Home / Romansa / Perjanjian Leluhur / 65. Semua Butuh Proses

Share

65. Semua Butuh Proses

Author: Enday Hidayat
last update Last Updated: 2022-09-29 20:50:22
"Salam kami untuk Raja Agung."

Mereka memberi penghormatan secara serempak sambil bersimpuh.

"Apa-apaan kalian?" hardik Cakra kaget. "Bangkitlah."

Mereka bangkit berdiri. Prajurit pengawal kelihatan berseri meski menderita akibat pertarungan yang sangat berat.

Semua bergembira mendapati kenyataan bahwa ksatria yang berdiri di hadapan mereka adalah Raja Agung yang ditunggu-tunggu.

"Aku tidak mau diperlakukan secara berlebihan sebelum Cermin Mustika menobatkan siapa aku," tegur Cakra. "Aku tidak mau bernasib seperti sahabatku."

Dewi Anjani memandang pujaan hatinya dengan sukacita. "Aku yakin kanda adalah Raja Agung yang ditunggu-tunggu, yang mengembalikan kejayaan kerajaan di masa lampau, menciptakan masyarakat adil makmur gemah ripah loh jinawi."

"Bagaimana kau bisa yakin kalau aku adalah Raja Agung? Padahal sebelumnya Mahameru curiga berat kalau aku ini jelmaan putera mahkota dari kerajaan Sihir."

"Menurut keterangan di dalam lembaran suci kerajaan, pertanda nyata dari Raja A
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Perjanjian Leluhur   66. Ceroboh

    Matahari sudah tidur nyenyak di peraduan. Malam hampir mencapai puncak. Keadaan sekitar sangat lengang. Sejak roh Laraswati pergi dengan penyekaran air mata bidadari, tidak ada lagi keramaian pada tengah malam. "Aku bikin kereta kalau kamu siap jadi kuda," kata Cakra. "Ilmu Cipta Saji Paripurna tidak bisa menciptakan makhluk hidup, meski sekedar tumbuhan." Gentong Ketawa menggerutu, "Kira-kira saja saya jadi kuda, Tuan Muda." "Maka itu hidup jangan mau enaknya saja. Aku menggunakan ilmu Cipta Saji dalam keadaan darurat saja, dan tidak ada ilmu yang sempurna yang bisa mengatasi segalanya." "Tapi bisa kan kalau mengatasi perut lapar?" Mereka berdua terjaga di bawah pohon, berlindung dari rintik hujan yang tinggal sisa-sisanya. Mahameru dan Bagaspati duduk di sekitar tenda puteri mahkota. Mereka mengambil alih tugas jaga karena prajurit kelelahan dan banyak yang terluka. Kereta kuda dari Kadipaten Selatan sebentar lagi tiba, tapi Mahameru memutuskan untuk berangkat esok pagi. Ia

    Last Updated : 2022-10-01
  • Perjanjian Leluhur   67. Bukan Cinta Buta

    "Kau pura-pura tidak tahu saja," kata Cakra. "Kita tunggu apa yang dilakukan putera mahkota dari kerajaan Sihir." "Baik, Tuan Muda," sahut Mahameru. "Bukankah pesan Ksatria Bayangan ia tidak boleh dibunuh?" Cakra tersenyum. "Aku tidak terpaku pada permintaan. Aku bisa melenyapkan siapapun kalau layak untuk ditumpas." "Tapi Ksatria Bayangan adalah guru Tuan Muda. Permintaannya adalah titah yang wajib dilaksanakan muridnya." "Aku tidak cinta buta pada guruku, di mana harus melakukan apapun yang diperintahkan. Aku hanya mengabulkan permintaan yang sesuai nurani dan kebenaran." "Apakah permintaan untuk tidak membunuh Pangeran Bramantana tidak sesuai dengan nurani dan kebenaran?" Mahameru khawatir jika Cakra tidak mengabulkan permintaan itu, gurunya mengamuk dan mengobrak-abrik kerajaan. Apakah ia sanggup mengatasi? "Maka itu kita tunggu apa yang dilakukan," kata Cakra. "Apakah ia layak untuk hidup?" Mahameru mengingatkan, "Pangeran Bramantana adalah anak kandung leluhur kerajaan."

