalau orang miskin?" tanya Athar."Kalau bisa kamu nikah sama anak orang kaya. Kan sekarang kamu sudah jadi lelaki sukses, masa nikah sama perempuan miskin gak maju-maju dong!" ucap Ros."Bu, jangan ngatur-ngatur Athar. Sama siapapun dia mau nikah yang penting dia bahagia, Athar seorang lelaki seperti apapun istrinya nanti dia yang akan menafkahinya!" tegur Gilang.Athar menghela nafas dan menggelengkan kepala, jika bukan karena hal penting seperti lamaran Athar tak ingin bertemu apalagi berbicara dengan ibu tirinya itu.Sejak Athar kecil Ros tak pernah menjadi ibu sambung yang baik, ia selalu memandang orang tak punya sebelah mata dan tidak memikirkan perasaan orang lain, hanya memikirkan kesenangan diri sendiri."Ayah, tolong ajarkan pada kedua adikku jangan memandang harta adalah segalanya karena Allah berfirman dalam Q.S Al-Kahfi ayat 56. Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amal kebajikan yang terus-menerus adalah lebih baik pahalanya di sis
"Aku mau secepatnya, kalau bisa Jumat ini Ayah datang dan hari minggunya kita lakukan lamaran," ucap Athar masih melalui sambungan telepon.Sungguh lelaki itu tak ingin menunda lagi untuk segera menghalalkan wanita yang selama ini ia cintai dalam diam, cintanya tak bertepuk sebelah tangan jika tidak segera di sahkan ia takut ada lelaki lain yang menganggu hubungan mereka."Siapa saja yang harus ikut untuk acara lamarannya?" tanya Gilang."Keluarga inti. Ayah, ibu, dan adik-adik ayah serta suami dan istrinya," ucap Athar."Banyak dong sekitar sepuluh orang, ayah harus sewa mobil kalau gitu," ucap Gilang."Nanti aku akan kirim 2 mobil beserta supirnya dari sini. Ayah tinggal komunikasikan saja dengan om dan tante yang mau ikut berapa orang," ucap Athar.Gilang menghela nafasnya, ia adalah anak tertua di keluarganya dan memiliki 4 orang adik, 3 orang perempuan dan 1 orang laki-laki. Namun, ekonomi mereka semua sama-sama pas-pasan.Mereka jarang pergi keluar kampung, hanya Gilang yang seo
"Mah, Pah, kenapa harus pakai syarat segala?" tanya Sabrina."Setelah belasan tahun kamu hilang, lalu baru dipertemukan dengan kami. Tiba-tiba ada seorang lelaki yang ingin membawamu pergi, mana mungkin kami izinkan begitu saja tanpa memberi syarat," ucap Banyu.Satria menganggukan kepala setuju dengan ucapan sang papa, mereka baru menikmati kebersamaan dan bila di katakan belum puas pastinya belum puas. Namun, mereka tidak ingin melarang Athar untuk menikahi Sabrina karena takut nantinya Sabrina malah jatuh ke tangan lelaki yang tidak tepat.Sabrina mulai khawatir sang papa memberikan syarat yang memberatjan Athar, sehingga lelaki itu akhirnya tidak bisa menyanggupi dan akhirnya pernikahan mereka dibatalkan.Athar malah menganggukan kepala, ia akan berusaha menyanggupi apapun syarat dari Banyu, asalkan ia bisa menikah dengan Sabrina nyawa pun dia sanggup berikan."Apa syaratnya, Om?" tanya Athar."Syarat pertama setahun pernikahan kalian harus berada di rumah ini, aku tidak ingin kam
"Tidak tahu makanya lebih baik kamu datang dulu, mereka pasti terkejut karena tahunya kita hanya bersahabat," ucap Sabrina."HM ... Baiklah, besok aku akan bertemu kedua orang tuamu!" ucap Athar."Sekarang kamu istirahat dulu, oh iya ini salep yang untuk luka dari dokter aku simpan di kamarmu ya!" ucap Sabrina.Tanpa menunggu jawaban dari lelaki tampan itu Sabrina pun berjalan menuju kamar Athar, ia membuka pintu kamar yang tak di kunci. Begitu masuk kedalam kamar ia terkejut melihat fotonya yang di cetak besar menjadi penghias kamar itu.Athar menyusul langkah Sabrina dan hanya bisa terdiam di depan pintu kamar, saat melihat Sabrina terpaku memandangi fotonya sendiri di kamar itu."Apa ini alasannya kamu selalu mengunci kamar ini saat aku tinggal di sini dulu?" tanya Sabrina."Iya," jawab Athar singkat."Tapi waktu itu aku pernah masuk, foto ini tidak ada," ucap Sabrina."Aku sembunyikan di dalam lemari agar kamu tidak tahu," ucap Athar.Sabrina menghela nafas, lalu meletakan salep d
