Share

Apakah Aku Mulai Menyukainya?

Penulis: Penulis Kaki Lima
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Anak tunggal yang selalu kesepian ini, ternyata bisa duduk dalam satu meja makan dengan kedua orang tua lengkap beserta satu keluarga baru. Ternyata, begini ya rasanya mendapatkan dukungan penuh? Ternyata, tidak seburuk apa yang ada di kepalaku.

Sekarang, ayah dan bunda sibuk mengupasi buah. Sementara Dirga mengemas kamarku dengan kecepatan super. Baru setelah semuanya selesai, kami makan bersama. Usai makan, bunda justru bertanya kepadaku,

"Jadi bagaimana? Apakah sudah mulai promil?"

Program hamil? haha, yang benar saja. Tidur satu ranjang saja tak pernah.

"Mohon maaf ayah, bunda, tetapi kami sudah sepakat untuk promil setelah lulus sekolah. Lagi pula, pernikahan ini kan diam-diam, teman-teman kami juga tidak ada yang tahu. Semua ini demi menjaga nama baik aku dan Alea juga," terang Dirga. Gaya bahasanya sungguh kalem dan santai, seolah membius ayah dan bunda agar setuju dengan pernyataan Dirga.

Seusai makan, ayah tampak bicara santai dengan Dirga di taman depan rumah. Aku menatapnya sembari melamun, sampai bunda menyadarkan lamunanku.

"Bagaimana kamu dengan Dirga? Sudah menemukan kecocokan?" tanya Bunda.

"Sudah," jawabku dengan tersenyum manis. Pasalnya, kejadian semalam membuatku merasa aman dan tenang saat berada di dekat Dirga. Ia rela menjemputku, kehujanan, dan membiarkanku tidur hangat di kamar tidur sementara ia sendiri hanya tidur di ruang tamu.

"Ayah dan Dirga sedang mendiskusikan mini projek yang rencananya akan dijalankan setelah kalian lulus SMA," terang Bunda.

Obrolan panjang itu pun akhirnya berakhir di hampir malam hari, tepatnya pukul 20.00 WIB. Bunda membawakan rendang yang bisa disimpan di kulkas dalam jangka waktu cukup panjang. Ayah juga membawakan kursi empuk ku yang biasanya ada di kamar. Katanya, jika aku rindu rumah, aku tinggal meringkuk di kursi itu sembari membayangkan rumah tempat tinggalku dulu. 

"Dir, lo mau gantian tidur di kamar? Biar gue yang tidur di sofa," terangku sembari mengusap rambut dengan handuk. Yap, aku baru selesai keramas setelah kegiatan panjang yang cukup menyenangkan tadi. Aku juga menatap Dirga, pria itu tampak rapi dengan setelan pakaian serba hitam.

"Lo tidur lagi aja di kamar," jawab Dirga. Ia mengambil helm. Dan aku pun spontan menghembuskan napas panjang.

"Lo mau ugal-ugalan lagi di jalan?"

"Gue capek Lea. Sejak kemarin gue udah nurunin ego buat lo kan? Jadi boleh kan kalau malem ini gue nurutin ego gue sendiri?"

Aku terdiam. Dia seperti bermuka dua. Sejenak baik, sejenak lagi menyebalkan. Sejenak tampak menyenangkan, sejenak lagi tampak merepotkan. 

"Kalau ada apa-apa di jalan, tanggung urusan lo sendiri ya," terangku.

Tentu saja aku tak mau menanggung permasalahannya jika terjadi apa-apa di jalan. Karena sudah beberapa kali aku memperingatinya untuk stop melakukan kegiatan tak jelas itu. Sayangnya, posisiku berada di awang-awang. Pernikahan kami hanyalah pernikahan kontrak. Dosa kami juga sepertinya akan terus mengalir selama kebohongan ini terus kami lakukan. 

"Besok kita masuk sekolah, jadi jangan pulang terlalu pagi," pintaku.

"Aku bisa mengurus diriku sendiri," jawab Dirga.

"Apa dia akan menemui Soya?" pikirku.

***

Di sekolah, Dirga dicegat oleh Soya. Aku melihatnya dari kejauhan karena kebetulan kelasku dekat dengan ruang osis. Soya tampak mendorong dada Dirga beberapa kali, membuat langkah kaki suami kontrakku ini mundur beberapa kali ke belakang.

