Share

Soya

Penulis: Penulis Kaki Lima
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Kami pulang. Padahal, itu adalah tiket yang menjadi salah satu alasanku bertahan hidup. Keindahan santorini, aku selalu membayangkannya dengan memakai pakaian biru yang menyegarkan. Tetapi, harapan itu hilang. Hilang begitu saja akibat Dirgantara yang memutuskan pulang dan menjenguk Soya. 

"Kalau bukan karena menghargai keinginan ayah, aku tidak akan sudi menjalani kehidupan seperti ini."

***

Aku tidak banyak tahu tentang Soya. Tapi, karena dari segi pandang keluargaku, aku telah menikah dengan Dirga. Aku pun merasa memiliki kewajiban untuk tahu sedikit demi sedikit tentang Dirga. Dan selama Dirga pulang menemui Soya, aku berusaha menutupi segala keburukan Dirga. Bukan, bukan karena aku mengamankan Dirga. Tetapi, aku mengamankan seluruh situasi. Meskipun hal yang kulakukan, membuatku tersiksa sendirian.

[Lo kenal Soya? Boleh gue tau informasi tentang Soya?] Pesan itu pun terkirim. 

[Iya, gue kenal dekat sama Soya. Tapi, informasinya gak gratis ya.]

[Haha, lo mau berapa? Gue bisa kasih lo 10 juta, tapi gue butuh informasi selengkap mungkin] Pesan terkirim untuk Elyn.

Elyn adalah mata-mata di kalangan anak muda. Dia adalah gudangnya informasi. Aku mengenalnya karena aku terbiasa melakukan tindak kelicikan seperti ini. Di sekolahku sebelumnya, saat ada orang yang tidak ku sukai atau orang yang menurutku mencari masalah denganku, aku akan lebih dulu menyuruh orang untuk menggali segala informasi tentangnya. Jadi, mereka tidak bisa berkutik lagi.

[Oke. Jam 7 malam di Cafe tujuh satu]

Mengeluarkan uang sebanyak itu tidak pernah menjadi beban bagiku. Terlebih, setiap bulannya, dana 80 juta selalu masuk ke rekening dan setelah aku menikah, pemasukannya menjadi dua kali lipat, yaitu 160 juta. 

Kami pun tiba di cafe. Dan sesuai dengan kesepakatan, aku memberikan 10 juta dengan ganti segala informasi tentang Soya. Dan informasi itu, sungguh membuatku terkejut.

Dirga, menyukai Soya. Begitu pula sebaliknya. Tetapi, mereka tetap berada di zona teman dengan janji bahwa Dirga akan membahagiakan Soya, apapun caranya. 

"Soya itu anak tunggal dan dia yatim piatu," jelas Elyn.

"Dia sangat mandiri dan tidak kekanak-kanakan," imbuhnya.

Sampai sini saja, aku sudah kalah. 

"Dan Dirga memiliki janji untuk menikahi Soya."

"UHUK" aku tersedak. 

"Menikah?" tanyaku memastikan.

"Iya. Setelah lulus nanti," ucap Elyn.

Semenjak pertemuanku dengan Elyn, aku merasa hidupku berubah. Alea yang ceria itu, tertutup dengan Alea yang banyak diam. Diam karena kepalaku begitu riuh. Dirga lepas tangan saat kami gagal bulan madu ke Santorini dan aku lah yang pada akhirnya mengatakan pada keluarga besar bahwa batalnya kami ke Santorini, atas dasar kesepakatan kedua belah pihak.  

***

Sekolah, setelah libur semester.

Aku berjalan menuju lorong kelasku. Pada akhirnya, sampai juga di kelas 12. Semua temanku pada saling menyapa, mereka dengan asik menceritakan kegiatan seru selama libur semester. Tetapi aku? Aku memasang sikap cuek dengan asik menggambar dan mendengarkan lagu di kursi paling belakang. 

"Lea, lo liburan ke mana?" tanya Brian.

Aku mendengarnya, tapi pura-pura tidak mendengar.

"Dih, sombong banget anak baru!" Brian mencoba mengusik kuasku dan itu membuat emosiku melonjak. 

