"Kamu sudah berjanji akan bersikap adil, tapi apa yang kamu lakukan tadi tidak adil bagiku!" ucap Syifa.
"Aku minta maaf, aku janji setelah ini akan adil pada kalian," ucap Ryan. "Kamu bilang menikah dengan dia karena terpaksa, tapi aku melihat kalian seperti orang yang saling cinta," ucap Syifa. Ryan tertegun mendengar ucapan Syifa, ia tak tahu harus berkata apa dan sedikit menyesali apa yang tadi ia lakukan terhadap Sherly. Lelaki itu tidak menyangka karena sedikit perhatiannya pada Sherly membuat Syifa curiga padanya. "Jangan pernah tunjukan kemesraan kalian di hadapanku, aku akan mencoba bertahan meski tidak tahu sampai kapan," ucap Syifa. "Iya, aku akan menuruti ucapanmu. Malam ini aku tidur di sini ya!" ucap Ryan. Syifa menganggukkan kepalanya, ia berjalan ke kamar mandi lalu mengambil wudhu untuk melaksanakan salat isya. Setelah solat isya barulah Syifa merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, Ryan terlihat memainkan gawainya sambil tersenyum setelah itu ia meletakan gawainya dan tidur memeluk Syifa. "Mas, bolehkah aku bertanya," ucap Syifa. "Boleh," jawab Ryan. "Tapi kamu harus jawab jujur!" ucap Syifa. "Iya." Syifa menyiapkan hatinya untuk bertanya dan mendengar jawaban dari suaminya, pertanyaan yang berputar di kepalanya sejak Ryan membawa Sherly masuk ke rumah itu. Pertanyaan yang takut ia tanyakan karena takut mendengar jawabannya. Setelah melewati hari bersama Sherly dan berkali-kali menangis dalam sholatnya, akhirnya Syifa tidak dapat lagi menahan untuk tidak menanyakan hal itu. "Selama ini kamu selalu tidur di rumah, tidak pernah telat pulang ke rumah. Lalu kapan kamu melakukannya dengan Sherly hingga dia sekarang hamil?" tanya Syifa. Ryan menelan salivanya, ia terdiam nampak berpikir karena tidak ingin salah berkata saat menjawab pertanyaan istri pertamanya itu. "Jawab dengan jujur, Mas!" ucap Syifa. "Setiap jam makan siang aku mendatangi kontrakannya," jawab Ryan. "Setiap hari, selama satu bulan?" tanya Syifa. "Tidak setiap hari, hanya saat mama menyuruh saja," ucap Ryan. "Dalam satu bulan berapa kali kalian melakukannya hingga Sherly hamil?" tanya Syifa. Air mata Syifa menetes, ia melepas pelukan sang suami. Hatinya perih membayangkan sang suami berbagi peluh dengan wanita lain selama ini di belakangnya, belum sempat Ryan menjawab pertanyaan Syifa sudah meminta Ryan untuk tidak menjawabnya. "Tidak perlu dijawab, Mas. Aku tidak ingin mendengar jawabanmu," ucap Syifa lalu memeluk guling dan menenggelamkan wajahnya pada guling tersebut. Ia membiarkan air mata membasahi guling, sakit hati wanita cantik itu sudah tak tertahan. Selama ini banyak lelaki yang menggoda dan menginginkan Syifa, tetapi Syifa selalu menjaga kesetiaan untuk sang suami meskipun selalu dibuat sakit hati dengan apa yang dilakukan mertuanya. Syifa pikir Ryan pun setia seperti dirinya, tetapi ternyata selama 1 bulan ini ia sudah dibohongi dan diduakan oleh lelaki tersebut. Ryan tahu istrinya sedang menangis, tetapi ia tidak tahu harus melakukan apa hingga ia membiarkan Syifa terus menangis dan berhenti dengan sendirinya. Keesokan harinya, Ryan pergi ke toko furniture seperti biasa. Syifa memutuskan untuk bertemu dengan Athar di sungai tempat mereka dulu bermain, ia berpesan pada Sherly jika akan ke rumah temannya. "Sherly, Hari ini aku akan ke rumah temanku Kamu sendiri di rumah nggak apa-apa kan?!" tanya Syifa. "Mbak sudah bilang sama mas Ryan?" tanya Sherly. "Sudah," ucap Syifa. "Yaudah, aku gak apa-apa kok sendiri di rumah," jawab Sherly. Syifa menganggukkan kepala, lalu berjalan meninggalkan rumah. Karena dari rumahnya ke sungai cukup dekat Jadi ia tidak menggunakan kendaraan, wanita cantik itu berjalan dan menjadi pusat perhatian para tetangga karena mereka mengetahui gosip