Beranda / Romansa / Perjanjian Leluhur / 266. Penunggu Pohon

Share

266. Penunggu Pohon

Penulis: Enday Hidayat
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-17 21:42:46
Cakra mengurangi kecepatan trailer, enam motor di belakang pun menurunkan kecepatan.

"Sekarang kau percaya mereka bukan rombongan touring?"

Mahameru heran melihat mereka tidak agresif. Bagaimana kendaraan ekspedisi mengalami kecelakaan kalau hanya dibuntuti?

Mahameru curiga kalau mereka sudah mengatur strategi untuk pengalihan rute. Barang di dalam trailer bernilai miliaran, mereka ingin merampok sekalian sabotase.

Tapi kecelakaan sebelumnya tidak menunjukkan indikasi perampokan.

"Aku kira ini jawabannya."

Cakra melihat ada batang pisang tergeletak melintang di depan. Ia sengaja melindasnya dan terdengar letusan kecil, seperti bom paku dengan daya ledak rendah.

"Pasti orang mereka yang memasang jebakan," kata Cakra. "Aku melihat ada motor gede tersembunyi di balik semak."

Trailer sedikit oleng karena ban depan kempes mendadak. Cakra berusaha mengendalikan setir dan melambatkan laju trailer, lalu berhenti di pinggir jalan.

"Kalau pangeran tahu batang pisang itu jebakan, kenapa
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Perjanjian Leluhur   267. Pandai Berakting

    Sebuah sedan mewah memasuki basement parkir dikawal dua mobil di depan dan belakang. Ketiga mobil itu berhenti di pelataran parkir khusus pimpinan Hanoman Grup. Dari mobil depan dan belakang beberapa pria berbadan kekar keluar menyebar berjaga-jaga. Seorang lelaki gagah berpakaian perlente turun dari sedan mewah, berusia separuh baya dan berwajah tampan, entah bagaimana ceritanya memiliki nama Hanoman. "Bagaimana mereka sampai gagal?" tanya Hanoman. "Bukankah mereka sudah biasa?" Pria itu adalah pimpinan tertinggi Hanoman Grup, ia didampingi Sombu orang kepercayaan. Hanoman sangat marah pagi-pagi mendapat kabar buruk. Ia tidak biasa menerima kabar buruk. "Semua baru dugaan," jawab Sombu. "Aku kehilangan kontak sejak mereka memasuki hutan alas." "Berarti operasi mereka gagal, dan kau tahu harga sebuah kegagalan." Kegagalan adalah kematian. Mereka jadi santapan buaya peliharaan Hanoman. "Aku kemungkinan orang kita keduluan perampok yang beroperasi di hutan alas. Secara tidak

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-18
  • Perjanjian Leluhur   268. Pantasnya Jadi Tangan Kiri

    "Aku adalah Cakra Agusti Bimantara! Putra dari Dwipa dan Citraresmi! Bagaimana kau berpikir aku bukan manusia?" Hanoman kenal Dwipa karena sempat heboh di media massa gara-gara kopi beracun, sedangkan Citraresmi lawan politik kandidat yang didukungnya. "Pantas kelakuanmu barbar," sindir Hanoman sinis. "Di tubuhmu mengalir darah kriminal." "Ayahku bukan manusia biadab sepertimu, Hanoman! Kau memperlakukan manusia seperti belatung!" Sombu berbisik kepada tuannya, "Mulut curut itu semakin lancip kalau dibiarkan." "Jadikan ia santapan makan siang peliharaanku." "Siap." Sombu maju menyerbu disertai teriakan keras, "Ciiaaatt!" Buk! Sombu terpental menerima tendangan di dadanya dan jatuh menghantam kabin sedan. Brak! "Keluarkan seluruh kemampuanmu," tantang Cakra. "Jangan teriakan saja kencang." Sombu segera bangkit, kemudian menerjang lagi dengan amarah memuncak. "Ciiaaatt!" Sombu mengirim kombinasi pukulan dan tendangan secara bertubi-tubi. "Yang kayak begini jadi tangan kana