    Last Updated : 2022-10-03
  • Perjanjian Leluhur   68. Seperti Ca Bau Kan

    Ratusan ular berbisa bergerak melata di atas tanah menuju ke bawah pohon besar, di mana Cakra dan Gentong Ketawa berada. Ada bagusnya seluruh pasukan pengawal kena sirep. Mereka pasti heboh jika melihat ratusan ular datang menyerbu mencari mangsa. Cakra memanggil Tongkat Petir, "Prok prok prok! Tolong bantu ya!" Tongkat terbuat dari emas murni muncul dari angkasa secara tiba-tiba, memancarkan cahaya kemilau sehingga suasana di sekitar menjadi terang. Cakra menangkap Tongkat Petir dan mengarahkan ke ratusan ular yang bergerak makin dekat, kemudian berkata, "Ganyang mereka." Cakra melemparkan Tongkat Petir untuk menghadang mereka. Tongkat itu berubah wujud jadi ular sangat besar begitu tergeletak di tanah. Bramantana terkejut saat ratusan ular ciptaannya disantap dengan rakus oleh ular besar sampai habis. Selesai menjalankan tugasnya, ular besar melesat ke dalam genggaman Cakra dalam bentuk tongkat. "Aku belum pernah melihat tongkat sihir seindah itu," gumam Bramantana. "Dari man

    Last Updated : 2022-10-04
  • Perjanjian Leluhur   69. Menyamar

    Mereka bangun menjelang fajar menyingsing. Mahameru dan Bagaspati tampak kaget. "Pulas sekali kita tidur," kata Mahameru. "Apakah hidangan itu mengandung obat tidur?" "Sepertinya begitu, kakang," sahut Bagaspati. "Aku belum pernah tidur senikmat ini." "Kau sudah kena pengaruh ilmu sirep Bramantana," ujar Cakra. "Kebetulan perut kenyang, jadi bablas tidurnya." Mahameru terkejut. Ilmu sirep adalah ilmu andalan kerajaan Sihir sehingga dapat mengalahkan musuh tanpa jatuh korban. Ia bertanya," Lalu ke mana perginya pangeran itu?" Mahameru melihat kereta kosong, dan di sekitar hanya ada Cakra, dan Gentong Ketawa yang tertidur pulas sambil bersandar ke batang pohon. "Aku sudah mengusir mereka pergi," jawab Cakra. "Baiknya kalian berangkat sekarang, supaya senja hari tiba di perkampungan." "Lalu Tuan Muda bagaimana?" tanya Mahameru. "Aku naik si Gemblung, kuda itu tiba saat kalian pergi tidur. Ia sekarang lagi bercinta di balik semak. Alasannya kedinginan." Kuda jantan dan betina itu

    Last Updated : 2022-10-06
  • Perjanjian Leluhur   70. Rombongan Opera

    Matahari menampakkan sinarnya dan berkilau menyentuh dedaunan yang berembun. Pagi yang sangat indah dengan langit biru tanpa awan. Iring-iringan kereta melaju cukup kencang melintasi jalan berkerikil. "Apakah kereta ini dapat diterawang dari luar?" tanya Dewi Anjani. Puteri mahkota berada di kereta paling depan bersama Cakra dan empat penumpang yang dipisahkan tirai tebal bersulam emas. Ia mengenakan cadar sehingga wajahnya tidak mudah dikenali. "Kereta opera mencurigakan kalau dipasangi benteng gaib." "Semoga tidak ada yang mengenali kanda." Pendekar golongan hitam dan tokoh istana dari kerajaan sekitar semakin banyak berdatangan ke Hutan Gerimis untuk mencari Cakra. Pendekar golongan hitam untuk menuntut balas atas kematian teman mereka, sedangkan tokoh istana ingin menangkap Cakra untuk jadi pangeran di negerinya. "Kita sudah berbuat ceroboh dengan membiarkan para pengintai membuntuti rombongan kerajaan, sehingga akhirnya menyulitkan perjalanan kita," kata Dewi Anjani.

