Share

Perjanjian Pernikahan Ketos & Cewek Bar-Bar
Perjanjian Pernikahan Ketos & Cewek Bar-Bar
Author: Penulis Kaki Lima

Alea Putri Sawan

Author: Penulis Kaki Lima
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

BRAKK

"Auuu, Sialan!" Kotak bekalku melayang di udara. Sandwich itu bertebaran. Padahal, hampir satu jam aku menghiasnya. 

Kini, punggung seragam sekolahku basah. Jalan yang ku pijak ternyata berlubang dan berisi genangan air bercampur tanah.

"It's Okay Lea, ayo bangun!" ucapku sembari membersihkan kedua telapak tangan.  

Baru juga beranjak bangun, ada murid kurang ajar yang mengendarai motor berkecepatan tinggi melintas di sampingku. Motor itu melewati jalanan berlubang dan airnya mengenai sebagian wajahku. 

BYUR

Seketika, aku refleks memejamkan mata sembari menghela napas panjang. Begitulah hidupku. Sangat ceroboh dan sial dalam berbagai situasi. Padahal hari ini aku sedang mencoba beradaptasi dengan tempat baru. Usiaku 17 tahun, menduduki kelas 12 SMA. Telat memang, jika aku pindah sekolah di ujung kelas 12 seperti sekarang. Tetapi ayah dan bunda menyuruhku untuk pindah sekolah demi menghapus rekam jejak burukku di sekolahku yang sebelumnya. 

Alea Putri Sawan, itulah nama lengkapku. Aku si anak tunggal pemilik PT Royal Grup. Kehidupanku lebih dari cukup. Sebagian besar pakaian dan fasilitasku merupakan barang branded. Sayangnya, aku sering membuat ayah dan bunda kewalahan menghadapi sikapku.    

"Woi, berhenti gak lo!" Tanpa sadar, aku teriak seperti orang kesurupan. Membuat beberapa murid lain menatapku, dan sebagiannya lagi menertawaiku.

Nahasnya, pria itu tidak berhenti dan tetap melaju ke parkiran. Jika wujudku saja sudah seperti ini, bagaimana bisa aku melanjutkan belajar di sekolah? Padahal hari ini aku harus memperkenalkan diri di depan murid di kelasku. 

"Tidak! Tidak bisa dibiarkan!" Kakiku melaju cepat mengincar pria yang dengan percaya dirinya lewat jalanan berlubang tanpa memperhatikan orang disebelahnya.

"Yap, ketemu!"

"Tanggung jawab gak lo!" 

Aku berdiri tepat di depan tubuh pria tinggi menjulang. Entahlah, apa karena aku yang pendek? Jadi menatapnya pun harus mendongak ke atas. Maklum, tinggiku hanya 150 cm, sementara tingginya mungkin sekitar 175 cm. 

Dia tidak merespon apapun. Bahasa tubuhnya pun santai sembari melepas helm lalu membenarkan posisi rambutnya. Terlihat manik mata pria itu menatap ke sisi spion untuk melihat penampilannya sendiri.  

"Tanggung jawab gak!" Aku pun mulai merengek dengan menggebukkan kaki beberapa kali layaknya anak kecil.

Tetapi, ini berhasil. Murid itu akhirnya menatapku. 

"Siapa lo?" tanyanya dengan singkat dan tanpa ekspresi.

"Gue murid baru. Dan karena ulah lo, gue jadi ...," ucapanku terhenti saat murid itu melepas jaket dan menyodorkannya padaku.

"Pakai saja!"

"Gue gak punya banyak waktu," imbuhnya. Ia pun berjalan beberapa langkah melewatiku. Tetapi, badannya kembali berputar menghadap ke arahku.

"Oh iya, gue udah tanggung jawab."

Untung saja, aku sempat membaca name tag di seragam sekolahnya. Namanya Dirgantara. Sangat singkat dan sesuai dengan sikapnya yang irit bicara. Ia pun pergi dengan menyangkutkan satu sisi tasnya di pundak kanan, lalu menyelipkan tangan kirinya ke saku celana. 