pernikahan Rian dengan istri barunya. "Kasian ya, cantik-cantik tapi dimadu. Katanya karena nggak bisa punya anak, Syifa mandul ya!" ucap salah satu tetangga. "Kasihan masa baru 2 tahun menikah belum punya anak dibilang mandul, Kakak aku aja 5 tahun setelah menikah baru punya anak. Itu sih mertua sama suaminya aja yang nggak sabar," ucap tetangga lain. "Nggak sabar dan nggak tahu diri, Ryan punya apa kalau bukan sama Syifa. Dulu kerjaannya aja nggak jelas, sekarang kelihatan hebat itu pun karena memegang toko furniture punya Syifa," ucap tetangga lain. "Kalian Percaya nggak Kalau Ryan nikah karena terpaksa? Aku sih nggak percaya lihat aja penampilan istri barunya masih muda dan seksi udah kayak ani-ani," ucap tetangga lain. "Aku juga nggak percaya, pasti si perempuan itu menggoda Ryan dan sebelum nikah mereka selingkuh duluan!" ucap tetangga lain. Syifa menghela nafas mendengar para tetangga bergosip dan saling bersahutan, banyak yang tak percaya jika Ryan menikahi Sherly karena terpaksa. Apalagi melihat penampilan Sherly mereka semakin yakin jika wanita itu yang lebih dulu menggoda Ryan. Syifa terus berjalan hingga akhirnya melihat Athar sedang di pinggir sungai dan membiarkan kakinya dialiri air jernih dari sungai tersebut. "Sudah lama?" tanya Syifa menghampiri Athar. "Belum lama, Aku kangen dengan tempat ini. Dulu kita selalu kesini kalau sore," ucap Athar. "Kamu kenapa gak pulang selama ini? Terlalu betah di kota karena banyak wanita cantik ya?" tanya Syifa. Ryan tersenyum mendengar ucapan Syifa, memang Di kota banyak perempuan cantik. Namun, tak ada satupun yang membuat Rian merasa tertarik. Lelaki itu tak ingin pulang ke desanya karena merasa semangat untuk datang ke desa itu sudah tidak ada sejak Syifa menikah dengan Ryan, ada perasaan sakit melihat sahabatnya sejak kecil menikah dengan lelaki yang ia anggap kurang baik. Dulu Athar sedikit menentang hubungan Syifa dan Ryan, mereka tinggal dalam satu kampung, meskipun Athar sudah lama merantau ke kota. Namun, kurang lebihnya Athar tahu bagaimana sifat Ryan. "Kemarin itu istri baru Ryan?" tanya Athar to the poin. Syifa menghela nafas, awalnya ia tidak ingin menceritakan tentang ini kepada Athar. Namun, ada keresahan dan kecurigaan di dalam hatinya membuat Ia memutuskan untuk menceritakan hal itu kepada sahabat kecilnya. Syifa menceritakan awal Rian membawa Sherly ke dalam rumah mereka, mengenalkan sebagai istri barunya, dan menceritakan kepada Athar bagaimana sikap Ryan kepada Sherly. "Entah mengapa ada kecurigaan dalam hatiku, Aku curiga Mas Ryan berbohong," ucap Syifa. "Berbohong bagaimana?" tanya Athar. "Mas Ryan bilang mereka menikah karena terpaksa, tapi aku merasa mereka seperti orang yang saling mencintai," ucap Syifa. "Kalau kamu merasa curiga dan Ryan berbohong kepadamu, aku bisa mencari tahu tentang semuanya," ucap Athar. "Bagaimana caranya?" tanya Syifa. "Aku akan membayar orang untuk menyelidiki tentang mereka berdua," ucap Athar. "Membayar orang? Berapa uang yang akan kamu keluarkan untuk membayar orang itu? Aku tidak mau merepotkan kamu, Athar," ucap Syifa. "Jika kamu masih menganggapku sahabat maka jangan pernah merasa hal ini merepotkan aku. Aku melakukan semua ini karena sangat peduli padamu, Syifa. Apa kamu masih menganggapku sahabat?" tanya Athar."Dari kecil sampai saat ini kamu tetap sahabatku, Athar," ucap Syifa."Maka dari itu, jangan menolak bantuan dariku. Aku akan menyuruh orang untuk menyelidiki tentang Sherly dan suamimu," ucap Athar.Syifa menganggukkan kepalanya, ia menerima bantuan dari Athar. Hatinya resah dan curiga, melihat begitu mesranya sang suami dengan istri barunya, apalagi mendengar suara tetangga bergosip tentang mereka. Syifa semakin ragu jika pernikahan Sherly dan suaminya hanya karena terpaksa, mungkin bantuan dari Athar satu-satunya yang bisa membuat hatinya tenang."Aku akan tinggal di sini selama seminggu sebelum akhirnya kembali bekerja di kota, tapi aku yakin tidak sampai seminggu orang suruhanku bisa memberikan informasi tentang suamimu dan istri barunya. Selama belum mendapatkan informasi tentang mereka, bertahanlah dalam rumah tanggamu, Syifa," ucap Athar."Terima kasih, Athar. Kamu tahu Athar dua hari ini siang dan malam aku menangis dalam salatku, aku bener-bener nggak nyangka jika Mas Ryan a
