Perjalanan ke kadipaten Tanjungsari tertunda karena perempuan bercadar sangat kelelahan dan tertidur pulas di batu ceper.Cakra terpaksa bersabar menunggunya bangun. Ia sebenarnya ingin meminta perempuan bercadar pulang ke istana langit, kadipaten yang akan dituju pasti sangat menjijikkannya.Kehidupan di Tanjungsari sangat bebas. Bukan pemandangan luar biasa jika sepasang insan berhubungan badan di taman, atau pantai."Aku kuatir ia trauma melihat eksploitasi wanita," gumam Cakra. "Di penginapan banyak terpajang di dalam kaca pekerja seks, bahkan di setiap lantai terdapat teater khusus pagelaran striptis."Cakra sulit mencari penginapan bebas perempuan komersial. Mereka tidak mungkin tidur seperti gelandangan.Pangeran Restusanga pasti murka kalau tahu garwanya tidur tergeletak di batu ceper, bahkan dihantam di rerumputan.Cakra bebas untuk memakai leluhur selama masa kehamilan puteri mahkota, tapi bukan untuk ditelantarkan."Aku mestinya mencari pelayan pribadi untuk kebutuhan biolo
Perasaan Cakra sedikit berubah saat mengetahui siapa perempuan bercadar.Ia sampai rela melanglang buana karena takut CLBK dengan ayahnya yang kini berada di istana.Semula Cakra ingin pulang ke istana untuk bertemu dengan orang tuanya, namun kabar dari mahapatih menyurutkan keinginannya."Ambu melarang gusti pangeran meninggalkan tugas," kata Mahameru lewat sambung kalbu. "Rindunya cukup terobati dengan melihat kelahiran cucunya."Cakra sangat gembira mendengar kabar kelahiran anaknya. "Apakah putraku laki-laki?""Ya.""Aku kuatir seperti bapaknya," canda Cakra. "Kau cari dayang terbaik untuk merawatnya.""Nirmala, siapa lagi? Atau gusti pangeran menginginkan permaisuri kedua yang mengurusnya?""Bercanda!""Ia bersedia merawat buah hati pangeran.""Aku kira Nirmala saja."Keinginan Puteri Rinjani merawat bayi itu pasti lantaran ia ingin mendapatkan keturunan.Menurut babad kerajaan, apabila puteri mahkota mengalami masalah dengan kehamilan, maka ia mesti memelihara anak sebagai panci
Kakak beradik bernama Mahadewi dan Mahardika melesat pergi dengan gin kang tingkat tinggi.Dalam sekejap mereka sudah berada jauh dari telaga. Mereka terkejut saat melihat Cakra sudah menunggu di lorong tanaman perdu yang hendak dilewati."Jangan lari dariku," kata Cakra. "Kecuali kalian bukan insan baik-baik."Mereka berbalik hendak kabur ke arah lain, tapi perempuan bercadar sudah menutup jalan mereka.Ia kelihatan demikian anggun dengan penampilan lebih tertutup, laksana peri pemetik bunga."Jangan takut," kata Ratu Purbasari. "Aku peri pemetik bunga, siap menolong kalian."Di hutan perbatasan terkenal legenda peri pemetik bunga yang baik hati dan dan tidak sombong, tapi tidak rajin menabung karena tidak ada perbankan."Apakah benar kau peri pemetik bunga?" tanya Mahadewi separuh percaya.Ratu Purbasari tersenyum. "Tentu saja bukan, peri itu hanya mitos, tapi kebaikan diriku bukan mitos. Ceritakanlah kenapa kalian sampai berada di hutan ini."Ratu Nusa Kencana membimbing mereka un
"Jika ke depannya aku banyak mendukung dirimu, bukan memandang apa yang pernah kita lewati bersama," kata Ratu Purbasari sebelum pergi. "Aku banyak belajar dalam perjalanan ini, banyak kekeliruan yang diperbuat sehingga menjatuhkan harga dirimu."Kepergian Ratu Nusa Kencana sangat membekas di ingatan Caka. Ia berjanji bahwa ke depannya tidak akan mencampuri tindakan yang diambil.Pengembaraan ke Selatan telah membuka pikirannya bahwa keputusan teknis bergantung kepada situasi yang terjadi."Aku lega sekarang," kata Cakra. "Ia sudah mulai menganggapku."Cakra pergi ke kadipaten Tanjungsari dengan berjalan kaki. Elang raksasa dipakai Ratu Purbasari untuk mengantar anak mantan adipati ke Selawangi.Mereka adalah generasi masa depan yang perlu diselamatkan."Aku lupa menanyakan kepada Mahadewi di mana kepala dukuh dan keluarganya menjalani hukuman besok," keluh Cakra. "Apakah di pedukuhan ada alun-alun?"Mereka tidak mungkin digantung di bawah pohon toge. Tinggal tambah tauco jadilah mart