"Lo kenapa sih?" ujarku sembari menggebrak meja. Hal ini membuat seisi kelas menatapku. Sayangnya, aku baru tau kalau Brian sudah memiliki kekasih. Kekasihnya merupakan wakil ketua osis, namanya Siska. Dia tak terima dengan perlakuanku. Dan pada akhirnya kami pun ribut.

Entah bagaimana ceritanya, Dirga datang dan melerai kami. Dia menggandeng tanganku, mengajakku lari menjauh dari Siska dan seluruh murid lainnya.

"Lepas!" ujarku sembari menarik paksa tanganku dari genggaman Dirga. Posisi kami berada di halaman belakang sekolah. Ada lapangan besar yang kosong di sana.

"Lo kekanak-kanakan banget sih," keluh Dirga. 

"Lo gak bisa dewasa dikit hah?" imbuhnya.

Emosiku semakin memuncak dan dari situlah ucapan talak keluar dari mulutku.

"Dirga, gue gak tahan lagi sama lo. Gue gak peduli lagi sama siapapun itu, termasuk gimana masa depan ayah gue setelah tau kalau gue mau cerai dari lo. Yang jelas, gue mau cerai. Cerai, titik!" tegasku.

Aku menangis sejadi-jadinya. Ternyata, mentalku tak sekuat itu untuk menghadapi hal yang tak ku sukai. Aku tidak bisa memaksakan baik-baik saja disaat semuanya memang sedang tidak baik-baik saja. 

"Ayah lo bisa kena stroke Lea, lo mau? Ini bukan gue yang egois, gue juga gak mau nikah sama lo!"

"Jadi ayo, CERAI!" tegasku.

Dirga terdiam. Napasnya terlihat panjang dan dalam. 

"Gue gak mau Dirga. Gue gak mau hidup pura-pura bahagia. Lo gak pernah bikin gue bahagia. Lo selalu mentingin Soya di atas kepentingan pernikahan kita. Bukannya gue cemburu, tapi gue juga punya perasaan, gue juga bisa ngerasain sakit pas lo nyepelein apapun tentang gue," terangku.

Perasaan yang ku pendam itu, pada akhirnya meluap juga dan membuat Dirga diam. Ia tak bisa membalas rengekanku, ia juga tidak bisa memojokkanku. Barangkali, Dirga baru sadar betapa susahnya aku bertahan selama ini. Tapi yang jelas, aku hanya ingin membuka mata hati Dirga, bahwa dalam kasus ini, bukan hanya hubungan Dirga dan Soya yang perlu dijaga, tetapi juga perasaanku. Aku ingin menegaskan sekali lagi pada Dirga, bahwa aku juga memiliki perasaan, aku juga bisa merasakan sakit.

"Kenapa? Gak bisa jawab kan?" desakku.

"Jadi, selesaikan saja. Gue udah gak peduli apapun!"

Aku pergi. Kali ini benar-benar pergi. Bahkan, keluargaku pun tak tau ke mana aku pergi. Ponsel yang daya baterainya masih tersisa 45% sengaja ku nonaktifkan agar siapapun tak bisa menghubungiku. 

Padahal, aku juga tidak tau mau pergi ke mana. Berbekal uang dan kartu ATM, aku nekat naik angkutan umum untuk pertama kalinya dengan seragam sekolah. 

"Kak, mau tujuan ke mana?"

"Tempat yang sunyi dan sepi, kira-kira di mana ya?" tanyaku pada supir angkutan umum. Tapi, dia tampak takut dengan pertanyaanku. Dia menyarankanku untuk tidak usah memiliki pikiran yang aneh-aneh. Dan aku diturunkan di tempat yang ramai. 

"Kalau malam hari ada festival. Ramai banget kak," jelas sang supir.

Aku pun turun dan menerima saran sang supir angkutan umum tadi. Menunggu sampai gelap. Dan benar saja, ada festival malam yang tampaknya seru. Banyak lampu dengan nuansa remang-remang. Ada banyak wahana dan juga jajanan. Aku mematung di tengah keramaian dan melihat orang lalu lalang dengan kegiatan mereka masing-masing. Ada yang tertawa, ada yang anaknya merengek minta mainan, dan masih banyak lagi. Sampai tak sadar, hujan turun, semuanya berteduh kecuali aku. Semua meneriaki ku untuk berteduh, tapi aku tetap diam mematung. Membiarkan air hujan menyerangku yang menyerah dengan keadaan ini.