***

"Nama saya Alea Putri Sawan. Keluarga kami baru saja pindah di kota ini karena rencananya akan membangun cabang perusahaan baru. Saya tidak begitu pintar, jadi saya harap kalian mau membimbing saya." Senyuman tipis sembari menatap semua teman baruku.

"Baik, terima kasih Alea. Apakah ada yang ingin kalian tanyakan?" Bu guru mulai membuka sesi tanya jawab dan ada salah satu teman yang mengajukan pertanyaan padaku.

"Kenapa jaketnya tidak dilepas?"

"Aku baru saja terjatuh dan seragamku kena lumpur hehe."

"Wah dia baru datang sudah ceroboh." 

"Sepertinya, akhlaknya minus."

"Namanya Alea Putri Sawan ya? Dia pernah masuk artikel dengan kasus kenakalan remaja."

"Benarkah? Kenakalan remaja seperti apa?"

Riuh sekali. Mereka semua bisa dengan cepat menemukan informasi tentangku. Maklum, jejak digital memang sulit dihapus. 

"Hustt, stop, sudah. Kenapa kalian ramai sekali. Semua orang punya masa lalunya masing-masing dan tidak ada manusia yang 100% baik tanpa kesalahan sedikitpun. Tugas kita adalah melakukan yang lebih baik dari hari kemarin."

Ini, kali pertamanya aku menoleh pada Bu Indri yang berdiri tepat disampingku. Dia, sepertinya bisa mengayomi murid minoritas sepertiku. 

Aku pun dipersilahkan duduk. Kebetulan, ada satu kursi kosong dibagian ujung. Disampingku, ada pria yang tampak malas sekali. Nyawanya setengah di alam mimpi dan setengahnya lagi mengikuti kelas. Tetapi, aku tidak peduli. Tugasku hanya belajar dengan mood yang mulai berantakan, hehe.

Apa kalian tau? Untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik dari hari kemarin ternyata juga tidak semudah yang dibayangkan. Bahkan, saat kita baru saja punya niat untuk berubah, ada saja masalah yang datang, yang membuat iman dan tekad kita hilang timbul.

Dret... Dret...

Aku merogoh saku jaket kiri dan kanan. Sepertinya bunyi ponsel, tapi bukan ponselku.

"Lah, ada hp nya dong," batinku.

Tanpa sengaja, layar ponsel milik Dirgantara terbuka. Ia tidak mengunci layar dengan kata sandi maupun sidik jari. 

"Leon? Angkat apa gak ya?"

Aku membiarkan telepon itu sampai mati sendiri. Namun, muncul satu pesan dari Leon. 

[Ini gue, Dirgantara. Ponsel gue ketinggalan di jaket, jadi kalo lo liat, tolong nanti dibalikin pas jam istirahat. Balikin di ruang osis!]

Setelah selesai membaca, aku pun membalas pesan itu.

[Iya, maaf ya. Gue beneran gak tau kalo ada hp di saku jaket lo.]

"Apa dikasih sticker yang lucu ya?" pikirku. Setelah berkelana mencari koleksi stiker lucu, akhirnya ketemu juga stiker yang menurutku paling lucu, yaitu stiker wajahnya sendiri yang lagi mandi air hujan dengan cebor warna pink. Belum lagi tulisannya "MANDI AIR KETENANGAN AGAR HIDUPMU MENJADI LEBIH TENANG"

Alea adalah wanita yang menepati janji. Itulah prinsipku. Prinsip yang sedang kuusahakan sebisa mungkin. Di jam istirahat, aku pun pergi ke ruang osis. Niatnya untuk mengembalikan hp, tetapi ternyata sedang ada rapat di ruang osis. Manik mataku menatap Dirgantara dengan penuh rasa kaget. Ternyata, dia bukanlah pria biasa. Dia bahkan memimpin rapat. Dan di dekat tempatnya duduk, ada tag bertuliskan ketua osis.

"Aleaaaaa, serius? Pria yang lo kasarin tadi ternyata ketua osis?" Aku menutup kedua mataku dengan rapat. Rasanya malu campur takut. Dan saat aku berani membuka mata, pria itu malah ada dihadapanku. Cukup dekat sampai aku kaget dan nyaris jatuh ke belakang. 