    Last Updated : 2022-10-10
  • Perjanjian Leluhur   71. Penghuni Langit

    Cakra menggunakan ilmu Tembus Pandang untuk mengetahui perempuan yang berteriak itu. Kemudian ia membuka tirai tebal di belakangnya, dan berkata, "Kau bohong, Gentong." "Maksudnya apa ya, Tuan Muda?" tanya Gentong Ketawa bingung. "Tidak ada angin tidak ada hujan, Tuan Muda tiba-tiba saja menyebut saya bohong?" Ia duduk di belakang bersama Nirmala, di tengah duduk Mahameru dan Bagaspati. "Kau bilang Tuan Puteri adalah puteri mahkota tercantik di seluruh kerajaan yang ada di jazirah ini." "Nyatanya demikian, Tuan Muda." "Buktinya perempuan yang menghadang kita wajahnya cantik luar biasa, tubuhnya sangat seksi, suaranya demikian merdu bagai buluh perindu. Aku yakin ia bukan bidadari karena tidak bersayap." Dewi Anjani memandangnya dengan muak. "Kanda berani memuji si Rinjani di depan calon permaisuri. Kanda sungguh tidak menghormati aku." "Aku tidak memuji," kilah Cakra santai. "Aku hanya menyampaikan apa yang terlihat." Dewi Anjani makin bernafsu dibakar cemburu. "Jadi wajahku

    Last Updated : 2022-10-13
  • Perjanjian Leluhur   72. Pertarungan Dua Bidadari

    "Jangan senang dulu kau, Rinjani!" Puteri mahkota Nusa Kencana segera membuka jurus baru, lalu melompat terbang ke pucuk pohon, di mana Puteri Rinjani sudah siap menunggu. Dewi Anjani mengirim pukulan sakti bertubi-tubi. Gerakannya sulit ditangkap mata saking cepatnya. Puteri Rinjani sibuk menangkis dan menghindar. Deg! Sebuah pukulan mendarat dengan telak di tubuh Puteri Rinjani. Ia terpental dan jatuh terjengkang di tanah. Bibirnya mengeluarkan darah segar. "Mereka tidak seharusnya bertarung karena dua-duanya pasti terluka," sesal Mahameru. "Cakra seharusnya melerai pertarungan untuk menghindari jatuh korban, karena mereka memperebutkan dirinya." Sementara itu pengeroyokan yang dilakukan Bagaspati dan kawan-kawan belum membuahkan hasil. Lima tokoh muda dari kerajaan Sihir sangat sulit untuk dikalahkan. Mereka bahkan mampu menumbangkan beberapa prajurit sampai tidak sanggup bangkit lagi. Kemudian keanehan terjadi. "Apa yang terjadi dengan Gentong Ketawa?" Bagaspati bengong

    Last Updated : 2022-10-20
  • Perjanjian Leluhur   73. Makhluk Bermata Satu

    Cakra terkejut melihat perubahan di wajah Mahameru. "Ada apa, Paman Patih? Kau kelihatan ketakutan sekali?" "Tuan Muda dan puteri mahkota sebaiknya lekas pergi," kata Mahameru tercekat. "Makhluk bermata satu itu adalah si Setan Jagat, guru Pangeran Tengkorak yang dibunuh Tuan Muda tempo hari. Ia pasti mau menuntut balas atas kematian muridnya." Muridnya saja sangat sakti, pikir Cakra. Setiap pukulannya mengandung hawa racun sangat mematikan. Ia pasti sudah tewas kalau tidak dilindungi air mata bidadari dan air kehidupan yang bercampur di dalam darahnya. Cakra tidak dapat mengandalkan prajurit kerajaan untuk menghadapinya. Mereka bisa mati konyol. "Kau adalah panglima balatentara," kata Cakra. "Kau seharusnya pantang menunjukkan rasa gentar, siapapun musuh yang dihadapi. Jangan membuat pasukanmu kena mental." "Saya tidak takut mati, Tuan Muda," elak Mahameru. "Saya mengkhawatirkan keselamatan Tuan Puteri. Saya tidak bisa melindunginya dari kekejaman si Setan Jagat yang memiliki

