Beranda / Romansa / Perjanjian Leluhur / 213. Pendekar Bermulut Lancip

Share

213. Pendekar Bermulut Lancip

"Bantu aku, Cakra!"

Pangeran Penamburan dan Srikiti mengerahkan seluruh tenaga dalam, mengadu kesaktian dengan kakek berjenggot putih.

Dua gulung cahaya bentrok berusaha saling mengalahkan.

"Aku berikan separuh harta karun di Bukit Penamburan!"

"Aku tidak ada urusan dengan kalian!"

Cakra pergi meninggalkan ngarai. Ia memperkirakan tidak ada pemenang dalam adu kesaktian itu. Mereka bertiga akan mati.

Adanya harta karun di Bukit Penamburan membuat Tapak Mega berani membayar mahal pendekar berkepandaian tinggi. Seharusnya harta itu untuk kesejahteraan rakyat kadipaten.

Cakra melihat beberapa mayat pemberontak tergeletak di antara pepohonan. Pertarungan sengit masih berlangsung antara lima tokoh istana dengan sepuluh pendekar wanita.

"Aku hadapi mereka!" seru Cakra sambil jungkir balik di udara dan masuk ke kancah perkelahian. "Kalian bantu teman-teman di tempat lain!"

"Baik, gusti pangeran," kata tokoh senior istana.

Mereka berkelebat pergi ke lokasi lain. Bentrokan terjadi di b
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status