Share

Salah Tingkah

Penulis: Penulis Kaki Lima
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Untuk pertama kalinya, pria itu mengecupku. Untuk pertama kalinya juga, jantungku berdegup kencang. Rasanya seperti, hal menyenangkan yang tak dapat ku definisikan lagi.

"Em, Ma-Maaf, aku lancang dan melanggar kontrak ya." Dirga langsung menarik mulutnya dari keningku. Ia juga cepat-cepat bangun dan merapikan posisinya. Sementara aku, masih tergeletak di lantai, diam, dan memastikan penyebab jantungku berdegup kencang.

"Kenapa jantungku berdegup kencang?" lirihku yang ternyata terdengar sampai ke telinga Dirga.

"Aku juga," jawabnya.

Kami berdua pun kembali saling menatap, rasanya aneh dan sangat tidak mengenakkan. Aku tidak terbiasa dengan situasi yang seperti ini. Akhirnya, aku pun mencoba kabur dan pergi masuk ke dalam villa. Sayangnya, kakiku justru kepleset dan aku kembali terjatuh. Kali ini, Dirga tidak menolongku. Tidak seperti kebanyakan drama dimana si cowok akan menangkap wanitanya.

"Hahaha."

Aku tidak peduli jika Dirga tertawa puas. Maluku sudah sampai di ubun-ubun, jadi aku hanya berlari sembari menutup kedua mataku.

"Jangan merem, nanti malah nyungsep lagi," jawab Dirga.

"Ku doain balik kepleset kamu ntar ya!" batinku.

Aku pun mendaratkan tubuhku ke kasur. Menatap langit-langit ruang kamar yang putih bersih dengan lampu remang berwarna biru. Otakku sekilas masih merekam memori tadi, senyum manis Dirga, wajahnya yang merah merona karena salah tingkah, dan sikap canggungnya saat mengecup keningku. Dia memiliki hati yang lembut meskipun dibalut wajahnya yang dingin.

"Alea, apa boleh aku numpang di sini sampai hujan reda? Aku mau menjadi koki dadakan untukmu," ujarnya dengan suara keras dan tinggi. Maklum saja, Dirga tidak mungkin masuk ke kamar, karena itulah nada yang ia gunakan tinggi.

"Mau bubur? Bubur nasi, bubur kacang hijau, atau bubur kacang merah?" tanya Dirga.

Spontan saja aku tersenyum. Ternyata, begini rasanya mendapatkan perhatian-perhatian kecil. Jika aku masih hidup di rumah bersama kedua orang tuaku, mereka tidak akan inisiatif untuk membuatkan bubur atau memasak sesuatu untukku, melainkan memberikanku uang atau memesankan makanan dari online shop.

"Padahal, yang ku perlukan seperti ini. Effort apapun dari kedua orang tuaku, aku ingin memakan sesuatu yang mereka masak, tetapi mereka jarang sekali melakukannya untukku," batinku.

Saking lamanya senyum senyum sendiri, aku sampai lupa jika harus merespon ucapan Dirga. Pelan tapi pasti, rasa penasaranku pun muncul. Aku memberanikan keluar dari kamar dan mengintip Dirga yang asik memasak di dapur. Pria itu rupanya sudah mengganti pakaiannya dari seragam sekolah ke kaos putih polos dengan bawahan celana pendek berwarna cokelat muda. Melihat pria tinggi memasakkan sesuatu di dapur untukku, rasanya cukup spesial.

Tiba-tiba, listrik padam.

Dup

"AAAA!" teriakku kaget. Dirga juga ikutan kaget dan ia pun langsung menghampiriku. Arah suaraku bisa cepat ditangkap olehnya.

"Kau bisa melihatku?"

"Meskipun badanmu mungil kecil, suaramu berisik, jadi aku bisa menemukanmu," ledek Dirga.

Aku yang kesal pun langsung menginjak kakinya sekuat mungkin.

"Au, ALEAAAA!"

"APAAA?" balasku dengan teriakan yang sama kerasnya.

"Aku harus bersabar menghadapimu!" Dirga kembali ke dapur dengan senter yang ia nyalakan melalui ponsel. Ia dengan santai mengambil dua mangkok bubur dan mengajakku pergi ke ruang makan. Dirga juga menyalakan lilin. Ia membuat dua gelas susu hangat juga untuk kami minum bersama.