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-20
  • Perjanjian Leluhur   269. Menjemput Takdir

    Cakra menganggap persoalan dengan Hanoman Grup sudah selesai ketika apa yang terjadi di kantor itu tidak muncul di media massa. Cakra tidak berkeinginan untuk menabur angin, ia kuatir orang tuanya menuai badai setelah ditinggal pergi ke Nusa Kencana. Satu pekan setelah kejadian itu klan Bimantara berkumpul di rumahnya sekalian pertemuan rutin keluarga besar. "Hanoman kemarin datang ke kantorku," kata Dimas. "Ia memintaku untuk melupakan apa yang telah terjadi, ia bersedia mengganti kerugian dan bersaing secara sehat." "Bersaing itu pasti tidak sehat," sahut Cakra. "Perlu ada batasan hitam di atas putih mengenai persaingan yang dibolehkan." "Aku ingin menghindari persaingan dengannya, Hanoman setuju untuk mengakuisisi semua outlet ku yang berada di wilayahnya." "Hitam di atas putih?" "Ya." Dimas kuatir terjadi lagi pergesekan di kemudian hari. Ia ingin membuka outlet di wilayah yang belum tersentuh oleh Hanoman Grup. Prinsip klan Bimantara adalah membuka usaha dengan meminimalk

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-21
  • Perjanjian Leluhur   270. Fenomena Berbeda

    Bulan penuh menggantung di langit. Sinarnya menerobos dedaunan menerangi jalan aspal di hutan bunian. Limousine meluncur kencang di jalan sunyi. "Kereta pelangi menunggu di mana?" tanya Cakra. "Aku kira perjalanan lewat udara sangat menghemat waktu." "Aku minta kembali ke pemiliknya," sahut Dewi Anjani. "Aku tak berpikir untuk pulang." "Keputusanmu memicu Ambu untuk merelakan kepergian anaknya. Kau tidak mungkin tinggal di kampung." "Aku tidak bisa jauh darimu." "Itu kata Slank." Cakra mengurangi kecepatan dan membelokkan mobil memasuki hutan. Mereka kaget. "Kanda mau ke mana?" tanya Dewi Anjani. "Sedan ini mestinya disimpan di pinggir jalan." "Aku ingin membawanya ke istana Nusa Kencana." "Risikonya besar sekali kanda, mobil ini bisa meledak di gerbang labirin." "Aku sudah pernah membawa taksi dan kini tersimpan di Pondok Asmara." "Kejadian itu kebetulan saja kanda." "Aku banyak sekali mengalami kejadian kebetulan." Cakra mengerahkan ilmu Tembus Pandang P

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-22
  • Perjanjian Leluhur   271. Berhutang Janji

    Sedan berhenti di persimpangan menuju ke Pondok Asmara. Mahameru turun untuk menggantikan Cakra mengemudi. Cakra tidak ikut pulang ke istana Rajapati di Kadipaten Selatan, ia banyak urusan di Kadipaten Barat. Cakra bertanya, "Kau yakin Kadipaten Barat kondusif setelah kepergian ku?" "Situasi aman terkendali, gusti pangeran," jawab Mahameru. "Lagi pula, pasukan pengawal sedang dalam perjalanan. Tidak ada situasi yang perlu dikuatirkan." Cakra dapat menggunakan ilmu Pindah Raga bila situasi genting, tapi bukan itu persoalannya. Pengamanan puteri mahkota adalah protokol yang tak boleh dilanggar meski situasi aman. Mahameru terlambat memberi tahu kedatangan puteri mahkota sehingga pasukan Kotaraja yang menunggu di istana adipati terlambat datang. "Kendaraan ini pasti memancing perhatian warga, aku kuatir perjalanan kalian terhambat. Aku kira lebih baik menunggu pasukan pengawal tiba." Cakra kira tidak ada yang tahu kedatangan mereka, tapi mobil ini memberi tahu secara sendirinya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-23
  • Perjanjian Leluhur   272. Nyamuk Kecil