Mau dilihat dari sisi manapun, dia tetap terlihat sebagai pria yang menjengkelkan.  

"Halo Bunda, ada apa?" Aku mengangkat telepon dari bunda. 

"Lea, bunda membelikanmu baju super menggemaskan. Sudah bunda taruh di kamar. Nanti di pakai ya sekalian datang ke acara makan malam rekan bisnis ayahmu," jelas Bunda.

"Dadakan sekali," jawabku.

"Pokoknya ini nanti bakalan seru. Rekan bisnis ayahmu juga mengajak anaknya. Katanya sih, anaknya sekolah di SMA Bina Bangsa juga."

"Siapa?" sambungku sembari meninggikan salah satu alis.

Related chapters

  • Perjanjian Pernikahan Ketos & Cewek Bar-Bar   Dirgantara

    Sesampainya di rumah, sambutan hangat dari MUA membuatku terkejut."Nona Alea akhirnya datang," ucapnya sembari menangkap kedua tanganku dan menggiringnya masuk ke ruang tamu. Tentu saja, aku masih bertanya-tanya. Sampai akhirnya aku meminta penjelasan pada MUA itu karena ayah dan bunda juga masih belum pulang dari kantor perusahaannya. Setelah ditelusuri, ternyata bunda yang memilihkan MUA itu. Ia ingin aku tampil maksimal di acara makan malam dengan rekan bisnis ayah. Padahal, sebelumnya tidak pernah begini. "Feminim banget bajunya, yang benar saja?" Aku melempar gaun merah panjang itu ke kasur. Buru-buru merogoh ponsel yang masih berada di dalam ransel sekolahku."Halo? Bun? Bunda yakin?" Tak perlu basa-basi lagi."Kenapa sayang?""Bunda tau Lea gak suka pakai dress, kenapa harus dress? Gak bisa pakai blouse atau sweater aja?" Sebisa mungkin aku berusaha untuk mengenakan pakaian yang nyaman dan santai. Bukan pakaian yang terlalu resmi seperti ini."Lea bisa nurut bunda gak? Nanti

  • Perjanjian Pernikahan Ketos & Cewek Bar-Bar   Burung Kolibri

    Jalanan malam yang dingin dan sunyi, tepatnya pukul 01.00 dini hari. Dirgantara mengendarai motor besarnya dengan memakai outfit serba hitam. Ia tidak sendirian, di jok belakang motornya ada Soya dengan outfit yang senada dengan Dirga. Mereka memiliki tinggi yang hampir sama. "Gue menepati janji untuk membawa lo keliling jalanan sunyi. Teriaklah sekencang mungkin sayang," ucap Dirga pada Soya. Dirga mengendarai motor di barisan paling depan. Di belakang mereka, ada 6 motor lainnya yang mengiringi Dirga. Terlihat seperti konvoi. Soya pun membentangkan kedua tangannya. Ia tersenyum dan teriak sekencang mungkin untuk melampiaskan beban yang selama ini ia tanggung di pundaknya. "Makasih Dirga. Berkat lo, gue merasa hidup!" Soya pun merangkul Dirga sekuat mungkin. "Gue sayang banget sama lo Dir," ucapnya. *** Di dalam kamar, aku menangis sejadi-jadinya. Hanya Dirga yang bisa membantuku untuk membatalkan pernikahan tak masuk akal ini. Berulang kali aku mencoba menghubungi Dirga, tapi

  • Perjanjian Pernikahan Ketos & Cewek Bar-Bar   Soya

    Kami pulang. Padahal, itu adalah tiket yang menjadi salah satu alasanku bertahan hidup. Keindahan santorini, aku selalu membayangkannya dengan memakai pakaian biru yang menyegarkan. Tetapi, harapan itu hilang. Hilang begitu saja akibat Dirgantara yang memutuskan pulang dan menjenguk Soya. "Kalau bukan karena menghargai keinginan ayah, aku tidak akan sudi menjalani kehidupan seperti ini."***Aku tidak banyak tahu tentang Soya. Tapi, karena dari segi pandang keluargaku, aku telah menikah dengan Dirga. Aku pun merasa memiliki kewajiban untuk tahu sedikit demi sedikit tentang Dirga. Dan selama Dirga pulang menemui Soya, aku berusaha menutupi segala keburukan Dirga. Bukan, bukan karena aku mengamankan Dirga. Tetapi, aku mengamankan seluruh situasi. Meskipun hal yang kulakukan, membuatku tersiksa sendirian.[Lo kenal Soya? Boleh gue tau informasi tentang Soya?] Pesan itu pun terkirim. [Iya, gue kenal dekat sama Soya. Tapi, informasinya gak gratis ya.][Haha, lo mau berapa? Gue bisa kasih