"Kamu tetep bisa makan meskipun remang-remang kan?" tanya Dirga.

"Ini pertama kalinya untukku," ucapku sembari tersenyum tipis.

Dirga pun menaruh ponselnya di atas meja dan dia fokus makan. Jujur saja, masakannya terasa enak dan ini pertama kalinya aku mengicipi masakan buatannya. Selama ini, kami hanya tinggal satu rumah dan tidak pernah saling mencicipi masakan satu sama lainnya. Disetiap aku merasa mulai nyaman dengan Dirga, ada saja pengecoh. Yap, ponsel Dirga berdering dan terlihat jelas nama Soya di sana. Dirga juga tersedak, bukti bahwa Dirga kaget dan panik.

Aku hanya diam. Aku menghindari amarah yang tak perlu seperti sebelumnya.

"Apa kamu bisa datang menemuiku? Disini mati lampu, dan aku takut kegelapan, kamu tau itu," ujar Soya di ujung telepon.

"Maaf Soya, tapi aku sedang tidak ada di kota. Aku sedang bersama Alea."

"Alea? Kenapa bisa bersama Alea?"

"Maaf, tapi, aku ...,"

Dirga terlihat menjeda bicaranya. Ya, aku tau, pasti susah untuk Dirga berkata terus terang. Aku tau, dia sangat mencintai Soya dan dia juga orang yang tahu segalanya tentang Soya. Soya yang katanya hidup sebatang kara dan selama ini bergantung pada Dirga. Soya yang selama ini sangat mempercayai Dirga.

"Kenapa?" desak Soya.

"Aku tidak bisa lagi menemuimu sesering dulu."

tut tut tut (bunyi telepon diputus oleh Soya)

"Soya?"

"Soya?"

"Nomor yang anda tuju sedang tidak dapat dihubungi, cobalah beberapa saat lagi."

Aku menghembuskan napas panjang. Sebenarnya, aku merasa bersalah. Pernikahan ini juga bukan kehendak Dirga dan karena pernikahan ini, Dirga juga tidak bisa dekat dengan Soya sesering dulu. Sementara aku, sepertinya aku mulai menyukai Dirga. Dia pria yang jago masak, wajahnya juga tampan, dan dia cukup perhatian meskipun wujudnya terkadang menyebalkan.

Semua orang pasti punya kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Orang yang aku sukai pun bukan berarti dia tidak memiliki kekurangan yang membuatku merasa tidak nyaman saat berada di dekatnya. Tinggal bagaimana aku bisa memaklumi hal tersebut.

"Jadi baiknya bagaimana?" simpulku.

"Aku lelah," lanjutku.

"Aku akan mengatakan pada Soya jika kita sudah menikah," jawab Dirga dengan lantang.

"Toh sebentar lagi kita akan lulus sekolah dan aku akan berpisah dengan Soya."

"Tapi hatimu untuk Soya? Ragamu saja yang untukku?" tanyaku karena penasaran.

"Boleh aku minta waktu untuk menjawab semua pertanyaanmu?" pinta Dirga.

Pada akhirnya, pernikahan kami menyakiti banyak pihak. Termasuk, perasaan kami masing-masing.

***

Aku menyetir mobil sendiri dan mendatangi ayah di kantor. Rupanya, ayah sedang meeting. Salahku juga tidak konfirmasi, karena aku berpikir ingin memberikan surprise dengan ajakan makan siang berdua saja.

Disaat aku duduk di ruang tunggu, ada seseorang yang memanggilku.

"Nyonya Alea?"

"Eh? Siapa?"

"Tuan Dirga memberitahuku jika hari ini anda ke kantor."

"Bagaimana Dirga bisa tahu?" pikirku.

Aku tidak pernah memberitahu apapun, tetapi, dia bisa paham apapun yang tak terucap dari mulutku. Dia seperti manusia yang bisa menembus isi kepalaku.

"Tuan Dirga hari ini sedang ada meeting bersama ayah anda juga."

"Sial," pikirku. Ternyata, aku justru terjebak di jalanku sendiri.