Istri dan anak kepala dukuh sedang makan spaghetti carbonara ketika mereka muncul di bawah pohon besar.Anak kepala dukuh dalam gendongan Cakra bangun dan langsung menyantap spaghetti bagiannya.Mereka sejak ditangkap tidak diberi makan. Anak kepala dukuh tertidur karena kelelahan menangis kelaparan."Betapa besar jasamu bagi keluargaku," kata kepala dukuh. "Bagaimana aku membalasnya?""Cintailah rajamu dengan segenap jiwa raga, sebab ia akan berkorban demi kesejahteraan kalian."Kepala dukuh memandang Cakra dengan hati-hati, "Anak muda ... apakah kau pendukung Raja Reksajiwa?""Aku mengangkatnya jadi raja, menggantikan Ratu Selatan."Kepala dukuh dan istrinya serempak bersujud di depan Cakra, kedua anaknya berhenti makan dan ikut-ikutan bersujud."Ampunilah aku, gusti pangeran," sesal kepala dukuh. "Aku dan keluarga sungguh tidak tahu diri...!"Kepala dukuh sudah mendengar kabar bahwa Ratu Selatan dan Lu Qiu Khan dibuang ke pulau terpencil oleh Pangeran Nusa Kencana.Ia menghormati p
"Lekas kalian sembunyi."Cakra memutuskan untuk mencegat rombongan penduduk yang hendak mencari suaka. Mereka tampak sangat ketakutan. "Aku adalah Pendekar Lembah Cemara yang akan melindungi kalian."Cakra merasa perlu memberi tahu jati dirinya untuk memberi ketenangan kepada mereka.Hasilnya sungguh luar biasa. Mereka serempak bersujud."Akhirnya pertolongan datang juga.""Selamatkan kami pangeran. Kami hanyalah rakyat kecil yang menjadi korban konflik.""Prajurit menggeledah rumah penduduk, membawa anak gadis dan pemuda yang dicurigai."Kelompok pergerakan mayoritas anak muda dengan pemimpin mantan adipati.Mereka mencoba berontak dari kesewenangan yang terjadi.Mereka menggalang kekuatan secara diam-diam, bagusnya tidak ada oknum politik memanfaatkan untuk kepentingan golongan."Cepatlah bersembunyi, itu adalah peradaban terbaik kalian untukku. Sebentar lagi prajurit kadipaten tiba."Mereka segera bersembunyi di rumpun semak dan pepohonan.Jalan setapak dalam sekejap tampak lenga
Penduduk di pinggiran kota Tanjungsari heboh.Kepala dukuh dan keluarga hilang secara misterius, beberapa tokoh sakti dan puluhan prajurit belum kembali dari hutan.Bantal Guling dan kedua pengawalnya ditemukan dalam keadaan tertotok dan tanpa pakaian, dua pengawal lagi sedang melepas pakaian."Hingga sekarang totokan itu belum dapat dibebaskan," kata pria berperut tempayan. "Menurut selentingan, totokan itu perbuatan makhluk roh. Mereka diangkut ke keraton untuk mendapat pertolongan Raja Samudera."Pria itu merasa demikian nikmat menghirup kopi panas, prajurit tidak berlalu lalang pagi ini.Pemandangan menyebalkan yang menggangu keasyikannya nongkrong di kedai."Bantal Guling dalam keadaan hendak menghunjam, perempuan satu lagi sedang mengelus organ intim. Selera humor makhluk itu benar-benar edan.""Makanya kalau bersenggama lihat-lihat tempat," tegur pria berpakaian tabib. "Penghuni pohon jadi marah.""Alah, kau sering menyewa istri pemilik kedai di kandang kambing, nyatanya penghu
Cakra berangkat ke pusat kota. Ia pikir pedukuhan sudah tidak lagi membutuhkan dirinya.Puluhan prajurit tersesat di hutan sehingga ketakutan warga akan penindasan berkurang.Kehidupan mulai tenang meski kecemasan akan kembalinya prajurit tetap membayangi. "Aku heran dengan adipati," kata Cakra sambil berkuda dengan santai. "Mengapa mereka begitu senang menindas rakyat kecil? Padahal sejarah membuktikan dinasti otoriter tidak berumur panjang.""Nafsu membuat mereka lupa bercermin," sahut Ben Ren. "Seperti diriku, nafsu membuat diriku ingin menikmati Srintil.""Siapa Srintil? Kuda betina peliharaan adipati?""Aku tidak tahu ia kuda apa bidadari. Dari jauh kelihatan seperti bidadari, dari dekat seperti kuda, bawaannya ingin menunggangi. Ia baru pulang belajar dari pegunungan Wuhan."Beberapa perawan lalu lalang menikmati udara kebebasan, Ben Ren menjadi pecicilan, mencolek wajah dengan sekeping perak.Sedangkan sekeping emas untuk meremas dan meraba organ rahasia. Begitulah budaya sawe