  • Perjanjian Pernikahan Ketos & Cewek Bar-Bar   Dia, Menghargai Hal-Hal Kecil

    Pria yang kupikir akan bodo amat itu, ternyata mendatangiku. Dia mengikutiku tanpa teriak memintaku untuk berhenti. Dia juga membawakan payung. Dia juga rela tubuhnya basah demi menjaga agar tubuhku tidak terpapar air hujan. Aku pun terdiam. Dirga, sungguh membuatku bingung. "Kenapa masih mempedulikanku?""Maaf," lirihnya. Tatapannya tajam dan dalam. Sementara tanganku, tanpa sadar mulai menarik pergelangan tangan Dirga. Rasanya, aku tak ingin pria dihadapanku merasakan dinginnya air hujan di malam hari. Kali ini, Dirga tak menolak. Ia pasrah saat tubuhnya semakin dekat denganku dan kami pun berada dalam satu payung. Ia tetap menatapku dengan tatapan tajam itu. Seolah menunjukkan rasa maafnya kepadaku."CIEE!" Kerumunan orang yang berteduh itu pun menyoraki kami. Membuatku jadi malu. Dengan cepat Dirga menarik tanganku, mengajakku berlari di dekat penjual telur gulung. "Pak, numpang sebentar ya," ucap Dirga sembari melipat payungnya. Sekarang, kami justru satu payung dengan penjual

  • Perjanjian Pernikahan Ketos & Cewek Bar-Bar   Apakah Aku Mulai Menyukainya?

    Anak tunggal yang selalu kesepian ini, ternyata bisa duduk dalam satu meja makan dengan kedua orang tua lengkap beserta satu keluarga baru. Ternyata, begini ya rasanya mendapatkan dukungan penuh? Ternyata, tidak seburuk apa yang ada di kepalaku. Sekarang, ayah dan bunda sibuk mengupasi buah. Sementara Dirga mengemas kamarku dengan kecepatan super. Baru setelah semuanya selesai, kami makan bersama. Usai makan, bunda justru bertanya kepadaku, "Jadi bagaimana? Apakah sudah mulai promil?" Program hamil? haha, yang benar saja. Tidur satu ranjang saja tak pernah. "Mohon maaf ayah, bunda, tetapi kami sudah sepakat untuk promil setelah lulus sekolah. Lagi pula, pernikahan ini kan diam-diam, teman-teman kami juga tidak ada yang tahu. Semua ini demi menjaga nama baik aku dan Alea juga," terang Dirga. Gaya bahasanya sungguh kalem dan santai, seolah membius ayah dan bunda agar setuju dengan pernyataan Dirga.Seusai makan, ayah tampak bicara santai dengan Dirga di taman depan rumah. Aku menat

  • Perjanjian Pernikahan Ketos & Cewek Bar-Bar   Bukan Pasangan Sempurna

    Ku pikir, setelah kejadian kemarin, semuanya berubah menjadi baik-baik saja. Ku pikir, Dirga memang berubah semenjak kejadian yang membuatku kehujanan seolah tidak mempedulikan kesehatanku sendiri. Rupanya salah, bahkan ketika Dirga dipertemukan dengan Soya, imannya kembali goyah dan ia kembali menitikberatkan Soya. "Untuk apa aku menangisi pria gila itu? Sekarang, biarkan dia mencariku sampai ke manapun, aku akan pergi, aku tidak akan masuk ke sekolah, dan aku akan menghilang dari pandangannya sampai dia benar-benar menemukanku." Tekat ini sudah bulat. Pria itu tidak akan pernah menghargai keberadaan seseorang sebelum ia kehilangan seseorang itu. Dan jika kelak Dirga memang sudah tidak mempedulikanku, aku rasa, aku siap jika sewaktu-waktu pernikahan kontrak kami ini bocor ke keluarga besar kami. ***Keesokan harinya, di sekolah, Dirga mencari namaku. Ia pergi ke kelas hanya untuk mencari keberadaanku. Tetapi nihil, aku tidak ditemukan di sudut kelas manapun. Beberapa temanku berta