Beberapa saat setelah itu, ruang meeting terbuka. Ayah berjalan paling depan dan dibelakangnya, ada Dirga, suami kontrakku. Ini juga pertama kalinya aku melihat Dirga tampil seperti orang benar. Dia memakai jas hitam lengkap dengan sepatu mengkilat. Tatapannya juga tajam.

"Pas sekali, ada Alea," ujar Ayah sembari mengecup pipi kiri dan pipi kananku.

"A-Ayah," jawabku dengan canggung.

"Kamu kangen sama ayah apa sama suamimu? Kok sampai ngikutin meeting," ledek Ayah.

Bab terkait

  • Perjanjian Pernikahan Ketos & Cewek Bar-Bar   Alea Putri Sawan

    BRAKK"Auuu, Sialan!" Kotak bekalku melayang di udara. Sandwich itu bertebaran. Padahal, hampir satu jam aku menghiasnya. Kini, punggung seragam sekolahku basah. Jalan yang ku pijak ternyata berlubang dan berisi genangan air bercampur tanah."It's Okay Lea, ayo bangun!" ucapku sembari membersihkan kedua telapak tangan. Baru juga beranjak bangun, ada murid kurang ajar yang mengendarai motor berkecepatan tinggi melintas di sampingku. Motor itu melewati jalanan berlubang dan airnya mengenai sebagian wajahku. BYURSeketika, aku refleks memejamkan mata sembari menghela napas panjang. Begitulah hidupku. Sangat ceroboh dan sial dalam berbagai situasi. Padahal hari ini aku sedang mencoba beradaptasi dengan tempat baru. Usiaku 17 tahun, menduduki kelas 12 SMA. Telat memang, jika aku pindah sekolah di ujung kelas 12 seperti sekarang. Tetapi ayah dan bunda menyuruhku untuk pindah sekolah demi menghapus rekam jejak burukku di sekolahku yang sebelumnya. Alea Putri Sawan, itulah nama lengkapku

  • Perjanjian Pernikahan Ketos & Cewek Bar-Bar   Dirgantara

    Sesampainya di rumah, sambutan hangat dari MUA membuatku terkejut."Nona Alea akhirnya datang," ucapnya sembari menangkap kedua tanganku dan menggiringnya masuk ke ruang tamu. Tentu saja, aku masih bertanya-tanya. Sampai akhirnya aku meminta penjelasan pada MUA itu karena ayah dan bunda juga masih belum pulang dari kantor perusahaannya. Setelah ditelusuri, ternyata bunda yang memilihkan MUA itu. Ia ingin aku tampil maksimal di acara makan malam dengan rekan bisnis ayah. Padahal, sebelumnya tidak pernah begini. "Feminim banget bajunya, yang benar saja?" Aku melempar gaun merah panjang itu ke kasur. Buru-buru merogoh ponsel yang masih berada di dalam ransel sekolahku."Halo? Bun? Bunda yakin?" Tak perlu basa-basi lagi."Kenapa sayang?""Bunda tau Lea gak suka pakai dress, kenapa harus dress? Gak bisa pakai blouse atau sweater aja?" Sebisa mungkin aku berusaha untuk mengenakan pakaian yang nyaman dan santai. Bukan pakaian yang terlalu resmi seperti ini."Lea bisa nurut bunda gak? Nanti

  • Perjanjian Pernikahan Ketos & Cewek Bar-Bar   Burung Kolibri

    Jalanan malam yang dingin dan sunyi, tepatnya pukul 01.00 dini hari. Dirgantara mengendarai motor besarnya dengan memakai outfit serba hitam. Ia tidak sendirian, di jok belakang motornya ada Soya dengan outfit yang senada dengan Dirga. Mereka memiliki tinggi yang hampir sama. "Gue menepati janji untuk membawa lo keliling jalanan sunyi. Teriaklah sekencang mungkin sayang," ucap Dirga pada Soya. Dirga mengendarai motor di barisan paling depan. Di belakang mereka, ada 6 motor lainnya yang mengiringi Dirga. Terlihat seperti konvoi. Soya pun membentangkan kedua tangannya. Ia tersenyum dan teriak sekencang mungkin untuk melampiaskan beban yang selama ini ia tanggung di pundaknya. "Makasih Dirga. Berkat lo, gue merasa hidup!" Soya pun merangkul Dirga sekuat mungkin. "Gue sayang banget sama lo Dir," ucapnya. *** Di dalam kamar, aku menangis sejadi-jadinya. Hanya Dirga yang bisa membantuku untuk membatalkan pernikahan tak masuk akal ini. Berulang kali aku mencoba menghubungi Dirga, tapi