    Last Updated : 2022-10-21

Latest chapter

  • Perjanjian Leluhur   375. Permaisuri Kesebelas

    "Kau bukan tandinganku...!" Cakra mengingatkan Chu Phang Yu yang hendak menyerangnya. "Aku tidak mau kau mati sia-sia...!"Chu Phang Yu adalah tokoh muda sakti mandraguna yang sangat ditakuti di Hutan Utara, sehingga ia memperoleh gelar Ratu Hutan Utara.Tiada pendekar berani berbuat konyol di Hutan Utara, kecuali ingin mengantarkan nyawa.Betapa nekatnya Cakra memandang remeh Chu Phang Yu."Kau sungguh tidak menghormati diriku!" geram Ratu Hutan Utara. "Apakah kau masih memiliki kehormatan?""Bedebah...! Aku ingin tahu seberapa pantas kau merendahkan diriku!""Sangat pantas...!"Cakra melayani serbuan Chu Phang Yu dengan jurus Hati Di Ranting Cemara.Ia berkata, "Aku juga ingin tahu seberapa pantas kau jadi calon permaisuri Raja Agung!""Aku belum memberi jawaban kepada Anjani! Aku berpikir ulang menjadi permaisuri kesebelas melihat kesombongan dirimu!"Dewi Anjani menetapkan lima belas calon permaisuri untuk Pangeran Nusa Kencana, namun hanya sepuluh yang diumumkan dalam testimoni,

  • Perjanjian Leluhur   374. Ratu Hutan Utara

    Chu Phang Yu mengintip lewat rumpun bunga tulip, rumpun bunga itu terletak di tepi telaga kecil.Chu Phang Yu tersenyum saat kuda coklat mendatangi kuda betina yang lagi makan rumput di seberang telaga."Jebakanku berhasil...!" gumam Chu Phang Yu. "Daging kuda itu pasti sangat lezat.""Kau sedang apa?"Sebuah pertanyaan dari belakang mengejutkan Chu Phang Yu.Ia menoleh dan menemukan bangsawan muda sangat tampan tengah tersenyum.Bagaimana dirinya sampai tidak mengetahui kedatangan pemuda itu?"Aku kira lagi mpup," kata Cakra. "Kok tidak buka cawat? Apa mpup di celana?""Kurang ajar...!" geram Chu Phang Yu. "Makhluk apa kau tidak ketahuan datangnya olehku?""Kau terlalu khusyuk melihat kelamin kudaku, sehingga tidak tahu kedatangan diriku.""Rupanya kau bangsawan cabul...! Kau tidak tahu berhadapan dengan siapa!""Aku sedang berhadapan dengan perempuan cantik jelita yang mempunyai kegemaran mengintip binatang kawin.""Aku adalah Chu Phang Yu! Penguasa Hutan Utara yang akan menghukum p

  • Perjanjian Leluhur   373. Kuda Betina

    "Bersiaplah...!"Cakra menempelkan ujung tongkat pada kening topeng lalu mengalirkan energi roh, asap berbau busuk mengepul dari sela topeng. Ratu Utara mengerahkan energi inti untuk membantu proses pengobatan, dan menutup jalur pernafasan, mencegah terhirupnya aroma busuk dan beracun.Ratu Utara membuka topeng ketika dirasa wajahnya sudah kembali seperti sediakala, dan mengenakan pakaian."Aku kagum denganmu," puji Ratu Utara. "Kau mampu berkonsentrasi melakukan pengobatan dengan pesonaku terpampang jelas di matamu.""Ada saatnya aku menikmati keindahan perempuan, ada saatnya menutup mata," sahut Cakra. "Aku minta kau memenuhi janji untuk menemui Ratu Purbasari. Permusuhan kalian mesti diakhiri di atas traktat.""Tiada alasan bagiku untuk mengingkari janji. Kutukan akan kembali menimpa diriku jika aku ingkar."Cakra tersenyum miris. Ratu Utara sudi berdamai bukan atas kesadaran diri sendiri, tapi takut kena karma.Kiranya sulit melupakan masa lalu, padahal Pangeran Wikudara mengikat