  • Perjanjian Pernikahan Ketos & Cewek Bar-Bar   Salah Tingkah

    Untuk pertama kalinya, pria itu mengecupku. Untuk pertama kalinya juga, jantungku berdegup kencang. Rasanya seperti, hal menyenangkan yang tak dapat ku definisikan lagi. "Em, Ma-Maaf, aku lancang dan melanggar kontrak ya." Dirga langsung menarik mulutnya dari keningku. Ia juga cepat-cepat bangun dan merapikan posisinya. Sementara aku, masih tergeletak di lantai, diam, dan memastikan penyebab jantungku berdegup kencang. "Kenapa jantungku berdegup kencang?" lirihku yang ternyata terdengar sampai ke telinga Dirga."Aku juga," jawabnya.Kami berdua pun kembali saling menatap, rasanya aneh dan sangat tidak mengenakkan. Aku tidak terbiasa dengan situasi yang seperti ini. Akhirnya, aku pun mencoba kabur dan pergi masuk ke dalam villa. Sayangnya, kakiku justru kepleset dan aku kembali terjatuh. Kali ini, Dirga tidak menolongku. Tidak seperti kebanyakan drama dimana si cowok akan menangkap wanitanya."Hahaha." Aku tidak peduli jika Dirga tertawa puas. Maluku sudah sampai di ubun-ubun, j

Latest chapter

  • Perjanjian Pernikahan Ketos & Cewek Bar-Bar   Salah Tingkah

    Untuk pertama kalinya, pria itu mengecupku. Untuk pertama kalinya juga, jantungku berdegup kencang. Rasanya seperti, hal menyenangkan yang tak dapat ku definisikan lagi. "Em, Ma-Maaf, aku lancang dan melanggar kontrak ya." Dirga langsung menarik mulutnya dari keningku. Ia juga cepat-cepat bangun dan merapikan posisinya. Sementara aku, masih tergeletak di lantai, diam, dan memastikan penyebab jantungku berdegup kencang. "Kenapa jantungku berdegup kencang?" lirihku yang ternyata terdengar sampai ke telinga Dirga."Aku juga," jawabnya.Kami berdua pun kembali saling menatap, rasanya aneh dan sangat tidak mengenakkan. Aku tidak terbiasa dengan situasi yang seperti ini. Akhirnya, aku pun mencoba kabur dan pergi masuk ke dalam villa. Sayangnya, kakiku justru kepleset dan aku kembali terjatuh. Kali ini, Dirga tidak menolongku. Tidak seperti kebanyakan drama dimana si cowok akan menangkap wanitanya."Hahaha." Aku tidak peduli jika Dirga tertawa puas. Maluku sudah sampai di ubun-ubun, j

  • Perjanjian Pernikahan Ketos & Cewek Bar-Bar   Bukan Pasangan Sempurna

    Ku pikir, setelah kejadian kemarin, semuanya berubah menjadi baik-baik saja. Ku pikir, Dirga memang berubah semenjak kejadian yang membuatku kehujanan seolah tidak mempedulikan kesehatanku sendiri. Rupanya salah, bahkan ketika Dirga dipertemukan dengan Soya, imannya kembali goyah dan ia kembali menitikberatkan Soya. "Untuk apa aku menangisi pria gila itu? Sekarang, biarkan dia mencariku sampai ke manapun, aku akan pergi, aku tidak akan masuk ke sekolah, dan aku akan menghilang dari pandangannya sampai dia benar-benar menemukanku." Tekat ini sudah bulat. Pria itu tidak akan pernah menghargai keberadaan seseorang sebelum ia kehilangan seseorang itu. Dan jika kelak Dirga memang sudah tidak mempedulikanku, aku rasa, aku siap jika sewaktu-waktu pernikahan kontrak kami ini bocor ke keluarga besar kami. ***Keesokan harinya, di sekolah, Dirga mencari namaku. Ia pergi ke kelas hanya untuk mencari keberadaanku. Tetapi nihil, aku tidak ditemukan di sudut kelas manapun. Beberapa temanku berta

  • Perjanjian Pernikahan Ketos & Cewek Bar-Bar   Apakah Aku Mulai Menyukainya?