  • Perjanjian Pernikahan Ketos & Cewek Bar-Bar   Soya

    Kami pulang. Padahal, itu adalah tiket yang menjadi salah satu alasanku bertahan hidup. Keindahan santorini, aku selalu membayangkannya dengan memakai pakaian biru yang menyegarkan. Tetapi, harapan itu hilang. Hilang begitu saja akibat Dirgantara yang memutuskan pulang dan menjenguk Soya. "Kalau bukan karena menghargai keinginan ayah, aku tidak akan sudi menjalani kehidupan seperti ini."***Aku tidak banyak tahu tentang Soya. Tapi, karena dari segi pandang keluargaku, aku telah menikah dengan Dirga. Aku pun merasa memiliki kewajiban untuk tahu sedikit demi sedikit tentang Dirga. Dan selama Dirga pulang menemui Soya, aku berusaha menutupi segala keburukan Dirga. Bukan, bukan karena aku mengamankan Dirga. Tetapi, aku mengamankan seluruh situasi. Meskipun hal yang kulakukan, membuatku tersiksa sendirian.[Lo kenal Soya? Boleh gue tau informasi tentang Soya?] Pesan itu pun terkirim. [Iya, gue kenal dekat sama Soya. Tapi, informasinya gak gratis ya.][Haha, lo mau berapa? Gue bisa kasih

  • Perjanjian Pernikahan Ketos & Cewek Bar-Bar   Dia, Menghargai Hal-Hal Kecil

    Pria yang kupikir akan bodo amat itu, ternyata mendatangiku. Dia mengikutiku tanpa teriak memintaku untuk berhenti. Dia juga membawakan payung. Dia juga rela tubuhnya basah demi menjaga agar tubuhku tidak terpapar air hujan. Aku pun terdiam. Dirga, sungguh membuatku bingung. "Kenapa masih mempedulikanku?""Maaf," lirihnya. Tatapannya tajam dan dalam. Sementara tanganku, tanpa sadar mulai menarik pergelangan tangan Dirga. Rasanya, aku tak ingin pria dihadapanku merasakan dinginnya air hujan di malam hari. Kali ini, Dirga tak menolak. Ia pasrah saat tubuhnya semakin dekat denganku dan kami pun berada dalam satu payung. Ia tetap menatapku dengan tatapan tajam itu. Seolah menunjukkan rasa maafnya kepadaku."CIEE!" Kerumunan orang yang berteduh itu pun menyoraki kami. Membuatku jadi malu. Dengan cepat Dirga menarik tanganku, mengajakku berlari di dekat penjual telur gulung. "Pak, numpang sebentar ya," ucap Dirga sembari melipat payungnya. Sekarang, kami justru satu payung dengan penjual

  • Perjanjian Pernikahan Ketos & Cewek Bar-Bar   Apakah Aku Mulai Menyukainya?

    Anak tunggal yang selalu kesepian ini, ternyata bisa duduk dalam satu meja makan dengan kedua orang tua lengkap beserta satu keluarga baru. Ternyata, begini ya rasanya mendapatkan dukungan penuh? Ternyata, tidak seburuk apa yang ada di kepalaku. Sekarang, ayah dan bunda sibuk mengupasi buah. Sementara Dirga mengemas kamarku dengan kecepatan super. Baru setelah semuanya selesai, kami makan bersama. Usai makan, bunda justru bertanya kepadaku, "Jadi bagaimana? Apakah sudah mulai promil?" Program hamil? haha, yang benar saja. Tidur satu ranjang saja tak pernah. "Mohon maaf ayah, bunda, tetapi kami sudah sepakat untuk promil setelah lulus sekolah. Lagi pula, pernikahan ini kan diam-diam, teman-teman kami juga tidak ada yang tahu. Semua ini demi menjaga nama baik aku dan Alea juga," terang Dirga. Gaya bahasanya sungguh kalem dan santai, seolah membius ayah dan bunda agar setuju dengan pernyataan Dirga.Seusai makan, ayah tampak bicara santai dengan Dirga di taman depan rumah. Aku menat