    Malam mulai turun saat mereka memasuki hutan hijau dengan pepohonan dan rerumputan tumbuh rapi seperti hutan buatan. Mereka singgah di sebuah dangau karena kuda sudah tampak letih. "Wedang lemon sungguh nikmat." Cakra meneguk minuman di veples yang terbuat dari emas. Minuman itu terasa hangat lewat di tenggorokan dan menetralisir udara dingin yang menusuk tubuh. "Sayang sekali wedang ini tidak boleh diperjualbelikan di negeri manusia." Setiap produksi di kerajaan Nusa Kencana terlarang untuk diproduksi di negara lain, sebab tidak berlaku lisensi. "Kita bermalam di sini saja tuan," kata Melati. "Dangau ini sangat nyaman." "Kita istirahat sejenak saja," sahut Cakra. "Setelah kuda kembali bugar, kita berangkat lagi." Mereka sudah menempuh separuh perjalanan, perkiraan tiba di keraton gubernur menjelang pagi. Cakra menyukai perjalanan di malam hari karena udara sangat segar, kecuali perbekalan habis, mereka perlu warung untuk mengisi perut. Mereka juga bisa memacu kuda di perkamp

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-24
  • Perjanjian Leluhur   273. Menolak Bingkisan

    Mereka meninggalkan komplotan perampok di dangau dalam keadaan tertotok. Jadi mereka tidak dapat melarikan diri, sampai mereka dihadapkan kepada kadi untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Cakra menghubungi kepala prajurit langlang yang lagi berpatroli di perkampungan untuk mengambil mereka. "Titah gusti pangeran segera patik laksanakan." Kepala prajurit dan anggotanya langsung menuju ke hutan hijau di mana komplotan perampok berada. Cakra meneruskan perjalanan lewat jalan perkampungan yang sunyi. "Aku senang penduduk dapat tidur nyenyak," kata Cakra. "Bramantana mampu membuat rakyatnya beristirahat dengan aman, untuk menyambut hari esok dengan penuh semangat." "Tapi rakyat yang antipati memandang Pangeran Bramantana adalah putera dari guru tuan saat tuan mengangkatnya jadi Raja Timur, bukan memandang prestasi." "Pada dasarnya mereka bukan mencari kebenaran, tapi mencari celah untuk menjatuhkan diriku." Maka itu Cakra tidak pernah berharap untuk dicintai seluruh rakyat, ia

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-25
  • Perjanjian Leluhur   274. Kembaran Unik

    Cakra merasa kena prank! Ia kira gentong berjalan itu calon selirnya! "Lalu Rihana mana?" Cakra memandang Rihani yang melelang senyum manisnya. "Lagi bersolek," jawab Rihani. "Barangkali sebentar lagi selesai." Cakra jadi penasaran menunggu kemunculan saudara kembarnya. Rihani saja seperti celengan gajah, Rihana pasti seperti kaleng kerupuk! Tapi Cakra tidak mempersoalkan pilihan puteri mahkota. Perempuan mempunyai selera lebih baik daripada lelaki, dan kebaikan itu bukan sekedar pertimbangan fisik. Ada hal yang lebih bernilai dari sekedar kesempurnaan fisik. Cakra bertanya kepada gubernur, "Bisakah kau panggil Wisesa untuk menghadapku?" "Anak sulung saya sebentar lagi datang, pangeran," jawab gubernur. "Semalam ia pulang sangat larut untuk membantu persiapan penyambutan pangeran." Wisesa adalah putra sulung gubernur dan menjadi wedana untuk beberapa distrik. Ia adalah wedana berprestasi dan paling populer di antara wedana lain. "Nah, itu Wisesa," kata gubernur saat anak sul