"Lo kenapa sekarang jarang bales chat gue?"

"Lo udah gak sayang sama gue?"

"Semudah itu lo cuekin gue Dir?"

"Sttt, Soya, jaga nada bicaramu. Kita bicarakan baik-baik ya," pinta Dirga.

"Gak! Gue tau lo udah gak sayang sama gue kan? Hah? Siapa sih cewek baru lo sekarang?" tantang Soya.

Perempuan itu terlihat sangat antusias dengan Dirga, membuatku risih. Bagaimanapun juga, aku memiliki setitik rasa kesal jika Dirga diusik sejauh itu. Apa aku salah jika merasa kesal? Aku merasa, ada satu bagian dimana Dirga adalah orang yang memiliki arti untukku. Dan rasanya, jiwa gilaku mulai muncul. Pelan tapi pasti, Soya harus tau batasannya. 

Aku pun mulai mencari cara bagaimana caranya Dirga merasa bersalah dan menuruti permintaanku. Dengan cara itulah, aku bisa sedikit demi sedikit masuk dan memberikan permintaan-permintaan anehku pada Dirga. 

"Pokoknya malam ini gue mau tantrum," pikirku sembari menyeringai.

Sepulang sekolah, seperti biasanya, Dirga mandi dan menyiapkan menu makan sore. Sementara aku, sengaja masih mengenakan seragam sekolah, menolak ajakan makan, dan beralasan nyeri haid.

"Ya makanya lo makan Lea, kalau gak makan kondisi lo juga bakalan lama sembuhnya," jelas Dirga.

"LO TAU NYERI HAID GA SIH? GA BUTUH MAKAN, BUTUHNYA JALAN-JALAN!"

Dirga tampak keberatan dengan ajakanku. Dia menolak satu kali dengan alasan, dia tidak mau jalan-jalan. 

"Gue bilang ke ayah bunda aja. Biar mereka yang ngajak gue jalan-jalan." 

Aku mencoba meraih ponsel dan menghubungi ayah. Tetapi, ponsel itu langsung disaut oleh Dirga.

"Diem, ayo kita jalan-jalan," ujar Dirga. Secepat mungkin Dirga meraih kunci mobil. Dia menyuruhku untuk ganti baju lalu kami pun pergi jalan-jalan. 

Tujuan utama kami adalah mencari corndog beserta es krim. Dua jajanan itu adalah jajanan favoritku. 

"Kita gak pernah punya foto bersama, lo mau gak semisal ...," belum selesai bicara, Dirga sudah mengulurkan ponselnya.

"Senyumnya Lea," lirihnya. 

Manis? Benar, ini sungguh manis. Dia bisa menjaga perasaanku dengan cara unik. Dia mungkin temperamental, tetapi pada beberapa kesempatan, dia lebih dari bisa untuk mengontrol emosinya sendiri, ia bisa mengontrol egonya sendiri. 

"Hahaha, bulu hidung lo keluar," sindirku. 

"Ngaca dong, lubang hidung lo juga gede banget, ngabis-ngabisin oksigen aja," balas Dirga.

"Hahaha sialan," pekikku sembari menampar punggungnya sekencang mungkin.

Kami, mungkin sering bertengkar, tetapi kami juga sering tertawa bersama. Dirga baru tau tentang tempat ini. Dia adalah pria malas yang bahkan tak kenal dengan spot nongkrong baru. Banyak sekali siswa siswi di tempat ini, dan sialnya, ada Soya.

"Jadi ini?" tanya Soya. Dirga bahkan langsung berdiri.

"Lo sama anak baru ini?" desak Soya. Saking marahnya, Soya meninggalkan Dirga begitu saja. Sementara Dirga, pria itu memilih mengejar Soya. Tetapi aku tidak tinggal diam, aku menggenggam tangan Dirga dan memintanya untuk tidak pergi.

"Bisakah kamu tetap disini?" 

"Dia hidup sendirian, dia tidak punya siapa-siapa selain aku," terang Dirga.

 Pria itu menjatuhkan ice creamnya begitu saja, lalu pergi meninggalkanku. Padahal, meski keluargaku masih utuh, aku juga merasa butuh untuk ditemani, setidaknya diantarkan pulang.