Sampai akhirnya, ada satu payung yang diulurkan tepat di atas kepalaku. 

Aku pun menoleh, menatap sosok lelaki yang mulai basah kena air hujan.

"Jangan begini lagi," ujarnya. 

Bab terkait

  • Perjanjian Pernikahan Ketos & Cewek Bar-Bar   Dia, Menghargai Hal-Hal Kecil

    Pria yang kupikir akan bodo amat itu, ternyata mendatangiku. Dia mengikutiku tanpa teriak memintaku untuk berhenti. Dia juga membawakan payung. Dia juga rela tubuhnya basah demi menjaga agar tubuhku tidak terpapar air hujan. Aku pun terdiam. Dirga, sungguh membuatku bingung. "Kenapa masih mempedulikanku?""Maaf," lirihnya. Tatapannya tajam dan dalam. Sementara tanganku, tanpa sadar mulai menarik pergelangan tangan Dirga. Rasanya, aku tak ingin pria dihadapanku merasakan dinginnya air hujan di malam hari. Kali ini, Dirga tak menolak. Ia pasrah saat tubuhnya semakin dekat denganku dan kami pun berada dalam satu payung. Ia tetap menatapku dengan tatapan tajam itu. Seolah menunjukkan rasa maafnya kepadaku."CIEE!" Kerumunan orang yang berteduh itu pun menyoraki kami. Membuatku jadi malu. Dengan cepat Dirga menarik tanganku, mengajakku berlari di dekat penjual telur gulung. "Pak, numpang sebentar ya," ucap Dirga sembari melipat payungnya. Sekarang, kami justru satu payung dengan penjual

  • Perjanjian Pernikahan Ketos & Cewek Bar-Bar   Apakah Aku Mulai Menyukainya?

    Anak tunggal yang selalu kesepian ini, ternyata bisa duduk dalam satu meja makan dengan kedua orang tua lengkap beserta satu keluarga baru. Ternyata, begini ya rasanya mendapatkan dukungan penuh? Ternyata, tidak seburuk apa yang ada di kepalaku. Sekarang, ayah dan bunda sibuk mengupasi buah. Sementara Dirga mengemas kamarku dengan kecepatan super. Baru setelah semuanya selesai, kami makan bersama. Usai makan, bunda justru bertanya kepadaku, "Jadi bagaimana? Apakah sudah mulai promil?" Program hamil? haha, yang benar saja. Tidur satu ranjang saja tak pernah. "Mohon maaf ayah, bunda, tetapi kami sudah sepakat untuk promil setelah lulus sekolah. Lagi pula, pernikahan ini kan diam-diam, teman-teman kami juga tidak ada yang tahu. Semua ini demi menjaga nama baik aku dan Alea juga," terang Dirga. Gaya bahasanya sungguh kalem dan santai, seolah membius ayah dan bunda agar setuju dengan pernyataan Dirga.Seusai makan, ayah tampak bicara santai dengan Dirga di taman depan rumah. Aku menat

  • Perjanjian Pernikahan Ketos & Cewek Bar-Bar   Bukan Pasangan Sempurna

    Ku pikir, setelah kejadian kemarin, semuanya berubah menjadi baik-baik saja. Ku pikir, Dirga memang berubah semenjak kejadian yang membuatku kehujanan seolah tidak mempedulikan kesehatanku sendiri. Rupanya salah, bahkan ketika Dirga dipertemukan dengan Soya, imannya kembali goyah dan ia kembali menitikberatkan Soya. "Untuk apa aku menangisi pria gila itu? Sekarang, biarkan dia mencariku sampai ke manapun, aku akan pergi, aku tidak akan masuk ke sekolah, dan aku akan menghilang dari pandangannya sampai dia benar-benar menemukanku." Tekat ini sudah bulat. Pria itu tidak akan pernah menghargai keberadaan seseorang sebelum ia kehilangan seseorang itu. Dan jika kelak Dirga memang sudah tidak mempedulikanku, aku rasa, aku siap jika sewaktu-waktu pernikahan kontrak kami ini bocor ke keluarga besar kami. ***Keesokan harinya, di sekolah, Dirga mencari namaku. Ia pergi ke kelas hanya untuk mencari keberadaanku. Tetapi nihil, aku tidak ditemukan di sudut kelas manapun. Beberapa temanku berta