"Siapa yang cari aku?" tanya Syifa.Wanita cantik itu menghapus air mata lalu berjalan keluar rumah untuk melihat siapa yang datang mencarinya, ternyata tetangga yang datang mencari Syifa."Bu Murni, ada apa?" tanya Syifa."Mbak Syifa maaf kalau saya mengganggu. Saya mau pinjam uang, anak saya sakit suami saya belum gajian," ucap Bu Murni tetangga Syifa."Anak ibu sakit apa?" tanya Syifa."Demam sudah 3 hari nggak turun-turun, Saya mau bawa ke dokter takut semakin parah demamnya," ucap Bu Murni."Ya ampun tunggu sebentar, Bu."Syifa berjalan cepat ke kamarnya untuk mengambil uang, lalu kembali lagi keluar untuk memberikan uang tersebut kepada Bu Murni, hal itu diperhatikan oleh Dina yang sedang berada di meja makan."Segini cukup, Bu?" Tanya Syifa seraya menyodorkan dua lembar uang pecahan seratus ribu."Mudah-mudahan cukup, Mbak Syifa. Nanti kalau suami saya gajian saya langsung ganti uangnya ya," ucap Bu Murni."Sama-sama, Bu. Nggak usah dipikirkan kapan mengganti uangnya, yang pent
"Athar, nanti aku hubungi lagi," ucap Syifa lalu mematikan sambungan teleponnya.Ryan berjalan kedalam kamar itu dan menghampiri Syifa yang sedang meletakan ponselnya diatas nakas. Syifa mengerutkan keningnya melihat sang suami masuk ke kamarnya, padahal ia malam ini harusnya tidur di kamar Sherly."Ada apa, Mas?" tanya Syifa."Siapa yang menelpon mu malam-malam begini, apa itu Athar?" tanya Ryan."Iya, itu Athar.""Aku sudah bilang padamu, aku tidak suka melihat kamu teleponan sama lelaki itu," ucap Ryan.Syifa menghela nafas, memang selama ini Ryan cemburu kepada Athar dan Syifa pun berusaha untuk menjaga jarak dengan Athar dengan tidak mengangkat panggilan telepon dari sahabatnya itu. Namun, mereka tetap berkomunikasi melalui pesan singkat. "Ya aku juga sudah bilang sama kamu, kalau aku tidak suka melihat kamu dekat dengan wanita lain. Namun, kamu tidak hanya dekat, tetapi menikahi wanita lain," ucap Syifa dengan nada datar, tapi sukses membuat mulut Ryan terbungkam."Kamu mau mem
Prank ...Syifa melempar gelas tepat mengenai tubuh Ryan hingga akhirnya jatuh dan pecah di lantai, hal itu membuat Athar, Ryan, dan Sherly terkejut."Pembohong, pengkhianat, keterlaluan kamu, Mas!" teriak Syifa.Ryan terdiam menatap sang istri yang berjalan perlahan dengan membawa berkas informasi kearahnya. Tatapan Syifa terlihat sangat marah, tidak pernah Ryan melihat tatapan seperti itu dari sang istri sebelumnya."Kamu bilang menikahi Sherly karena terpaksa, karena permintaan mama. Nyatanya kamu sudah berselingkuh dengan jalang itu selama setahun di belakangku!" ucap Syifa dengan bibir bergetar."Syifa, kamu pasti mendengar semua ini dari Athar. Itu semua tidak benar, dia memfitnahku agar kamu benci padaku karena sejak dulu dia tidak suka dengan hubungan kita," ucap Ryan mencoba mengelak."Fitnah katamu? Lalu tentang kamu yang membayar kontrakan Sherly tiap bulan, mengajak dia liburan tiap bulan, dan mentransfer uang ke rekeningnya setiap bulan pakai uang toko juga fitnah?" ucap