  • Perjanjian Pernikahan Ketos & Cewek Bar-Bar   Bukan Pasangan Sempurna

    Ku pikir, setelah kejadian kemarin, semuanya berubah menjadi baik-baik saja. Ku pikir, Dirga memang berubah semenjak kejadian yang membuatku kehujanan seolah tidak mempedulikan kesehatanku sendiri. Rupanya salah, bahkan ketika Dirga dipertemukan dengan Soya, imannya kembali goyah dan ia kembali menitikberatkan Soya. "Untuk apa aku menangisi pria gila itu? Sekarang, biarkan dia mencariku sampai ke manapun, aku akan pergi, aku tidak akan masuk ke sekolah, dan aku akan menghilang dari pandangannya sampai dia benar-benar menemukanku." Tekat ini sudah bulat. Pria itu tidak akan pernah menghargai keberadaan seseorang sebelum ia kehilangan seseorang itu. Dan jika kelak Dirga memang sudah tidak mempedulikanku, aku rasa, aku siap jika sewaktu-waktu pernikahan kontrak kami ini bocor ke keluarga besar kami. ***Keesokan harinya, di sekolah, Dirga mencari namaku. Ia pergi ke kelas hanya untuk mencari keberadaanku. Tetapi nihil, aku tidak ditemukan di sudut kelas manapun. Beberapa temanku berta

Bab terbaru

  • Perjanjian Pernikahan Ketos & Cewek Bar-Bar   Salah Tingkah

    Untuk pertama kalinya, pria itu mengecupku. Untuk pertama kalinya juga, jantungku berdegup kencang. Rasanya seperti, hal menyenangkan yang tak dapat ku definisikan lagi. "Em, Ma-Maaf, aku lancang dan melanggar kontrak ya." Dirga langsung menarik mulutnya dari keningku. Ia juga cepat-cepat bangun dan merapikan posisinya. Sementara aku, masih tergeletak di lantai, diam, dan memastikan penyebab jantungku berdegup kencang. "Kenapa jantungku berdegup kencang?" lirihku yang ternyata terdengar sampai ke telinga Dirga."Aku juga," jawabnya.Kami berdua pun kembali saling menatap, rasanya aneh dan sangat tidak mengenakkan. Aku tidak terbiasa dengan situasi yang seperti ini. Akhirnya, aku pun mencoba kabur dan pergi masuk ke dalam villa. Sayangnya, kakiku justru kepleset dan aku kembali terjatuh. Kali ini, Dirga tidak menolongku. Tidak seperti kebanyakan drama dimana si cowok akan menangkap wanitanya."Hahaha." Aku tidak peduli jika Dirga tertawa puas. Maluku sudah sampai di ubun-ubun, j

  • Perjanjian Pernikahan Ketos & Cewek Bar-Bar   Bukan Pasangan Sempurna

    Ku pikir, setelah kejadian kemarin, semuanya berubah menjadi baik-baik saja. Ku pikir, Dirga memang berubah semenjak kejadian yang membuatku kehujanan seolah tidak mempedulikan kesehatanku sendiri. Rupanya salah, bahkan ketika Dirga dipertemukan dengan Soya, imannya kembali goyah dan ia kembali menitikberatkan Soya. "Untuk apa aku menangisi pria gila itu? Sekarang, biarkan dia mencariku sampai ke manapun, aku akan pergi, aku tidak akan masuk ke sekolah, dan aku akan menghilang dari pandangannya sampai dia benar-benar menemukanku." Tekat ini sudah bulat. Pria itu tidak akan pernah menghargai keberadaan seseorang sebelum ia kehilangan seseorang itu. Dan jika kelak Dirga memang sudah tidak mempedulikanku, aku rasa, aku siap jika sewaktu-waktu pernikahan kontrak kami ini bocor ke keluarga besar kami. ***Keesokan harinya, di sekolah, Dirga mencari namaku. Ia pergi ke kelas hanya untuk mencari keberadaanku. Tetapi nihil, aku tidak ditemukan di sudut kelas manapun. Beberapa temanku berta

  • Perjanjian Pernikahan Ketos & Cewek Bar-Bar   Apakah Aku Mulai Menyukainya?