  • Perjanjian Leluhur   372. Kebohongan Terbongkar

    Cakra senang mendengar kehamilan permaisuri ketiga. Pantas saja Maharini tidak pernah sambung kalbu, ia sudah kehilangan ilmu itu secara sendirinya.Ilmu Sambung Kalbu dan Sambung Rasa akan muncul kembali setelah ia melewati masa lahiran."Puteri mahkota akan tinggal di istana Miring sampai masa lahiran selesai," kata Ratu Utara. "Ia mesti dijaga dari segala pengaruh pria jahat.""Aku heran bagaimana puteri mahkota mempunyai banyak musuh sehingga banyak pria yang ingin mencelakai dirinya," ujar Cakra. "Apakah ia banyak memberi harapan kepada mereka sewaktu masih lajang?""Maharini senang pengembara, kehidupannya banyak dihabiskan di luar istana, ia mempunyai beberapa teman dekat yang sakit hati karena pernikahannya dengan pangeran Nusa Kencana begitu mendadak.""Aku kira mereka salah mengartikan kebaikan puteri mahkota, mereka seharusnya tahu bahwa sejak awal ia sudah menentukan pilihan hidupnya, yaitu Pendekar Lembah Cemara.""Mereka tahu kalau aku tidak setuju puteriku mengikat jan

  • Perjanjian Leluhur   371. Topeng Srikandi

    "Maksudmu ingin menyumpal mulutku dengan bibir topeng?" Cakra memandang Ratu Topeng dengan kurang ajar. "Mendingan disumpal dengan mulut kuda sekalian!""Kau sangat menyinggung harga diriku!" geram Ratu Topeng marah. "Padahal belum pernah ada bangsawan Bunian yang berani menghinaku!""Aku tersanjung menjadi yang pertama."Cakra meminta si Gemblung untuk berjalan lewat gili-gili karena perempuan bertopeng tidak bergeser dari tengah jalan."Aku bertanya sekali lagi...!" tegas Ratu Topeng. "Ada kepentingan apa kau datang malam-malam ke wilayah Utara?""Aku kemalaman, aku kurang nyaman menginap di wilayah Barat, perempuannya bau asem seperti dirimu.""Aku kira ada masalah dengan hidungmu!""Hey, ratu ronggeng...! Kau tidak dapat mencium bau dirimu karena memakai topeng! Maka itu buka dulu topengmu agar bisa menikmati bau asem tubuhmu!"Padahal perempuan bertopeng beraroma mirabilis, wanginya sangat menyegarkan pernafasan.Cakra sampai berfantasi dengan body goal-nya. Wangi mirabilis adal

  • Perjanjian Leluhur   370. Perempuan Bertopeng

    Cakra pergi meninggalkan prajurit kerajaan, kembali ke dangau di perkebunan jeruk di mana si Gemblung menunggu.Kemudian Cakra berangkat ke perbatasan dengan berkendara kuda coklat itu."Kau benar, Gemblung," kata Cakra. "Kita mestinya melanjutkan perjalanan ke wilayah Utara. Sepasang Pengemis Gila akan menjadi tanggung jawab tokoh istana untuk melumpuhkannya.""Bagaimana kita melewati pintu gerbang, Yang Mulia?" tanya si Gemblung. "Apakah penjaga perbatasan sudi membuka gerbang tengah malam buta begini?""Bagiku tidak ada rintangan yang tak dapat dilewati," sahut Cakra. "Aku adalah calon Raja Agung, aku harus mampu membuktikan ketangguhan diriku."Cakra dapat menggunakan ilmu Selubung Khayali untuk mempengaruhi mereka agar menuruti keinginannya. Ia bahkan dapat berbuat apa saja.Cakra biasa menggunakan ilmu itu dalam situasi darurat, karena cukup menguras energi, terutama untuk makhluk yang berotak jernih.Cakra cukup menggerakkan kepala kepada penjaga perbatasan untuk membuka pintu