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-26

Bab terbaru

  • Perjanjian Leluhur   375. Permaisuri Kesebelas

    "Kau bukan tandinganku...!" Cakra mengingatkan Chu Phang Yu yang hendak menyerangnya. "Aku tidak mau kau mati sia-sia...!"Chu Phang Yu adalah tokoh muda sakti mandraguna yang sangat ditakuti di Hutan Utara, sehingga ia memperoleh gelar Ratu Hutan Utara.Tiada pendekar berani berbuat konyol di Hutan Utara, kecuali ingin mengantarkan nyawa.Betapa nekatnya Cakra memandang remeh Chu Phang Yu."Kau sungguh tidak menghormati diriku!" geram Ratu Hutan Utara. "Apakah kau masih memiliki kehormatan?""Bedebah...! Aku ingin tahu seberapa pantas kau merendahkan diriku!""Sangat pantas...!"Cakra melayani serbuan Chu Phang Yu dengan jurus Hati Di Ranting Cemara.Ia berkata, "Aku juga ingin tahu seberapa pantas kau jadi calon permaisuri Raja Agung!""Aku belum memberi jawaban kepada Anjani! Aku berpikir ulang menjadi permaisuri kesebelas melihat kesombongan dirimu!"Dewi Anjani menetapkan lima belas calon permaisuri untuk Pangeran Nusa Kencana, namun hanya sepuluh yang diumumkan dalam testimoni,

  • Perjanjian Leluhur   374. Ratu Hutan Utara

    Chu Phang Yu mengintip lewat rumpun bunga tulip, rumpun bunga itu terletak di tepi telaga kecil.Chu Phang Yu tersenyum saat kuda coklat mendatangi kuda betina yang lagi makan rumput di seberang telaga."Jebakanku berhasil...!" gumam Chu Phang Yu. "Daging kuda itu pasti sangat lezat.""Kau sedang apa?"Sebuah pertanyaan dari belakang mengejutkan Chu Phang Yu.Ia menoleh dan menemukan bangsawan muda sangat tampan tengah tersenyum.Bagaimana dirinya sampai tidak mengetahui kedatangan pemuda itu?"Aku kira lagi mpup," kata Cakra. "Kok tidak buka cawat? Apa mpup di celana?""Kurang ajar...!" geram Chu Phang Yu. "Makhluk apa kau tidak ketahuan datangnya olehku?""Kau terlalu khusyuk melihat kelamin kudaku, sehingga tidak tahu kedatangan diriku.""Rupanya kau bangsawan cabul...! Kau tidak tahu berhadapan dengan siapa!""Aku sedang berhadapan dengan perempuan cantik jelita yang mempunyai kegemaran mengintip binatang kawin.""Aku adalah Chu Phang Yu! Penguasa Hutan Utara yang akan menghukum p

  • Perjanjian Leluhur   373. Kuda Betina

    "Bersiaplah...!"Cakra menempelkan ujung tongkat pada kening topeng lalu mengalirkan energi roh, asap berbau busuk mengepul dari sela topeng. Ratu Utara mengerahkan energi inti untuk membantu proses pengobatan, dan menutup jalur pernafasan, mencegah terhirupnya aroma busuk dan beracun.Ratu Utara membuka topeng ketika dirasa wajahnya sudah kembali seperti sediakala, dan mengenakan pakaian."Aku kagum denganmu," puji Ratu Utara. "Kau mampu berkonsentrasi melakukan pengobatan dengan pesonaku terpampang jelas di matamu.""Ada saatnya aku menikmati keindahan perempuan, ada saatnya menutup mata," sahut Cakra. "Aku minta kau memenuhi janji untuk menemui Ratu Purbasari. Permusuhan kalian mesti diakhiri di atas traktat.""Tiada alasan bagiku untuk mengingkari janji. Kutukan akan kembali menimpa diriku jika aku ingkar."Cakra tersenyum miris. Ratu Utara sudi berdamai bukan atas kesadaran diri sendiri, tapi takut kena karma.Kiranya sulit melupakan masa lalu, padahal Pangeran Wikudara mengikat