    Anak tunggal yang selalu kesepian ini, ternyata bisa duduk dalam satu meja makan dengan kedua orang tua lengkap beserta satu keluarga baru. Ternyata, begini ya rasanya mendapatkan dukungan penuh? Ternyata, tidak seburuk apa yang ada di kepalaku. Sekarang, ayah dan bunda sibuk mengupasi buah. Sementara Dirga mengemas kamarku dengan kecepatan super. Baru setelah semuanya selesai, kami makan bersama. Usai makan, bunda justru bertanya kepadaku, "Jadi bagaimana? Apakah sudah mulai promil?" Program hamil? haha, yang benar saja. Tidur satu ranjang saja tak pernah. "Mohon maaf ayah, bunda, tetapi kami sudah sepakat untuk promil setelah lulus sekolah. Lagi pula, pernikahan ini kan diam-diam, teman-teman kami juga tidak ada yang tahu. Semua ini demi menjaga nama baik aku dan Alea juga," terang Dirga. Gaya bahasanya sungguh kalem dan santai, seolah membius ayah dan bunda agar setuju dengan pernyataan Dirga.Seusai makan, ayah tampak bicara santai dengan Dirga di taman depan rumah. Aku menat

  • Perjanjian Pernikahan Ketos & Cewek Bar-Bar   Dia, Menghargai Hal-Hal Kecil

    Pria yang kupikir akan bodo amat itu, ternyata mendatangiku. Dia mengikutiku tanpa teriak memintaku untuk berhenti. Dia juga membawakan payung. Dia juga rela tubuhnya basah demi menjaga agar tubuhku tidak terpapar air hujan. Aku pun terdiam. Dirga, sungguh membuatku bingung. "Kenapa masih mempedulikanku?""Maaf," lirihnya. Tatapannya tajam dan dalam. Sementara tanganku, tanpa sadar mulai menarik pergelangan tangan Dirga. Rasanya, aku tak ingin pria dihadapanku merasakan dinginnya air hujan di malam hari. Kali ini, Dirga tak menolak. Ia pasrah saat tubuhnya semakin dekat denganku dan kami pun berada dalam satu payung. Ia tetap menatapku dengan tatapan tajam itu. Seolah menunjukkan rasa maafnya kepadaku."CIEE!" Kerumunan orang yang berteduh itu pun menyoraki kami. Membuatku jadi malu. Dengan cepat Dirga menarik tanganku, mengajakku berlari di dekat penjual telur gulung. "Pak, numpang sebentar ya," ucap Dirga sembari melipat payungnya. Sekarang, kami justru satu payung dengan penjual

  • Perjanjian Pernikahan Ketos & Cewek Bar-Bar   Soya

    Kami pulang. Padahal, itu adalah tiket yang menjadi salah satu alasanku bertahan hidup. Keindahan santorini, aku selalu membayangkannya dengan memakai pakaian biru yang menyegarkan. Tetapi, harapan itu hilang. Hilang begitu saja akibat Dirgantara yang memutuskan pulang dan menjenguk Soya. "Kalau bukan karena menghargai keinginan ayah, aku tidak akan sudi menjalani kehidupan seperti ini."***Aku tidak banyak tahu tentang Soya. Tapi, karena dari segi pandang keluargaku, aku telah menikah dengan Dirga. Aku pun merasa memiliki kewajiban untuk tahu sedikit demi sedikit tentang Dirga. Dan selama Dirga pulang menemui Soya, aku berusaha menutupi segala keburukan Dirga. Bukan, bukan karena aku mengamankan Dirga. Tetapi, aku mengamankan seluruh situasi. Meskipun hal yang kulakukan, membuatku tersiksa sendirian.[Lo kenal Soya? Boleh gue tau informasi tentang Soya?] Pesan itu pun terkirim. [Iya, gue kenal dekat sama Soya. Tapi, informasinya gak gratis ya.][Haha, lo mau berapa? Gue bisa kasih