Tetapi, itu hanyalah cerita yang terlalu sempurna untuk Dirga yang rasa sayangnya lebih besar kepada Soya dibandingkan kepadaku. Dan di malam yang dingin ini, malam yang kupikir akan habis dengan tawa menjadi malam yang sangat sunyi. Aku duduk sendirian di taxi. Sepintas melihat jendela kaca. Gerimis mulai turun, dan aku mengusap lenganku sendiri. Lamunanku bubar ketika dering telepon berbunyi. Rupanya dari Dirga.

"Aku tidak peduli apapun," ucapku sembari menghidupkan mode pesawat. Selain itu, aku juga sempat membuka galeri, melihat foto kami yang baru saja dipotret.

[DELETE]

Tanpa berpikir panjang, aku menghapus satu-satunya foto berdua kami di ponsel.  

[Lo bisa angkat telepon gue gak? Lo sekarang di mana Lea? Gue udah balik di lokasi terakhir kita ketemu]

Bab terkait

  • Perjanjian Pernikahan Ketos & Cewek Bar-Bar   Bukan Pasangan Sempurna

    Ku pikir, setelah kejadian kemarin, semuanya berubah menjadi baik-baik saja. Ku pikir, Dirga memang berubah semenjak kejadian yang membuatku kehujanan seolah tidak mempedulikan kesehatanku sendiri. Rupanya salah, bahkan ketika Dirga dipertemukan dengan Soya, imannya kembali goyah dan ia kembali menitikberatkan Soya. "Untuk apa aku menangisi pria gila itu? Sekarang, biarkan dia mencariku sampai ke manapun, aku akan pergi, aku tidak akan masuk ke sekolah, dan aku akan menghilang dari pandangannya sampai dia benar-benar menemukanku." Tekat ini sudah bulat. Pria itu tidak akan pernah menghargai keberadaan seseorang sebelum ia kehilangan seseorang itu. Dan jika kelak Dirga memang sudah tidak mempedulikanku, aku rasa, aku siap jika sewaktu-waktu pernikahan kontrak kami ini bocor ke keluarga besar kami. ***Keesokan harinya, di sekolah, Dirga mencari namaku. Ia pergi ke kelas hanya untuk mencari keberadaanku. Tetapi nihil, aku tidak ditemukan di sudut kelas manapun. Beberapa temanku berta

  • Perjanjian Pernikahan Ketos & Cewek Bar-Bar   Salah Tingkah

    Untuk pertama kalinya, pria itu mengecupku. Untuk pertama kalinya juga, jantungku berdegup kencang. Rasanya seperti, hal menyenangkan yang tak dapat ku definisikan lagi. "Em, Ma-Maaf, aku lancang dan melanggar kontrak ya." Dirga langsung menarik mulutnya dari keningku. Ia juga cepat-cepat bangun dan merapikan posisinya. Sementara aku, masih tergeletak di lantai, diam, dan memastikan penyebab jantungku berdegup kencang. "Kenapa jantungku berdegup kencang?" lirihku yang ternyata terdengar sampai ke telinga Dirga."Aku juga," jawabnya.Kami berdua pun kembali saling menatap, rasanya aneh dan sangat tidak mengenakkan. Aku tidak terbiasa dengan situasi yang seperti ini. Akhirnya, aku pun mencoba kabur dan pergi masuk ke dalam villa. Sayangnya, kakiku justru kepleset dan aku kembali terjatuh. Kali ini, Dirga tidak menolongku. Tidak seperti kebanyakan drama dimana si cowok akan menangkap wanitanya."Hahaha." Aku tidak peduli jika Dirga tertawa puas. Maluku sudah sampai di ubun-ubun, j