  • Perjanjian Pernikahan Ketos & Cewek Bar-Bar   Salah Tingkah

    Untuk pertama kalinya, pria itu mengecupku. Untuk pertama kalinya juga, jantungku berdegup kencang. Rasanya seperti, hal menyenangkan yang tak dapat ku definisikan lagi. "Em, Ma-Maaf, aku lancang dan melanggar kontrak ya." Dirga langsung menarik mulutnya dari keningku. Ia juga cepat-cepat bangun dan merapikan posisinya. Sementara aku, masih tergeletak di lantai, diam, dan memastikan penyebab jantungku berdegup kencang. "Kenapa jantungku berdegup kencang?" lirihku yang ternyata terdengar sampai ke telinga Dirga."Aku juga," jawabnya.Kami berdua pun kembali saling menatap, rasanya aneh dan sangat tidak mengenakkan. Aku tidak terbiasa dengan situasi yang seperti ini. Akhirnya, aku pun mencoba kabur dan pergi masuk ke dalam villa. Sayangnya, kakiku justru kepleset dan aku kembali terjatuh. Kali ini, Dirga tidak menolongku. Tidak seperti kebanyakan drama dimana si cowok akan menangkap wanitanya."Hahaha." Aku tidak peduli jika Dirga tertawa puas. Maluku sudah sampai di ubun-ubun, j

  • Perjanjian Pernikahan Ketos & Cewek Bar-Bar   Alea Putri Sawan

    BRAKK"Auuu, Sialan!" Kotak bekalku melayang di udara. Sandwich itu bertebaran. Padahal, hampir satu jam aku menghiasnya. Kini, punggung seragam sekolahku basah. Jalan yang ku pijak ternyata berlubang dan berisi genangan air bercampur tanah."It's Okay Lea, ayo bangun!" ucapku sembari membersihkan kedua telapak tangan. Baru juga beranjak bangun, ada murid kurang ajar yang mengendarai motor berkecepatan tinggi melintas di sampingku. Motor itu melewati jalanan berlubang dan airnya mengenai sebagian wajahku. BYURSeketika, aku refleks memejamkan mata sembari menghela napas panjang. Begitulah hidupku. Sangat ceroboh dan sial dalam berbagai situasi. Padahal hari ini aku sedang mencoba beradaptasi dengan tempat baru. Usiaku 17 tahun, menduduki kelas 12 SMA. Telat memang, jika aku pindah sekolah di ujung kelas 12 seperti sekarang. Tetapi ayah dan bunda menyuruhku untuk pindah sekolah demi menghapus rekam jejak burukku di sekolahku yang sebelumnya. Alea Putri Sawan, itulah nama lengkapku

  • Perjanjian Pernikahan Ketos & Cewek Bar-Bar   Dirgantara

    Sesampainya di rumah, sambutan hangat dari MUA membuatku terkejut."Nona Alea akhirnya datang," ucapnya sembari menangkap kedua tanganku dan menggiringnya masuk ke ruang tamu. Tentu saja, aku masih bertanya-tanya. Sampai akhirnya aku meminta penjelasan pada MUA itu karena ayah dan bunda juga masih belum pulang dari kantor perusahaannya. Setelah ditelusuri, ternyata bunda yang memilihkan MUA itu. Ia ingin aku tampil maksimal di acara makan malam dengan rekan bisnis ayah. Padahal, sebelumnya tidak pernah begini. "Feminim banget bajunya, yang benar saja?" Aku melempar gaun merah panjang itu ke kasur. Buru-buru merogoh ponsel yang masih berada di dalam ransel sekolahku."Halo? Bun? Bunda yakin?" Tak perlu basa-basi lagi."Kenapa sayang?""Bunda tau Lea gak suka pakai dress, kenapa harus dress? Gak bisa pakai blouse atau sweater aja?" Sebisa mungkin aku berusaha untuk mengenakan pakaian yang nyaman dan santai. Bukan pakaian yang terlalu resmi seperti ini."Lea bisa nurut bunda gak? Nanti