    Anak tunggal yang selalu kesepian ini, ternyata bisa duduk dalam satu meja makan dengan kedua orang tua lengkap beserta satu keluarga baru. Ternyata, begini ya rasanya mendapatkan dukungan penuh? Ternyata, tidak seburuk apa yang ada di kepalaku. Sekarang, ayah dan bunda sibuk mengupasi buah. Sementara Dirga mengemas kamarku dengan kecepatan super. Baru setelah semuanya selesai, kami makan bersama. Usai makan, bunda justru bertanya kepadaku, "Jadi bagaimana? Apakah sudah mulai promil?" Program hamil? haha, yang benar saja. Tidur satu ranjang saja tak pernah. "Mohon maaf ayah, bunda, tetapi kami sudah sepakat untuk promil setelah lulus sekolah. Lagi pula, pernikahan ini kan diam-diam, teman-teman kami juga tidak ada yang tahu. Semua ini demi menjaga nama baik aku dan Alea juga," terang Dirga. Gaya bahasanya sungguh kalem dan santai, seolah membius ayah dan bunda agar setuju dengan pernyataan Dirga.Seusai makan, ayah tampak bicara santai dengan Dirga di taman depan rumah. Aku menat

  • Perjanjian Pernikahan Ketos & Cewek Bar-Bar   Dia, Menghargai Hal-Hal Kecil

    Pria yang kupikir akan bodo amat itu, ternyata mendatangiku. Dia mengikutiku tanpa teriak memintaku untuk berhenti. Dia juga membawakan payung. Dia juga rela tubuhnya basah demi menjaga agar tubuhku tidak terpapar air hujan. Aku pun terdiam. Dirga, sungguh membuatku bingung. "Kenapa masih mempedulikanku?""Maaf," lirihnya. Tatapannya tajam dan dalam. Sementara tanganku, tanpa sadar mulai menarik pergelangan tangan Dirga. Rasanya, aku tak ingin pria dihadapanku merasakan dinginnya air hujan di malam hari. Kali ini, Dirga tak menolak. Ia pasrah saat tubuhnya semakin dekat denganku dan kami pun berada dalam satu payung. Ia tetap menatapku dengan tatapan tajam itu. Seolah menunjukkan rasa maafnya kepadaku."CIEE!" Kerumunan orang yang berteduh itu pun menyoraki kami. Membuatku jadi malu. Dengan cepat Dirga menarik tanganku, mengajakku berlari di dekat penjual telur gulung. "Pak, numpang sebentar ya," ucap Dirga sembari melipat payungnya. Sekarang, kami justru satu payung dengan penjual

  • Perjanjian Pernikahan Ketos & Cewek Bar-Bar   Soya

    Kami pulang. Padahal, itu adalah tiket yang menjadi salah satu alasanku bertahan hidup. Keindahan santorini, aku selalu membayangkannya dengan memakai pakaian biru yang menyegarkan. Tetapi, harapan itu hilang. Hilang begitu saja akibat Dirgantara yang memutuskan pulang dan menjenguk Soya. "Kalau bukan karena menghargai keinginan ayah, aku tidak akan sudi menjalani kehidupan seperti ini."***Aku tidak banyak tahu tentang Soya. Tapi, karena dari segi pandang keluargaku, aku telah menikah dengan Dirga. Aku pun merasa memiliki kewajiban untuk tahu sedikit demi sedikit tentang Dirga. Dan selama Dirga pulang menemui Soya, aku berusaha menutupi segala keburukan Dirga. Bukan, bukan karena aku mengamankan Dirga. Tetapi, aku mengamankan seluruh situasi. Meskipun hal yang kulakukan, membuatku tersiksa sendirian.[Lo kenal Soya? Boleh gue tau informasi tentang Soya?] Pesan itu pun terkirim. [Iya, gue kenal dekat sama Soya. Tapi, informasinya gak gratis ya.][Haha, lo mau berapa? Gue bisa kasih