  • Perjanjian Pernikahan Ketos & Cewek Bar-Bar   Alea Putri Sawan

    BRAKK"Auuu, Sialan!" Kotak bekalku melayang di udara. Sandwich itu bertebaran. Padahal, hampir satu jam aku menghiasnya. Kini, punggung seragam sekolahku basah. Jalan yang ku pijak ternyata berlubang dan berisi genangan air bercampur tanah."It's Okay Lea, ayo bangun!" ucapku sembari membersihkan kedua telapak tangan. Baru juga beranjak bangun, ada murid kurang ajar yang mengendarai motor berkecepatan tinggi melintas di sampingku. Motor itu melewati jalanan berlubang dan airnya mengenai sebagian wajahku. BYURSeketika, aku refleks memejamkan mata sembari menghela napas panjang. Begitulah hidupku. Sangat ceroboh dan sial dalam berbagai situasi. Padahal hari ini aku sedang mencoba beradaptasi dengan tempat baru. Usiaku 17 tahun, menduduki kelas 12 SMA. Telat memang, jika aku pindah sekolah di ujung kelas 12 seperti sekarang. Tetapi ayah dan bunda menyuruhku untuk pindah sekolah demi menghapus rekam jejak burukku di sekolahku yang sebelumnya. Alea Putri Sawan, itulah nama lengkapku

  • Perjanjian Pernikahan Ketos & Cewek Bar-Bar   Dirgantara

    Sesampainya di rumah, sambutan hangat dari MUA membuatku terkejut."Nona Alea akhirnya datang," ucapnya sembari menangkap kedua tanganku dan menggiringnya masuk ke ruang tamu. Tentu saja, aku masih bertanya-tanya. Sampai akhirnya aku meminta penjelasan pada MUA itu karena ayah dan bunda juga masih belum pulang dari kantor perusahaannya. Setelah ditelusuri, ternyata bunda yang memilihkan MUA itu. Ia ingin aku tampil maksimal di acara makan malam dengan rekan bisnis ayah. Padahal, sebelumnya tidak pernah begini. "Feminim banget bajunya, yang benar saja?" Aku melempar gaun merah panjang itu ke kasur. Buru-buru merogoh ponsel yang masih berada di dalam ransel sekolahku."Halo? Bun? Bunda yakin?" Tak perlu basa-basi lagi."Kenapa sayang?""Bunda tau Lea gak suka pakai dress, kenapa harus dress? Gak bisa pakai blouse atau sweater aja?" Sebisa mungkin aku berusaha untuk mengenakan pakaian yang nyaman dan santai. Bukan pakaian yang terlalu resmi seperti ini."Lea bisa nurut bunda gak? Nanti

  • Perjanjian Pernikahan Ketos & Cewek Bar-Bar   Burung Kolibri

    Jalanan malam yang dingin dan sunyi, tepatnya pukul 01.00 dini hari. Dirgantara mengendarai motor besarnya dengan memakai outfit serba hitam. Ia tidak sendirian, di jok belakang motornya ada Soya dengan outfit yang senada dengan Dirga. Mereka memiliki tinggi yang hampir sama. "Gue menepati janji untuk membawa lo keliling jalanan sunyi. Teriaklah sekencang mungkin sayang," ucap Dirga pada Soya. Dirga mengendarai motor di barisan paling depan. Di belakang mereka, ada 6 motor lainnya yang mengiringi Dirga. Terlihat seperti konvoi. Soya pun membentangkan kedua tangannya. Ia tersenyum dan teriak sekencang mungkin untuk melampiaskan beban yang selama ini ia tanggung di pundaknya. "Makasih Dirga. Berkat lo, gue merasa hidup!" Soya pun merangkul Dirga sekuat mungkin. "Gue sayang banget sama lo Dir," ucapnya. *** Di dalam kamar, aku menangis sejadi-jadinya. Hanya Dirga yang bisa membantuku untuk membatalkan pernikahan tak masuk akal ini. Berulang kali aku mencoba menghubungi Dirga, tapi

  • Perjanjian Pernikahan Ketos & Cewek Bar-Bar   Soya

    Kami pulang. Padahal, itu adalah tiket yang menjadi salah satu alasanku bertahan hidup. Keindahan santorini, aku selalu membayangkannya dengan memakai pakaian biru yang menyegarkan. Tetapi, harapan itu hilang. Hilang begitu saja akibat Dirgantara yang memutuskan pulang dan menjenguk Soya. "Kalau bukan karena menghargai keinginan ayah, aku tidak akan sudi menjalani kehidupan seperti ini."***Aku tidak banyak tahu tentang Soya. Tapi, karena dari segi pandang keluargaku, aku telah menikah dengan Dirga. Aku pun merasa memiliki kewajiban untuk tahu sedikit demi sedikit tentang Dirga. Dan selama Dirga pulang menemui Soya, aku berusaha menutupi segala keburukan Dirga. Bukan, bukan karena aku mengamankan Dirga. Tetapi, aku mengamankan seluruh situasi. Meskipun hal yang kulakukan, membuatku tersiksa sendirian.[Lo kenal Soya? Boleh gue tau informasi tentang Soya?] Pesan itu pun terkirim. [Iya, gue kenal dekat sama Soya. Tapi, informasinya gak gratis ya.][Haha, lo mau berapa? Gue bisa kasih