  • Perjanjian Pernikahan Ketos & Cewek Bar-Bar   Burung Kolibri

    Jalanan malam yang dingin dan sunyi, tepatnya pukul 01.00 dini hari. Dirgantara mengendarai motor besarnya dengan memakai outfit serba hitam. Ia tidak sendirian, di jok belakang motornya ada Soya dengan outfit yang senada dengan Dirga. Mereka memiliki tinggi yang hampir sama. "Gue menepati janji untuk membawa lo keliling jalanan sunyi. Teriaklah sekencang mungkin sayang," ucap Dirga pada Soya. Dirga mengendarai motor di barisan paling depan. Di belakang mereka, ada 6 motor lainnya yang mengiringi Dirga. Terlihat seperti konvoi. Soya pun membentangkan kedua tangannya. Ia tersenyum dan teriak sekencang mungkin untuk melampiaskan beban yang selama ini ia tanggung di pundaknya. "Makasih Dirga. Berkat lo, gue merasa hidup!" Soya pun merangkul Dirga sekuat mungkin. "Gue sayang banget sama lo Dir," ucapnya. *** Di dalam kamar, aku menangis sejadi-jadinya. Hanya Dirga yang bisa membantuku untuk membatalkan pernikahan tak masuk akal ini. Berulang kali aku mencoba menghubungi Dirga, tapi

Bab terbaru

  • Perjanjian Pernikahan Ketos & Cewek Bar-Bar   Salah Tingkah

    Untuk pertama kalinya, pria itu mengecupku. Untuk pertama kalinya juga, jantungku berdegup kencang. Rasanya seperti, hal menyenangkan yang tak dapat ku definisikan lagi. "Em, Ma-Maaf, aku lancang dan melanggar kontrak ya." Dirga langsung menarik mulutnya dari keningku. Ia juga cepat-cepat bangun dan merapikan posisinya. Sementara aku, masih tergeletak di lantai, diam, dan memastikan penyebab jantungku berdegup kencang. "Kenapa jantungku berdegup kencang?" lirihku yang ternyata terdengar sampai ke telinga Dirga."Aku juga," jawabnya.Kami berdua pun kembali saling menatap, rasanya aneh dan sangat tidak mengenakkan. Aku tidak terbiasa dengan situasi yang seperti ini. Akhirnya, aku pun mencoba kabur dan pergi masuk ke dalam villa. Sayangnya, kakiku justru kepleset dan aku kembali terjatuh. Kali ini, Dirga tidak menolongku. Tidak seperti kebanyakan drama dimana si cowok akan menangkap wanitanya."Hahaha." Aku tidak peduli jika Dirga tertawa puas. Maluku sudah sampai di ubun-ubun, j

  • Perjanjian Pernikahan Ketos & Cewek Bar-Bar   Bukan Pasangan Sempurna

    Ku pikir, setelah kejadian kemarin, semuanya berubah menjadi baik-baik saja. Ku pikir, Dirga memang berubah semenjak kejadian yang membuatku kehujanan seolah tidak mempedulikan kesehatanku sendiri. Rupanya salah, bahkan ketika Dirga dipertemukan dengan Soya, imannya kembali goyah dan ia kembali menitikberatkan Soya. "Untuk apa aku menangisi pria gila itu? Sekarang, biarkan dia mencariku sampai ke manapun, aku akan pergi, aku tidak akan masuk ke sekolah, dan aku akan menghilang dari pandangannya sampai dia benar-benar menemukanku." Tekat ini sudah bulat. Pria itu tidak akan pernah menghargai keberadaan seseorang sebelum ia kehilangan seseorang itu. Dan jika kelak Dirga memang sudah tidak mempedulikanku, aku rasa, aku siap jika sewaktu-waktu pernikahan kontrak kami ini bocor ke keluarga besar kami. ***Keesokan harinya, di sekolah, Dirga mencari namaku. Ia pergi ke kelas hanya untuk mencari keberadaanku. Tetapi nihil, aku tidak ditemukan di sudut kelas manapun. Beberapa temanku berta

  • Perjanjian Pernikahan Ketos & Cewek Bar-Bar   Apakah Aku Mulai Menyukainya?