  • Perjanjian Leluhur   372. Kebohongan Terbongkar

    Cakra senang mendengar kehamilan permaisuri ketiga. Pantas saja Maharini tidak pernah sambung kalbu, ia sudah kehilangan ilmu itu secara sendirinya.Ilmu Sambung Kalbu dan Sambung Rasa akan muncul kembali setelah ia melewati masa lahiran."Puteri mahkota akan tinggal di istana Miring sampai masa lahiran selesai," kata Ratu Utara. "Ia mesti dijaga dari segala pengaruh pria jahat.""Aku heran bagaimana puteri mahkota mempunyai banyak musuh sehingga banyak pria yang ingin mencelakai dirinya," ujar Cakra. "Apakah ia banyak memberi harapan kepada mereka sewaktu masih lajang?""Maharini senang pengembara, kehidupannya banyak dihabiskan di luar istana, ia mempunyai beberapa teman dekat yang sakit hati karena pernikahannya dengan pangeran Nusa Kencana begitu mendadak.""Aku kira mereka salah mengartikan kebaikan puteri mahkota, mereka seharusnya tahu bahwa sejak awal ia sudah menentukan pilihan hidupnya, yaitu Pendekar Lembah Cemara.""Mereka tahu kalau aku tidak setuju puteriku mengikat jan

  • Perjanjian Leluhur   371. Topeng Srikandi

    "Maksudmu ingin menyumpal mulutku dengan bibir topeng?" Cakra memandang Ratu Topeng dengan kurang ajar. "Mendingan disumpal dengan mulut kuda sekalian!""Kau sangat menyinggung harga diriku!" geram Ratu Topeng marah. "Padahal belum pernah ada bangsawan Bunian yang berani menghinaku!""Aku tersanjung menjadi yang pertama."Cakra meminta si Gemblung untuk berjalan lewat gili-gili karena perempuan bertopeng tidak bergeser dari tengah jalan."Aku bertanya sekali lagi...!" tegas Ratu Topeng. "Ada kepentingan apa kau datang malam-malam ke wilayah Utara?""Aku kemalaman, aku kurang nyaman menginap di wilayah Barat, perempuannya bau asem seperti dirimu.""Aku kira ada masalah dengan hidungmu!""Hey, ratu ronggeng...! Kau tidak dapat mencium bau dirimu karena memakai topeng! Maka itu buka dulu topengmu agar bisa menikmati bau asem tubuhmu!"Padahal perempuan bertopeng beraroma mirabilis, wanginya sangat menyegarkan pernafasan.Cakra sampai berfantasi dengan body goal-nya. Wangi mirabilis adal

  • Perjanjian Leluhur   370. Perempuan Bertopeng

    Cakra pergi meninggalkan prajurit kerajaan, kembali ke dangau di perkebunan jeruk di mana si Gemblung menunggu.Kemudian Cakra berangkat ke perbatasan dengan berkendara kuda coklat itu."Kau benar, Gemblung," kata Cakra. "Kita mestinya melanjutkan perjalanan ke wilayah Utara. Sepasang Pengemis Gila akan menjadi tanggung jawab tokoh istana untuk melumpuhkannya.""Bagaimana kita melewati pintu gerbang, Yang Mulia?" tanya si Gemblung. "Apakah penjaga perbatasan sudi membuka gerbang tengah malam buta begini?""Bagiku tidak ada rintangan yang tak dapat dilewati," sahut Cakra. "Aku adalah calon Raja Agung, aku harus mampu membuktikan ketangguhan diriku."Cakra dapat menggunakan ilmu Selubung Khayali untuk mempengaruhi mereka agar menuruti keinginannya. Ia bahkan dapat berbuat apa saja.Cakra biasa menggunakan ilmu itu dalam situasi darurat, karena cukup menguras energi, terutama untuk makhluk yang berotak jernih.Cakra cukup menggerakkan kepala kepada penjaga perbatasan untuk membuka pintu