  • Perjanjian Pernikahan Ketos & Cewek Bar-Bar   Burung Kolibri

    Jalanan malam yang dingin dan sunyi, tepatnya pukul 01.00 dini hari. Dirgantara mengendarai motor besarnya dengan memakai outfit serba hitam. Ia tidak sendirian, di jok belakang motornya ada Soya dengan outfit yang senada dengan Dirga. Mereka memiliki tinggi yang hampir sama. "Gue menepati janji untuk membawa lo keliling jalanan sunyi. Teriaklah sekencang mungkin sayang," ucap Dirga pada Soya. Dirga mengendarai motor di barisan paling depan. Di belakang mereka, ada 6 motor lainnya yang mengiringi Dirga. Terlihat seperti konvoi. Soya pun membentangkan kedua tangannya. Ia tersenyum dan teriak sekencang mungkin untuk melampiaskan beban yang selama ini ia tanggung di pundaknya. "Makasih Dirga. Berkat lo, gue merasa hidup!" Soya pun merangkul Dirga sekuat mungkin. "Gue sayang banget sama lo Dir," ucapnya. *** Di dalam kamar, aku menangis sejadi-jadinya. Hanya Dirga yang bisa membantuku untuk membatalkan pernikahan tak masuk akal ini. Berulang kali aku mencoba menghubungi Dirga, tapi

  • Perjanjian Pernikahan Ketos & Cewek Bar-Bar   Dirgantara

    Sesampainya di rumah, sambutan hangat dari MUA membuatku terkejut."Nona Alea akhirnya datang," ucapnya sembari menangkap kedua tanganku dan menggiringnya masuk ke ruang tamu. Tentu saja, aku masih bertanya-tanya. Sampai akhirnya aku meminta penjelasan pada MUA itu karena ayah dan bunda juga masih belum pulang dari kantor perusahaannya. Setelah ditelusuri, ternyata bunda yang memilihkan MUA itu. Ia ingin aku tampil maksimal di acara makan malam dengan rekan bisnis ayah. Padahal, sebelumnya tidak pernah begini. "Feminim banget bajunya, yang benar saja?" Aku melempar gaun merah panjang itu ke kasur. Buru-buru merogoh ponsel yang masih berada di dalam ransel sekolahku."Halo? Bun? Bunda yakin?" Tak perlu basa-basi lagi."Kenapa sayang?""Bunda tau Lea gak suka pakai dress, kenapa harus dress? Gak bisa pakai blouse atau sweater aja?" Sebisa mungkin aku berusaha untuk mengenakan pakaian yang nyaman dan santai. Bukan pakaian yang terlalu resmi seperti ini."Lea bisa nurut bunda gak? Nanti

  • Perjanjian Pernikahan Ketos & Cewek Bar-Bar   Alea Putri Sawan

    BRAKK"Auuu, Sialan!" Kotak bekalku melayang di udara. Sandwich itu bertebaran. Padahal, hampir satu jam aku menghiasnya. Kini, punggung seragam sekolahku basah. Jalan yang ku pijak ternyata berlubang dan berisi genangan air bercampur tanah."It's Okay Lea, ayo bangun!" ucapku sembari membersihkan kedua telapak tangan. Baru juga beranjak bangun, ada murid kurang ajar yang mengendarai motor berkecepatan tinggi melintas di sampingku. Motor itu melewati jalanan berlubang dan airnya mengenai sebagian wajahku. BYURSeketika, aku refleks memejamkan mata sembari menghela napas panjang. Begitulah hidupku. Sangat ceroboh dan sial dalam berbagai situasi. Padahal hari ini aku sedang mencoba beradaptasi dengan tempat baru. Usiaku 17 tahun, menduduki kelas 12 SMA. Telat memang, jika aku pindah sekolah di ujung kelas 12 seperti sekarang. Tetapi ayah dan bunda menyuruhku untuk pindah sekolah demi menghapus rekam jejak burukku di sekolahku yang sebelumnya. Alea Putri Sawan, itulah nama lengkapku

DMCA.com Protection Status