  • Perjanjian Pernikahan Ketos & Cewek Bar-Bar   Dia, Menghargai Hal-Hal Kecil

    Pria yang kupikir akan bodo amat itu, ternyata mendatangiku. Dia mengikutiku tanpa teriak memintaku untuk berhenti. Dia juga membawakan payung. Dia juga rela tubuhnya basah demi menjaga agar tubuhku tidak terpapar air hujan. Aku pun terdiam. Dirga, sungguh membuatku bingung. "Kenapa masih mempedulikanku?""Maaf," lirihnya. Tatapannya tajam dan dalam. Sementara tanganku, tanpa sadar mulai menarik pergelangan tangan Dirga. Rasanya, aku tak ingin pria dihadapanku merasakan dinginnya air hujan di malam hari. Kali ini, Dirga tak menolak. Ia pasrah saat tubuhnya semakin dekat denganku dan kami pun berada dalam satu payung. Ia tetap menatapku dengan tatapan tajam itu. Seolah menunjukkan rasa maafnya kepadaku."CIEE!" Kerumunan orang yang berteduh itu pun menyoraki kami. Membuatku jadi malu. Dengan cepat Dirga menarik tanganku, mengajakku berlari di dekat penjual telur gulung. "Pak, numpang sebentar ya," ucap Dirga sembari melipat payungnya. Sekarang, kami justru satu payung dengan penjual

Bab terbaru

  • Perjanjian Pernikahan Ketos & Cewek Bar-Bar   Salah Tingkah

    Untuk pertama kalinya, pria itu mengecupku. Untuk pertama kalinya juga, jantungku berdegup kencang. Rasanya seperti, hal menyenangkan yang tak dapat ku definisikan lagi. "Em, Ma-Maaf, aku lancang dan melanggar kontrak ya." Dirga langsung menarik mulutnya dari keningku. Ia juga cepat-cepat bangun dan merapikan posisinya. Sementara aku, masih tergeletak di lantai, diam, dan memastikan penyebab jantungku berdegup kencang. "Kenapa jantungku berdegup kencang?" lirihku yang ternyata terdengar sampai ke telinga Dirga."Aku juga," jawabnya.Kami berdua pun kembali saling menatap, rasanya aneh dan sangat tidak mengenakkan. Aku tidak terbiasa dengan situasi yang seperti ini. Akhirnya, aku pun mencoba kabur dan pergi masuk ke dalam villa. Sayangnya, kakiku justru kepleset dan aku kembali terjatuh. Kali ini, Dirga tidak menolongku. Tidak seperti kebanyakan drama dimana si cowok akan menangkap wanitanya."Hahaha." Aku tidak peduli jika Dirga tertawa puas. Maluku sudah sampai di ubun-ubun, j

  • Perjanjian Pernikahan Ketos & Cewek Bar-Bar   Bukan Pasangan Sempurna

    Ku pikir, setelah kejadian kemarin, semuanya berubah menjadi baik-baik saja. Ku pikir, Dirga memang berubah semenjak kejadian yang membuatku kehujanan seolah tidak mempedulikan kesehatanku sendiri. Rupanya salah, bahkan ketika Dirga dipertemukan dengan Soya, imannya kembali goyah dan ia kembali menitikberatkan Soya. "Untuk apa aku menangisi pria gila itu? Sekarang, biarkan dia mencariku sampai ke manapun, aku akan pergi, aku tidak akan masuk ke sekolah, dan aku akan menghilang dari pandangannya sampai dia benar-benar menemukanku." Tekat ini sudah bulat. Pria itu tidak akan pernah menghargai keberadaan seseorang sebelum ia kehilangan seseorang itu. Dan jika kelak Dirga memang sudah tidak mempedulikanku, aku rasa, aku siap jika sewaktu-waktu pernikahan kontrak kami ini bocor ke keluarga besar kami. ***Keesokan harinya, di sekolah, Dirga mencari namaku. Ia pergi ke kelas hanya untuk mencari keberadaanku. Tetapi nihil, aku tidak ditemukan di sudut kelas manapun. Beberapa temanku berta

  • Perjanjian Pernikahan Ketos & Cewek Bar-Bar   Apakah Aku Mulai Menyukainya?