  • Perjanjian Pernikahan Ketos & Cewek Bar-Bar   Burung Kolibri

    Jalanan malam yang dingin dan sunyi, tepatnya pukul 01.00 dini hari. Dirgantara mengendarai motor besarnya dengan memakai outfit serba hitam. Ia tidak sendirian, di jok belakang motornya ada Soya dengan outfit yang senada dengan Dirga. Mereka memiliki tinggi yang hampir sama. "Gue menepati janji untuk membawa lo keliling jalanan sunyi. Teriaklah sekencang mungkin sayang," ucap Dirga pada Soya. Dirga mengendarai motor di barisan paling depan. Di belakang mereka, ada 6 motor lainnya yang mengiringi Dirga. Terlihat seperti konvoi. Soya pun membentangkan kedua tangannya. Ia tersenyum dan teriak sekencang mungkin untuk melampiaskan beban yang selama ini ia tanggung di pundaknya. "Makasih Dirga. Berkat lo, gue merasa hidup!" Soya pun merangkul Dirga sekuat mungkin. "Gue sayang banget sama lo Dir," ucapnya. *** Di dalam kamar, aku menangis sejadi-jadinya. Hanya Dirga yang bisa membantuku untuk membatalkan pernikahan tak masuk akal ini. Berulang kali aku mencoba menghubungi Dirga, tapi

  • Perjanjian Pernikahan Ketos & Cewek Bar-Bar   Dirgantara

    Sesampainya di rumah, sambutan hangat dari MUA membuatku terkejut."Nona Alea akhirnya datang," ucapnya sembari menangkap kedua tanganku dan menggiringnya masuk ke ruang tamu. Tentu saja, aku masih bertanya-tanya. Sampai akhirnya aku meminta penjelasan pada MUA itu karena ayah dan bunda juga masih belum pulang dari kantor perusahaannya. Setelah ditelusuri, ternyata bunda yang memilihkan MUA itu. Ia ingin aku tampil maksimal di acara makan malam dengan rekan bisnis ayah. Padahal, sebelumnya tidak pernah begini. "Feminim banget bajunya, yang benar saja?" Aku melempar gaun merah panjang itu ke kasur. Buru-buru merogoh ponsel yang masih berada di dalam ransel sekolahku."Halo? Bun? Bunda yakin?" Tak perlu basa-basi lagi."Kenapa sayang?""Bunda tau Lea gak suka pakai dress, kenapa harus dress? Gak bisa pakai blouse atau sweater aja?" Sebisa mungkin aku berusaha untuk mengenakan pakaian yang nyaman dan santai. Bukan pakaian yang terlalu resmi seperti ini."Lea bisa nurut bunda gak? Nanti

  • Perjanjian Pernikahan Ketos & Cewek Bar-Bar   Alea Putri Sawan

    BRAKK"Auuu, Sialan!" Kotak bekalku melayang di udara. Sandwich itu bertebaran. Padahal, hampir satu jam aku menghiasnya. Kini, punggung seragam sekolahku basah. Jalan yang ku pijak ternyata berlubang dan berisi genangan air bercampur tanah."It's Okay Lea, ayo bangun!" ucapku sembari membersihkan kedua telapak tangan. Baru juga beranjak bangun, ada murid kurang ajar yang mengendarai motor berkecepatan tinggi melintas di sampingku. Motor itu melewati jalanan berlubang dan airnya mengenai sebagian wajahku. BYURSeketika, aku refleks memejamkan mata sembari menghela napas panjang. Begitulah hidupku. Sangat ceroboh dan sial dalam berbagai situasi. Padahal hari ini aku sedang mencoba beradaptasi dengan tempat baru. Usiaku 17 tahun, menduduki kelas 12 SMA. Telat memang, jika aku pindah sekolah di ujung kelas 12 seperti sekarang. Tetapi ayah dan bunda menyuruhku untuk pindah sekolah demi menghapus rekam jejak burukku di sekolahku yang sebelumnya. Alea Putri Sawan, itulah nama lengkapku

DMCA.com Protection Status