Sabrina begitu terkejut saat masuk ke dalam ruangan Athar, lelaki itu sedang tidak memakai baju dan memeriksa bekas lukanya. Ia berjalan cepat dan duduk di samping Athar, meringis melihat bekas luka yang di tutup perban itu."Apa jahitannya bermasalah?" tanya Sabrina."Enggak, cuma sedikit gatal aja," ucap Athar seraya menarik kemeja berusaha untuk memakai nya kembali."Jangan bohong, sini aku lihat! Mungkin perbannya harus di ganti," ucap Sabrina."Memang iya, nanti setelah pulang kerja aku akan ke rumah sakit untuk ganti perban," ucap Athar."Kalau masih sakit harusnya gak masuk dulu, kamu bandel sih!" ucap Sabrina.Athar tersenyum mendengar ocehan wanita cantik tersebut, ia sama sekali tidak marah justru senang karena ocehan itu menandakan jika Sabrina mengkhawatirkan dirinya."Besok gak usah kerja dulu, aku akan bilang ke kak Satria," ucap Sabrina."Tapi banyak file penting yang harus aku bereskan, Syifa!" ucap Athar."Bisa di kerjakan di rumah kan! Nanti berkasnya juga bisa di ki
Sabrina memanyunkan bibirnya mendengar ucapan Lidya, sementara Lidya yang tidak tahu jika Sabrina sedang membicarakan diri sendiri masih merasa santai."Saya yah kalau belum punya suami, terus pak Athar melamar saya. Gak akan banyak pikir saya pasti terima," ucap Lidya."Alasannya?" tanya Sabrina."Kenapa tanya alasan lagi, bukannya udah jelas terlihat pak Athar itu udah perfect banget, dia itu lelaki idaman semua wanita. Ganteng, punya jabatan yang oke, gak genit sama perempuan, gak sombong, Soleh, kalau jadi suami pasti bisa bikin bahagia," ucap Lidya."Sesempurna itu Athar di mata kalian, dia itu manusia biasa yang punya kekurangan," ucap Sabrina."Ya semua manusia gak ada yang sempurna dan punya kekurangan juga kelebihan, tapi kekurangan pak Athar sedikit dan hampir tak terlihat, sementara kelebihannya banyak dan membuat para wanita dengan mudah terpesona padanya," ucap Lidya.Telinga Sabrina merasa panas saat Lidya terus memuji orang yang kini selalu ada dalam pikirannya, Sabrina
Keesokan harinya, Athar sudah diperbolehkan untuk pulang karena sebenarnya ia tidak terlalu luka terlalu parah, lelaki itu masih diberi kesempatan untuk istirahat oleh Satria. Namun, karena tidak terbiasa berdiam diri di rumah akhirnya ia pun masuk kerja. "Kamu ini gimana sih, bukannya istirahat malah kerja. Apa kak Satria yang masak kamu buat kerja?!" tanya Sabrina.Wanita cantik itu langsung datang ke perusahaan saat tahu Athar bekerja, ia khawatir jika kondisi Athar masih lemah. Namun, dipaksa untuk bekerja oleh kakaknya. "Aku udah baik-baik aja, Syifa. Bukan Satria yang maksa, dia justru memberikan aku kesempatan untuk istirahat. Akan tetapi, aku nggak betah di rumah nggak ngapa-ngapain jadi lebih baik kerja," ucap Athar."Tapi kan kamu habis dioperasi, Athar! Gimana nanti kalau sakit lagi," ucap Sabrina."Kan yang dioperasi cuma bagian perut yang ditusuk, yang lainnya nggak sakit. Lagi pula aku bawa obat dari dokter kok, jadi nggak usah khawatir ya, Sayang!" ucap Athar.Sabrin