    Anak tunggal yang selalu kesepian ini, ternyata bisa duduk dalam satu meja makan dengan kedua orang tua lengkap beserta satu keluarga baru. Ternyata, begini ya rasanya mendapatkan dukungan penuh? Ternyata, tidak seburuk apa yang ada di kepalaku. Sekarang, ayah dan bunda sibuk mengupasi buah. Sementara Dirga mengemas kamarku dengan kecepatan super. Baru setelah semuanya selesai, kami makan bersama. Usai makan, bunda justru bertanya kepadaku, "Jadi bagaimana? Apakah sudah mulai promil?" Program hamil? haha, yang benar saja. Tidur satu ranjang saja tak pernah. "Mohon maaf ayah, bunda, tetapi kami sudah sepakat untuk promil setelah lulus sekolah. Lagi pula, pernikahan ini kan diam-diam, teman-teman kami juga tidak ada yang tahu. Semua ini demi menjaga nama baik aku dan Alea juga," terang Dirga. Gaya bahasanya sungguh kalem dan santai, seolah membius ayah dan bunda agar setuju dengan pernyataan Dirga.Seusai makan, ayah tampak bicara santai dengan Dirga di taman depan rumah. Aku menat

  • Perjanjian Pernikahan Ketos & Cewek Bar-Bar   Dia, Menghargai Hal-Hal Kecil

    Pria yang kupikir akan bodo amat itu, ternyata mendatangiku. Dia mengikutiku tanpa teriak memintaku untuk berhenti. Dia juga membawakan payung. Dia juga rela tubuhnya basah demi menjaga agar tubuhku tidak terpapar air hujan. Aku pun terdiam. Dirga, sungguh membuatku bingung. "Kenapa masih mempedulikanku?""Maaf," lirihnya. Tatapannya tajam dan dalam. Sementara tanganku, tanpa sadar mulai menarik pergelangan tangan Dirga. Rasanya, aku tak ingin pria dihadapanku merasakan dinginnya air hujan di malam hari. Kali ini, Dirga tak menolak. Ia pasrah saat tubuhnya semakin dekat denganku dan kami pun berada dalam satu payung. Ia tetap menatapku dengan tatapan tajam itu. Seolah menunjukkan rasa maafnya kepadaku."CIEE!" Kerumunan orang yang berteduh itu pun menyoraki kami. Membuatku jadi malu. Dengan cepat Dirga menarik tanganku, mengajakku berlari di dekat penjual telur gulung. "Pak, numpang sebentar ya," ucap Dirga sembari melipat payungnya. Sekarang, kami justru satu payung dengan penjual

  • Perjanjian Pernikahan Ketos & Cewek Bar-Bar   Soya

    Kami pulang. Padahal, itu adalah tiket yang menjadi salah satu alasanku bertahan hidup. Keindahan santorini, aku selalu membayangkannya dengan memakai pakaian biru yang menyegarkan. Tetapi, harapan itu hilang. Hilang begitu saja akibat Dirgantara yang memutuskan pulang dan menjenguk Soya. "Kalau bukan karena menghargai keinginan ayah, aku tidak akan sudi menjalani kehidupan seperti ini."***Aku tidak banyak tahu tentang Soya. Tapi, karena dari segi pandang keluargaku, aku telah menikah dengan Dirga. Aku pun merasa memiliki kewajiban untuk tahu sedikit demi sedikit tentang Dirga. Dan selama Dirga pulang menemui Soya, aku berusaha menutupi segala keburukan Dirga. Bukan, bukan karena aku mengamankan Dirga. Tetapi, aku mengamankan seluruh situasi. Meskipun hal yang kulakukan, membuatku tersiksa sendirian.[Lo kenal Soya? Boleh gue tau informasi tentang Soya?] Pesan itu pun terkirim. [Iya, gue kenal dekat sama Soya. Tapi, informasinya gak gratis ya.][Haha, lo mau berapa? Gue bisa kasih