    Anak tunggal yang selalu kesepian ini, ternyata bisa duduk dalam satu meja makan dengan kedua orang tua lengkap beserta satu keluarga baru. Ternyata, begini ya rasanya mendapatkan dukungan penuh? Ternyata, tidak seburuk apa yang ada di kepalaku. Sekarang, ayah dan bunda sibuk mengupasi buah. Sementara Dirga mengemas kamarku dengan kecepatan super. Baru setelah semuanya selesai, kami makan bersama. Usai makan, bunda justru bertanya kepadaku, "Jadi bagaimana? Apakah sudah mulai promil?" Program hamil? haha, yang benar saja. Tidur satu ranjang saja tak pernah. "Mohon maaf ayah, bunda, tetapi kami sudah sepakat untuk promil setelah lulus sekolah. Lagi pula, pernikahan ini kan diam-diam, teman-teman kami juga tidak ada yang tahu. Semua ini demi menjaga nama baik aku dan Alea juga," terang Dirga. Gaya bahasanya sungguh kalem dan santai, seolah membius ayah dan bunda agar setuju dengan pernyataan Dirga.Seusai makan, ayah tampak bicara santai dengan Dirga di taman depan rumah. Aku menat

  • Perjanjian Pernikahan Ketos & Cewek Bar-Bar   Dia, Menghargai Hal-Hal Kecil

    Pria yang kupikir akan bodo amat itu, ternyata mendatangiku. Dia mengikutiku tanpa teriak memintaku untuk berhenti. Dia juga membawakan payung. Dia juga rela tubuhnya basah demi menjaga agar tubuhku tidak terpapar air hujan. Aku pun terdiam. Dirga, sungguh membuatku bingung. "Kenapa masih mempedulikanku?""Maaf," lirihnya. Tatapannya tajam dan dalam. Sementara tanganku, tanpa sadar mulai menarik pergelangan tangan Dirga. Rasanya, aku tak ingin pria dihadapanku merasakan dinginnya air hujan di malam hari. Kali ini, Dirga tak menolak. Ia pasrah saat tubuhnya semakin dekat denganku dan kami pun berada dalam satu payung. Ia tetap menatapku dengan tatapan tajam itu. Seolah menunjukkan rasa maafnya kepadaku."CIEE!" Kerumunan orang yang berteduh itu pun menyoraki kami. Membuatku jadi malu. Dengan cepat Dirga menarik tanganku, mengajakku berlari di dekat penjual telur gulung. "Pak, numpang sebentar ya," ucap Dirga sembari melipat payungnya. Sekarang, kami justru satu payung dengan penjual

  • Perjanjian Pernikahan Ketos & Cewek Bar-Bar   Soya

    Kami pulang. Padahal, itu adalah tiket yang menjadi salah satu alasanku bertahan hidup. Keindahan santorini, aku selalu membayangkannya dengan memakai pakaian biru yang menyegarkan. Tetapi, harapan itu hilang. Hilang begitu saja akibat Dirgantara yang memutuskan pulang dan menjenguk Soya. "Kalau bukan karena menghargai keinginan ayah, aku tidak akan sudi menjalani kehidupan seperti ini."***Aku tidak banyak tahu tentang Soya. Tapi, karena dari segi pandang keluargaku, aku telah menikah dengan Dirga. Aku pun merasa memiliki kewajiban untuk tahu sedikit demi sedikit tentang Dirga. Dan selama Dirga pulang menemui Soya, aku berusaha menutupi segala keburukan Dirga. Bukan, bukan karena aku mengamankan Dirga. Tetapi, aku mengamankan seluruh situasi. Meskipun hal yang kulakukan, membuatku tersiksa sendirian.[Lo kenal Soya? Boleh gue tau informasi tentang Soya?] Pesan itu pun terkirim. [Iya, gue kenal dekat sama Soya. Tapi, informasinya gak gratis ya.][Haha, lo mau berapa? Gue bisa kasih