"Syifa aku tahu aku salah, aku minta maaf, aku tidak mau bercerai denganmu," ucap Ryan.Ryan menyadari meskipun sudah memiliki istri muda, tetapi rasa cinta terhadap Syifa tidak hilang sepenuhnya. Wanita cantik dan baik itu masih memiliki posisi khusus di hati Ryan, apalagi lelaki itu sadar satu-satunya tempat ia menghasilkan uang adalah toko furniture milik Syifa jadi ia tak ingin bercerai dengan wanita cantik tersebut."Syifa, aku mohon maafkan aku. Aku mencintaimu, aku tak ingin bercerai darimu," ucap Ryan berusaha meraih tangan Syifa meminta belas kasih dari istrinya tersebut.Syifa menghempas tangan Ryan dengan kencang, hatinya benar-benar sakit menerima kebohongan dari sang suami. Meskipun Ryan meminta maaf dan berlutut di hadapannya hal itu tidak membuat Syifa ingin merubah keputusannya. "Kata cinta dan maaf yang kamu ucapkan hanya sebuah kepalsuan, Mas. Aku tidak butuh itu, yang aku butuh saat ini adalah kata talak darimu!" ucap Syifa."Aku tidak akan mengucapkan kata itu, Sy
"Maafkan aku ya, Mas. Karena kehadiran aku pernikahan kamu dan mbak Syifa hancur. Padahal aku sudah menerima menjadi istri kedua dan berharap kita bisa rukun mengurus anak ini bersama," ucap Sherly dengan wajah sedih mengusap perutnya yang belum buncit."Kamu tidak perlu minta maaf, Sherly. Memang perempuan itu saja yang tidak tahu diri, sudah mandul harusnya dia terima saja pernikahan Ryan dengan kamu. Dia tidak mau, ya sudah bercerai saja!" ucap Dina masih dengan nada kesal."Tapi kalau Mas Ryan harus kehilangan rumah dan pekerjaannya jika bercerai dengan mbak Syifa, itu semua gara-gara aku," ucap Sherly sambil menunduk."Kamu nggak usah pikirin, pokoknya mama aku cari pengacara terbaik agar toko furniture bisa jadi milik Ryan," ucap Dina.Ryan membawa Sherly ke kamar yang dulu ia tempati sebelum menikah dengan Syifa dan pindah dari rumah tersebut. Kamar itu kecil dan tidak bisa menampung banyak barang, Sherly menghela nafas karena harus tidur di kamar kecil lagi."Maaf ya, sementar
Athar membaca kertas berisi perjanjian sebelum perceraian yang baru saja Syifa buat, ia mengerutkan keningnya karena ada beberapa perjanjian yang menurut Athar tidak perlu di lakukan Syifa."Kenapa kamu melakukan ini?" tanya Athar."Ryan menjeratku dengan cinta, lalu pada akhirnya melukaiku. Aku juga ingin melakukan hal itu, aku ingin menjerat Ryan dengan cinta sebelum akhirnya aku tinggalkan dengan luka," ucap Syifa."Pikirkan lagi, Syifa. Aku takut malah kamu ragu untuk bercerai dan hubungan kalian kembali membaik,'' ucap Athar."Itu tidak mungkin, Athar. Sekarang aku tahu jika ia selama ini tidak mencintai ku, itu sebabnya aku ingin membuatnya jatuh cinta padaku sebelum berpisah hingga akhirnya ia hancur setela kehilangan semuanya," ucap Syifa.Athar menghela nafas dan terpaksa setuju dengan apa yang di katakan Syifa, ia sadar meskipun Syifa adalah sahabatnya sejak kecil. Namun, untuk masalah pernikahan Athar tak punya kuasa, ia hanya bisa memberi saran dan membatu jika Syifa membu
"Gimana menurutmu, Mas. Apa baju ini cocok untukku?" tanya Syifa.Wanita cantik itu memakai lingerie berwarna merah yang begitu tipis, tubuhnya yang indah terlihat jelas oleh Ryan hingga membuat lelaki itu menelan saliva nya. Ia yang belum selesai menuntaskan rasa yang menggebu pada Sherly tadi, kini menatap Syifa dengan penuh minat."Sangat cocok, cantik, dan seksi," ucap Ryan seraya mendekati Syifa. "Aku memesan baju ini di aplikasi online beberapa hari yang lalu, niatnya ingin aku pakai setiap malam Jumat untuk servis kamu. Namun, belum sampai baju ini datang kamu sudah membawa gundikmu ke rumah ini. Jadi sepertinya baju ini tidak perlu aku pakai lagi," ucap Syifa seraya berjalan menuju kamar mandi. Ryan menahan tangan sang istri, ia menarik dan membawa Syifa ke atas tempat tidur. Lelaki itu tidak ingin kehilangan kesempatan untuk menikmati tubuh sang istri yang nampak sangat menggoda. "Maafkan Aku, Sayang. Sekarang tidak ada lagi Sherly di rumah ini, jadi pakailah baju itu untu