  • Perjanjian Pernikahan Ketos & Cewek Bar-Bar   Burung Kolibri

    Jalanan malam yang dingin dan sunyi, tepatnya pukul 01.00 dini hari. Dirgantara mengendarai motor besarnya dengan memakai outfit serba hitam. Ia tidak sendirian, di jok belakang motornya ada Soya dengan outfit yang senada dengan Dirga. Mereka memiliki tinggi yang hampir sama. "Gue menepati janji untuk membawa lo keliling jalanan sunyi. Teriaklah sekencang mungkin sayang," ucap Dirga pada Soya. Dirga mengendarai motor di barisan paling depan. Di belakang mereka, ada 6 motor lainnya yang mengiringi Dirga. Terlihat seperti konvoi. Soya pun membentangkan kedua tangannya. Ia tersenyum dan teriak sekencang mungkin untuk melampiaskan beban yang selama ini ia tanggung di pundaknya. "Makasih Dirga. Berkat lo, gue merasa hidup!" Soya pun merangkul Dirga sekuat mungkin. "Gue sayang banget sama lo Dir," ucapnya. *** Di dalam kamar, aku menangis sejadi-jadinya. Hanya Dirga yang bisa membantuku untuk membatalkan pernikahan tak masuk akal ini. Berulang kali aku mencoba menghubungi Dirga, tapi

  • Perjanjian Pernikahan Ketos & Cewek Bar-Bar   Dirgantara

    Sesampainya di rumah, sambutan hangat dari MUA membuatku terkejut."Nona Alea akhirnya datang," ucapnya sembari menangkap kedua tanganku dan menggiringnya masuk ke ruang tamu. Tentu saja, aku masih bertanya-tanya. Sampai akhirnya aku meminta penjelasan pada MUA itu karena ayah dan bunda juga masih belum pulang dari kantor perusahaannya. Setelah ditelusuri, ternyata bunda yang memilihkan MUA itu. Ia ingin aku tampil maksimal di acara makan malam dengan rekan bisnis ayah. Padahal, sebelumnya tidak pernah begini. "Feminim banget bajunya, yang benar saja?" Aku melempar gaun merah panjang itu ke kasur. Buru-buru merogoh ponsel yang masih berada di dalam ransel sekolahku."Halo? Bun? Bunda yakin?" Tak perlu basa-basi lagi."Kenapa sayang?""Bunda tau Lea gak suka pakai dress, kenapa harus dress? Gak bisa pakai blouse atau sweater aja?" Sebisa mungkin aku berusaha untuk mengenakan pakaian yang nyaman dan santai. Bukan pakaian yang terlalu resmi seperti ini."Lea bisa nurut bunda gak? Nanti

  • Perjanjian Pernikahan Ketos & Cewek Bar-Bar   Alea Putri Sawan

    BRAKK"Auuu, Sialan!" Kotak bekalku melayang di udara. Sandwich itu bertebaran. Padahal, hampir satu jam aku menghiasnya. Kini, punggung seragam sekolahku basah. Jalan yang ku pijak ternyata berlubang dan berisi genangan air bercampur tanah."It's Okay Lea, ayo bangun!" ucapku sembari membersihkan kedua telapak tangan. Baru juga beranjak bangun, ada murid kurang ajar yang mengendarai motor berkecepatan tinggi melintas di sampingku. Motor itu melewati jalanan berlubang dan airnya mengenai sebagian wajahku. BYURSeketika, aku refleks memejamkan mata sembari menghela napas panjang. Begitulah hidupku. Sangat ceroboh dan sial dalam berbagai situasi. Padahal hari ini aku sedang mencoba beradaptasi dengan tempat baru. Usiaku 17 tahun, menduduki kelas 12 SMA. Telat memang, jika aku pindah sekolah di ujung kelas 12 seperti sekarang. Tetapi ayah dan bunda menyuruhku untuk pindah sekolah demi menghapus rekam jejak burukku di sekolahku yang sebelumnya. Alea Putri Sawan, itulah nama lengkapku

DMCA.com Protection Status