  • Perjanjian Leluhur   369. Sepasang Pengemis Gila

    "Terima kasih atas informasinya, tuan...!" Kepala prajurit istana dan anak buahnya pergi ke perkebunan apel menyusul Sepasang Pengemis Gila. "Mereka tak percaya dengan penjelasan Yang Mulia," kata si Gemblung. "Mereka pikir Yang Mulia adalah bangsawan edan." "Kau kurang ajar sekali kepada majikanmu...!" gerutu Cakra. "Bangsawan edan mana mungkin mempunyai 5.000 keping emas dan perak?" Cakra bangkit dari balai kayu, berjalan mondar-mandir seperti orang bingung."Ada apa Yang Mulia bolak-balik kayak gergaji mesin?" tanya si Gemblung. "Sepasang Pengemis Gila adalah tokoh sakti mandraguna yang malang-melintang di kerajaan Dublek, kemampuan mereka setingkat sahabatku, pasti cukup merepotkan." Istana Dublek mempunyai tokoh sakti sangat banyak, sehingga cukup disegani meski kerajaan kecil. "Lalu Yang Mulia akan menyusul mereka?" "Ya. Kau tunggu di sini." Cakra merasa bertanggung jawab karena puteri Marina adalah calon permaisuri. "Aku pasti terlambat menyelamatkan puteri mahkota ka

  • Perjanjian Leluhur   368. Bukan Aku Yang Bilang

    "Kita terpaksa menempuh jalan setapak."Cakra meminta si Gemblung untuk memasuki jalan kecil berkerikil di antara pohon apel yang berderet rapi."Puteri Marina pasti mengenali diriku jika kita lewat jalan umum.""Bagaimana ia mengenali Yang Mulia padahal belum pernah bertemu?""Ratu Barat pasti sudah memberi gambaran secara virtual."Cakra sulit menolak jika puteri Marina mengundang untuk menghadiri pesta. Perjalanan menuju kerajaan Utara jadi terhambat.Cakra hanya mempunyai waktu tiga pekan untuk menyambangi permaisuri, pada saat itu sayembara di kota Dublek sudah memasuki babak akhir.Kesempatan terbaik bagi Cakra untuk mengambil alih istana, tanpa perlu melumpuhkan prajurit."Yang Mulia mestinya senang bertemu puteri Marina. Yang Mulia pasti diminta menginap di rumah singgah, dan bisa test drive.""Kau itu kendaraan calon Raja Agung, pikiran kotormu mestinya dihilangkan.""Barangkali aku ketularan."Cakra mendelik. "Ketularan aku maksudnya?""Bukan aku yang bilang."Hari sudah mal

  • Perjanjian Leluhur   367. Sayangnya Bukan Ksatria

    Cakra segera mengadakan ikatan janji suci dengan puteri mahkota begitu tiba di istana Bunian.Cakra tinggal selama dua hari di istana megah itu. Setelah muncul titik hitam di kening Bidasari, pertanda datang masa kehamilan, ia pergi ke istana Utara untuk menyambangi Maharini.Bidasari melepas kepergian sang ksatria dengan berat."Aku akan selalu merindukan kedatangan dirimu," kata puteri mahkota Bunian. "Jadikanlah aku pengisi bilik hatimu di antara permaisuri lain." Cakra senang Bidasari sudah memasuki masa kehamilan, sehingga tanggung jawabnya untuk mencetak penerus dinasti sudah tertunaikan.Cakra menempuh perjalanan lewat kerajaan Barat, ia belum pernah berkunjung ke negeri kecil yang makmur itu."Aku heran dengan leluhur Nusa Kencana," kata Cakra sambil menunggang kuda coklat dengan santai. "Ia tidak menjodohkan diriku dengan puteri Marina, padahal negeri ini perlu menjadi anggota persemakmuran.""Puteri Marina masih di bawah umur, Yang Mulia," sahut si Gemblung. "Barangkali itu

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status