  • Perjanjian Pernikahan Ketos & Cewek Bar-Bar   Burung Kolibri

    Jalanan malam yang dingin dan sunyi, tepatnya pukul 01.00 dini hari. Dirgantara mengendarai motor besarnya dengan memakai outfit serba hitam. Ia tidak sendirian, di jok belakang motornya ada Soya dengan outfit yang senada dengan Dirga. Mereka memiliki tinggi yang hampir sama. "Gue menepati janji untuk membawa lo keliling jalanan sunyi. Teriaklah sekencang mungkin sayang," ucap Dirga pada Soya. Dirga mengendarai motor di barisan paling depan. Di belakang mereka, ada 6 motor lainnya yang mengiringi Dirga. Terlihat seperti konvoi. Soya pun membentangkan kedua tangannya. Ia tersenyum dan teriak sekencang mungkin untuk melampiaskan beban yang selama ini ia tanggung di pundaknya. "Makasih Dirga. Berkat lo, gue merasa hidup!" Soya pun merangkul Dirga sekuat mungkin. "Gue sayang banget sama lo Dir," ucapnya. *** Di dalam kamar, aku menangis sejadi-jadinya. Hanya Dirga yang bisa membantuku untuk membatalkan pernikahan tak masuk akal ini. Berulang kali aku mencoba menghubungi Dirga, tapi

  • Perjanjian Pernikahan Ketos & Cewek Bar-Bar   Dirgantara

    Sesampainya di rumah, sambutan hangat dari MUA membuatku terkejut."Nona Alea akhirnya datang," ucapnya sembari menangkap kedua tanganku dan menggiringnya masuk ke ruang tamu. Tentu saja, aku masih bertanya-tanya. Sampai akhirnya aku meminta penjelasan pada MUA itu karena ayah dan bunda juga masih belum pulang dari kantor perusahaannya. Setelah ditelusuri, ternyata bunda yang memilihkan MUA itu. Ia ingin aku tampil maksimal di acara makan malam dengan rekan bisnis ayah. Padahal, sebelumnya tidak pernah begini. "Feminim banget bajunya, yang benar saja?" Aku melempar gaun merah panjang itu ke kasur. Buru-buru merogoh ponsel yang masih berada di dalam ransel sekolahku."Halo? Bun? Bunda yakin?" Tak perlu basa-basi lagi."Kenapa sayang?""Bunda tau Lea gak suka pakai dress, kenapa harus dress? Gak bisa pakai blouse atau sweater aja?" Sebisa mungkin aku berusaha untuk mengenakan pakaian yang nyaman dan santai. Bukan pakaian yang terlalu resmi seperti ini."Lea bisa nurut bunda gak? Nanti

  • Perjanjian Pernikahan Ketos & Cewek Bar-Bar   Alea Putri Sawan

    BRAKK"Auuu, Sialan!" Kotak bekalku melayang di udara. Sandwich itu bertebaran. Padahal, hampir satu jam aku menghiasnya. Kini, punggung seragam sekolahku basah. Jalan yang ku pijak ternyata berlubang dan berisi genangan air bercampur tanah."It's Okay Lea, ayo bangun!" ucapku sembari membersihkan kedua telapak tangan. Baru juga beranjak bangun, ada murid kurang ajar yang mengendarai motor berkecepatan tinggi melintas di sampingku. Motor itu melewati jalanan berlubang dan airnya mengenai sebagian wajahku. BYURSeketika, aku refleks memejamkan mata sembari menghela napas panjang. Begitulah hidupku. Sangat ceroboh dan sial dalam berbagai situasi. Padahal hari ini aku sedang mencoba beradaptasi dengan tempat baru. Usiaku 17 tahun, menduduki kelas 12 SMA. Telat memang, jika aku pindah sekolah di ujung kelas 12 seperti sekarang. Tetapi ayah dan bunda menyuruhku untuk pindah sekolah demi menghapus rekam jejak burukku di sekolahku yang sebelumnya. Alea Putri Sawan, itulah nama lengkapku

DMCA.com Protection Status