  • Perjanjian Leluhur   369. Sepasang Pengemis Gila

    "Terima kasih atas informasinya, tuan...!" Kepala prajurit istana dan anak buahnya pergi ke perkebunan apel menyusul Sepasang Pengemis Gila. "Mereka tak percaya dengan penjelasan Yang Mulia," kata si Gemblung. "Mereka pikir Yang Mulia adalah bangsawan edan." "Kau kurang ajar sekali kepada majikanmu...!" gerutu Cakra. "Bangsawan edan mana mungkin mempunyai 5.000 keping emas dan perak?" Cakra bangkit dari balai kayu, berjalan mondar-mandir seperti orang bingung."Ada apa Yang Mulia bolak-balik kayak gergaji mesin?" tanya si Gemblung. "Sepasang Pengemis Gila adalah tokoh sakti mandraguna yang malang-melintang di kerajaan Dublek, kemampuan mereka setingkat sahabatku, pasti cukup merepotkan." Istana Dublek mempunyai tokoh sakti sangat banyak, sehingga cukup disegani meski kerajaan kecil. "Lalu Yang Mulia akan menyusul mereka?" "Ya. Kau tunggu di sini." Cakra merasa bertanggung jawab karena puteri Marina adalah calon permaisuri. "Aku pasti terlambat menyelamatkan puteri mahkota ka

  • Perjanjian Leluhur   368. Bukan Aku Yang Bilang

    "Kita terpaksa menempuh jalan setapak."Cakra meminta si Gemblung untuk memasuki jalan kecil berkerikil di antara pohon apel yang berderet rapi."Puteri Marina pasti mengenali diriku jika kita lewat jalan umum.""Bagaimana ia mengenali Yang Mulia padahal belum pernah bertemu?""Ratu Barat pasti sudah memberi gambaran secara virtual."Cakra sulit menolak jika puteri Marina mengundang untuk menghadiri pesta. Perjalanan menuju kerajaan Utara jadi terhambat.Cakra hanya mempunyai waktu tiga pekan untuk menyambangi permaisuri, pada saat itu sayembara di kota Dublek sudah memasuki babak akhir.Kesempatan terbaik bagi Cakra untuk mengambil alih istana, tanpa perlu melumpuhkan prajurit."Yang Mulia mestinya senang bertemu puteri Marina. Yang Mulia pasti diminta menginap di rumah singgah, dan bisa test drive.""Kau itu kendaraan calon Raja Agung, pikiran kotormu mestinya dihilangkan.""Barangkali aku ketularan."Cakra mendelik. "Ketularan aku maksudnya?""Bukan aku yang bilang."Hari sudah mal

  • Perjanjian Leluhur   367. Sayangnya Bukan Ksatria

    Cakra segera mengadakan ikatan janji suci dengan puteri mahkota begitu tiba di istana Bunian.Cakra tinggal selama dua hari di istana megah itu. Setelah muncul titik hitam di kening Bidasari, pertanda datang masa kehamilan, ia pergi ke istana Utara untuk menyambangi Maharini.Bidasari melepas kepergian sang ksatria dengan berat."Aku akan selalu merindukan kedatangan dirimu," kata puteri mahkota Bunian. "Jadikanlah aku pengisi bilik hatimu di antara permaisuri lain." Cakra senang Bidasari sudah memasuki masa kehamilan, sehingga tanggung jawabnya untuk mencetak penerus dinasti sudah tertunaikan.Cakra menempuh perjalanan lewat kerajaan Barat, ia belum pernah berkunjung ke negeri kecil yang makmur itu."Aku heran dengan leluhur Nusa Kencana," kata Cakra sambil menunggang kuda coklat dengan santai. "Ia tidak menjodohkan diriku dengan puteri Marina, padahal negeri ini perlu menjadi anggota persemakmuran.""Puteri Marina masih di bawah umur, Yang Mulia," sahut si Gemblung. "Barangkali itu

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status